ISBN : 978-602-291-524-9
SINOPSIS
INTRINSIK
1. Tema
kekecewaan terhadap realitas pendidikan di Indonesia dan perjuangan sepuluh orang-orang biasa
yang telah berkawan sejak duduk di bangku SMA.
2. Tokoh Dan Penokohan
a. Handai sesuai namanya yaitu seorang pengkhayal yang suka berandai-andai ketika
dewasa ia ingin menjadi motivator namun hanya dalam angan-angan saja.
b. Tohirin yang cenderung bodoh, aneh dan gagal.
c. Honorun karakternya lugu, santun, baik, lembut, dan agak tolol dan sudah berpacaran
di antara temannya yang lain.
d. Sobri, yang paling bebal di antara gengnya, sudah tiga kali tidak naik kelas dan sangat
pendiam, bukan karena sifat aslinya namun karena mulutnya seperti corong toa.
e. Rusip, anaknya bodoh dan jorok, anak-anak tidak ada yang ingin dekat dengannya
karena baunya seperti pasar ikan.
f. Salud. Ia berwajah buruk, menyeramkan dan menakutkan.
g. Mardinah yang biasa disapa Dinah. Dinah adalah ibu Aini, tokoh utama pada novel
trilogi ini.
h. Nihe wataknya sok cantik, merasa paling modern karena menyukai lagu barat, suka
berdandan.
i. adalah Junilah yang mempunyai sifat seperti Nihe dan penganut Nihe seratus persen.
j. sang master matematika sebelum Aini yaitu Debut Awaludin, anak jenius namun
pesimis dan mengundurkan diri tak lulus SMA karena mengikuti jejak
gerombolannya
3. Alur
Alur cerita menggunakan alur campuran yaitu alur maju dan alur mundur.
4. Latar / Setting
Latar tempat
kota Belantik : Aparat tak curiga sebab tak menduga kejahatan secamggih itu terjadi di Kota
Belantik yang naif tanpa dosa.
Toko Batu Mulia: dari para klien-klien cuci uang, menuju Toko Batu Mulia.
di Jalan Raya:
Latar Waktu
Pagi hari : sejak pagi Inspektur banyak melamun.
Siang hari : “Bilang, Ibu lagi tidur siang! Tak bisa diganggu!”
Malam hari. : Di rumahnya, hingga jauh malam Aini mengulangi pelajaran dari Ibu Desi.
5. Sudut Pandang
novel Orang Orang Biasa menggunakan sudut pandang orang ketiga yaitu menggunakan
nama orang.
6. Amanat
Meskipun kita dalam kondisi yang sulit sebaiknya tidak menerobos tindakan dalam bentuk
kejahatan karena itu tidak menjamin membuat hidupmu menjadi lebih baik.
7. Majas
a. Metafora
1. “ Dia semakin bingung melihat sekonyong-konyong Ibu Desi sudah menarik
garis.
2. “ Wasit yang tak mengeluarkan kartu merah, merasa makan gaji buta”
b. Personifikasi
1. Sinar senter menjilati ruang yang gelap,
2. “Setelah hujan tadi, sinar matahari terjun lagi. Tersisa dua jam menjelang
senja namun, matahari masih menyala.
c. Asonansi
1. Suaranya terlamun debur hujan. Teganya? Setelah segala yang kita lalui
bersama?
d. Simile
1. “Tanpa suami Dinah bak layangan raju timpang”
e. Sinisme
1. “Singkat cerita sore itu Debut mengumpulkan penghuni bangku belakang di
kiosnya.”