Anda di halaman 1dari 2

Review Journal

Oleh Sabilul Wafda


NIM 2204028015
Mahasiswa Pascasarjana UIN Walisongo Semarang
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/quranika/article/view/8759

Era digitalisasi 4.0 baru baru ini dan bahkan sedang digaungkan era digitalisasi 5G,
namun beberapa masyarakat dalam menanggapinya masih membutuhkan tenaga ekstra untuk
mengejar perkembangan teknologi yang makin lama makin meningkat secara pesat. Ahmad
Fuadi pernah membicarakan dalam seminar kampus di UNIDA Bersama jurnalis media
informasi koran nasional, memaparkan “kita saat ini sedang mengalami obesitas informasi”
obesitas yang dimaksud adalah menerima semua informasi yang didapat dan secara instan
menyebarluaskan kepada khayalak ramai tanpa memilah dan memilih bahkan menganggap
semua itu benar. Apalagi term sebuah kebohongan yang digaungkan secara massif dapat
menjadi sebuah kebenaran.

Pola perkembangan teknologi ini yang obesitas dan tidak diimbangi smart socity yang
mendukung, ternyata sudah digambarkan Allah lewat kalamnya yang mana dalam tafsir Al-
Mizan karya Muhammad Husain Thabathabai akan memaparkan dalam prespektifnya
menelaah kajian sosial dan dipelajari oleh Nurul Khair dan Alfiyah dalam sebuah jurnal Studia
Quranika yang mana kajian sosial ini disandarkan kepada masyarakat Indonesia yang hidup
secara berdampingan dengan beda suku, tabiat, pola fikir dan sumber daya masyarakat.

Informasi yang tersebar secara luas melalui media sosial media platform seperti “tiktok,
facebook, twitter, wattpad, broadcast whatsapp group” yang tak jarang juga penulis menemui
ada pesan aneh di akhir kalimat seperti “orang ketiga di icon pesawat sering stalking kamu,
sebarkan ini jika anda ingin hidup seperti yang anda inginkan” dan itu sangat serius ditanggapi
untuk penulis yang bercanda bahkan sering terbalik menyikapi, dalam istilah lainnya: “ditulis
dan dikirim dengan jari, namun dibalas dengan hati” sungguh ironi sekali.

Setiap orang memiliki tujuan masing masing, bahkan dalam penyampaian suatu hal,
kadang diperlukan kata kata untuk mempengaruhi pola fikiri masyarakat ramai. 55 percent
penduduk jiwa Indonesia dalam penelitian yang ditulis oleh Christiany Judiatha menuai hasil
bahwasanya tidak dapat membedakan antara berita palsu dan benar.
Terminology hoax dalam kitab al-Mawrid terbagi menjadi 4 yaitu: Ifkun, Ifitra, kidzb
dan buhtan. Pembagian makkiyah dan madaniyah memiliki sifat dan ciri sebagai berikut:
makiyyah membawa persoalan dasar ma’rifat, dasar keimanan dan juga da’wah Islam,
sedangkan madaniyah merinci tentang hukum dan penjelasan syariat Islam. Dalam klasifikasi
terhadap terminology kata hoax menuai hasil dengan rincian: 10 kali penyebutan dalam
makiyyah dan 5 kali dalam surat madaniyyah. Dalam konteks surat makiyyah memiliki
kesimpulan tentang topik persoalan akhlaq dan interaksi ummat muslim ditengah kehidupan
sosial.

Dalam journal tersebut memperoleh hasil bahwasanya klasifikasi berdasarkan asbabun


nuzul dalam term kidzb, iftira dan juga ifkun, yang mana dalam surat makiyyah membahas
persoalan interaksi umat muslim ditengah kehidupan sosial. Adapun dalam madaniyyah
mendapat garis besar. Pertama ucapan dusta dalam menolakan pembenaran terhadap eksistensi
Allah, kedua bohon dan menuduh orang lain, ketiga tipu daya terhadap sebuah kebenaran yang
seharusnya terjadi yang diakibatkan tidak tercapainya sumber kebenaran pada realitas. Dan hal
ini berawal dari pernyataan Muhammad husain Thabathabai bahwasanya term hoax terlampir
muncul karena kondisi interansi antara indovidu satu sama lain.

Karakterisitik term ifkun adalah sesuatu yang berubah bentuk dari aslinya dan menjadi
kesalahan dalam garis besarnya. Term iftira karena kebodohan yang dimiliki masyarakat
tersebut dan mempengaruhi paradigma dan pola piker masyarakat, term kidzb adalah hal yang
bertolak belakang dengan realita yang terjadi dan karakteristiknya berawal dari ucapan untuk
memalsukan rakayasa kejadian yang sebenarnya, term buhtan berarti menuduh orang lain
karena melakukan perbuatan tercela yang sifat utamanya adalah menisbatkan kepada orang
lain untuk memenuhi sebuah tujuan khusus dalam realitas.

Untuk mengelak dan meminimalisir hal tersebut terjadi, husain Muhammad thabathabai
memberikan saran kepada masyarakat luas untuk berfikir kritis, introspeksi diri dengan
tidakmenyebarkan suatu berita yang mana tidak mengetahui hal perkara tersebut, kemudian
menjauhi berprasangka apalagi prasangka tersebut dapat membawa kepada sebuah kejahatan.
Dan hal tersebut, sesuai dengan pola fikir kritis untuk menjadi pribadi lebih baik sehingga
muncullah masyarakat yang damai dan juga cerdas saling toleransi satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai