Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemaksaan Kontrasepsi dan Sterilisasi” dan
dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi
kita sehingga lebih mengenal tentang kekerasan seksual. Akhir kata semoga bisa
bermanfaat bagi para pelajar, umum khususnya pada diri kami sendiri dan semua
yang membaca makalah ini semoga bisa dipergunakan dengan semestinya.

Biluhu, Agustus 2023

Penyusun
Kelompok 2

DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I – PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Perumusan masalah
c. Tujuan penulisan
BAB II – PEMBAHASAN
a. Pengertian Kontrasepsi
b. Pengertian Sterilisasi
c. Pemaksaan Kontrasepsi dan Sterilisasi
d. Tindak Hukum atau Pidana dari Pemaksaan Kontrasepsi dan Sterilisasi
BAB III – PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Disebut pemaksaan ketika pemasangan alat kontrasepsi dan/atau
pelaksanaan sterilisasi tanpa persetujuan utuh dari perempuan karena iatidak
mendapat informasi yang lengkap ataupun dianggap tidak cakap hukum untuk
dapat memberikan persetujuan. Pada masa Orde Baru, tindakan ini dilakukan
untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, sebagai salah satu indikator
keberhasilan pembangunan. Sekarang, kasus pemaksaan pemaksaan
kontrasepsi/ sterilisasi biasa terjadi pada perempuan dengan HIV/AIDS
dengan alasan mencegah kelahiran anak dengan HIV/AIDS. Pemaksaan ini
juga dialami perempuan penyandang disabilitas, utamanya tuna grahita, yang
dianggap tidak mampu membuat keputusan bagi dirinya sendiri, rentan
perkosaan, dan karenanya mengurangi beban keluarga untuk mengurus
kehamilannya.

B. Perumusan masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari Kontrasepsi?
2. Apa pengertian dari Sterilisasi?
3. Mengapa bisa terjadi pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi?
4. Apa tindak hukum atau pidana dari pemaksaan kontrasepsi dan
sterilisasi?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Kontrasepsi
2. Untuk mengetahui pengertian dari Sterilisasi
3. Untuk mengetahui penyebab atau akibat dari pemaksaan kontrasepsi
dan sterilisasi
4. Untuk mengetahui tindak hukum atau pidana dari pemaksaan
kontrasepsi dan sterilisasi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah alat atau obat yang salah satunya upaya untuk
mencegah kehamilan atau tidak ingin menambah keturunan. Cara kerja
kontrasepsi yaitu mencegah ovulasi, mengentalkan lender serviks dan
membuat rongga inding rahim yang tidak siap menerima pembuahan dan
menghalangi bertemunya sel telur dengan sel sperma (Kasim & Muchtar,
2019).

B. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi atau pemandulan paksa adalah program atau kebijakan
pemerintah yang memaksa orang untuk menjalani sterilisasi. Alasan suatu
pemerintah menerapkan kebijakan seperti itu dapat bervariasi.Pada paruh
pertama abad ke-20, kebanyakan sterilisasi paksa merupakan bagian dari
serangkaian kebijakan eugenika untuk membuat kelompok-kelompok
penduduk tertentu, yang dianggap memiliki kecacatan genetik, agar tidak
memiliki keturunan.
Alasan lainnya bagi sterilisasi paksa di antaranya adalah penanganan
jumlah penduduk, diskriminasi jenis kelamin, "penormalan" seperti pada
kasus bagi orang interseks, membatasi penyebaran HIV, serta mengendalikan
jumlah etnis tertentu—yang merupakan genosida berdasarkan Statuta Roma.
Beberapa negara juga memiliki aturan yang memaksa orang transgender untuk
menjalani sterilisasi sebelum dokumen mengenai gendernya dapat diubah.
Praktik ini disebut sebagai pelanggaran Prinsip-Prinsip Yogyakarta oleh Juan
E. Méndez, Pelapor Khusus PBB dalam penyiksaan dan penghukuman atau
perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat
manusia.

C. Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi


Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi adalah salah satu Bentuk Kekerasan
Seksual.
Disebut pemaksaan ketika pemasangan alat kontrasepsi dan/atau
pelaksanaan sterilisasi tanpa persetujuan utuh dari perempuan karena ia tidak
mendapat informasi yang lengkap ataupun dianggap tidak cakap hukum untuk
dapat memberikan persetujuan.
Pada masa Orde Baru, tindakan ini dilakukan untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk, sebagai salah satu indikator keberhasilan
pembangunan. Sekarang, kasus pemaksaan pemaksaan kontrasepsi/sterilisasi
biasa terjadi pada perempuan dengan HIV/AIDS dengan alasan mencegah
kelahiran anak dengan HIV/AIDS. Pemaksaan ini juga dialami perempuan
penyandang disabilitas, utamanya tuna grahita, yang dianggap tidak mampu
membuat keputusan bagi dirinya sendiri, rentan perkosaan, dan karenanya
mengurangi beban keluarga untuk mengurus kehamilannya.
Lalu, apa saja yang perlu diketahui tentang Forced Sterilisation and
Coerced Contraception/FSCC:
1. Pemaksaan terhadap Perempuan
Sterilisasi paksa dan pemaksaan kontrasepsi (Forced Sterilisation and
Coerced Contraception/FSCC) merujuk pada tindakan pemaksaan untuk
memastikan bahwa perempuan tidak dapat lagi berprokreasi baik secara
permanen atau sementara.
2. Kontrol atas Tubuh Perempuan
FSCC adalah bentuk kontrol non konsensual atas tubuh perempuan.
Dalam sebuah penelitian FSCC terhadap perempuan pekerja migran
ditemukan bahwa pemaksaan kontrasepsi disebut sponsor (Perusahaan
perekrut di Indonesia-red) sebagai syarat perekrutan yang dapat
menerbangkan perempuan pekerja migran ke luar negeri.
3. Merupakan Kekerasan Seksual
Ini diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c UU Nomor 12 tahun 2022
tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS). Pasal 8 UU TPKS
menyatakan, “Setiap Orang yang melakukan perbuatan memaksa orang lain
menggunakan alat kontrasepsi dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,
penyalahgunaan kekuasaan, penyesatan, penipuan, membuat atau
memanfaatkan kondisi tidak berdaya yang dapat membuat kehilangan fungsi
reproduksinya untuk sementara waktu, dipidana karena pemaksaan
kontrasepsi, dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).”
Ancaman serupa berlaku terhadap praktik pemaksaan sterilisasi.
Diatur dalam Pasal 9, “Setiap Orang yang melakukan perbuatan memaksa
orang lain menggunakan alat kontrasepsi dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan, penyalahgunaan kekuasaan, penyesatan, penipuan, membuat atau
memanfaatkan kondisi tidak berdaya yang dapat membuat kehilangan fungsi
reproduksinya secara tetap, dipidana karena pemaksaan sterilisasi, dengan
pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).”
4. Menyasar Kelompok Rentan
FSCC bahkan sudah lama diidentifikasi menargetkan perempuan dari
kelompok rentan secara ekonomi, sosial dan budaya. Praktik ini menyasar
perempuan penyandang disabilitas, perempuan adat, perempuan yang hidup
dengan HIV/AIDS, dan perempuan pekerja migran. Misalnya pemaksaan
pada perempuan disabilitas lantaran dianggap tidak mampu membuat
keputusan, rentan perkosaan, dan demi mengurangi beban keluarga.
Sementara pada perempuan HIV/AIDS, pemaksaan dilakukan lantaran
mereka dianggap akan melahirkan generasi positif HIV/AIDS yang akan
membebani tanggung jawab negara.

Sterilisasi paksa dan pemaksaan kontrasepsi (Forced Sterilisation and Coerced


Contraception/FSCC) melanggar hak perempuan. Praktik ini menyangkal
kemampuan perempuan yang dianggap tidak layak untuk bereproduksi. Termasuk
menyangkal kekhasan pada tubuh perempuan.
D. Tindak Hukum dari pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi
Tindak pidana kekerasan seksual diatur secara khusus melalui UU
Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS).
Undang-undang ini menyatakan bahwa memaksakan penggunaan
kontrasepsi dan melakukan sterilisasi merupakan tindak pidana sebagaimana
diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 9.
Berdasarkan Pasal 8 UU TPKS, setiap orang yang melakukan
perbuatan memaksa orang lain menggunakan alat kontrasepsi dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan, penyalahgunaan kekuasaan, penyesatan,
penipuan, membuat atau memanfaatkan kondisi tidak berdaya yang dapat
membuat kehilangan fungsi reproduksinya untuk sementara waktu, akan
dipidana karena pemaksaan kontrasepsi. Ancaman pidana bagi pelaku
pemaksaan kontrasepsi, yakni penjara paling lama lima tahun dan/ atau pidana
denda paling banyak Rp 50 juta.
Ancaman pidana tersebut akan ditambah satu per tiga jika:
 dilakukan dalam lingkup keluarga;
 dilakukan oleh tenaga kesehatan, tenaga medis, pendidik, tenaga
kependidikan, atau tenaga profesional lain yang mendapatkan
mandat untuk melakukan penanganan, pelindungan, dan
pemulihan;
 dilakukan oleh pegawai, pengurus, atau petugas terhadap orang
yang dipercayakan atau diserahkan padanya untuk dijaga;
 dilakukan oleh pejabat publik, pemberi kerja, atasan, atau
pengurus terhadap orang yang dipekerjakan atau bekerja
dengannya;
 dilakukan lebih dari sekali atau dilakukan terhadap lebih dari satu
orang; dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
dilakukan terhadap anak;
 dilakukan terhadap penyandang disabilitas;
 dilakukan terhadap perempuan hamil; dilakukan terhadap
seseorang dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya;
 dilakukan terhadap seseorang dalam keadaan darurat, keadaan
bahaya, situasi konflik, bencana, atau perang; dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik;
 korban mengalami luka berat, berdampak psikologis berat, atau
penyakit menular;
 mengakibatkan terhentinya dan/ atau rusaknya fungsi reproduksi;
 dan/ atau mengakibatkan korban meninggal dunia.

Sementara itu, pemaksaan sterilisasi diatur dalam Pasal 9. Menurut


Kamus Besar Bahasa Indonesia, sterilisasi adalah perlakuan untuk
meniadakan kesanggupan berkembang biak pada hewan atau manusia
dengan menghilangkan alat kelamin atau menghambat fungsinya.
Mengacu pada Pasal 9 UU TPKS, setiap orang yang memaksa orang
lain menggunakan alat kontrasepsi dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,
penyalahgunaan kekuasaan, penyesatan, penipuan, membuat atau
memanfaatkan kondisi tidak berdaya yang dapat membuat kehilangan fungsi
reproduksinya secara tetap, akan dipidana karena pemaksaan sterilisasi.
Ancaman pidana bagi pelaku pemaksaan sterilisasi, yaitu penjara paling lama
sembilan tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 200 juta.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi merupakan bentuk kekerasan
seksual. Ini tegas dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (1) UU TPKS huruf c dan d.
Disebut pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi adalah ketika pemasangan alat
kontrasepsi dan atau tindakan sterilisasi terhadap perempuan dilakukan tanpa
persetujuan.

B. Saran
Kamu bisa berperan penting dalam menghapus Kekerasan Seksual.
Hal nyata yang dapat kamu lakukan adalah dengan mengedukasi orang-orang
disekitarmu. Karena masih banyak yang belum mengetahui secara detail apa
itu Kekerasan Seksual dan seperti apa saja bentuknya.
Dari berbagai informasi yang telah kita dapatkan bahwa pelecehan
seksual sangat berbahaya karena akan menimbulkan efek yang sangat
berbahaya mulai dari beban mental yang diderita oleh korban, penyakit
yang akan diderita oleh pelaku dan juga oleh korban dan lain sebagainya.
Maka dari itu kita harus bisa menjaga diri dengan cara mendekat diri
kepada yang Maha Kuasa, pertebal iman kita supaya kita selalu dilindungi-
Nya.

Anda mungkin juga menyukai