Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PEMBUATAN INFUS NORMAL SALIN

Disusun Oleh:

Nama: Hendrik Feriatno Sinaga

Nim: 2048201009

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

TAHUN

2023
I. Nomor Praktikum :5
II. Nama Praktikum : Praktikum pembuatan infus normal salin
III. Tujuan Praktikum : Mahasiswa Mengetahui cara pembuatan infus normal
salin sesuai standar CPOB
IV. Dasar Teori

Infus merupakan larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 mL yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok.
Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan
dalam jumlah yang relatif sama. Rasio air dalam tubuh 57%, lemak 20,8%, protein
17% serta mineral dan glikogen sebesar 6%. Ketika terjadi gangguan hemostatis
(keseimbangan cairan tubuh), maka harus segera mendapatkan terapi untuk
mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit (Lukas, 2006).
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung
ke dalam vena dalam volume relatif banyak. (McEvoy, 2002). Pemasangan infus
melalui jalur pembuluh darah vena (peripheral venous cannulation) biasanya
dilakukan pada :
• Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).

• Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah


terbatas.

• Pemberian kantong darah dan produk darah

• Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).

• Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi

• besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan
jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh
darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

Secara umum, keadaan–keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan


infus adalah adanya pendarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah), trauma abdomen berat, patah tulang khususnya di bagian panggul
dan paha, serangan panas (kehilangan cairan tubuh dan dehidrasi), diare dan demam,
luka bakar luas, semua trauma kepala, dada dan tulang punggung (Arifilanto, 2011).

Infus normal saline merupakan suatu larutan injeksi steril sodium chloride
dalam air, tidakmengandung agen antimikrobial. Kandungan NaCl tidak kurang dari
95%-105%. Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan
memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya, juga pada
pembentukan perbedaan potensial (listrik) yang perlu bagi kontraksi otot dan
penerusan impuls di syaraf. I nf us normal saline tergolong cairan isotonik yaitu
cairan yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair
dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Infus ini
bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh,
sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi
(Anonim, 2007).
Defisiensi natrium dapat terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dengan
banyaknya pengeluaran keringat dan banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra.
Gejalanya berupa mual, muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot betis,
kemudian juga kejang otot lengan dan perut. Selain pada defisiensi Na, natrium juga
digunakan dalam bilasan 0,9 % (larutan garam fisiologis) dan dalam infus dengan
elektrolit lain. Konsentrasi NaCl yang isoosmotik dengan plasma darah sebesar 0,9%
(Lukas, 2006).
a. Farmakokinetika

Natrium klorida diabsorbsi baik pada saluran cerna. Kelebihan


sodium diekskersi paling banyak melalui ginjal, dan sebagian kecil hilang
melalui feses dan keringat (BNF 48, 2004)
b. Indikasi

• Terapi keseimbangan elektrolit pada dehidrasi yang disebabkan oleh


semua hipoosmolalitas, isotonis dan hipertonisitas;
• Koma yang disebabkan oleh hipertonisitas non-ketosis diabetes

• Dehidrasi dan keadaan hiperosmotik

• Keracunan metabolik basa klorida rendah

• Dapat digunakan untuk mencuci mata dan luka.(McEvoy, 2002)


c. Kontraindikasi

• Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan


infus.

• Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah).

• Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang


aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
(Anonim, 2007).

a. Mekanisme aksi

Senyawa ini memenuhi kebutuhan ion Na+ dan Cl- di dalam


tubuh. Normal saline memiliki osmolaritas yang mendekati serum tubuh,
sehingga cairan dari normal saline ini akan terus berada di pembuluh darah
sehingga dapat digunakan untuk pasien yang kekurangan cairan tubuh
(Anonim, 2007)
b. Efek Samping

Infus dengan volume yang berlebihan dapat menyebabkan beban


yang berlebih pada sirkulasi dan kegagalan pengendapan jantung (terbukti
dari meningkatnya tekanan nafas, mengi, menggelembungnya pembuluh
darah leher). Volume berlebih dapat terjadi jika pasien tidak dengan baik
menakar penggunaannya dan terjadi jika pasien menggunakan 250 mL
infus kemudian menggunakan kembali 250 mL infus. Jika terjadi
komplikasi, pasien hendaknya dibawa ke rumah sakit terdekat dengan
pemberian oksiden dengan konsentrasi tinggi . Cairan selanjutnya tidak
diberikan lagi. (McEvoy, 2002)
c. Interaksi Obat

Natrium klorida tidak kompatibel dengan zat-zat aditif.


Konsultasikan dengan farmasis, jika perlu. Jika terpapar dengan zat-zat
aditif, gunakan teknik aseptik, campurkan dengan benar dan jangan
disimpan. (McEvoy, 2002)
d. Penyimpanan
Infus NaCl disimpan dalam wadah yang fleksibel dibuat dari bahan
plastik non- lateks yang dirancang khusus untuk berbagai obat-obatan
parenteral. Pada pengiriman, infus NaCl harus berada dalam kontainer
yang terbuat dari poliolefin atau polypropylene. Sehingga bahan yang
kontak tidak boleh mengandung PVC, DEHP, atau plasticizers lainnya.
Penyimpanan diatur pada ruangan bersuhu 15-30 o C (59-86 o F). Hindari
dari pembekuan. (McEvoy, 2002)
e. Perhatian dan Peringatan

• Hindari menggunakan obat ini pada kasus berikut: hidropsi seperti


sindrom ginjal, sirosis hati, hidroperitonium, gagal jantung kongestif,
kegagalan akut bilik kiri, hidrosefalus, idiopatik edema, dan
sebagainya; gagal ginjal akut pada oliguria, gagal ginjal kronis
menurunkan volume urin dan reaksi buruk untuk diuretic; hipertensi;
hipopotasium
• Menurut kebutuhan klinik, pemeriksaan konsentrasi sodium,
potassium, klorida dalam serum; pemeriksaan asam dan basa
persamaan indeks konsentrasi; pemeriksaan fungsi ginjal, tekanan
darah dan fungsi jantung-paru; pada kehamilan dan menyusui; jangan
menggunakan injeksi sodium klorida untuk pasien dengan hipertensi
dari sindrom kehamilan; penggunaan pada pediatric, dosis dan
kecepatan harus dikontrol dengan ketat; geratologi dosis dan
kecepatan tetes harus dikontrol dengan ketat; interaksi harus
diperhatikan dalam inkompatibilitas obat saat injeksi sodium klorida
sebagai pelarut dan larutan.
• Overdosis menyebabkan hipernatremia dan hipopotassium juga
menyebabkan kehilangan bikarbonat. (McEvoy, 2002)

Tinjauan Sifat Fisiko – Kimia Bahan Obat

A. Natrium Klorida (NaCl)

• Sinonim

Sodium Klorida

• Bobot molekul
58, 44

• Struktur Molekul

• Kegunaan

Bahan aktif Infus Saline dan dapat sebagai agen tonisitas

• Deskripsi

Sodium klorida berupa serbuk kristal putih, kristal tak bewarna, dan
mempunyai rasa asin. Struktur kristal kubik. Sodium klorida padat tidak
mengandung air dari kristalisasi. Pada suhu dibawah 00 C garam dapat
mengalami kristalisasi membentuk dihidrat.
• pH

6,7 – 7,3

•Titik didih

14390 C.

• Titik Lebur

8010 C

• Stabilitas

Fase air dari larutan NaCl adalah stabil tetapi dapat terjadi
pemisahan apabila digunakan wadah glass tipe tertentu. Larutan NaCl
dapat disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi. NaCl padat stabil dan
harus dismpan dalam wadah tertutup baik pada tempat yang dingin dan
kering.
- Stabilitas terhadap cahaya

Tidak stabil, simpan pada tempat yang terlindung cahaya

- Stabilitas terhadap suhu


Sifat bakteriostatik dari injeksi natrium klorida harus
dijaga dari pendinginan(McEvoy, 2002)
- Stabilitas terhadap pH

pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3 (Kibbe, 2000)

• Inkompatibilitas

Fase air dari larutan NaCl bersifat korosif terhadap logam. Dapat
bereaksi membentuk endapan perak dan garam merkuri. Agen
pengoksidasi yang kuat dapat membebaskan klorin dari larutan asam
pada natrium klorida. Kelarutan pengawet metil paraben akan menurun
dalam larutan NaCl aquaeus, dan viskositas dari gel karbomer dan
larutan dari hidroksi metil selulosa atau hdroksi propil hidroksida akan
mengalami penurunan jika ditambahkan NaCl. Serta inkompatibilitas
terhadap logam Ag, Hg, Fe. (Kibbe, 2000).

• Kelarutan

Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih, dan dalam 10
bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%) P (DepKes RI, 1979)
B. Attapulgite (Karbon Aktif)

1. Sinonim

Attaclay

2. Kegunaan

Adsorben

3. Aplikasi dalam formulasi / teknologi farmasi

Attapulgite digunakan secara luas sebagai sebuah adsorben dalam


bentuk sediaan solid. Lumpur Koloidal seperti attapulgite mengadsorbsi
sejumlah air untuk membentuk gel dan dalam konsentrasi 2-5% w/v biasanya
membentuk emulsi minyak dalam air. Attapulgite aktif dipanaskan secara
hati-hati untuk meningkatkan kapasitas adsobsinya, digunakan secara
terapetik sebagai alternatif dalam manajemen diare.
4. Pemerian

Serbuk hitam tidak berbau


5. Kelarutan

praktis tidak larut dalam suasana pelarut biasa

6. Stabilitas

Stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara

7. Kegunaan

Norit digunakan untuk menyerap bahan-bahan pengotor yang mungkin ada

8. Konsentrasi Penggunaan

0,1-0,3%

9. Alasan pemilihan

Norit inert sehingga tidak bereaksi dengan zat aktif. (Depkes RI, 1995)
10. Stabilitas

Attapulgite dapat mengadsorbsi air sehingga sebaiknya disimpan dalam


wadah kedap udara dalam lokasi yang sejuk dan kering.
11. Inkompatibilitas

Attapulgite dapat menurunkan bioavailabilitas dari beberapa obat seperti


loperamid, dan riboflavin. Oksidasi dari hidrokortison ditingkatkan dengan
adanya attapulgite. (Kibbe, 2000).

C. Aqua Pro Injeksi

1. Definisi

Air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas
dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan
tambahan lainnya (Depkes RI, 1995).
2. Pemerian

Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

3. Sterilisasi

Kalor basah (autoklaf)

4. Kegunaan
Pembawa dan melarutkan

5. Alasan pemilihan

Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan

6. Cara pembuatan

Air suling segar disuling kembali dengan alat kaca netral atau wadah logam
yang cocok yang diperlengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama
dibuang, sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah yang cocok, dan
segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi,
harus disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C, segera setelah diwadahkan.

V. Alat dan Bahan

Alat

Alat Cara No Alat Cara


N yang Sterilisas yang Sterilisas
o Dipakai i Dipakai i
Autoclave 8 Flambeer
1 Gelas ukur Gelas Arloji
30 menit 20 detik
Autoclave 9 Flambeer
2 Corong Pengaduk kaca
gelas 30 menit 20 detik
Autoclave 10 Oven 30
3 Pipet tetes Ampul
30 menit menit
Autoclav 11 Oven 60
4 Kertas Erlenmeyer
e 30
saring menit
menit
Autoclave 12 Oven 60
5 Kapas Beaker glass
30 menit menit
Autoclav 13 Setelah
6 Perkamen
e 30
mendidih,
menit Air
panaskan
30 menit
Flambeer 14 Direbus 30
7 Pinset Karet pipet
20 detik menit

Bahan

• NaCl 0,9%

• Karbon aktif 0,05 %

• Air steril ad 100 mL


Bobot dalam Bobot dalam
Nama Bahan Kegunaan
1 sediaan 2 sediaan
NaCl Bahan aktif 0,99 gram 1,98 gram
Karbon aktif Absorbing agent 0,055 gram 0,11 gram
Aquapro injeksi Pelarut Ad 110 mL Ad 220 mL

Perhitungan Tonisitas NaCl untuk 1 sediaan (100 mL) :

gram

Tonisitas = LiterNaCl x1000 xjumlahIonNaCl

BMNaCl

0,9gr

0,1L
= x1000 x2

58,44gr / mol

= 308 M.osmol

> 350 Hipertonis

329 – 350 Sedikit hipertonis

270 – 328 Isotonis

250 – 269 Sedikit hipotonis


0 – 249 Hipotonis

Berdasarkan perhitungan tonisitas tersebut, diperoleh bahwa infus NaCl yang


dibuat sudah bersifat isotonis dengan plasma darah dengan nilai osmolaritas sebesar
308 M.osmole

VI. Prosedur Praktikum

1. Sterilkan alat dan bahandengan cara yang sesuai


2. Dididihkan air sebanyak 220 mL di dalam gelas beaker kemudian setelah mendidih
dibiarkan suhunya turun mencapai 600 C
3. Masing-masing bahanditimbang sesuai dengan bobot penimbangannya.
4. NaCl dilarutkan dalam air steril di atas penangas air, dijaga suhu larutannya agar
tetap 600 C, diaduk perlahan selama 15 menit.
5. Timbang NaCl di kaca arloji lalu larutkan dengan Aqua pro injeksi dalam
Erlenmeyer.
6. Dicek pH larutan dan disangga dengan buffer hingga diperoleh pH sediaan 4,5 – 7
7. Ditambahkan karbon aktif kedalam campuran tersebut, digojok dan dipanaskan
selama 15 menit (suhu tetap 600 C).
8. Larutan disaring dengankertas saring (dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali atau
lebih hingga didapat larutan yang jernih) bertujuan memisahkan karbon aktif dari
larutan tersebut.
9. Infus yang telah disaring dituangkan ke dalam 2 wadah gelas kaca masing –
masing bervolume 100 mL
10. Kemudian botol ditutup dengan penutup karet ( yang sebelumnya telah dididihkan
dengan air steril ± 20 menit untuk menjaga sterilitasnya )
11. Bagian atas botol ditutup dengan aluminium foil danplastik ikan,
12. Sediaan disterilisasi denganautoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
13. Sediaan diikat dengan tali kasur ditambah dengan kapplastik
VII. Hasil Praktikum
Menguploud sediaan yang dilengkapi kemasan dan etiket Sediaan Infus
Normal Salin yang dibuat ke SPADA unrtuk dinilai Dosen
VIII. Kesimpulan
Pada praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril kali ini dibuat
sediaan infuse normal salin dengan nama sediaan Besaline®. Pembuatan infuse
normal salin dalam praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tahapan-tahapan
dalam pembuatan sediaan steril infus Normal- salin dan permasalahan-
permasalahan dalam proses pembuatannya, serta dapat membuat sediaan steril infus
Normal-salin skala laboratorium sesuai dengan persyaratan sediaan steril yang telah
ditentukan. Infus normal saline termasuk sediaan intravenus volume besar yaitu
sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen, dan sedapat mungkin
dibuat isotonus terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume
relatif banyak. Kecuali dinyatakan lain, infus intravenus tidak diperbolehkan
mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk intravenus harus jernih dan
praktis bebas partikel (Depkes RI, 1979).

Sediaan yang diberikan secara intravena akan langsung menuju cairan tubuh
tanpa melewati sawar membran, maka sediaan infus harus dibuat harus steril dan
terbebas dari partikel serta pirogen (Ansel, 2008). Maka dari itu, sebelum membuat
sediaan alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum disterilisasi dengan cara
yang sesuai. Untuk menghindari adanya kontaminasi pada sediaan oleh
mikroorganisme maupun partikulat, seluruh kegiatan dalam praktikum dilakukan
dengan teknik aseptis. Teknik aseptis merupakan teknik dalam pembuatan sediaan
steril agar mikroorganisme dan bahan partikulat lain tidak masuk ke dalam sediaan
sehingga dapat terjamin sterilitasnya selama persiapan, proses dan uji sediaan steril.

Sediaan infus normal salin dibuat sebanyak 2 sediaan dengan volume


masing-masing yaitu 100 mL dan dengan nomor batch yang sama. Bahan-bahan
yang digunakan ditimbang sesuai keperluan untuk 2 sediaan dengan penambahan
bobot 10% untuk setiap bahannya. Penambahan bobot 10% bertujuan mencegah
pengurangan kadar zat aktif akibat proses penyerapan pirogen dengan arang aktif
dan akibat proses pembuatan yang meliputi penimbangan, penyaringan, serta
kemungkinan ada volume sisa pada wadah pencampuran. NaCl yang ditimbang
sebanyak 1,98 gram dan karbon aktif ditimbang sebanyak 110 mg. WFI (Water For
Irrigation) ditakar sebanyak 220 mL dengan gelas ukur kemudian dimasukkan
dalam sebuah gelas beker 250 mL.

WFI dipanaskan sampai mendidih dan ditunggu hingga suhunya turun


sampai 60oC serta dijaga agar tetap 60oC selama proses mencampuran bahan.
Pemanasan dilakukan untuk membebaskan air dari CO2. Air yang digunakan perlu
dibebaskan dari CO2 untuk menghindari terbentuknya endapan karbonat yang
mempengaruhi estetika sediaan. Penjagaan suhu 60oC dilakukan karena karbon
aktif bekerja maksimal pada suhu 60oC (Voigt, 1995). Saat suhu telah menunjukkan
60oC NaCl dimasukkan perlahan dan diaduk selama kurang lebih 15 menit untuk
memastikan NaCl benar-benar terlarut dalam WFI. WFI atau air irigasi dipilih
sebagai pelarut atau pembawa karena NaCl memiliki kelarutan mudah larut dalam
air (Depkes RI, 1995). Setelah NaCl larut dalam air irigasi, dilakukan pengecekan
pH sediaan dengan menggunakan pH stick, didapatkan hasil pH sediaan adalah 6.
Infus normal saline yang mengandung NaCl 0,9% stabil pada pH 4,5-7 (DI 2003),
sehingga sediaan yang dibuat telah memenuhi persyaratan. Karbon aktif yang telah
ditimbang kemudian ditambahkan dan diaduk perlahan-lahan selama kurang lebih
15 menit sambil suhu tetap dijaga 60oC. Penambahan arang aktif berfungsi sebagai
adsorben yang akan menarik partikel-partikel asing juga pirogen dan
mempertahankan kejernihan sediaan. Aktivitas karbon aktif ini baik pada suhu 600,
sehingga pada proses pembuatan dilakukan pemanasan pada suhu tersebut (Voigt,
1995). Pengadukan karbon aktif dilakukan secara perlahan untuk mencegah karbon
aktif pecah menjadi partikel yang lebih kecil sehingga susah untuk disaring dan
dipisahkan dari sediaan.

Selanjutnya larutan disaring dengan kertas saring sebanyak 2 kali dan


dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan filter dengan pori 0,45 µm untuk
memisahkan karbon aktif dan kontaminan-kontaminan dari larutan tersebut
sehingga diperoleh filtrat yang jernih. Proses penyaringan dilakukan sebanyak tiga
kali untuk memastikan sediaan yang dihasilkan benar- benar jernih dan terbebas
dari kontaminan. Filtrat yang diperoleh di tuangkan ke dalam botol infus 100 mL
yang telah disterilkan dan ditara. Tutup karet botol infus disterilisasi dengan cara
dimasak pada air mendidih walaupun sebelumnya telah diautoklaf dengan tujuan
meningkatkan kesterilan dan memastikan bahan tutup tidak mengeluarkan warna
yang dapat mengotori sediaan. Botol kemudian ditutup dengan tutup karet, dilapisi
dengan aluminium foil, diikat dengan tali kasur dan dilapisi bagian terluar dengan
plastik ikan. Ini bertujuan agar tutup tidak lepas pada sterilisasi akhir menggunakan
autoklaf dimana tekanan yang digunakan sangat tinggi yaitu 15 psi selama 15 menit
dan panas yang dihasilkan alat sebesar 121oC dapat membuat karet penutup
menjadi memuai atau membesar ukurannya.

Sebelum dilakukan sterilisasi akhir, dilakukan evaluasi terhadap sediaan


terlebih dahulu yaitu kejernihan. Sedangkan uji kebocoran dilakukan setelah
sediaan disterilisasi dengan autoklaf. Hasil pada uji kejernihan dilakukan pada alat
atau kotak evaluasi kejernihan dengan latar kertas hitam dan putih. Dari hasil
pengamatan diperoleh bahwa pada sediaan yang dibuat masih terdapat partikel pada
latar belakang hitam, sedangkan pada latar belakang putih tidak terdapat partikel.
Partikel pada latar belakang hitam tersebut kemungkinan merupakan serpihan-
serpihan kertas saring yang digunakan saat penyaringan sewaktu mengisi sediaan
ke botol. Ruangan laboratorium yang belum steril juga berpotensi sebagai
penyumbang debu-debu dan partikel pada saat pemanasan air dan pencampuran
sediaan.

Pada tahap akhir dilakukan sterilisasi dengan memasukkan kedua sediaan


yang telah ditutup kedalam plastik dan disterilisasi dengan metode panas basah
yaitu dengan autoklaf. Metode panas basah yang dipilih karena bentuk sediaan
adalah liquid dan bahan aktifnya yaitu NaCl melebur pada suhu 801oC jadi metode
ini aman untuk membunuh mikroorganisme yang mungkin masih terdapat dalam
sediaan tanpa menyebabkan degradasi produk. Pada alat autoklaf digunakan suhu
121oC dan tekanan 15 psi selama 15 menit. Setelah dilakukan sterilisasi, dilakukan
uji kebocoran dengan membuka plastik ikan, tali kasur, dan aluminium foil yang
menutupi mulut botol beserta tutupnya, kemudian sediaan yang ditutup tutup karet
dibalik posisinya selama 1 menit. Dari hasil pengamatan sediaan infuse normal
saline tidak menunjukkan kebocoran sehingga dapat dikatakan pengemasannya
telah baik

Anda mungkin juga menyukai