Anda di halaman 1dari 2

TUGAS MANDIRI

Nama : M.Rio Sugiharto

NPM : 2013031030

Dosen Pengampu : Drs. Nurdin Marsaid, M.Si.

PEMBELAJARAN EKONOMI DIGITAL

Menganalisis Alasan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh suatu
Perusahaan Start Up

Dalam beberapa waktu ini banyak sekali perusahaan start up yang bermunculan dan
membuat lapangan pekerjaan baru, akan tetapi hal ini tidak sejalan dengan adanya
lapangan pekerjaan dan berbanding terbalik dimana banyak perusahaan start up yang
mem-PHK karyawan-karyawannya. Beberapa perusahaan start up tersebut adalah :

1. TaniHub
Pada awal Maret 2022, TaniHub menghentikan semua layanan business to
consumers (B2C), di mana hal ini menghentikan operasional gudang di Bandung
dan Bali. TaniHub mengatakan keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan
untuk mempertajam fokus dan meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan
segmen business to business (B2B).
TaniHub pun mengakui dengan adanya penghentian operasional warehouse di
Bandung dan Bali mengakibatkan adanya PHK bagi sejumlah pekerja. TaniHub
pun akan memfokuskan bisnis menjadi pemasok bagi hotel, restoran, dan kafe
(horeka). Selain itu, akan menyasar modern trade yaitu supermarket,
hypermarket, dan pasar swalayan.

2. Mamikos
Aplikasi pencari indekos ini juga memutuskan memberhentikan sejumlah
karyawannya. Co-founder dan CEO Mamikos, Maria Regina Anggit
mengonfirmasi hal tersebut dan mengatakan perusahaan melakukan
restrukturisasi untuk membuat struktur Mamikos lebih sehat dan berkelanjutan.
Selain itu alasan lainnya adalah melihat kondisi pasar dan ekonomi makro saat
ini. “Upaya restrukturisasi ini dilakukan dengan adanya perubahan fokus yang
salah satu dampaknya adalah pengurangan kapasitas karyawan atau layoff,” ujar
Maria dalam keterangan tertulis kepada CNBC Indonesia.
Maria tak menyebut jumlah karyawan yang terdampak kebijakan ini. Namun
berdasarkan laman Linkedin Mamikos, total pegawai perusahaan sekitar 426
orang.

3. SiCepat
SiCepat merupakan startup awal yang menginformasikan adanya PHK terhadap
ratusan karyawan di seluruh manajemen dan departemen yang tidak memenuhi
standar penilaian perusahaan. SiCepat menilai jumlah karyawan yang terdampak
kebijakan tersebut tidak mencapai 1 persen dari total karyawan.
Chief Marketing Corporate Communication Officer SiCepat Ekspres, Wiwin
Dewi Herawati memaparkan secara komposisi jumlah karyawan yang terdampak
adalah 0,6 persen dari total sebanyak 60.000 karyawan atau tepatnya 360
karyawan.
Kebijakan tersebut diambil setelah evaluasi rutin yang dilakukan oleh
perusahaan. Evaluasi ini dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun. Tujuannya
untuk meningkatkan kualitas kinerja karyawan SiCepat di tengah sengitnya
kompetisi bisnis logistik.
Sumber:
https://www.google.com/amp/s/www.cnbcindonesia.com/tech/20220726101603-
37-358580/terus-bertambah-ini-daftar-terbaru-startup-yang-phk-karyawan/amp

Berdasarkan dari contoh beberapa kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap
perusahaan yang notabenenya sebagi salah satu bentuk dalam wujud memperluas
lapangan pekerjaan, nyatanya memiliki kriteria dan ketentuan khusus dalam memilih
kualitas para pekerjanya. Seperti contoh kebijakan yang diambil oleh TaniHub,
perusahaan start up ini mem-PHK karyawannya dengan tujuan untuk mengoptimalkan
kinerja yang ada dalam perusahaannya, karena tidak semua karyawan memiliki kualitas
kerja yang baik dan kebijakan ini diambil agar TaniHub tetap bisa berkembang dan
berfokus untuk target pemasaran yang lebih luas. Selain itu, ada juga Mamikos, dalam
kasus ini tindakan yang dilakukan perusahaan start up Mamikos dilakukan untuk
merestrukturisasi keadaan perusahaannya sehingga, dengan dilakukannya pengurangan
kapasitas karyawan. Hal ini dilakukan bukan tanpa sebab, pasalnya Mamikos ingin tetap
ada dan dapat bertahan di kondisi pasar dan ekonomi. Dan yang terakhir jika dilihat dari
perusahaan start up SiCepat, alasannya pihak perusahaan memberhentikan karyawan
adalah untuk memilih karyawan yang memiliki kualitas dan standar kerja yang sesuai
dengan SiCepat, terkadang hal ini sangat diperlukan dalam suatu perusahaan, agar citra
kinerja perusahaan menjadi baik dan tidak kalah saing dengan perusahaan start up yang
berada pada bidang kerja yang sama.

Perlu diketahui bahwa, pengurangan karyawan atau pemutusan hubungan kerja (PHK)
terkadang sangat diperlukan bagi agar tetap berjalannya suatu perusahaan, karena jika
banyak karyawan yang tidak memiliki kualitas dan etos kerja yang sesuai maka hal itu
hanya akan merugikan pihak perusahaan. Namun, pihak perusahaan juga tidak bisa
semena-mena terhadap hal ini, perlu banyak persiapan dan pertimbangan sebelum suatu
perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya.

Anda mungkin juga menyukai