Anda di halaman 1dari 2

Mengukur Kinerja Kompas.

com - 26/06/2021, 08:02 WIB BAGIKAN: Komentar Lihat Foto Ilustrasi


key performance indicator(Dok. Shutterstock) Editor Aditya Mulyawan PADA akhir tahun,
perusahaan biasanya disibukkan dengan pengukuran kinerja setiap individu. Pengukuran ini
bertujuan untuk melihat dan membedakan kontribusi suatu divisi ataupun individu. Banyak
perusahaan yang sudah menggunakan key performance indicator (KPI) sebagai pengukuran
manajemen kinerja dengan beragam implementasinya. Sayangnya, ada yang sudah memiliki set
KPI yang lengkap, tetapi tidak melakukan tindak lanjut yang signifikan atas penilaian KPI yang
diberikan. Ada juga yang memberikan prioritas penilaian pada kriteria KPI yang berkaitan dengan
kinerja bisnis, sedangkan aspek perbaikan sistem dan inovasi, servis, serta pengembangan
manusia seakan-akan diabaikan. Tak jarang, atasan sangat bermurah hati dalam memberikan
penilaian sehingga konsekuensi yang sebetulnya merupakan tindak lanjut dari penilaian menjadi
tidak relevan. Sikap dan praktik seperti itu baru akan terlihat dampaknya pada perusahaan
setelah waktu yang panjang. Misalnya, ketika suksesi ternyata tidak memadai atau disiplin
berkinerja manajemen terasa longgar. Pada akhirnya, hal-hal tersebut membuat perusahaan sulit
untuk menarik jajarannya bergerak maju. Kultur perusahaan pun menjadi kendur, tidak lagi
sesuai dengan apa yang sudah diikrarkan dan dipasang di dinding gedung serta diucapkan
dalam banyak pertemuan. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan
email Kita sering lupa, manajemen kinerja merupakan hal yang sangat dinamis sehingga tidak
bisa diselesaikan hanya dengan memiliki KPI. Untuk diketahui, beberapa perusahaan di Amerika
Serikat sudah menyediakan perangkat lunak untuk memantau setiap individu dan divisi kapan
pun sehingga dinamika perubahannya dapat segera disadari. Kita perlu menyadari, KPI sama
sekali tidak sakti sebagai solusi manajemen kinerja. Ia hanya sekadar alat ukur sehingga perlu
dimodifikasi sesuai kebutuhan. KPI bukanlah sekadar numbers to hit. KPI seharusnya membantu
para pemimpin mengantisipasi masa depan. Karenanya, kita tidak bisa membuat KPI dengan
hanya fokus pada bagian per bagian. KPI harus berisi butir-butir yang menjamin alignment
antardivisi. Misalnya, antara divisi sales dan marketing yang selama ini kerap tidak sinkron
sehingga sering terjadi mismanagement. KPI harus dapat memberi insight kepada manajemen
tentang bagaimana karyawan kita merespons kebutuhan pelanggan. Jadi, bila KPI digunakan
secara benar sebagai parameter, otomatis, dan dimonitor terus-menerus, manajemen memiliki
kesempatan besar untuk memanfaatkannya dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis.
“The new KPI” Perusahaan-perusahaan global, seperti Twitter, Snapchat, dan LinkedIn, sering
dikenal sebagai perusahaan yang membakar uang. Bahkan, laporan keuangan perusahaan
tersebut menunjukkan mereka tidak mencetak untung. Lihat Foto Eileen Rachman.(Dok.
EXPERD) Jadi, bagaimana ukuran kesuksesan para karyawan di situ? Dalam era volatility,
uncertainty, complexity, and ambiguity (VUCA), organisasi perlu membuat kriteria kesuksesan
yang berbeda karena cara monetisasi bisnis pun sudah berubah. Prinsipnya, perusahaan harus
tetap berjalan meski uang yang masuk minus. Namun, tidak bisa dimungkiri, nilai perusahaan
bertambah besar dengan kapital intelektual dan big data-nya. Contohnya, LinkedIn yang terjual
dengan nilai tinggi meski dalam keadaan belum untung. Jadi, bagaimana kita menilai kinerja
perusahaan? Pertama, kepuasan pelanggan dan reputasi brand. Saat ini, pelanggan adalah fokus
utama perusahaan. Persepsi pelanggan terhadap brand perusahaan kita menentukan hidup mati
perusahaan. Laba bisa datang pada waktunya. Akan tetapi, bila pelanggan sudah berpaling dari
kita, akan sulit mendapatkan mereka kembali. Kita mengenal perusahaan marketplace yang
sudah sangat populer, tetapi kehilangan pelanggan setia dalam sekejap hanya karena kesalahan
sikap pimpinannya di depan publik. Tidak ada perusahaan yang bisa bertahan bila ia tidak peduli
dengan pelanggannya. Itulah sebabnya, kepuasan pelanggan harus menjadi tolok ukur yang
paling penting. Masih ingat ketika Mark Zuckerberg diwawancara oleh parlemen mengenai
sumber pendapatannya? Mark menjawab, nilai dari iklan sebenarnya sangatlah kecil. Dari
pernyataan tersebut, terlihat jelas bahwa profitability bukanlah tujuan pertama dari perusahaan-
perusahaan startup, melainkan peningkatan jumlah pelanggan. Sebab, dengan pertambahan
jumlah pelanggan, revenue otomatis meningkat. Ekspansi adalah kunci pengembangan
perusahaan di masa kini. Karenanya, seorang karyawan atau divisi yang memiliki potential for
supporting new growth dapat menentukan kesuksesan perusahaan. Media sosial yang dahulu
dipandang sebelah mata oleh perusahaan, sekarang sudah banyak digunakan sebagai media
promosi perusahaan. Oleh karena itu, keaktifan setiap karyawan di media sosial dalam
membantu mempromosikan kegiatan perusahaan merupakan tindakan yang sangat berharga.
KPI juga bisa memperhitungkan keaktifan karyawan dalam membantu program-program
promosi perusahaan. Kedua, budaya perusahaan dan engagement karyawan. Produktivitas yang
optimal akan kita dapatkan dari karyawan yang bekerja sepenuh hati. Seorang karyawan yang
engage dengan perusahaan, tidak hanya kontributif, tetapi juga inovatif. Mereka akan berusaha
melampaui kebutuhan pelanggan dan manajemen sehingga dengan sendirinya akan bekerja
extra mile alias selalu lebih baik. Engagement inilah yang harus diukur. Ketiga, knowledge
management. Banyak perusahaan yang memiliki big data. Namun, tidak banyak perusahaan
yang memiliki pemahaman tentang apa yang “dikatakan” oleh datanya. Masih banyak
manajemen yang tidak bisa menginterpretasikan data dan menentukan arah perusahaan sesuai
fakta transaksi yang ada antara perusahaan dan pelanggannya. Basis data memberi gambaran
tentang performa secara jujur. Jadi, bila tidak bisa memahaminya, kita tidak tahu mengenai
keadaan. Ke depan, ini dapat menjadi hambatan kita untuk membuat strategi ke depan. “Use
KPIs to lead the enterprise, not just manage it. KPIs to inspire, not just to inform.”

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengukur Kinerja", Klik untuk
baca: https://money.kompas.com/read/2021/06/26/080200126/mengukur-kinerja.

Editor : Aditya Mulyawan

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Anda mungkin juga menyukai