MANAJEMEN KARIER
Oleh:
Mohamad Ibnu Fajar 2020306301106
Mirna Juningsih 2020306301087
Dewasa ini mobilitas para karyawan semakin meningkat. Beberapa karyawan potensial dengan cepat dapat
berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain.Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi perusahaan
yang ditinggalkan.Untuk itu penting bagi perusahaan untuk melakukan berbagai upaya dalam
mempertahankan karyawannya. Upaya untuk mempertahankan karyawan telah menjadi persoalan utama
dalam banyak organisasi. Oleh karena itu sangatlah penting organisasi mengakui bahwa retensi karyawan
merupakan perhatian SDM yang berkelanjutan dan tanggung jawab signifikan bagi semua supervisor dan
manajer. Istilah retensi terkait dengan istilah perputaran (turnover) yang berarti proses dimana
karyawankaryawan meninggalkan organisasi dan harus digantikan (Mathis dan Jackson,2009). Perputaran
secara sukarela atau karyawan meninggalkan Lembaga karena keinginannya sendiri dapat disebabkan oleh
banyak faktor, termasuk Setiap organisasi menginvestasikan waktu dan uang untuk mengembangkan
rekrutmen baru agar ia siap bekerja dan dapat menyamai karyawan yang sudah ada.
Oleh karena itu kehilangan karyawan berarti kehilangan pengetahuan, modal, keahlian, dan pengalaman. Bila
organisasi kehilang karyawan yang memiliki kinerja yang bagus di perusahaan, pada dasarnya organisasi
kehilangan pendapatan yang seharusnya dihasilkan karyawan tersebut. Dalam hal ini keterlibatan karyawan
adalah penting karena berkontribusi pada kesuksessan perusahaan. Setiap manajer ingin memastikan bahwa
setiap karyawan harus tetap tinggal pada pekerjaannya. Perusahaan dikatakan rugi jika kehilangan
karyawannya, kehilangan itu mencakup modal, tenaga, keahlian, pengetahuan maupun hal penting lainnya.
Sehingga perusahaan sangat penting untuk mempertahankan karyawannya dan
mencegah hilangnya karyawan. Pemberhentian pegawai merupakan masalah yang paling sensitif dan perlu
mendapat perhatian yang serius dari semua pihak di dalam dunia ketenagakerjaan maupun perusahaan, karena
pada masalah ini akan memiliki pengaruh pada saat penarikan ataupun pemberhentian pegawai terhadap
dibutuhkannya modal atau dana. Pada saat penarikan pegawai, pimpinan perusahaan akan mengeluarkan dana
yang cukup besar untuk digunakan sebagai pembayaran kompensasi dan pengembangan pegawai, sehingga
para pegawai dapat mengerahkan tenaganya untuk menciptakan kepentingan, tujuan dan sasaran perusahaan
dan pegawai itu sendiri. Pada waktu pemberhentian pegawai atau adanya pemutusan hubungan kerja
dengan perusahaan, perusahaan juga akan mengeluarkan dana untuk pensiun, pesangon atau tunjangan lain
yang berkaitan dengan pemberhentian, sekaligus dapat memprogramkan kembali penarikan pegawai baru
yang sama halnya seperti dahulu harus mengeluarkan dana untuk kompensasi dan pengembangan pegawai.
Selain berkaitan dalam hal kebutuhan modal atau dana, hal yang juga perlu diperhatikan adalah sebab dan
akibat karyawan itu berhenti atau diberhentikan. Maka dari itu manajer sumber daya manusia harus
memahami betapa pentingnya mengelola retensi, baik iu mengelola perputaran retensi pegawai,
mengelolaketerlibatan dan karir pegawai, dan mengelola pemberhentian pegawai.
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah pembaca dapat mengetahui tentang Pengertian , kegunaan,
tujuan, pentingnya, bidang-bidang yang menggunakan Manajemen Karier, dan tahapan serta
metode dalam Manajemen Karier.
D. Tujuan Penulisan
Retensi karyawan (employee retention) adalah praktek dan kebijakan yang dirancang untuk
menciptakan lingkungan kerja yang membuat karyawan ingin tetap bersama organisasi,
sehingga mengurangi perputaran karyawan. Pemeliharaan Karyawan atau Retensi
karyawan/Employee Retention merupakan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
karyawan potensial yang dimiliki perusahaan untuk tetap loyal terhadap perusahaan.
Pengembangan program EmployeeRetention haruslah merupakan komponen yang krusial
bagi Rumah Sakit. JikaEmployee Retention buruk, maka akan meningkatkan employee
turnover yang secaranegatif mempunyai dampak terhadap pelayanan terhadap pelanggan,
standar produksikerja dan profitability. Secara umum, hubungan antara Employee Retention
terhadapkinerja sangatlah kompleks, terdapat bukti bahwa kinerja dapat menurun jika
EmployeeRetention karyawan buruk dan ada kemungkinan terdapat stagnasi karyawan jika
turnover terlalu rendah
Keterlibatan karyawan merupakan hal yang penting untuk pertumbuhan jangka panjang
perusahaan dan meningkatkan keuntungan di persaingan industri yang semakin menantang.
Persaingan industri yang semakin ketat belakangan ini, mengakibatkan banyak
perusahaaperlu menyusun ulang strategi untuk meningkatkan eksistensinya. Karyawan di
dalam suatu perusahaan tidak hanya menjadi bagian dalam melaksanakan fungsi perusahaan,
akan tetapi menjadi aset berharga dalam keberhasilan perusahaan tersebut. Guna
mewujudkan keberhasilan perusahaan, maka aset berharga perusahaan yakni para karyawan
perlu memiliki
keterlibatan penuh terhadap perusahaan. Perusahaan juga harus mendorong terciptanya
keterlibatan karyawan terhadap pekerjaannya sehingga dapat meningkatkan performansi
perusahaan. Kegagalan perusahaan dapat dilihat dari penurunan keterlibatan karyawan yang
dapat terlihat dari rendahnya perilaku karyawan di dalam sebuah perusahaan seperti
bermalas-malasan dalam bekerja, sering terlambaat saat kerja, tidak mentaati aturan
perusahaan serta kurangnya kepedulian terhadap pekerjaan dan rekan kerja. Hal ini sesuai
dengan penelitian Marciano (2010) yang mengemukakan bahwasanya karyawan yang tidak
terlibat dalam pekerjaannya akan memunculkan sikap kurang peduli terhadap pekerjaan yaitu
hanya menjalankan pekerjaan sesuai perintah, tidak fokus terhadap pekerjaan, bersantai-
santai dalam bekerja, tidak memanfaatkan waktu kerja untuk memaksimalkan pekerjaan
sehingga mengarah pada penurunan produktifitas karyawan dan penurunan pendapatan
perusahaan. Smith & Marcwick (2009) menyatakan perusahaan yang memiliki tingkat
keterlibatan karyawan yang tinggi terbukti mampu menghemat 55 persen biaya rekruitment,
dan mampu menghasilkan keuntungan perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan dengan tingkat keterlibatan karyawan rendah.
Institute of Employee Studies menyatakan bahwa keterlibatan karyawan
merupakan suatu bentuk sikap peduli terhadap keberhasilan perusahaan dimana ia
bekerja. Karyawan yang terlibat akan peduli terhadap bisnis organisasi dan
mampu bekerja secara tim dalam meningkatkan performansi perusahaan
(Ratnaningsih,)
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada pihak
manajemen perusahaan, peneliti menemukan kurang adanya keterlibatan
karyawan seacara totalitas di PT. Hartono Istana Teknologi terhadap pekerjaan
dan perusahaan yang ditandai dengan karyawan kurang fokus dalam bekerja,
melanggar aturan perusahaan, dan bersantai-santai dalam bekerja sehingga
berakibat pada menurunnya produktifitas karyawan.
D. Apa itu Manajemen Karir
Manajemen karir adalah proses meningkatkan kemampuan karyawan dalam memahami dan
mengembangkan keterampilan dan minat dalam berkarir, serta menggunakan keterampilan
dan minat tersebut seefektif mungkin, baik selama masih bekerja di perusahaan maupun
setelah keluar dari perusahaan. Perencanaan karir adalah proses formal untuk:
o Meningkatkan kesadaran akan keterampilan, minat, pengetahuan, motivasi, dan
karakteristik pribadi yang lain
o Mendapatkan informasi mengenai berbagai peluang dan pilihan karir
o Mengidentifikasi tujuan-tujuan karir
o Menyusun rencana tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan spesifik Aktivitas SDM tidak
hanya menunjang kebutuhan perusahaan (pemberi kerja) namun juga memfasilitasi analisis-
diri dan pengembangan karir. Perusahaan (pemberi kerja), karyawan, dan manajer memiliki
peran dalam merencanakan, memandu, dan mengembangkan karir karyawan.
Sebagian besar orang-orang yang bekerja menantikan promosi, yang biasanya berarti
pembayaran gaji, tanggung jawab, dan (sering kali) kepuasan kerja yang lebih besar. Bagi
pengusaha, promosi dapat memberikan kesempatan untuk memberikan penghargaan atas
prestasi yang luar biasa, dan untuk mengisi posisi yang lwong dengan karyawan yang setia
dan telah teruji. Namun proses promosi tidak selalu merupakan pengalaman yang positif baik
bagi karyawan atau pengusaha. Ketidakadilan, kesewenangan, atau kerahasiaan dapat
mengurangi efektivitas darri prose situ bagi semua pihak yang terlibat. Karenanya beberapa
keputusan terlihat besar dalam proses promosi suatu perusahaan.
Keputusan yang paling penting barangkali adalah apakah promosi didasarkan pada senioritas
atau kompetensi, atau suatu kombinasi dari keduanya.
Fokus saat ini pada sifat kompetitif lebih menyukai kompetensi, seperti kenyataan bahwa
promosi yang didasarkan pada kompetensi adalah motivator yang superior. Namun,
kemampuan sebuah perusahaan untuk menggunakan kompetensi sebagai kriteria bergantung
pada beberapa hal, yang paling terlihat apakah kesepakatan serikat kerja atau persyaratan
pelayanan sipil mengatur promosi atau tidak. Kesepakatan serikat kerja terkadang berisi
klausa yang menekankan senioritas, seperti: “Dalam kemajuan karyawan kepada pekerjaan
yang memiliki pembayaran gaji yang lebih tinggi saat kemampuan, manfaat, dan kapasitas
adalah sama, pilihan akan diberikan kepada karyawan dengan senioritas tertinggi.” Dan
peraturan pelayanan sipil yang menekankan senioritas bukannya kompetensi sering kali
mengatur promosi dalam banyak organisasi sektor publik.
Makin banyak pengusaha yang mengambil pendekatan yang lebih komprehensif. Sebagai
contoh (khususnya bila terlibat permasalahan keamanan publik), dulunya departemen
kepolisian mengambil pendekatan yang relastis sistematis saat mengevaluasi kandidat untuk
dipromosikan ke posisi komando. Tinjauan promosional lama meliputi ujian pengetahuan
tertulis, sebuah pusat penilaian, kredit untuk senioritas, dan sebuah nilai berdasarkan pada
peringkat penilaian prestasi terbaru. Departemen lain menambahkan tinjauan catatan
personel. Hal ini meliputi evaluasi atas dimensi yang berhubungan dengan pekerjaan seperti
pendidikan dan pengalaman yang berhubungan dengan penyeliaan, peringkat dari beragam
sumber, dan evaluasi sistematis atas bukti perilaku.
Banyak perusahaan yang memiliki proses promosi yang informal. Mungkin mereka tidak
memasang posisi yang lowong, dan para manajer kunci mungkin menggunakan kriteria yang
“tidak dipublikasikan” milik mereka sendiri untuk membuat keputusan promosi. Di sini
karyawan dapat menyimpulkan (secara wajar) bahwa faktor-faktor non-kompetensi seperti
“siapa yang Anda tahu” adalah lebih penting daripada prestasi, dan bahwa bekerja keras
untuk maju paling tidak dalam perusahaan ini adalah fatal.
Banyak pengusaha menerbitkan kebijakan dan prosedur promosi yang formal dan
dipublikasikan. Hal ini memiliki beberapa komponen. Karyawan mendapatkan sebuah
kebijakan promosi formal yang menjelaskan kriteria yang digunakan perusahaan untuk
memberikan promosi. Sebuah kebijakan pemasangan lowongan menyatakan perusahaan akan
memasang posisi yang lowong dan persyaratannya, dan mengedarkan ini kepada semua
karyawan.
Promosi tidak selalu sederhana seperti kelihatannya. Sebagai contoh bagaimana Anda
memotivasi karyawan dengan prospek promosi bila perusahaan Anda melakukan
perampingan? Dan bagaimana Anda menyediakan kesempatan promosi kepada mereka,
seperti para insyiur, yang hanya memiliki sedikit atau malah tidak ada minat dalam peran
administratif?
Tersedia beberapa pilihan. Beberapa perusahaan, seperti divisi eksplorasi dari British
Petroleum, menciptakan dua jalur karier paralel, satu bagi manajer, dan lainnya bagi
“kontributor perorangan” seperti insinyur dengan prestasi tinggi. Di BP, kontributor
perorangan bisa naik ke posisi senior tetapi bukan penyeliaan, seperti “insinyur senior.”
Pekerjaan ini memiliki penghargaan finansial paling banyak yang terlampir pada posisi jalur
managemen pada tingkatan itu.
A. Kesimpulan
Manajemen karir harus melibatkan semua pihak termasuk pegawai yang bersangkutan
dengan unit tempat si pegawai bekerja, dan organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu
manajemen karir mencakup area kegiatan yang sangat luas. Pentingnya manajemen karir bagi
karyawan adalah untuk meningkatkan potensi dan produktifitas bagi kemajuan dirinya,
sedangkan bagi perusahaan adalah untuk merencanakan SDM mereka dalam meningkatkan
nilai bisnis perusahaan dan kompetisi bisnis.
Dalam organisasi, terdapat berbagai masalah yang berhubungan dengan karir pegawai. Ada
yang tidak terlampau serius sehingga dapat dipecahkan dalam waktu relatif cepat. Ada pula
yang sangat serius sehingga mengganggu pekerjaan si pegawai sendiri maupun pekerjaan
rekan sekerja lainnya. Dalam keadaan seperti ini, konseling karir sangat diperlukan, baik oleh
pegawai maupun oleh organisasi. Bahkan organisasi yang cukup besar seringkali merasa
perlu mempekerjakan seorang pakar (konselor) yang khusus menangani masalah-masalah
karir.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat memahami mengenai
Manajemen Karier. Selain itu penulis juga berharap pembaca lebih banyak lagi menggali
pengetahuan mengenai Manajemen Karier.
DAFTAR PUSTAKA