Anda di halaman 1dari 23

BANDAR UDARA BLIMBINGSARI: PEMBUKA AKSES EKONOMI DI

KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2003-2017

Yoga Adiputra, Dr. Latifatul Izzah, M. Hum.

Email: yogaadiputra242@gmail.com

ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji tentang Bandar Udara Blimbingsari pembuka akses ekonomi di
Kabupaten Banyuwangi tahun 2003-2017. Tiga pokok permasalahan yang dikaji, yaitu: 1)
Apa yang melatarbelakangi pembangunan Bandar Udara Blimbingsari, 2) Proses
perkembangan Bandar Udara Blimbingsari, 3) Dampak pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari dalam kemajuan ekonomi masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Tujuan
penelitian ini untuk menjelaskan tentang alasan pembangunan Bandar Udara Blimbingsari,
dan bagaimana perkembangan Bandar Udara Blimbingsari, serta dampaknya terhadap
masyarakat sekitar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah,
yang meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan sosiologi ekonomi menurut J. Smelser dan teori modernisasi
menurut Rostow. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi memberikan dampak yang baik. Pada tahun 2003
Kabupaten Banyuwangi telah memiliki surat ijin untuk mendirikan bandara, yaitu Surat
Keputusan Menteri Perhubungan KM 49 Tahun 2003 dan pada tahun 2017 Bandar Udara
Blimbingsari berubah nama menjadi Bandar Udara Banyuwangi sesuai Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KP 830 tahun 2017. Keberadaan Bandar Udara Blimbingsari mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi. Salah satunya dampak
tersebut adalah perkembangan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, perkembangan
investor, dan perkembangan Desa Blimbingsari yang mengalami pemekaran menjadi
Kecamatan Blimbingsari, serta dampak yang terjadi di masyarakat.
Kata Kunci: Bandar Udara Blimbingsari, Ekonomi, Kabupaten Banyuwangi,
Pariwisata.
ABSTRACT

This thesis discusses the opening of Blimbingsari Airport to the economy in Banyuwangi
Regency in 2003-2017. The purpose of this research is to describe what is behind the
thought of building Blimbingsari Airport, the development process of Blimbingsari Airport,
and the impact of the development of Blimbingsari Airport and its impact on society. The
research method used in writing this thesis is the historical method according to Louis
Gottschalk which includes four stages, namely the heuristic stage, critics, interpretation,
and historiography. The approach used is economic sociology with modernization theory.
In this study it can be seen that in 2003 Banyuwangi Regency already had a permit to build
an airport, namely the Decree of the Minister of Transportation KM 49 of 2003 and in
2017 Blimbingsari Airport changed its name to Banyuwangi Airport according to the
Decree of the Minister of Transportation Number KP 830 of 2017. The development of
Blimbingsari Airport is able to encourage economic growth in Banyuwangi Regency. After
the construction of the airport, a new growth center emerged which had a good impact.
One of the impacts is the development of tourism in Banyuwangi Regency, many investors
are looking at Banyuwangi Regency, nd the Development of Blimbingsari Village which
underwent division to become Blimbingsari District, after the existence of Blimbingsari
Airport, and the impact that has occurred on the surrounding community.

Keywords: Blimbingsari Airport, Economy, Banyuwangi Regency, Tourism.


1. PENDAHULUAN
Transportasi merupakan kegiatan untuk pengangkutan atau pemindahan muatan yang
terdiri dari manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain, dari tempat asal (origin)
ke tempat tujuan (destination).1 Pada tahun 1800 transportasi yang mengandalkan tenaga
manusia dan hewan hanya menampung dengan jumlah kecil begitupun waktu yang
ditempuh lambat.2 Pada tahun 1920 pengaruh kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Iptek) trasportasi semakin maju salah satunya perkembangan pesawat terbang sebagai alat
transportasi canggih. Hal ini dapat mendukung pertumbuhan daerah misalnya seperti
pembangunan bandara di Kabupaten Banyuwangi.3
Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah yang turut berpartisipasi dalam rangka
mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui industri pariwisata.4 Potensi ini menjadi

1
Sakti Adji A, Perencanaan Pembangunan Transportasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
hlm.1.
2
Pada tahun 1800-1860 trasportasi telah berkembang dengan menggunakan sumber tenaga
mekanis seperti kapal uap dan kereta api uap yang digunakan dalam dunia perdagangan. Pada tahun
1860 ditemukan pesawat terbang dan kendaraan bermotor oleh Wilbur Wright. Guna lebih jelasnya
lihat: H.A Abbas Salim, Manajemen Trasportasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hlm.
5.
3
Agus Salim, Menciptakan Trasportasi. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006), hlm.7
4
Spillane James, Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya (Yogyakarta: Kanisius,
1987), hlm. 45.
terhambat karena infrastruktur transportasi yang sebelumnya tidak mendukung kegiatan
promosi. Kondisi demikian memantik pemerintah daerah yang dipimpin oleh Bupati
Harwin Wasisto tahun 1988 untuk membangun lapangan terbang.5 Rencana pembangunan
tersebut akan dilaksanakan di Perkebunan Kalirejo Kecamatan Glenmore dengan
pertimbangan dari segi ekonomi dan ketersediaan lahan. Selain Kecamatan Glenmore, Desa
Blimbingsari Kecamatan Rogojampi termasuk bagian dari rencana tersebut dengan
pertimbangan letaknya yang strategis. Eks Lapangan Terbang Blambangan di Kecamatan
Glenmore berencana dijadikan bandara pada masa pemerintahan Bupati H.T. Purnomo
Sidik tahun 1991.6
Pada tahun 1996, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melakukan proses
pembebasan lahan seluas 5 ha di bekas Lapangan Terbang Blambangan di Kecamatan
Glenmore7. Upaya pembangunan bandara hingga tahun 1998 mengalami kegagalan.
Rencana pembangunan di daerah ini berlangsung hingga tahun 2002 oleh Bupati Samsul
Hadi tetapi kandas karena keadaan yang tidak memungkinkan.8
Pembangunan bandara dialihkan di Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi.
Tahun 2003, berdasarkan penetapan Bandar Udara di Kabupaten Banyuwangi Provinsi
Jawa Timur dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Tahun 2003 No. KM 49,
sehingga telah dilakukan pembebasan lahan seluas 26 ha. 9 Proses pembangunan Bandar
Udara Blimbingsari beberapa kali mengalami hambatan dan kecurangan-kecurangan oleh
pemangku kebijakan. Meskipun demikian, rencana tersebut mulai terealisasi dengan adanya
kegiatan penetapan nama Bandar Udara Blimbingsari tahun 2009 dan uji kelayakan terbang
tanggal 26 Desember 2010 oleh Pesawat Grand Caravan C208 yang menjadi syarat
penerbangan komersil.10 Pada tanggal 30 Desember 2010, proyek pembangunan Bandar
Udara Blimbingsari diresmikan oleh Menteri Perhubungan Bambang Susanto, Gubernur
Jawa Timur Soekarwo, dan Bupati Abdullah Azwar Anas.11
Penerbangan komersial perdana dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2011 mengunakan
pesawat jenis Fokker 50 berkapasitas 50 seat oleh Maskapai Sky Aviation dengan rute
Surabaya-Banyuwangi –Surabaya. Penerbangan komersial perdana selanjutnya dengan
5
“Rencana Membangun Lapter di Banyuwangi’’, dalam Surabaya Post, 14 November
1997, hlm. 27.
6
Ibid.
7
Wawancara dengan Samsuri, Banyuwangi, 7 Desember 2019.
8
Wawancara Muni Santoso, Banyuwangi. 7 Desember 2019.
9

SK Menteri Perhubungan, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi


Nomor KM 49 Tahun 2003.
10
“Bandara Lain Butuh Waktu 25 Tahun’’, dalam Radar Banyuwangi, 5 Oktober 2014,
hlm. 25.
11
“Wamenhub Apresiasi Bandara Blimbingsari’’, dalam Radar Banyuwangi, 21 September
2012, hlm. 39.
menggunakan pesawat jenis MA - 60 berkapasitas 60 seat oleh maskapai Merpati
Nusantara Airline rute Surabaya–Banyuwangi–Surabaya pada 24 Agustus 2011. Pada tahun
2012 dilakukan penambahan panjang runway dari 1400 meter menjadi 1800 meter dan
dilakukan penerbangan komersial mengunakan pesawat jenis ATR -72/500 berkapasitas 72
seat oleh Maskapai Wings Air dengan rute Banyuwangi-Surabaya.12
Pada tahun 2013 Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melakukan pengesahan
dan pengembangan Bandar Udara Blimbingsari.13 Maskapai Garuda Indonesia tahun 2014
melakukan penerbangan komersial rute Surabaya - Banyuwangi dan Banyuwangi -
Denpasar.14 Tahun 2015 pengembangan pron pesawat,15 serta landasan pacu dan panjang
runway. Pada tahun 2016 dilakukan pembebasan lahan seluas lebih kurang 7 ha.16
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diambil beberapa pokok permasalahan
yaitu: 1) Apa yang melatarbelakangi pembangunan Bandar Udara Blimbingsari? 2) Proses
perkembangan Bandar Udara Blimbingsari? 3) Dampak pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari dalam kemajuan ekonomi masyarakat Kabupaten Banyuwangi?
Kajian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui latar belakang pembangunan Bandar
Udara Blimbingsari; 2) Menjelaskan perkembangan Bandar Udara Blimbingsari; 3)
Menjelsakan dampak pembangunan Bandar Udara Blimbingsari dalam kemajuan ekonomi
masyarakat Kabupaten Banyuwangi.
Lingkup spasial dalam kajian ini berada di Kabupaten Banyuwangi Desa
Blimbingsari Kecamatan Rogojampi, karena letak Bandar Udara Blimbingsari. Lingkup
temporal yang diambil tahun 2003-2017. Tahun 2003 Kabupaten Banyuwangi telah
memiliki surat izin mendirikan bandar udara, yaitu Surat Keputusan Menteri Perhubungan
KM 49 Tahun 2003 menetapkan di Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten
Banyuwangi.17 Tahun 2017 dipilih karena Bandar Udara Blimbingsari berubah nama
menjadi Bandara Banyuwangi sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 830
tahun 2017. Kajian ini termasuk dalam lingkup kajian sejarah ekonomi. Bandar Udara
Blimbingsari sebagai pembuka akses ekonomi di Kabupaten Banyuwangi.
12
“Wings Air Siap Buka Rute BWI-DPS’’, dalam Radar Banyuwangi, 15 Juni 2014, hlm.
31.
13
“Bandara Akan Diperluas jadi 180, 9 Hektare’’, dalam Radar Banyuwangi, 1 Maret
2013, hlm. 33.
14
“Garuda Positif Masuk Banyuwangi”, dalam Radar Banyuwangi, 9 September 2013, hlm.
27.
15
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Apron merupakan tempat dimana pesawat dapat
parkir untuk menaikkan dan menurunkan penumpang ataupun mengisi bahan bakar. Pada bandara,
biasanya terdapat lorong yang menghubungkan antara pesawat dan terminal.

“Bandara Banyuwangi punya Apron dan Runway Makin Panjang”, dalam Radar
16

Banyuwangi, 17 Januari 2015, hlm. 29.


17
SK Menteri Perhubungan, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Nomor KM 49 Tahun 2003.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari pengumpulan sumber
(heuristik), verifikasi (kritik sejarah), interpretasi (analisis dan sintesis), dan historiografi.
Pada tahap heuristik penulis menggunakan sumber primer seperti surat-surat keputusan
oleh Menteri Perhubungan dan Bupati Banyuwangi tentang Pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari. Selain itu penulis juga mendapatkan sumber primer berupa foto-foto sezaman
saat peresmian Bandar Udara Blimbingsari dan foto-foto pariwisata seperti pariwisata seni
dan pariwisata alam.Peneliti dalam hal ini juga menggunakan sumber sekunder yang
digunakan sebagai data pendukung, sumber sekunder peneliti di dapat dengan melakukan
studi pustaka melalui buku-buku pribadi, studi pustaka di Perpustakaan Universitas Jember
serta melalui beberapa artikel atau karya ilmiah yang diperoleh secara online dan offline.
Penelitian ini masuk dalam kajian sejarah kontemporer, maka guna mendukung beberapa
data terkait peneliti juga menggunakan metode sejarah lisan berupa wawancara.
Tahap selanjutnya yaitu verifikasi, pada tahap ini peneliti melakukan kritik intern
dan ekstern. Berdasarkan hasil verifikasi sumber, data-data yang penulis dapatkan
dinyatakan asli yang didukung oleh pengakuan lisan pada saat wawancara dengan beberapa
pihak yang terlibat dalam pembangunan Bandar Udara Blimbingsari.
Setelah dilakukan verifikasi, sumber selanjutnya yaitu penafsiran atau interpretasi
dengan tujuan agar peneliti dapat menjelaskan sumber-sumber yang sudah didapatkan
dengan cara menganalisis kemudian memberikan uraian. Tahap terakhir yaitu historiografi,
yaitu merekonstruksi peristiwa sejarah berdasarkan sumber-sumber yang telah didapatkan.
Peneliti akan memaparkan sebuah tulisan mulai dari rencana pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari hingga dampak secara ekonomi yang ditimbulkan karena adanya bandara ini
di Kabupaten Banyuwangi.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Latar Belakang Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari
Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi dapat dianalisis
berdasarkan lima faktor yaitu kebijakan bupati untuk memajukan daerahnya, kondisi
geografis dan demografis, kondisi sosial ekonomi, dan kondisi pariwisata, serta kondisi
sosial budaya.
3.1.1 Kebijakan Bupati Untuk Memajukan Daerahnya
Kebijakan rencana pembangunan Bandar Udara Blimbingsari sebagaimana kebijakan-
kebijakan dilakukan pemerintah daerah maupun bupati pada umumnya, maka tidak bisa
terlepas dari mekanisme yang terjadi. Salah satu kebijakan yang dapat mendukung
kemajuan Kabupaten Banyuwangi yaitu adanya moda trasportasi udara sebagai alternatif
tepat untuk menopang kesejahteraan hidup masyarakat Banyuwangi.18 Selain itu, dengan
adanya bandar udara ini akan memberikan kemudahan untuk akses perjalanan seperti
hubngan kerja pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, perjalanan bisnis untuk para
investor baik dari dalam maupun luar negeri, dan perjalanan wisata di Kabupaten
18
Sakti Adji A, Perencanaan Pembangunan Transportasi (Yogyakarta: Graha Ilmu , 2011),
hlm.7.
Banyuwangi yang sudah dikenal hingga mancanegara. Oleh karena itu, pemerintah daerah
merencanakan pembangunan bandara dengan melibatkan pemerintah pusat dan pihak-pihak
swasta lainnya.

3.1.2 Kondisi Geografis dan Demografis


Rencana pembangunan Bandar Udara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi tidak
terlepas dari gambaran geografis Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi merupakan
kabupaten terluas di Jawa Timur yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, sehingga
perjalanan antar kota menuju Kabupaten Banyuwangi terkendala oleh jarak yang cukup
jauh meskipun perjalanan jalur darat mudah untuk diakses. Misalnya bagi para pengunjung
dari Surabaya harus menempuh perjalanan hingga 300 km, sehingga membutuhkan
perjalanan darat dengan waktu tempuh 7 sampai 8 jam. Keadaan demikian menjadi
pertimbangan bagi siapapun yang berasal dari kota lain bahkan provinsi lain untuk
berkunjung ke Banyuwangi.19
Secara geografis Kabupaten Banyuwangi bagian timur dihubungkan oleh laut Selat
Bali sebagai pemisah antar Pulau Jawa bagian timur dengan Pulau Bali. Kondisi ini dapat
memberikan manfaat positif secara ekonomi terhadap Kabupaten Banyuwangi.20 Kabupaten
Banyuwangi dengan berbagai potensi alam dan keanekaragaman budaya harus
dikembangkan demi tercipta kemajuan perekonomian.
Secara demografis laju pertumbuhan penduduk di Banyuwangi terus meningkat,
sehingga pembangunan bandara menjadi kebutuhan tersendiri bagi Kabupaten
Banyuwangi. Membangun konektivitas antar daerah dan meningkatkan kemajuan salah
satunya melalui jalur trasportasi udara. Misalnya untuk menghubungkan Bali, Surabaya dan
lain-lainya, tidak hanya menggunakan trasportasi darat tetapi dengan menggunakan
trasportasi udara dirasa mudah dan cepat. Dalam upaya mewujudkan pembangunan jalur
trasportasi udara, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membangun Bandar Udara
Blimbingsari di Kecamatan Rogojampi. Kecamatan Rogojampi adalah sebuah kecamatan
yang terletak sekitar 20 km arah selatan Kota Banyuwangi. Kecamatan Rogojampi terdiri
dari 16 desa yaitu: Rogojampi, Watukebo, Blimbingsari, Pengatingan, Lemahbangdewo,
Bubuk, Aliyan, Kedaleman, Kaotan, Mangir, Gladag, Gintangan, Bomo, Kaliagung, Gitik,
Karangbendo.21
Hasil studi kelayakan serta survey lapangan terhadap rencana pembangunan bandar
udara di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur telah memenuhi persyaratan teknis
dan layak untuk ditetapkan sebagai lokasi bandar udara.22 Rencana awal pembangunan
bandar udara akan dilaksanakan di Kecamatan Glenmore bekas Lapangan Terbang
19
Abdullah Azwar Anas, Inovasi Banyuwangi Jalan Terpendek Mencapai Layanan Publik
Prima. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2020), hlm. 156.
20
Christian Andika, “Segitiga Berlian: Eksotika Keindahan Bumi Blambangan” dalam
Majalah Khusus Banyuwangi Ethno Carnival, 2012, hlm. 23.
21
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Rogojampi dalam Angka Tahun 2002. (Rogojampi:
Badan Pusat Statistik, 2002), hlm. 4.
22
SK Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2003, op.cit., hlm.4.
Blambangan, tetapi hasil survey menyatakan lokasi tersebut kurang memungkinkan karena
wilayahnya berdekatan dengan gunung sehingga kurang layak dalam mencapai indikator
keselamatan saat penerbangan.23

3.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi


Rencana pembangunan Bandar Udara Blimbingsari tidak juga dipengaruhi oleh kondisi
sosial ekonomi Kabupaten Banyuwangi yang turut memberikan sumbangsih keberhasilan
pembangunan Bandar Udara Blimbingsari. Untuk dapat mengetahui kondisi sosial
masyarakatnya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3. 1
Lapangan Usaha /Mata Pencarian Penduduk Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2000-
2001

Usaha/Mata Pencarian Penduduk Tahun 2000 Tahun 2001


Perdagangan, rumah makan dan hotel 137.686 137.992
Pertanian, Perkebunan dan Perikanan 393.842 393.465
Bagunan 38.572 39.802
Angkutan dan Gudang 26.105 26.111
Asuransi, keuangan, usaha sewa, perusahaan dan tanah 3.270 8.386
Air minum, gas dan listrik 1.820 1.829
Pengolahan industry 69.386 36.646
Pertambangan 5.565 5.569
Jasa Kemasyarakatan 113.816 113.722
Sumber: Badan Pusat Statistik, Banyuwangi dalam Angka Tahun 2002.
(Banyuwangi:Badan Pusat Statistik, 2002), hlm. 60.

Tabel 3.1 memberikan penjelasan bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten


Banyuwangi bermata pencarian sebagai petani, berarti sebagian besar penduduknya
bergerak di bidang pertanian. Hal tersebut karena Kabupaten Banyuwangi memiliki luas
mencapai 578.250 ha dan dimanfaatkan sebagian besar area persawahan, sehingga pada
sektor tersebut memiliki pengaruh terhadap perekonomian.

3.1.3 Kondisi Pariwisata


Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari tidak terlepas dari bidang pariwisata di
Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi besar di sektor
pariwisata, baik pariwisata alam atau pariwisata budaya dan seni. Potensi ini dapat
berkontribusi terhadap pembangunan daerah apabila dikelola secara optimal, salah satunya
menjadi daerah distinasi wisata. Guna mencapai hal tersebut, maka perlu menata strategi
yang tepat dimana pelaksanaannya menjadi tanggunjawab antara pemerintah sebagai
penentu kebijakan dan masyarakat sebagai pelaku usaha jasa yang berhubungan dengan
wisatawan. Secara topografi Kabupaten Banyuwangi terletak di bawah pegunungan berapi
23
Munawir “Lapangan Terbang Glenmore Banyuwangi Riwayatmu Kini” [online],
https://kumparan.com/banyuwangi_connect/lapangan-terbang-glenmore-banyuwangi-riwatmu-
kini/full, diunduh pada 25 November 2019.
yang diapit oleh Samudra Hindia dan Selat Bali.24 Letak ini membawa keuntungan karena
dengan demikian keindahan alam yang tampak, dapat memantik para wisatawan datang ke
Banyuwangi.

Tabel 3. 2
Daftar Nama Objek Wisata, Jarak dari Kota Banyuwangi (km) dan Jenis Obyek
Wisata Tahun 1998-2000

Jarak dari Kota


Nama Objek Wisata Jenis
Banyuwangi (Km)
TN. Alas Purwo/Plengkung 88 Km Wisata Hutan
Kawah Ijen 37 Km Wisata Gunung
Taman Nasional Baluran 65 Km Wisata Hutan
Taman Nasional Merubetiri 96 Km Wisata Hutan
Pantai Boom 1 Km Wisata Pantai
Agro Kali Kelatak 12 Km Wisata Kebun
Pantai Pulau Merah 72 Km Wisata Pantai
Meseum Blambangan 1 Km Wisata Sejarah
Taman Blambangan/Sritanjung 1 Km Wisata Taman
Pantai Watu Dodol 14 Km Wisata Pantai
Antongan Indah 15 Km Wisata Air Terjun
Pemandian Taman Suruh 10 Km Wisata Tirta
Desa Wisata Using 7 Km Wisata Budaya
Pantai Grajagan 60 Km Wisata Pantai
Perkebunan Kendenglembu 70 Km Wisata Hutan
Sumber: Diolah Berdasarkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Banyuwangi Tahun 1998- 2000.

3.1.4 Kondisi Sosial Budaya


Kabupaten Banyuwangi memiliki keanekaragaman kesenian dan budaya yang perlu
dipertahankan kelestariannya. Berbagai kesenian dan budaya berupa adat ataupun tradisi
menjadi keunikan tersendiri bagi Kabupaten Banyuwangi, tidak jarang para wisatawan
yang datang ke Banyuwangi bukan hanya menikmati keindahan alamnya saja melainkan
menikmati kesenian dan budaya yang ada di Banyuwangi, misalnya Kesenian Gandrung
yang dikemas dalam Festival Gandrung Sewu, Ksenian Seblang, Kebo-Keboan, dan lain
sebagainya. Hal ini dapat mendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga
berdampak pada kesejahteraan masyarakat Banyuwangi itu sendiri. Konsistensi
peningkatan PAD akan terjaga apabila potensi ini terfasilitasi, salah satunya perlunya
menciptakan promosi di berbagai kota bahkan di belahan dunia lain. Pembangunan Bandar
Udara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi menjadi relevan mengingat kondisi sosial
budaya ini. Selain sebagai salah satu cara promosi, pembangunan Bandar udara dapat
membuka akses ekonomi bagi usaha dalam skala kecil maupun skala besar.

3.2 Proses Pembangunan Dan Perkembangan Bandar Udara Blimbingsari Serta


Dampaknya Terhadap Masyarakat
24
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), op.cit., hlm.21.
Setiap kebijakan selalu memiliki tujuan dan indikator keberhasilan. Kebijakan yang
berhasil atau telah mencapai tujuannya tidak terlepas dari proses yang bersifat dinamis.
Pada suatu proses tidak jarang ditemukan kendala dan tantangan yang dihadapi. Demikian
pula keberadaan Bandar Udara Blimbingsari di Desa Blimbingsari Kecamatan Rogojampi
Kabupaten Banyuwangi dalam proses pembangunannya mengalami berbagai kendala pada
kondisi yang berbeda-beda. Keadaan tersebut selalu memberi dampak baik dampak yang
kecil maupun dampak yang besar bagi keberlangsungannya. Untuk mengetahui proses
hingga dampak dari pembangunan Bandar Udara Blimbingsari maka ilmu sejarah mampu
merekontruksi peristiwa masa lalu tersebut berdasarkan apa yang sudah dipikirkan,
dikatakan, dirasa, dialami dan dikerjakan oleh seseorang.25 Pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari dapat dilihat dari peran pemimpin atau para aktor yang terlibat.
Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi tidak lepas
dari sosok pemimpin daerahnya, dimana pemimpin mempunyai peran krusial dalam
kemajuan pembangunan daerahnya. Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari melibatkan
peran pemimpin Kabupaten Banyuwangi dari masa ke masa yakni masa Bupati Samsul
Hadi Periode 2000-2005, masa Bupati Ratna Ani Lestari Periode 2005-2010 dan masa
Bupati Abdullah Azwar Anas Periode 2010-2017.

3.2.1 Masa Bupati Samsul Hadi Periode 2000-2005


Upaya pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi dalam pembangunan daerah di bawah
masa pemerintahan Bupati Samsul Hadi telah mendorong Banyuwangi sebagai daerah
pariwisata. Salah satunya menciptakan kemudahan akses dalam transportasi bagi wisatawan
melalui Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari di Desa Blimbingsari Kecamatan
Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari merupakan
program jangka panjang yang didasarkan pada Peraturan Surat Keputusan Menteri
Perhubungan No. KM 49 Tahun 2003 yang berada di Desa Blimbingsari, Kecamatan
Rogojampi. Berdasarkan program tersebut maka telah dilaksanakan pembebasan lahan
seluas 26 ha kemudian dilakukan studi rencana induk bandara serta penyusunan rancangan
awal dan rancangan teknik rincian pembangunan bandar udara.26 Pembangunan ini
diharapkan dapat menjadikan Bnayuwangi menjadi daerah yang lebih maju dan berbasis
internasional, tetapi belum terlaksana karena terdapat kendala dalam prosesnya.
Berdasarkan bukti dan saksi Bupati Samsul Hadi diketahui melakukan korupsi pada saat
proses pembebasan lahan sehingga merugikan APBD Kabupaten Banyuwangi 2005. Kasus
tersebut menyebabkan Bupati Samsul Hadi divonis penjara selama 15 tahun.

25
Ibid, hlm .18 - 19.
26
SK Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2003, loc.cit.
3.2.2 Masa Bupati Ratna Ani Lestari Periode 2005-2010
Setelah pergantian Bupati Samsul Hadi, Kabupaten Banyuwangi dipimpin oleh Bupati
Ratna Ani Lestari pada tahun 2005. Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari tetap
berlangsung yang didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) tahun 2005 – 2025.27 Perumusan RPJPD 2005 – 2025 Kabupaten Banyuwangi
merupakan upaya yang dilakukan sebagai rancangan pembangunan wilayah Kabupaten
Banyuwangi dengan langkah-langkah dan kebijakan yang didasarkan oleh konsep
kemajuan di berbagai bidang salah satunya bidang ekonomi. Bupati Ratna Ani Lestari
melanjutkan proyek pembangunan Bandar Udara Blimbingsari yang telah tertunda pada
masa pemerintahan Bupati Samsul Hadi. Meskipun demikian, realisasinya tidak berjalan
sesuai dengan target dan perencanaan yang diproyeksikan oleh menteri perhubungan yaitu
target menyelesakan hingga sampai tahun 2008.
Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari terbilang lambat dan tidak berjalan
sesuai target karena adanya kasus yang pada saat proses pembebasan lahan untuk
pembangunan Bandar Udara Blimbingsari tahun 2006-2009.28 Pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari terhambat dan berhenti pada proses pembebasan lahan. Pada tahap ini dua
bupati diketahui melakukan korupsi penggelembungan harga tanah yang merugikan negara
sejumlah Rp 40,99 miliar. Bupati Ratna Ani Lestari senilai Rp 19,76 miliar 29 sedangkan
Bupati Samsul Hadi yang merugikan negara sejumlah Rp 21,23 miliar. 30 Bupati Ratna Ani
Lestari terbukti secara telah menyalahgunakan jabatannya dalam proyek pembebasan
lahan untuk Lapangan Terbang Blimbingsari. 31 Ratna telah menunjuk dirinya sendiri
sebagai ketua tim pengadaan lahan sehingga merugikan keuangan negara.

27
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-
2025 merupakan dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan untuk mengarahkan
pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan.
Maksud penyusunan RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025 adalah untuk menyediakan
pedoman bagi pelaksanaan pembangunan jangka menengah Kabupaten Banyuwangi selama 20 (dua
puluh) tahun berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025,.hlm.10.
28
“Mantan Bupati Banyuwangi Kasus Pembebasan Lahan Lapter”, dalam Berita Metro,
op.cit, hlm.15.

’’ Ratna Senyum Saat Mau Masuk Sel, Mantan Bupati Banyuwangi Dijebloskan ke Rutan
29

Medaeng’’ dalam Metro Banjar, 13 September 2012, hlm. 8.


30
‘’Bupati Banyuwangi Diperiksa KPK’’, dalam Komisi Pemberantasan Korupsi Pos Edisi
85,21 Febuari 2010,. hlm.3.
31
Ika Ningtyas, “Jaksa Banding Vonis Koruptor Bandara Banyuwangi” [online],
https://nasional.tempo.co/read/462407/jaksa-banding-vonis-koruptor-bandara-banyuwangi/,
diunduh pada 28 September 2021.
3.2.3 Masa Bupati Abdullah Azwar Anas Periode 2005-2017
Pada tahun 2010 pemerintahan Bupati Ratna Ani Lestari telah selesai dan resmi digantikan
oleh Bupati Abdullah Azwar Anas. Masa kepemimpinan Bupati Anas transportasi yang
telah ada di Kabupaten Banyuwangi terus mengalami peningkatan. Bandar Udara
Blimbingsari menjadi salah satu program priorotas yang dikerjakan masa kepemimpinan
Bupati Anas. Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari dinilai sebagai salah satu cara yang
cepat untuk meningkatkan perekonomian daerah seperti dibukanya peluang usaha baik
barang atau jasa dalam skala kecil maupun skala besar. Selain itu, andar udara ini mampu
menjadi cover yang menciptakan frist impression terhadap Kabupaten Banyuwangi.32
Bupati Abdullah Azwar Anas berhasil merealisasikan program pengoperasian
bandara yang dirintis para pendahulu sejak 1996 itu. Keberhasilan itu ditandai saat
dilakukan penerbangan rute Surabaya – Banyuwangi - Surabaya dengan menggunakan
pesawat Grand Caravan C208 berkapasitas 12 penumpang oleh maskapai Sky Aviation
pada 30 Desember 2010. Hal ini sekaligus menjadi peresmian Bandar Udara Blimbingsari
sebagai bandara komersial domestik. Peran Abdullah Azwar Anas terhadap Bandar Udara
Blimbingsari menunjukan perkembangan signifikan, misalnya jumlah maskapai terus
bertambah dan bandara terus berkembang.
Pada 29 November 2016 di bawah kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas,
Kabupaten Banyuwangi meraih penghargaan akselerasi pengembangan bandara.
Penghargaan tersebut diberikan karena keberhasilannya dalam melaksanakan
pengembangan Bandar Udara Blimbingsari. Pada tahun 2017 Bandar Udara Blimbingsari
berubah nama menjadi Bandar Udara Banyuwangi yang telah diresmikan oleh Bupati
Abdullah Azwar Anas. Perubahan nama bertujuan untuk memudahkan promosi pariwisata
di Kabupaten Banyuwangi, bahwa bandara tersebut berada di Kabupaten Banyuwangi.
Bandar Udara Banyuwangi memiliki ciri khas tersendiri dengan tema bangunan yang hijau
atau biasa dijuluki sebagai Green Airport. Tepatnya pada 22 Desember tahun 2017, telah
terjadi penandatanganan serah terima Bandar Udara Banyuwangi dari Kementrian
Perhubungan ke PT Angkasa Pura II. Sehingga PT Angkasa Pura II menginvestasikan Rp
300 miliar untuk pengembangan Bandar Udara Banyuwangi.

3.2.3.1 Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Strategis Pembangunan Bandar


Udara Blimbingsari
Kawasan strategis yang berada di Kabupaten Banyuwangi meliputi PKLP33. Kawasan
strategis dapat dibedakan menjadi kawasan agropolitan, kawasan manipolitan, kawasan
industri, kawasan pelabuhan, kawasan bandar udara, dan kawasan pariwisata. Salah satu
kawasan strategis yang berada di Kabupaten Banyuwangi adalah Bandar Udara
Blimbingsari yang berada di Kecamatan Rogojampi dan Kecamatan Kabat. Transportasi
udara merupakan prasarana pokok dalam penyelengaraan penerbangan. Selain sebagai
32
Abdullah Azwar Anas, Inovasi Banyuwangi Jalan Terpendek Mencapai Layanan Publik
Prima.(Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama: 2020), hlm.185.
33
PKLP adalah Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang merupakan kawasan perkotaan yang
nantinya dikembangkan sebagai pusat pelayanan untuk beberapa kecamatan.
sarana jasa transportasi, keberadaan bandara memberikan dampak terhadap kawasan yang
berada di sekitarnya. Misalnya gangguan suara seperti kebisingan, getaran, dan dampak lain
yang terjadi karena aktivitas penerbangan ketika pesawat sedang melakukan lepas landas
(take off) seperti pendaratan (landing) pesawat.34
Berdasarkan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032,
lokasi Bandar Udara Blimbingsari terletak di Kecamatan Rogojampi dan Kecamatan Kabat
yang berada pada Wilayah Pengembangan (WP) Banyuwangi Tengah Timur. Wilayah
kecamatan yang masuk didalam WP Banyuwangi Tengah dan Timur meliputi Kecamatan
Rogojampi, Songgon, Muncar, Kabat, Singojuruh, Srono dan Cluring dimana pusat
pengembangan wilayahnya berada di Kecamatan Rogojampi. Fungsi kawasan WP
Banyuwangi Tengah dan Timur yaitu sebagai kawasan pertanian, kawasan perikanan,
kawasan peternakan, kawasan industri, kawasan lindung dan dalam kawasan pembangunan
bandara.

3.2.3.2 Perkembangan Bandar Udara Blimbingsari


Bandar Udara Blimbingsari terletak di desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi,
Kabupaten Banyuwangi yang berjarak 15 km dari pusat kota Banyuwangi melewati jalan
raya propinsi dan 6 km melewati jalan desa. Secara administratif lokasi Bandar Udara
Banyuwangi ini terletak di perbatasan 3 desa, yaitu Desa Blimbingsari dan Desa
Karangbendo, Kecamatan Rogojampi serta Desa Badean, Kecamatan Kabat. Letak
geografis Bandar Udara Blimbingsari pada posisi 08o 18’ 42.70” LS dan 114o 20’ 16.30”
BT. Terletak pada ketinggian +20 sampai dengan 30 m di atas permukaan air laut rata-rata,
dengan kondisi topografi yang relatif datar, dengan kemiringan kurang dari 1% dengan
batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara: Kabupaten Situbondo dan Kabupaten
Bondowoso, sebelah selatan: Samudra Indonesia, sebelah timur: selat dan Pulau Bali,
sebelah barat: Kabupaten Jember.35 Bandar Udara Blimbingsari telah memberikan
kontribusi yang besar bagi Kabupaten Banyuwangi. Sehingga keberadaan pembangunan
Bandar Udara Blimbingsari menjadi pembuka akses ekonomi di Kabupaten Banyuwangi.
Berbagai terobosan-terobasan yang dilakukan dengan baik dalam kegiatan operasional
bandara menjadikan perkembangan Bandar Udara Blimbingsari. Pada Bandar Udara
Blimbingsari telah meliputi tata ruang yang luas, sebagian telah dibangun landasan pacu,
apron, taxiway, hangar dan sebagainya seperti gedung terminal, dan area parkir maupun
fasilitas pelayanan lainya untuk para penumpang.

Berikut merupakan daftar jumlah penumpang melalui Bandar Udara Blimbingsari


pada tahun 2011-2017:
Tabel 4.15
Jumlah Penumpang Melalui Bandar Udara Blimbingsari tahun 2011-2017
34
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi, “Penyusunan
Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Sekitar Bandar Udara Blimbingsari Kabupaten
Banyuwangi” dalam Laporan: Bappeda, 2012, hlm. 2.
35
Ahmad Wicaksono, op.cit., hlm. 30.
No Tahun Pesawat Tiba Pesawat Berangkat Total Penerbangan
1 2011 3.858 3.977 7.835
2 2012 11.637 12.146 23.783
3 2013 21.685 22 .294 43.979
4 2014 42.159 46.268 88.427
5 2015 49.279 50.796 100.075
6 2016 55.746 55.746 111.492
7 2017 93.391 55.746 188.949

Sumber: Diolah Berdasarkan Data Dinas Perhubungan, Komunikasi dan


Informatika Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2017.

Berdasarkan pada Tabel 3.3 bahwa arus jumlah penumpang melalui Bandar Udara
Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011-2017, telah mengalami
peningkatan. Dapat dilihat bahwa penumpang pada tahun 2011 dengan jumlah 3.997 dan
sampai tahun 2017 telah meningkat penumpang melalui Bandar Udara Blimbingsari
dengan jumlah 188.949. Selain itu Bandar Udara Blimbingsari tidak hanya melayani
penumpang tapi juga membuka jasa kargo sejak tahun 2014. Jasa pengangkutan tersebut
sangat bagus untuk pergerakan dan perputaran ekonomi di Kabupaten Banyuwangi. Berikut
jumlah penerbangan muatan melalui Bandar Udara Blimbingsari:

Tabel 4.16
Jumlah Penerbangan Muatan Melalui Bandar Udara Blimbingsari Tahun-2014-2017
Jumlah Jumlah
Penerbangan Muatan
No Tahun Berangkat Datang Berangkat Datang
1 2014 852 852 214.468 174.365
2 2015 962 960 50.796 49.279
3 2016 955 955 398.458 318.010
4 2017 1.484 1.483 584.755 515.212
Sumber: Diolah Berdasarkan Data Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014-2017.

Berdasarkan Tabel 4.16 jumlah penerbangan dan jumlah muatan antara berangkat
dan datang mengalami peningkatan setiap tahunya. Pada tahun 2014 dengan jumlah
174.365,pada tahun 2015 dengan jumlah 49.279, pada tahun 2016 dengan jumlah sebesar
318.010 dan pada tahun 2017 telah mengalami peningkatan dengan jumlah 515.212.

3.2.3.2 Maskapai dan Agenda Penerbangan Bandar Udara Blimbingsari


Bandar udara yang produksi angkutan udaranya meningkat melaksanakan pembangunan
dan pengembangan untuk mengantisipasi kondisi tersebut. Pengembangan dan
pembangunan yang dilakukan biasanya perluasan terminal penumpang, memperpanjang
runway agar dapat di darati pesawat-pesawat dengan tipe yang lebih besar, menambah
kapasitas apron, meningkatkan pelayanan dan sebagainya.36 Berikut merupakan maskapai
dan tujuan penerbangan Bandar Udara Blimbingsari meliputi:

Tabel 4.17
Maskapai dan Tujuan Penerbangan Bandar Udara Blimbingsari Tahun 2010-2017
No Maskapai Tahu Tujuan
n
1 SkyAviation 2010 Banyuwangi-Denpasar- Surabaya
2 Merpati Nusantara 2011 Banyuwangi-Surabaya
Airlines
3 Wings Air 2012 Surabaya-Banyuwangi
4 Garuda Indonesia 2014 Surabaya-Banyuwangi-Denpasar
5 Nam Air 2017 Jakarta-Banyuwangi
Sumber: Diolah Berdasarkan Data Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010-2017.

3.2.3.3 Fasilitas Bandar Udara Blimbingsari


Adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 tentang
pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup bandara. Sehingga Bupati Abdullah Azwar
Anas mengeluarkan Peraturan Bupati Kabupaten Banyuwangi Nomor 16 Tahun 2013
tentang pedoman pengelolaan Bandar Udara Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi.37 Pada
penumpang di Bandar Udara Blimbingsari terus mengalami lonjakan sejak beroperasi pada
tahun 2011 sampai 2017. Upaya pelayanan Bandar Udara Blimbingsari semakin
ditingkatkan. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan terhadap fasilitas, terutama panjang
landasan pacu (runway), kebutuhan taxiway, apron, gedung tower, gedung bandara,
stopway, gedung power house dan fasilitas pertolongan kebakaran. Pada pengembangan
tersebut harus sesuai dengan standar yang berlaku.
Pada bandara tersebut di arsiteki oleh Andramartin, desainya mengadobsi kearifan
lokal, yakni arsitektur khas Suku Osing masyarakat asli Banyuwangi. Pada atap terminal
Bandar Udara Blimbingsari juga mengadopsi penutup kepala khas Suku Osing, yaitu
udeng. Selain itu, terminal bandara tersebut banyak menggunakan ornamen kayu dan
dilengkapi dengan ornamen khas Banyuwangi. 38 Penanaman berbagai jenis tanaman,
konservasi air, dan percahayaan alami ikut mendukung konsep arsitektur hijau. Desain

Ibid, hlm. 80.


36

37
SK Bupati Kabupaten Banyuwangi, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Nomor 16 Tahun 2013.
38
Abdullah Azwar Anas, op.cit., hlm. 156.
interior terminal dikonsep minim sekat untuk memperlancar sirkulasi udara dan sinar
matahari. Pada sudut ruang untuk terminal Bandar Udara Blimbingsari terdapat ruang
keberangkatan, kedatangan, ruang tiket, ruang VVIP, mushola, anjungan kantor
penerbangan, dan restoran.
3.3 Dampak Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari
Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari ini juga memberi dampak secara sosial ekonomi
sehingga tatanan kehidupan masyarakat bisa berubah seiring dengan perkembangan
wilayah menjadi lebih padat, ramai, dan semakin maju. Pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi baik itu di dalam
wilayahnya maupun di wilayah sekitarnya. Adanya bangunan bandara, dapat muncul pusat
pertumbuhan baru yang memberikan dampak yang baik. Salah satunya dampak yang
ditimbulkan adalah perkembangan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, respon para
investor dan Perkembangan Desa Blimbingsari yang mengalami pemekaran menjadi
Kecamatan Blimbingsari setelah adanya keberadaan Bandar Udara Blimbingsari serta
dampak yang terjadi di masyarakat sekitarnya.
3.3.1 Perkembangan Pariwisata
. Pada pembangunan Bandar Udara Blimbingsari menjadi dampak terhadap perkembangan
pariwisata di Kabupaten Banyuwangi . Pada tahun 2004 Bupati Samsul Hadi mengeluarkan
Peraturan Derah Nomor 18 Tahun 2004. Pada peraturan tersebut dalam upaya
mengoptimalisasi pelaksanaan tugas atau kewenangan Dinas Pariwisata Kabupaten
Banyuwangi. Peraturan tersebut telah ditandatangani oleh Samsul Hadi, sehingga pada 8
Juli 2004 telah disahkan.39 Adanya peraturan tersebut pada masa pemerintahan Bupati
Samsul Hadi telah mulai mempromosikan pariwisata yang ada di Kabupaten Banyuwangi
ke tingkat nasional. Namun ternyata pada promosi yang dilakukan kurang menarik,
alasanya di Kabupaten Banyuwangi belum memiliki bandar udara yang dapat menjadi
kebutuhan para wisatawan yang ingin berkunjung dengan menggunakan trasportasi udara,
begitu pula sebagai kebutuhan masyarakat banyuwangi yang ingin berpergian ke dalam
negeri maupun luar negeri. Apalagi lingkup kabupaten dapat memiliki bandara, dapat
menarik sekali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini tentang
perkembangan kunjungan wisata:

Tabel 4.26
Kunjungan Wisatawan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010-2017
No Tahun Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara Jumlah
1 2010 504.628 34.285 538.913
2 2011 631.988 42.938 674.926
3 2012 751.216 47.280 798.541

39
SK Bupati Kabupaten Banyuwangi, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Nomor 18 Tahun 2004.
4 2013 836.304 53.244 889.548
5 2014 496.304 50.244 546.548
6 2015 540.669 4.424 545.093
7 2016 551.513 64.102 615.615
8 2017 606.664 71.271 677.935
Sumber: Diolah Berdasarkan Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2010- 2017.

Berdasarkan pada Tabel 4.25 kunjungan wisatawan pada setiap tahunnya


mengalami kenaikan pada tahun 2010 jumlah 538.913 dengan wisatawan domestik 504.628
dan wisatawan mancanegara mencapai 34.285, pada tahun 2011 jumlah 674.926 dengan
wisatawan domestik631.988 dan wisatawan mancanegara 42.938,
Beroperasinya Bandar Udara Blimbingsari pada tahun 2012 sampai tahun 2017
membuat lonjakan yang sangat pesat terhadap pariwisata di Kabupaten Banyuwangi di
bandingkan pada tahun 2011 hanya mencapai 232.528 orang, mungkin pada tahun tersebut
kurangnya promosi serta strategi.40 Perkembangan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi
tidak hanya ditunjang Bandar Udara Blimbingsari, tetapi juga ditopang oleh keberadaan
Pelabuhan Tanjung Wangi, pelabuhan tersebut terus dibenahi termasuk memperpanjang
dermaga. Pelabuhan Tanjung Wangi juga diharapkan dalam perkembangan pariwisata.

3.3.2 Perkembangan Investor


Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari tidak hanya menjadikan pariwisata di Kabupaten
Banyuwangi berkembang, tetapi juga menarik para investor. Seperti yang dikatakan Bupati
Banyuwangi Abdullah Azwar Anas adalah orientasi pembangunan ekonomi masih
berpusat di kawasan barat Indonesia dan kota-kota besar harus segera diubah. Untuk
mengurangi disparitas ekonomi, kawasan timur Jatim patut dilirik seperti contoh Kabupaten
Banyuwangi. Keberadaan pembangunan Bandar Udara Blimbingsari memberikan dampak
kemajuan di Kabupaten Banyuwangi, kawasan timur Jatim cukup prospektif untuk dilirik
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru. Pertumbuhan ekonomi di Jatim jangan hanya di
wilayah barat, tetapi juga ke timur sehingga wilayah itu perlu dibenahi terutama
menyangkut infrastruktur.41
Guna untuk menarik investor dan meningkatkan perekonomian Kabupaten
Banyuwangi, sehingga jalur trasportasi udara yakni Bandar Udara Blimbingsari terus di
benahi dan di kembangkan. Ternyata keberadaan pembangunan Bandar Udara Blimbingsari
di Kabupaten Banyuwangi sangat berguna untuk menarik para investor.

40
“Bandara Bwx Bikin Bangga di Harjaba ke 246”, dalam Radar Banyuwangi, 19
Desember 2017, hlm. 42.
41
DetikNews, “Anas Ajak Pengusaha Berinvestasi di Banyuwangi” [online],
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-2018344/anas-ajak-pengusaha-berinvestasi-di-
banyuwangi, diunduh pada 25 November 2021.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011 mencapai 7,2
persen. Angka tersebut di atas pertumbuhan rata-rata ekonomi Provinsi Jawa Timur,
bahkan nasional. Selain itu, Kabupaten Banyuwangi juga menempati rangking ke-3 sebagai
daerah tujuan investasi di Provinsi Jawa Timur dari 38 Kabupaten/kota. Padahal sebelum
adanya pembangunan Bandar Udara Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi masih
menempati peringkat ke-31.42
Pada akhirnya peran para investor sudah mulai terlihat, berbagai industri besar telah
dibangun di Kabupaten Banyuwangi yakni seperti PT Semen Boswa, Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi juga sudah menyiapkan lahan seluas 600 hektar demi
pembangunan kawasan industri tersebut.43 Kehadiran pabrik Bosowa dapat membuka
lapangan pekerjaan baru untuk rakyat Banyuwangi, karena pabrik tersebut akan menyerap
tenaga kerja sekitar 500 orang.44 Adapun PT Semen Gresik Tbk sebagai pabrik
pengantongan semen di Ketapang juga menjadi salah satu investasi besar di Banyuwangi. 45
Pada tahun 2012 pihak Kementrian BUMN telah melirik Kabupaten Banyuwangi sebagai
kawasan industri modern, dalam upaya mereka yakni melakukan pembangunan pabrik gula
terbesar se-Indonesia telah dilaksanakan pada tahun 2013. Pada pembangunan pabrik
tersebut dengan total investasi Rp 2 triliun.46 Pabrik gula yang akan dibangun memiliki
kapasitas produksi sekitar 6.000 ton setiap hari. Bahkan produksinya bisa di tambah
menjadi 7.000 ribu.47 Selain dari pihak BUMN, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga
telah menjalin hubungan kerjasama dari berbagai investor swasta lainnya. Para investor
tersebut antara lain: Pabrik Kertas Basuki Rahmat, CV. Pacivic Harvest, PT. Maya Muncar,
PT. Sumber Yala Samudra, serta PT. Avilla Prima Intra Makmur.48
Adapun berbagai badan swasta yang telah dibangun di Kabupaten Banyuwangi
memiliki nilai investasi cukup besar dari 1 millyar hingga 10 millyar Rupiah. Adapun peran
pada masa kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas pada penambahan jalur
transportasi laut di Kabupaten Banyuwangi dengan membangkitkan kembali kawasan
Pantai Boom dengan membangun pelabuhan terbesar di Jawa Timur, melakukan kerjasama
sangat baik dengan PT PELINDO III melalui anak usahanya, PT Pelindo Properti
42
“Pelabuhan Banyu Alit dan Bandara Blimbingsari’’, dalam Radar Banyuwangi, 19
Oktober 2012, hlm. 37.
43
“Semen Bosowa Dapat Izin PPT’’, dalam Radar Banyuwangi, 13 Febuari 2012, hlm. 23.
44
“Pembangunan Pabrik Bosowa Segera Dimulai’’, dalam Radar Banyuwangi, 1 April
2012, hlm. 31.
45
“Investasi Diprediksi Tembus Rp 3,5 Triliun’’, dalam Radar Banyuwangi, 7 November
2012, hlm. 32.
46
“Bangun PG di Glenmore Rp 2 Triliun, Termegah, Terbesar, dan Tercangih di
Indonesia’’, dalam Radar Banyuwangi, 22 Juni 2012, hlm. 33.
47
“Sudah Tersedia Lahan 6.000 Hektare’’, dalam Radar Banyuwangi, 22 Juni 2012, hlm.
43.
48
Bappeda, op.cit.,, hlm. 58.
Indonesia.49 Sehingga Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersama PT PELINDO telah
melakukan rencana untuk membangun Pelabuhan Marina di Kawasan Pantai Boom.
Adanya pembangunan Bandar Udara Blimbingsari juga telah menjadi kemudahan akses
menuju Kabupaten Banyuwangi, serta mendapat respon dari kedatangan Duta Besar yang
berasal dari Swedia bernama Johanana Bismar Skoog dalam rencana yang dilakukan beliau
yakni meninjau Industri Galangan Kapal yang ada di Kabupaten Banyuwangi, PT Lundin
Industri Invest.50
Bukan hanya trasportasi udara seperti Bandar Udara Blimbingsari, tetapi juga dari
transportasi darat yang banyak beroperasi di Kabupaten Banyuwangi salah satunya yakni
Kereta Api. Pada Penumpang kereta api setiap bulan semakin mengalami peningkatan
karena banyaknya wisatawan datang ke Kabupaten Banyuwangi. Pada tahun 2012
Kabupaten Banyuwangi diadakan rencana pembangunan pabrik Kereta Api terbesar di
Indonesia. Pabrik kereta api milik BUMN, PT. INKA dibangun di lahan seluas 83 hektar
dengan investasi Rp 1,6 triliun itu bakal difokuskan untuk menyasar pada pasar ekspor ke
Asia, Afrika, dan Australia. Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro memaparkan,
bahwa INKA telah menerima banyak pesanan kereta untuk ekspor salah satunya Srilanka
yang memesan 250 kereta dengan nilai 100 juta dollar AS. Dengan melihat pembangunan
pabrik kereta api terbesar di Indonesia ini tentunya banyak butuh tenaga kerja. Dapat dilihat
dari banyaknya pesanan kereta api PT. INKA telah merekrut 2.000 pekerja lokal yang
dibagi supaya magang tiga bulan di Swiss sambil menunggu pembangunan pabrik tersebut
selesai. Adanya hal tersebut pengangguran yang ada di Kabupaten Banyuwangi berkurang
dan bisa direkrut supaya bekerja di pabrik kereta api terbesar milik BUMN tersebut. 51
Untuk itu PT. INKA telah bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk
membuka jurusan perkeretaapian di Politeknik Negeri Banyuwangi dan di beberapa SMK
yang ada di kawasan Kabupaten Banyuwangi.
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2012 mencapai 72
persen dan telah melampaui nasional yang hanya 64 persen. Menurut Data Penanaman
Modal Jawa Timur telah mencatat bahwa sebelum adanya pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari dalam minat investasi di Kabupaten Banyuwangi berada di peringkat 31 dari
38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Adanya pembangunan Bandar Udara Blimbingsari
Kabupaten Banyuwangi telah menduduki peringkat ketiga sebagai daerah yang paling
diminati oleh para investor setelah Gresik dan Surabaya.52

49
I Gede Ketut Wiraputra Permana.“Desain Konseptual Marina Dengan Theory Of
Constraint:Studi Kasus Pantai Boom Kabupaten Banyuwangi’’, Tugas Akhir Jurusan Trasportasi
Laut Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya,. 2016. hlm. 28.
50
Kabar Bwi, “Dubes Swedia Kunjungi Banyuwangi’’ [online],
https://www.banyuwangikab.go.id/berita-daerah/dubes-swedia-kunjungi-banyuwangi.html, diunduh
pada 25 November 2021.
51
Bappeda Provinsi Jawa Timur “Banyuwangi Pusat Pertumbuhan Ekonomi” [online],
http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/09/14/banyuwangi-pusat-pertumbuhan-ekonomi-baru/,
diunduh pada 25 Mei 2022.
52
Bappeda, op.cit., hlm. 79.
Pada tahun 2014 juga masuk investor dari Tiongkok, yaitu Wuhan Iron and Steel
Group (Wisco), merupakan produsen baja terbesar keempat di Tiongkok. Investor tersebut
sudah mengecek kawasan industri di Dusun Kampe, Desa bangsring, Kecamatan
Wongsorejo. Pada nilai investasi yang digelontorkan investor Tiongkok tersebut mencapai
5 miliar USD dan setara Rp 56, 6 triliun. 53 Wisco berniat membangun pabrik pengolahan
besi dan baja di Indonesia. Pabrik tersebut menjadi terbesar di tanah air, dengan kapasitas
produksi 5 juta Ton per tahun.54
Bandar Udara Blimbingsari juga berguna sebagai tempat pengangkutan para
pegawai-pegawai serta kunjungan-kunjungan dari pihak-pihak terkait dari Perusahaan
Kagean Energy Indonesia Cabang Banyuwangi, yang terletak di Desa Bulusan Kecamatan
Kalipuro.55 Memang pegawai-pegawai dari perusahaan tersebut merupakan dari daerah luar
Kabupaten Banyuwangi seperti Surabaya dan sebagainya, kemudian datang dengan
menggunakan pesawat terbang dan turun melalui Bandar Udara Blimbingsari. Pada tahun
2017 Menteri Pariwisata Arief Yahya juga mengatakan bahwa pembangunan Bandar
Udara Blimbingsari menjadikan akses yang makin mudah, dan fasilitas penunjangnya
makin lengkap. Arief Yahya juga mengatakan bukan hanya potensi pariwisata tetapi,
potensi perkebunan di Kabupaten Banyuwangi juga sangat baik dan tinggi, terutama
mengenai komoditas-komoditas seperti halnya cengkeh, kelapa, kopi, tebu, kakao dan tebu.
Untuk itu keberadaan pembangunan Bandar Udara Blimbingsari dapat berpengaruh
terhadap hal tersebut, yakni menciptakan pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi serta masyarakat sekitar.56 Keberadaan Bandar Udara Blimbingsari nantinya
sangat mempermudah kunjungan-kunjungan para pihak pihak pelaku investasi dan
pengiriman barang atau bahan dari para pelaku usaha, karena tidak membutuhkan waktu
yang lama artinya mempercepat waktu dalam berkunjung ke Kabupaten Banyuwangi.
Pada tahun 2017 PT Angkasa Pura II masuk Banyuwangi, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) tersebut ancang-ancang mengaet sejumlah maskapai untuk membuka
penerbangan internasional dari dan menuju Banyuwangi. PT Angkasa Pura II menanamkan
investasi senilai Rp 300 miliar di Bandar Udara Blimbingsari. Pada dana tersebut salah
satunya guna untuk menambah luas apron alias tempat parkir pesawat. Selain itu, investasi
sebesar Rp 300 miliar itu juga dimanfaatkan untuk penebalan landasan pacu di Bandar
Udara Blimbingsari.57 Untuk itu pengelolaan Bandar Udara Blimbingsari resmi berpindah

53
“Investasi Rp 56 Triliun, Tinjau Lokasi di Wongsorejo’’, dalam Radar Banyuwangi, 21
Maret 2014, hlm. 29.
54
“Wisco Siap Bangun Pabrik Baja’’, dalam Radar Banyuwangi, 21 Maret 2014, hlm. 39.
55
Wawancara dengan Muhamad Arif Pratama , Banyuwangi. 10 Desember 2021.

56
Marta Warta Silibani, “Menteri Arif Kunjungan Wisatawan ke Banyuwangi Melonjak’’
[online], https://bisnis.tempo.co/read/907517/menteri-arief-kunjungan-wisatawan-ke-banyuwangi-
melonjak, diunduh pada 7 Juni 2023.

“AP II Investasi 300 Miliar Dorong AirAsia Masuk Banyuwangi’’, dalam Radar
57

Banyuwangi, 26 Desember 2017, hlm. 34.


tangan ke PT Angkasa Pura II, yang sebelumnya operasional bandara dilakukan Direktorat
Jendral Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

3.3.3 Pemekaran Desa Blimbingsari


Perkembangan Desa Blimbingsari yang mengalami pemekaran menjadi Kecamatan
Blimbingsari, setelah keberadaan Bandar Udara Blimbingsari, berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2015 tentang pembentukan Kecamatan
Blimbingsari.58 Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari memberikan dampak yang
menguntungkan bagi masyarakat sekitar. Seperti menambah wawasan terhadap masyarakat
sekitar yang awalnya tidak setuju dengan pendirian Bandar Udara Blimbingsari, dari tidak
mengerti menjadi mengerti apa itu bandara serta dampak terhadap kehidupan sosial
ekonomi pada setiap daerah. Ternyata setelah pembangunan itu terlaksana banyak dampak
positif dan keuntungan yang didapatkan. Pada wilayah tersebut yang dulu sangat sepi dan
sekarang menjadi rame. Pada pemukiman dan rumah disana menjadi meningkat harganya.
Selain itu banyak orang dari daerah -daerah lain yang membangun rumah disana. Bukan
hanya pembangunan perumahan, tetapi banyak para investor yang membangun ruko- ruko
disekitar Bandar Udara Blimbingsari. Secara tidak langsung harga jual tanah serta
perumahan disana telah meningkat dibandingkan sebelum adanya Bandar Udara
Blimbingsari.

4.KESIMPULAN
Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari diharapkan mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi baik itu di dalam wilayahnya maupun di wilayah sekitarnya. Adanya bangunan
bandara, dapat muncul pusat pertumbuhan baru yang memberikan dampak yang baik. Salah
satu dampak yang ditimbulkan adalah perkembangan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi,
perkembangan investor dan perkembangan Desa Blimbingsari yang mengalami pemekaran
menjadi Kecamatan Blimbingsari, setelah keberadaan Bandar Udara Blimbingsari dan
dampak yang terjadi di masyarakat sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Arsip

58
SK Bupati Kabupaten Banyuwangi, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Nomor 8 Tahun 2015.
SK Menteri Perhubungan, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor KP
830 Tahun 2017 tentang perubahan nama Bandar Udara Blimbingsari diubah
menjadi Bandar Udara Banyuwangi Di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa
Timur. Direktorat Jendral Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia.

SK Bupati Banyuwangi, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 08


Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2012-2032.

SK Bupati Kabupaten Banyuwangi, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi


Nomor 40 Tahun 2002 tentang Usaha Pariwisata.

SK Bupati Kabupaten Banyuwangi, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi


Nomor 16 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Bandar Udara
Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi.

SK Bupati Kabupaten Banyuwangi, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi


Nomor 188/223/KEP/429.011 Tahun 2013 tentang Tim Penyusunan Rancangan
Peraturan Bupati Banyuwangi Pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta
Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi.

SK Bupati Kabupaten Banyuwangi, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi


Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pembentukan Kecamatan Blimbingsari.

SK Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Lampiran Menteri Perhubungan Sistem


Trasportasi Nasional Nomor 49 Tahun 2005 tentang Sistem Trasportasi Nasional.

SK Menteri Perhubungan, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor


KM 49 Tahun 2003 tentang penetapan lokasi Bandar Udara Di Kabupaten
Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Direktorat Jendral Perhubungan Udara
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

SK Menteri Perhubungan, Lampiran Peraturan Keputusan Menteri Perhubungan Republik


Indonesia Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara
Umum.

SK Menteri Perhubungan, Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia


Nomor KM 24 Tahun 2005 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
(SNI) 03-7067 2005 Mengenai Teknis Fasilitas Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan Dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) Di Bandar Udara Sebagai
Standar Wajib.

SK Menteri Perhubungan, Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia


Nomor KP 420 Tahun 2011 tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian Pelayanan Pertolongan
Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK).

SK Menteri Pertanian dan Agraria Indonesia, Lampiran Peraturan No.2 Tahun 1962 tentang
Penegasan Konversi dan Pendaftaran Bekas Hak-Hak Indonesia Atas Tanah.

SK Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No.4 tahun
1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa
Timur Tahun 1997/1998 – 2011/2012.

SK Presiden Republik Indonesia, Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Bandar Udara.

Buku

Adisasmita, Rahardjo. Dasar-Dasar Ekonomi Transportasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014.

Adisasmita, Sakti Adji. Penerbangan Dan Bandar Udara. Yogyakarta: Graha Ilmu.2012.

______________. Pengantar Perencanaan Trasportasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011.

Anda mungkin juga menyukai