Email: yogaadiputra242@gmail.com
ABSTRAK
Skripsi ini mengkaji tentang Bandar Udara Blimbingsari pembuka akses ekonomi di
Kabupaten Banyuwangi tahun 2003-2017. Tiga pokok permasalahan yang dikaji, yaitu: 1)
Apa yang melatarbelakangi pembangunan Bandar Udara Blimbingsari, 2) Proses
perkembangan Bandar Udara Blimbingsari, 3) Dampak pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari dalam kemajuan ekonomi masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Tujuan
penelitian ini untuk menjelaskan tentang alasan pembangunan Bandar Udara Blimbingsari,
dan bagaimana perkembangan Bandar Udara Blimbingsari, serta dampaknya terhadap
masyarakat sekitar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah,
yang meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan sosiologi ekonomi menurut J. Smelser dan teori modernisasi
menurut Rostow. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi memberikan dampak yang baik. Pada tahun 2003
Kabupaten Banyuwangi telah memiliki surat ijin untuk mendirikan bandara, yaitu Surat
Keputusan Menteri Perhubungan KM 49 Tahun 2003 dan pada tahun 2017 Bandar Udara
Blimbingsari berubah nama menjadi Bandar Udara Banyuwangi sesuai Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KP 830 tahun 2017. Keberadaan Bandar Udara Blimbingsari mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi. Salah satunya dampak
tersebut adalah perkembangan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, perkembangan
investor, dan perkembangan Desa Blimbingsari yang mengalami pemekaran menjadi
Kecamatan Blimbingsari, serta dampak yang terjadi di masyarakat.
Kata Kunci: Bandar Udara Blimbingsari, Ekonomi, Kabupaten Banyuwangi,
Pariwisata.
ABSTRACT
This thesis discusses the opening of Blimbingsari Airport to the economy in Banyuwangi
Regency in 2003-2017. The purpose of this research is to describe what is behind the
thought of building Blimbingsari Airport, the development process of Blimbingsari Airport,
and the impact of the development of Blimbingsari Airport and its impact on society. The
research method used in writing this thesis is the historical method according to Louis
Gottschalk which includes four stages, namely the heuristic stage, critics, interpretation,
and historiography. The approach used is economic sociology with modernization theory.
In this study it can be seen that in 2003 Banyuwangi Regency already had a permit to build
an airport, namely the Decree of the Minister of Transportation KM 49 of 2003 and in
2017 Blimbingsari Airport changed its name to Banyuwangi Airport according to the
Decree of the Minister of Transportation Number KP 830 of 2017. The development of
Blimbingsari Airport is able to encourage economic growth in Banyuwangi Regency. After
the construction of the airport, a new growth center emerged which had a good impact.
One of the impacts is the development of tourism in Banyuwangi Regency, many investors
are looking at Banyuwangi Regency, nd the Development of Blimbingsari Village which
underwent division to become Blimbingsari District, after the existence of Blimbingsari
Airport, and the impact that has occurred on the surrounding community.
1
Sakti Adji A, Perencanaan Pembangunan Transportasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
hlm.1.
2
Pada tahun 1800-1860 trasportasi telah berkembang dengan menggunakan sumber tenaga
mekanis seperti kapal uap dan kereta api uap yang digunakan dalam dunia perdagangan. Pada tahun
1860 ditemukan pesawat terbang dan kendaraan bermotor oleh Wilbur Wright. Guna lebih jelasnya
lihat: H.A Abbas Salim, Manajemen Trasportasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hlm.
5.
3
Agus Salim, Menciptakan Trasportasi. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006), hlm.7
4
Spillane James, Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya (Yogyakarta: Kanisius,
1987), hlm. 45.
terhambat karena infrastruktur transportasi yang sebelumnya tidak mendukung kegiatan
promosi. Kondisi demikian memantik pemerintah daerah yang dipimpin oleh Bupati
Harwin Wasisto tahun 1988 untuk membangun lapangan terbang.5 Rencana pembangunan
tersebut akan dilaksanakan di Perkebunan Kalirejo Kecamatan Glenmore dengan
pertimbangan dari segi ekonomi dan ketersediaan lahan. Selain Kecamatan Glenmore, Desa
Blimbingsari Kecamatan Rogojampi termasuk bagian dari rencana tersebut dengan
pertimbangan letaknya yang strategis. Eks Lapangan Terbang Blambangan di Kecamatan
Glenmore berencana dijadikan bandara pada masa pemerintahan Bupati H.T. Purnomo
Sidik tahun 1991.6
Pada tahun 1996, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melakukan proses
pembebasan lahan seluas 5 ha di bekas Lapangan Terbang Blambangan di Kecamatan
Glenmore7. Upaya pembangunan bandara hingga tahun 1998 mengalami kegagalan.
Rencana pembangunan di daerah ini berlangsung hingga tahun 2002 oleh Bupati Samsul
Hadi tetapi kandas karena keadaan yang tidak memungkinkan.8
Pembangunan bandara dialihkan di Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi.
Tahun 2003, berdasarkan penetapan Bandar Udara di Kabupaten Banyuwangi Provinsi
Jawa Timur dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Tahun 2003 No. KM 49,
sehingga telah dilakukan pembebasan lahan seluas 26 ha. 9 Proses pembangunan Bandar
Udara Blimbingsari beberapa kali mengalami hambatan dan kecurangan-kecurangan oleh
pemangku kebijakan. Meskipun demikian, rencana tersebut mulai terealisasi dengan adanya
kegiatan penetapan nama Bandar Udara Blimbingsari tahun 2009 dan uji kelayakan terbang
tanggal 26 Desember 2010 oleh Pesawat Grand Caravan C208 yang menjadi syarat
penerbangan komersil.10 Pada tanggal 30 Desember 2010, proyek pembangunan Bandar
Udara Blimbingsari diresmikan oleh Menteri Perhubungan Bambang Susanto, Gubernur
Jawa Timur Soekarwo, dan Bupati Abdullah Azwar Anas.11
Penerbangan komersial perdana dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2011 mengunakan
pesawat jenis Fokker 50 berkapasitas 50 seat oleh Maskapai Sky Aviation dengan rute
Surabaya-Banyuwangi –Surabaya. Penerbangan komersial perdana selanjutnya dengan
5
“Rencana Membangun Lapter di Banyuwangi’’, dalam Surabaya Post, 14 November
1997, hlm. 27.
6
Ibid.
7
Wawancara dengan Samsuri, Banyuwangi, 7 Desember 2019.
8
Wawancara Muni Santoso, Banyuwangi. 7 Desember 2019.
9
“Bandara Banyuwangi punya Apron dan Runway Makin Panjang”, dalam Radar
16
Tabel 3. 1
Lapangan Usaha /Mata Pencarian Penduduk Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2000-
2001
Tabel 3. 2
Daftar Nama Objek Wisata, Jarak dari Kota Banyuwangi (km) dan Jenis Obyek
Wisata Tahun 1998-2000
25
Ibid, hlm .18 - 19.
26
SK Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2003, loc.cit.
3.2.2 Masa Bupati Ratna Ani Lestari Periode 2005-2010
Setelah pergantian Bupati Samsul Hadi, Kabupaten Banyuwangi dipimpin oleh Bupati
Ratna Ani Lestari pada tahun 2005. Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari tetap
berlangsung yang didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) tahun 2005 – 2025.27 Perumusan RPJPD 2005 – 2025 Kabupaten Banyuwangi
merupakan upaya yang dilakukan sebagai rancangan pembangunan wilayah Kabupaten
Banyuwangi dengan langkah-langkah dan kebijakan yang didasarkan oleh konsep
kemajuan di berbagai bidang salah satunya bidang ekonomi. Bupati Ratna Ani Lestari
melanjutkan proyek pembangunan Bandar Udara Blimbingsari yang telah tertunda pada
masa pemerintahan Bupati Samsul Hadi. Meskipun demikian, realisasinya tidak berjalan
sesuai dengan target dan perencanaan yang diproyeksikan oleh menteri perhubungan yaitu
target menyelesakan hingga sampai tahun 2008.
Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari terbilang lambat dan tidak berjalan
sesuai target karena adanya kasus yang pada saat proses pembebasan lahan untuk
pembangunan Bandar Udara Blimbingsari tahun 2006-2009.28 Pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari terhambat dan berhenti pada proses pembebasan lahan. Pada tahap ini dua
bupati diketahui melakukan korupsi penggelembungan harga tanah yang merugikan negara
sejumlah Rp 40,99 miliar. Bupati Ratna Ani Lestari senilai Rp 19,76 miliar 29 sedangkan
Bupati Samsul Hadi yang merugikan negara sejumlah Rp 21,23 miliar. 30 Bupati Ratna Ani
Lestari terbukti secara telah menyalahgunakan jabatannya dalam proyek pembebasan
lahan untuk Lapangan Terbang Blimbingsari. 31 Ratna telah menunjuk dirinya sendiri
sebagai ketua tim pengadaan lahan sehingga merugikan keuangan negara.
27
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-
2025 merupakan dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan untuk mengarahkan
pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan.
Maksud penyusunan RPJPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025 adalah untuk menyediakan
pedoman bagi pelaksanaan pembangunan jangka menengah Kabupaten Banyuwangi selama 20 (dua
puluh) tahun berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025,.hlm.10.
28
“Mantan Bupati Banyuwangi Kasus Pembebasan Lahan Lapter”, dalam Berita Metro,
op.cit, hlm.15.
’’ Ratna Senyum Saat Mau Masuk Sel, Mantan Bupati Banyuwangi Dijebloskan ke Rutan
29
Berdasarkan pada Tabel 3.3 bahwa arus jumlah penumpang melalui Bandar Udara
Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011-2017, telah mengalami
peningkatan. Dapat dilihat bahwa penumpang pada tahun 2011 dengan jumlah 3.997 dan
sampai tahun 2017 telah meningkat penumpang melalui Bandar Udara Blimbingsari
dengan jumlah 188.949. Selain itu Bandar Udara Blimbingsari tidak hanya melayani
penumpang tapi juga membuka jasa kargo sejak tahun 2014. Jasa pengangkutan tersebut
sangat bagus untuk pergerakan dan perputaran ekonomi di Kabupaten Banyuwangi. Berikut
jumlah penerbangan muatan melalui Bandar Udara Blimbingsari:
Tabel 4.16
Jumlah Penerbangan Muatan Melalui Bandar Udara Blimbingsari Tahun-2014-2017
Jumlah Jumlah
Penerbangan Muatan
No Tahun Berangkat Datang Berangkat Datang
1 2014 852 852 214.468 174.365
2 2015 962 960 50.796 49.279
3 2016 955 955 398.458 318.010
4 2017 1.484 1.483 584.755 515.212
Sumber: Diolah Berdasarkan Data Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014-2017.
Berdasarkan Tabel 4.16 jumlah penerbangan dan jumlah muatan antara berangkat
dan datang mengalami peningkatan setiap tahunya. Pada tahun 2014 dengan jumlah
174.365,pada tahun 2015 dengan jumlah 49.279, pada tahun 2016 dengan jumlah sebesar
318.010 dan pada tahun 2017 telah mengalami peningkatan dengan jumlah 515.212.
Tabel 4.17
Maskapai dan Tujuan Penerbangan Bandar Udara Blimbingsari Tahun 2010-2017
No Maskapai Tahu Tujuan
n
1 SkyAviation 2010 Banyuwangi-Denpasar- Surabaya
2 Merpati Nusantara 2011 Banyuwangi-Surabaya
Airlines
3 Wings Air 2012 Surabaya-Banyuwangi
4 Garuda Indonesia 2014 Surabaya-Banyuwangi-Denpasar
5 Nam Air 2017 Jakarta-Banyuwangi
Sumber: Diolah Berdasarkan Data Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010-2017.
37
SK Bupati Kabupaten Banyuwangi, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Nomor 16 Tahun 2013.
38
Abdullah Azwar Anas, op.cit., hlm. 156.
interior terminal dikonsep minim sekat untuk memperlancar sirkulasi udara dan sinar
matahari. Pada sudut ruang untuk terminal Bandar Udara Blimbingsari terdapat ruang
keberangkatan, kedatangan, ruang tiket, ruang VVIP, mushola, anjungan kantor
penerbangan, dan restoran.
3.3 Dampak Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari
Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari ini juga memberi dampak secara sosial ekonomi
sehingga tatanan kehidupan masyarakat bisa berubah seiring dengan perkembangan
wilayah menjadi lebih padat, ramai, dan semakin maju. Pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi baik itu di dalam
wilayahnya maupun di wilayah sekitarnya. Adanya bangunan bandara, dapat muncul pusat
pertumbuhan baru yang memberikan dampak yang baik. Salah satunya dampak yang
ditimbulkan adalah perkembangan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, respon para
investor dan Perkembangan Desa Blimbingsari yang mengalami pemekaran menjadi
Kecamatan Blimbingsari setelah adanya keberadaan Bandar Udara Blimbingsari serta
dampak yang terjadi di masyarakat sekitarnya.
3.3.1 Perkembangan Pariwisata
. Pada pembangunan Bandar Udara Blimbingsari menjadi dampak terhadap perkembangan
pariwisata di Kabupaten Banyuwangi . Pada tahun 2004 Bupati Samsul Hadi mengeluarkan
Peraturan Derah Nomor 18 Tahun 2004. Pada peraturan tersebut dalam upaya
mengoptimalisasi pelaksanaan tugas atau kewenangan Dinas Pariwisata Kabupaten
Banyuwangi. Peraturan tersebut telah ditandatangani oleh Samsul Hadi, sehingga pada 8
Juli 2004 telah disahkan.39 Adanya peraturan tersebut pada masa pemerintahan Bupati
Samsul Hadi telah mulai mempromosikan pariwisata yang ada di Kabupaten Banyuwangi
ke tingkat nasional. Namun ternyata pada promosi yang dilakukan kurang menarik,
alasanya di Kabupaten Banyuwangi belum memiliki bandar udara yang dapat menjadi
kebutuhan para wisatawan yang ingin berkunjung dengan menggunakan trasportasi udara,
begitu pula sebagai kebutuhan masyarakat banyuwangi yang ingin berpergian ke dalam
negeri maupun luar negeri. Apalagi lingkup kabupaten dapat memiliki bandara, dapat
menarik sekali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini tentang
perkembangan kunjungan wisata:
Tabel 4.26
Kunjungan Wisatawan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010-2017
No Tahun Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara Jumlah
1 2010 504.628 34.285 538.913
2 2011 631.988 42.938 674.926
3 2012 751.216 47.280 798.541
39
SK Bupati Kabupaten Banyuwangi, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Nomor 18 Tahun 2004.
4 2013 836.304 53.244 889.548
5 2014 496.304 50.244 546.548
6 2015 540.669 4.424 545.093
7 2016 551.513 64.102 615.615
8 2017 606.664 71.271 677.935
Sumber: Diolah Berdasarkan Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2010- 2017.
40
“Bandara Bwx Bikin Bangga di Harjaba ke 246”, dalam Radar Banyuwangi, 19
Desember 2017, hlm. 42.
41
DetikNews, “Anas Ajak Pengusaha Berinvestasi di Banyuwangi” [online],
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-2018344/anas-ajak-pengusaha-berinvestasi-di-
banyuwangi, diunduh pada 25 November 2021.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011 mencapai 7,2
persen. Angka tersebut di atas pertumbuhan rata-rata ekonomi Provinsi Jawa Timur,
bahkan nasional. Selain itu, Kabupaten Banyuwangi juga menempati rangking ke-3 sebagai
daerah tujuan investasi di Provinsi Jawa Timur dari 38 Kabupaten/kota. Padahal sebelum
adanya pembangunan Bandar Udara Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi masih
menempati peringkat ke-31.42
Pada akhirnya peran para investor sudah mulai terlihat, berbagai industri besar telah
dibangun di Kabupaten Banyuwangi yakni seperti PT Semen Boswa, Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi juga sudah menyiapkan lahan seluas 600 hektar demi
pembangunan kawasan industri tersebut.43 Kehadiran pabrik Bosowa dapat membuka
lapangan pekerjaan baru untuk rakyat Banyuwangi, karena pabrik tersebut akan menyerap
tenaga kerja sekitar 500 orang.44 Adapun PT Semen Gresik Tbk sebagai pabrik
pengantongan semen di Ketapang juga menjadi salah satu investasi besar di Banyuwangi. 45
Pada tahun 2012 pihak Kementrian BUMN telah melirik Kabupaten Banyuwangi sebagai
kawasan industri modern, dalam upaya mereka yakni melakukan pembangunan pabrik gula
terbesar se-Indonesia telah dilaksanakan pada tahun 2013. Pada pembangunan pabrik
tersebut dengan total investasi Rp 2 triliun.46 Pabrik gula yang akan dibangun memiliki
kapasitas produksi sekitar 6.000 ton setiap hari. Bahkan produksinya bisa di tambah
menjadi 7.000 ribu.47 Selain dari pihak BUMN, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga
telah menjalin hubungan kerjasama dari berbagai investor swasta lainnya. Para investor
tersebut antara lain: Pabrik Kertas Basuki Rahmat, CV. Pacivic Harvest, PT. Maya Muncar,
PT. Sumber Yala Samudra, serta PT. Avilla Prima Intra Makmur.48
Adapun berbagai badan swasta yang telah dibangun di Kabupaten Banyuwangi
memiliki nilai investasi cukup besar dari 1 millyar hingga 10 millyar Rupiah. Adapun peran
pada masa kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas pada penambahan jalur
transportasi laut di Kabupaten Banyuwangi dengan membangkitkan kembali kawasan
Pantai Boom dengan membangun pelabuhan terbesar di Jawa Timur, melakukan kerjasama
sangat baik dengan PT PELINDO III melalui anak usahanya, PT Pelindo Properti
42
“Pelabuhan Banyu Alit dan Bandara Blimbingsari’’, dalam Radar Banyuwangi, 19
Oktober 2012, hlm. 37.
43
“Semen Bosowa Dapat Izin PPT’’, dalam Radar Banyuwangi, 13 Febuari 2012, hlm. 23.
44
“Pembangunan Pabrik Bosowa Segera Dimulai’’, dalam Radar Banyuwangi, 1 April
2012, hlm. 31.
45
“Investasi Diprediksi Tembus Rp 3,5 Triliun’’, dalam Radar Banyuwangi, 7 November
2012, hlm. 32.
46
“Bangun PG di Glenmore Rp 2 Triliun, Termegah, Terbesar, dan Tercangih di
Indonesia’’, dalam Radar Banyuwangi, 22 Juni 2012, hlm. 33.
47
“Sudah Tersedia Lahan 6.000 Hektare’’, dalam Radar Banyuwangi, 22 Juni 2012, hlm.
43.
48
Bappeda, op.cit.,, hlm. 58.
Indonesia.49 Sehingga Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersama PT PELINDO telah
melakukan rencana untuk membangun Pelabuhan Marina di Kawasan Pantai Boom.
Adanya pembangunan Bandar Udara Blimbingsari juga telah menjadi kemudahan akses
menuju Kabupaten Banyuwangi, serta mendapat respon dari kedatangan Duta Besar yang
berasal dari Swedia bernama Johanana Bismar Skoog dalam rencana yang dilakukan beliau
yakni meninjau Industri Galangan Kapal yang ada di Kabupaten Banyuwangi, PT Lundin
Industri Invest.50
Bukan hanya trasportasi udara seperti Bandar Udara Blimbingsari, tetapi juga dari
transportasi darat yang banyak beroperasi di Kabupaten Banyuwangi salah satunya yakni
Kereta Api. Pada Penumpang kereta api setiap bulan semakin mengalami peningkatan
karena banyaknya wisatawan datang ke Kabupaten Banyuwangi. Pada tahun 2012
Kabupaten Banyuwangi diadakan rencana pembangunan pabrik Kereta Api terbesar di
Indonesia. Pabrik kereta api milik BUMN, PT. INKA dibangun di lahan seluas 83 hektar
dengan investasi Rp 1,6 triliun itu bakal difokuskan untuk menyasar pada pasar ekspor ke
Asia, Afrika, dan Australia. Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro memaparkan,
bahwa INKA telah menerima banyak pesanan kereta untuk ekspor salah satunya Srilanka
yang memesan 250 kereta dengan nilai 100 juta dollar AS. Dengan melihat pembangunan
pabrik kereta api terbesar di Indonesia ini tentunya banyak butuh tenaga kerja. Dapat dilihat
dari banyaknya pesanan kereta api PT. INKA telah merekrut 2.000 pekerja lokal yang
dibagi supaya magang tiga bulan di Swiss sambil menunggu pembangunan pabrik tersebut
selesai. Adanya hal tersebut pengangguran yang ada di Kabupaten Banyuwangi berkurang
dan bisa direkrut supaya bekerja di pabrik kereta api terbesar milik BUMN tersebut. 51
Untuk itu PT. INKA telah bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk
membuka jurusan perkeretaapian di Politeknik Negeri Banyuwangi dan di beberapa SMK
yang ada di kawasan Kabupaten Banyuwangi.
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2012 mencapai 72
persen dan telah melampaui nasional yang hanya 64 persen. Menurut Data Penanaman
Modal Jawa Timur telah mencatat bahwa sebelum adanya pembangunan Bandar Udara
Blimbingsari dalam minat investasi di Kabupaten Banyuwangi berada di peringkat 31 dari
38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Adanya pembangunan Bandar Udara Blimbingsari
Kabupaten Banyuwangi telah menduduki peringkat ketiga sebagai daerah yang paling
diminati oleh para investor setelah Gresik dan Surabaya.52
49
I Gede Ketut Wiraputra Permana.“Desain Konseptual Marina Dengan Theory Of
Constraint:Studi Kasus Pantai Boom Kabupaten Banyuwangi’’, Tugas Akhir Jurusan Trasportasi
Laut Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya,. 2016. hlm. 28.
50
Kabar Bwi, “Dubes Swedia Kunjungi Banyuwangi’’ [online],
https://www.banyuwangikab.go.id/berita-daerah/dubes-swedia-kunjungi-banyuwangi.html, diunduh
pada 25 November 2021.
51
Bappeda Provinsi Jawa Timur “Banyuwangi Pusat Pertumbuhan Ekonomi” [online],
http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/09/14/banyuwangi-pusat-pertumbuhan-ekonomi-baru/,
diunduh pada 25 Mei 2022.
52
Bappeda, op.cit., hlm. 79.
Pada tahun 2014 juga masuk investor dari Tiongkok, yaitu Wuhan Iron and Steel
Group (Wisco), merupakan produsen baja terbesar keempat di Tiongkok. Investor tersebut
sudah mengecek kawasan industri di Dusun Kampe, Desa bangsring, Kecamatan
Wongsorejo. Pada nilai investasi yang digelontorkan investor Tiongkok tersebut mencapai
5 miliar USD dan setara Rp 56, 6 triliun. 53 Wisco berniat membangun pabrik pengolahan
besi dan baja di Indonesia. Pabrik tersebut menjadi terbesar di tanah air, dengan kapasitas
produksi 5 juta Ton per tahun.54
Bandar Udara Blimbingsari juga berguna sebagai tempat pengangkutan para
pegawai-pegawai serta kunjungan-kunjungan dari pihak-pihak terkait dari Perusahaan
Kagean Energy Indonesia Cabang Banyuwangi, yang terletak di Desa Bulusan Kecamatan
Kalipuro.55 Memang pegawai-pegawai dari perusahaan tersebut merupakan dari daerah luar
Kabupaten Banyuwangi seperti Surabaya dan sebagainya, kemudian datang dengan
menggunakan pesawat terbang dan turun melalui Bandar Udara Blimbingsari. Pada tahun
2017 Menteri Pariwisata Arief Yahya juga mengatakan bahwa pembangunan Bandar
Udara Blimbingsari menjadikan akses yang makin mudah, dan fasilitas penunjangnya
makin lengkap. Arief Yahya juga mengatakan bukan hanya potensi pariwisata tetapi,
potensi perkebunan di Kabupaten Banyuwangi juga sangat baik dan tinggi, terutama
mengenai komoditas-komoditas seperti halnya cengkeh, kelapa, kopi, tebu, kakao dan tebu.
Untuk itu keberadaan pembangunan Bandar Udara Blimbingsari dapat berpengaruh
terhadap hal tersebut, yakni menciptakan pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi serta masyarakat sekitar.56 Keberadaan Bandar Udara Blimbingsari nantinya
sangat mempermudah kunjungan-kunjungan para pihak pihak pelaku investasi dan
pengiriman barang atau bahan dari para pelaku usaha, karena tidak membutuhkan waktu
yang lama artinya mempercepat waktu dalam berkunjung ke Kabupaten Banyuwangi.
Pada tahun 2017 PT Angkasa Pura II masuk Banyuwangi, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) tersebut ancang-ancang mengaet sejumlah maskapai untuk membuka
penerbangan internasional dari dan menuju Banyuwangi. PT Angkasa Pura II menanamkan
investasi senilai Rp 300 miliar di Bandar Udara Blimbingsari. Pada dana tersebut salah
satunya guna untuk menambah luas apron alias tempat parkir pesawat. Selain itu, investasi
sebesar Rp 300 miliar itu juga dimanfaatkan untuk penebalan landasan pacu di Bandar
Udara Blimbingsari.57 Untuk itu pengelolaan Bandar Udara Blimbingsari resmi berpindah
53
“Investasi Rp 56 Triliun, Tinjau Lokasi di Wongsorejo’’, dalam Radar Banyuwangi, 21
Maret 2014, hlm. 29.
54
“Wisco Siap Bangun Pabrik Baja’’, dalam Radar Banyuwangi, 21 Maret 2014, hlm. 39.
55
Wawancara dengan Muhamad Arif Pratama , Banyuwangi. 10 Desember 2021.
56
Marta Warta Silibani, “Menteri Arif Kunjungan Wisatawan ke Banyuwangi Melonjak’’
[online], https://bisnis.tempo.co/read/907517/menteri-arief-kunjungan-wisatawan-ke-banyuwangi-
melonjak, diunduh pada 7 Juni 2023.
“AP II Investasi 300 Miliar Dorong AirAsia Masuk Banyuwangi’’, dalam Radar
57
4.KESIMPULAN
Pembangunan Bandar Udara Blimbingsari diharapkan mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi baik itu di dalam wilayahnya maupun di wilayah sekitarnya. Adanya bangunan
bandara, dapat muncul pusat pertumbuhan baru yang memberikan dampak yang baik. Salah
satu dampak yang ditimbulkan adalah perkembangan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi,
perkembangan investor dan perkembangan Desa Blimbingsari yang mengalami pemekaran
menjadi Kecamatan Blimbingsari, setelah keberadaan Bandar Udara Blimbingsari dan
dampak yang terjadi di masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Arsip
58
SK Bupati Kabupaten Banyuwangi, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Nomor 8 Tahun 2015.
SK Menteri Perhubungan, Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor KP
830 Tahun 2017 tentang perubahan nama Bandar Udara Blimbingsari diubah
menjadi Bandar Udara Banyuwangi Di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa
Timur. Direktorat Jendral Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia.
SK Menteri Pertanian dan Agraria Indonesia, Lampiran Peraturan No.2 Tahun 1962 tentang
Penegasan Konversi dan Pendaftaran Bekas Hak-Hak Indonesia Atas Tanah.
SK Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No.4 tahun
1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa
Timur Tahun 1997/1998 – 2011/2012.
Buku
Adisasmita, Sakti Adji. Penerbangan Dan Bandar Udara. Yogyakarta: Graha Ilmu.2012.