Anda di halaman 1dari 15

Dampak Pembangunan dan Pengoperasian Bandara

Ngloram Cepu terhadap lingkungan masyarakat


Cepu khususnya dan Blora pada umumnya

Untuk Memenuhi Tugas Essay Mata Kuliah ILMU LINGKUNGAN

Disusun oleh :

NAMA : NORMARETA PUTRI SYAHARANI

NIM : 21150024

PRODI : TEKNIK SIPIL

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI RONGGOLAWE CEPU 2021/2022


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, seiring perkembangan globalisasi menciptakan kemudahan dalam


memenuhi kebutuhan. Adanya perkembangan globalisasi meningkatkan mobilitas gaya
hidup pada tiap individu. Mobilitas gaya hidup menuntut semua aktivitas agar bergerak
cepat dan praktis, kegiatan ini mesti di dukung oleh moda transportasi yang dapat
menunjang berjalannya aktivitas tersebut. Transportasi udara merupakan salah satu
moda transportasi yang praktis dan cepat. Keberadaan pesawat kini menjadi minat di
kalangan masyarakat luas. Jarak antar kota, provinsi hingga negara dapat dijangkau
dengan waktu yang lebih singkat serta pelayanan menjanjikan membuat daya tarik
konsumen untuk menjatuhkan pilihan dalam berpergian. Pesawat juga telah menjadi
kebutuhan beberapa masyarakat saat akan berpergian. Hal ini membantu pendapatan
negara Indonesia dalam transportasi udara.
Meskipun harga pesawat terbilang tinggi akan tetapi permintaan jasa penerbangan
ini juga ikut meningkat seiring pertumbuhan kebutuhan mobilitas gaya hidup
masyarakat. Karenanya peranan dan fungsi bandar udara menjadi sangat penting.
Bandar udara yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia menjadi salah satu
kriteria utama dalam pembuatan desain bandara (Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara, 2017). Standar ini bertujuan untuk memberikan pelayanan pada konsumen
meliputi kenyamanan dan keamananan yang memadai.
Cepu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Blora yang memiliki prospek
perkembangan menjadi pusat pengelolaan minyak dan gas Blok Cepu. Untuk
mendukung hal itu diperlukan peningkatan pembangunan. Salah satu pembangunan
yang dilaksanakan adalah dalam bidang transportasi mengingat kontribusi sektor
pertambangan merupakan pendapatan yang tinggi terhadap perekonomian Kabupaten
ini oleh sebab itu dibutuhkan modal untuk mendukung eksplorasi minyak dan gas bumi
di Blok Cepu.
1
Secara administratif, Ngloram barada di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa
Tengah. Ngloram memiliki potensi untuk menjadi kota yang terus berkembang hal ini
dikarenakan daerah tersebut berpotensi menjadi pusat pengelolaan minyak dan gas di
Jawa Tengah. Di Ngloram, satu-satunya bandar udara yang ada yaitu Bandar Udara
Ngloram. Bandar udara itu sudah lama tidak beroperasi, dulunya bandara ini digunakan
oleh pesawat terbang yang mengangkut sejumlah dosen di Pusat Pengembangan
Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi (PPT MIGAS), dan juga sebagai moda trasnportasi
untuk mendukung eksplorasi minyak dan gas bumi di Kabupaten Blora.
Bandara Ngloram merupakan bandar Udara khusus yang dibangun tahun 1978 dan
berhenti beroperasi pada tahun 1984. Sejak saat itu, lahan bandara dibiarkan tanpa
pagar. Selain untuk jalan pintas menuju ke sawah atau permukiman, sebagian lahan
bandara dipakai untuk menjemur hasil panen oleh warga. Bandara ini lantas dialihkan
kepemilikannya dari PT Pertamina ke Departemen Pertambangan dan Energi pada
tahun 1988.
Pemerintah Propinsi Jawa Tengah pada Agustus 2007 mengirim surat kepada
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar Bandar Udara Ngloram, yang
merupakan aset departemen, dilimpahkan kepada Departemen Perhubungan agar dapat
diaktifkan. Akhirnya kebijaksanaan Pemerintah Pusat mengenai rencana
pengembangan transportasi udara yang tertuang dalam surat rekomendasi pengelolaan
lapangan terbang untuk Ngloram, yang diterbitkan oleh Menteri Perhubungan.
Peningkatan Fungsi Bandara Ngloram, Cepu Sebagai Bandara Komersial ditujukan
pada pengalihan pengelolaan pembangunan Bandar Udara Ngloram kepada Pemerintah
Propinsi Jawa Tengah. Pengembangan Bandar Udara Ngloram ditujukan untuk
melayani penumpang umum dan ekspatriat. Hal itu berarti terjadi Peningkatan Fungsi
Bandar Udara Ngloram dari Bandar Udara Khusus menjadi Bandar Udara Komersial.
Dalam Peningkatan Fungsi Bandar udara akan meningkatkan pula rencana pesawat
yang akan mendarat di Bandar Udara ini. Hal ini jelas akan mempengaruhi kebutuhan
ruang fasilitas sisi darat maupun udara Bandar Udara Ngloram.
Pendaratan perdana pesawat Citilink di Bandara Ngloram, di Cepu, Blora,
dilakukan pada 26 November 2021.
Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Dewandaru Ariadi
Widiawan, selaku penanggung jawab penyelenggara Bandara Ngloram, Blora, pada
Senin (15/11/2021) mengatakan bahwa pihaknya sudah siap menyambut pesawat
Citilink yang akan melakukan pendaratan perdana di Bandara Ngloram.

2
Menurutnya, sejumlah fasilitas Bandara Ngloram sudah selesai dikerjakan, seperti
jalan masuk, tempat parkir, hingga ruang tunggu penumpang. Sebagai bagian aspek
dari persiapan operasional, pembangunan fasilitas sisi udara juga sudah selesai,
meliputi runway berdimensi 1.500 meter dengan lebar 30 meter.
Pembangunan fisik dilanjutkan 2019 terdiri dari perpanjangan landasan pacu
(runway) dari 900 meter x 30 meter menjadi 1.350 meter x 40 meter, termasuk
pembuatan turning area seluas 1.500 meter persegi, serta marking pekerjaan tanah dan
pengawasan, yang dikerjakan dalam satu paket dengan anggaran Rp 40 miliar.
‘’Awalnya perpanjangan runway hanya 1.200 meter tapi perencanaan terakhir berubah
menjadi 1.350 meter
"Dari sisi udara kita sudah clear runway 1.500 kali 30 meter dan sudah beberapa
kali pesawat ATR 72 mendarat seperti Nam Air," kata Ariadi. Senin (15/11/2021)
Sementara dari sisi terminalnya, Ariadi menjelaskan bahwa pembangunan sudah
dimaksimalkan dengan bangunan yang cukup indah, sesuai dengan karakteristik
Kabupaten Blora yaitu pohon jati. Sedangkan untuk calon penumpang sendiri, dirinya
sudah melakukan koordinasi dengan pihak Citilink maupun Bupati Blora.
Untuk harga tiket sendiri saat ini sudah mulai dibuka di web Citilink dengan harga
tiket dari Bandara Ngloram ke Jakarta kurang lebih Rp 585 ribu, sedangkan dari Jakarta
ke Bandara Ngloram kurang lebih Rp 670 ribu.
Bandar Udara Ngloram terletak di Desa Ngloram, Kecamatan Cepu Kabupaten
Blora, Propinsi Jawa Tengah. Bandar Udara ini memiliki landasan pacu 900m x
30m,saat ini mampu melayani pesawat sejenis CASA / DHC-6 berkapasitas 20
penumpang.
Untuk lebih jelasnya, mengenai lokasi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

3
4
Kondisi eksisting ini berdiri di atas lahan seluas 21,7871 Hektar dan lahan
sekeliling berupa ladang perkebunan rakyat, sawah, rumah pedesaan, jalur jalan Kereta
Api utama lintas Utara Surabaya – Jakarta, dan aliran sungai Bengawan Solo. Letak
ujung landasan berjarak sekitar 1,5 km dari aliran Bengawan Solo atau sekitar 10 km
dari kota kecamatan Cepu. Kota kecamatan Cepu letaknya strategis pada persimpangan
ke kota-kota lain di sekitarnya yaitu Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Blora, dan Rembang.
Jarak Kota Blora ke beberapa kota lainnya yaitu Cepu sekitar 54 km, Semarang 127
km, Kudus 98 km, Surabaya 179 km, Yogyakarta 195 km, Surakarta 130 km, dan
Pacitan 252 km. Kabupaten Blora dilalui oleh jalan provinsi yang menghubungkan
Kota Semarang dengan Surabaya melalui Purwodadi. Jalur ini kurang begitu ramai jika
dibandingkan dengan jalur Semarang-Surabaya lewat Rembang, karena kondisi
jalannya yang kurang lebar meskipun namun pada hari raya jalan ini selalu digunakan
sebagai jalur alternatif. Di kabupaten ini terdapat fasilitas terminal penumpang
sebanyak dua buah salah satu diantaranya terletak di Cepu, sehingga fasilitas ini sangat
mendukung terhadap pembangunan bandar udara. Dalam Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Blora Pasal 25 ayat (2) Jalan kolektor primer yang sudah dikembangkan di
Kabupaten Blora meliputi:
a. Semarang – Purwodadi – Blora – Cepu – Bojonegoro (Jatim) – Surabaya
(Jatim). Ruas jalan ini disebut sebagai lintas utara Blora, melalui Kecamatan
Kunduran, Ngawen, Blora, Jepon, Jiken, Sambong dan Cepu.
b. Semarang – Purwodadi – Wirosari – Cepu – Bojonegoro (Jatim) – Surabaya
(Jatim). Ruas jalan ini disebut sebagai lintas selatan Blora, melalui
Kecamatan Jati, Randublatung, Kedungtuban, Cepu.
c. Ruas Semarang – Rembang – Blora – Cepu – Bojonegoro (Jatim) – Surabaya
(Jatim). Ruas jalan ini melalui Kecamatan Blora, Jepon, Jiken, Sambong dan
Cepu.
d. Ruas Pati – Blora melalui Kecamatan Todanan – Japah – Ngawen – Blora.
e. Rencana Pembangunan Jalan Lingkar Cepu – Bojonegoro Dalam Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Blora Pasal 25 ayat (6)
f. Lokasi Terminal di Cepu sebagai Terminal angkutan jarak jauh (AKAP dan
AKDP), Terminal angkutan jarak sedang dan terminal angkutan jarak dekat.

Jalur kereta api melewati wilayah Kabupaten Blora, namun tidak melintasi
ibukota kabupaten ini. Stasiun kereta api Cepu merupakan stasiun penting untuk
perhentian kereta api berbagai jurusan diantaranya Surabaya Jakarta (KA Sembrani),
atau Surabaya- Semarang (KA Rajawali), serta kereta api lokal Semarang-Bojonegoro
(KRD). Kabupaten Blora berada dalam wilayah dengan sistem jaringan infrastruktur
dan jaringan transportasi lengkap dan yang memadai. Dalam Rancangan Peraturan

5
Daerah Kabupaten Blora Pasal 26 ayat Rencana pengembangan perkeretaapian
meliputi arahan pengembangan jalur kereta api ganda, dan penataan jalur
perkeretaapian yang melintasi Kota Cepu. Jalur Kereta Api yang beroperasi saat ini
adalah Jalur Surabaya sampai Jakarta (melewati Kota Cepu) dan seluruh perjalanan
kereta api yang melintasi kota Cepu tersebut berhenti di Stasiun Cepu. Adanya Stasiun
Cepu dan Terminal Cepu Hal itu akan mendukung Bandar Udara Ngloram sebagai
suatu sistem transportasi yang berkesinambungan.

Komponen Ruang dan Lahan Reaktivasi bandara Ngloram harus dilaksanakan


sejalan dengan rencana tata ruang di berbagai tingkatan pemerintahan khususnya
RTRW propinsi dan kabupaten. RTRW propinsi Jawa Tengah, berdasar : “Peta
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 – 2018”
(lihat gambar 1.4 ) menunjukkan areal Ngloram merupakan kawasan Budidaya berupa
kawasan pertanian lahan kering. Tetapi berdasar klasifikasi pemanfaatan lahan sesuai
RTRW propinsi Jawa Tengah tidak ada alokasi lahan khusus untuk prasarana
transportasi, jadi kawasan pertanian dapat dimanfaatkan untuk lokasi Bandar Udara.
Dalam Peta Prasaran Tranportasi propinsi Jawa Tengah yang dipublikasikan oleh
Departemen Perhubungan tahun 2007, sudah mengalokasikan Bandara Ngloram
sebagai bagian dari sistem tranportasi Propinsi Jawa Tengah, lihat gambar 1.5 RTRW
Kabupaten Blora dengan mengacu pada penataan prasarana tranportasi Kabupaten
Blora, juga telah dialokasikan pengembangan Bandara Ngloram sebagai pendukung

6
sistem prasarana Transportasi di wilayah Kabupaten ini, Berdasar rencana penataan
ruang baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten menunjukkan kesesuaiannya untuk
pemanfaatan sebagai Bandara. Kelayakan lokasi ditinjau mengacu pada kondisi teknis,
kesesuai terhadap RTRW, dan ketersediaan Prasarana wilayah. Berdasarkan kondisi
teknis lokasi yang tidak termasuk wilayah banjir, relatif datar meskipun berada di
sekitar perbukitan, dan memiliki lapisan geologi stabil, maka lokasi ini tepat dijadikan
wilayah Bandara. Lebih spesifik pada Bandara yang akan didarati pesawat baling-
baling ini (turboprop) membutuhkan daerah dengan kecepatan angin tinggi pada
frekuensi kejadian relatif rendah. Dalam hal ini kecepatan batasnya adalah 19 km/jam
atau 10 knots dari arah melintang (cross winds). Jadi untuk landasan dengan orientasi
Timur-Barat akan mengalami cross winds dari Utara dan Selatan. Berdasar data yang
ada dari kedua arah tersebut untuk kecepatan angin diatas 10 knots mencapai
prosentase kejadian sekitar 7% per tahun. Untuk persayaratan lokasi atau usability
factor membutuhkan prosentase tidak melebihi 5% maka areal ini tidak memenuhi
syarat tetapi dengan selisih hanya 2 % umumnya masih dapat diterima. Dari segi
RTRW tidak ada benturan kepentingan dari seluruh rencana pengembangan wilayah
yang sudah dicanangkan, jadi Reaktivasi Bandara Ngloram sudah sesuai dengan
RTRW kabupaten maupun propinsi. Prasarana wilayah yang tersedia secara
keseluruhan juga mendukung keberadaan Bandara ini.

7
1.2 Tujuan
2. Melakukan analisis dampak positif dan negatif pembangunan dan operasi Bandara
Ngloram. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif ataupun negatif. Dampak
sendiri berarti hubungan timbal balik, pengaruh ataupun akibat dalam setiap hal
yang dilakukan.
3. Untuk mengetahui tarif lama, tujuan perjalanan, jadwal penerbangan, dan sejarah
berdirinya Bandara Ngloram.
4. Untuk mengetahui dampak perekonomian masyarakat sekitar Bandara terhadap
proyek pembangunan Bandara Ngloram setelah proyek pembangunan Bandara.
Dalam pembuatan essay ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dan
observasi sehingga diperoleh data dan informasi yang mendukung pembuatan
essay.

8
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Dampak positif terhadap masyarakat Cepu/Blora

2.1.1 Lingkungan hidup

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi
kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena pembangunan
melibatkan lingkungan, maka dampak dari pembangunan terhadap lingkungan begitu besar,
baik ini berdampak positif maupun negantif.

Bandar udara (bandara) memegang peranan penting bagi suatu negara maupun daerah.
Bandara merupakan gerbang atau pintu masuk dari suatu daerah atau sebagai fasilitator yang
menghubungkan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Peran bandara menurut Dirjen
Perhubungan Udara diantaranya: sebagai simpul dalam jaringan transportasi udara sesuai
hierarki bandar udara, pintu gerbang kegiatan perekonomian, tempat kegiatan alih moda
transportasi, pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau pariwisata,
Dampak yang positif tentunya bagi masyarakat ngloram, yaitu :

 Akan terjadinya peningkatan pendapatan daerah dengan adanya peningkatan di


salah satu sektor.
 Memudahkan minat kunjungan dalam mengembangkan sector wisata yang ada di
sekitar.
 Distribusi barang antar daerah akan meningkat. Selain itu, mobilisasi penduduk
diharapkan bisa bertambah. Dengan demikian, aktivitas ekonomi di Blora,
Bojonegoro, Tuban, Ngawi, hingga Purwodadi akan semakin cepat.
 Meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah yang memang dikenal menjadi
pusat aktivitas industri perminyakan yaitu Cepu.
Akan terbukanya lapangan kerja baru di daerah Cepu/Blora dan sekitarnya,
sehingga akan banyak menyerap tenaga kerja baik tenaga kerja dari penduduk asli,
pada umumnya yang akan menyebabkan pengangguran akan berkurang.

Berdasarkan kondisi teknis lokasi yang tidak termasuk wilayah banjir, relatif datar meskipun
berada di sekitar perbukitan, dan memiliki lapisan geologi stabil, maka lokasi ini tepat
dijadikan wilayah Bandara. Lebih spesifik pada Bandara yang akan didarati pesawat baling-
baling ini (turboprop) membutuhkan daerah dengan kecepatan angin tinggi pada frekuensi

9
kejadian relatif rendah. Dari segi RTRW tidak ada benturan kepentingan dari seluruh rencana
pengembangan wilayah yang sudah dicanangkan, jadi Reaktivasi Bandara Ngloram sudah
sesuai dengan RTRW kabupaten maupun propinsi.
Untuk saat ini setelah Beroperasinya Bandara Ngloram sebagai bandara komersil diyakini
dapat menjadi alternatif konektivitas dan aksesibilitas bagi masyarakat di Jateng, seperti
Blora, Bojonegoro dan sekitarnya. Selain itu, kehadiran bandara itu diharapkan mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah yang memang dikenal menjadi pusat
aktivitas industri perminyakan tersebut.

Dampak yang negatif tentunya bagi masyarakat ngloram, yaitu :

 Banyak rumah warga yang temboknya retak – retak akibat proses pemadatan lokasi
runaway yang menggunakan alat berat magnetik. Sistem pemadatan dengan besi yang
dijatuhkan dari atas menjadi getaran cukup terasa.
 Debu dari proses land clearing maupun aktifitas pengurukan lahan. Tidak hanya
menjadikan rumah cepat kotor, debu tersebut juga mengancam kesehatan warga
terutama penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

2.1.2 Perekonomian Masyarakat

Perubahan struktur perekonomian dari struktur agraris menjadi industri disertai dengan
pengembangan IPTEK. Penggunaan teknologi dan pemanfaatan teknologi akan membuat
produktifitas menjadi meningkat, pekerjaan manusia akan lebih mudah, efektif dan efesien
dan tentunya terjadi peningkatan jumlah dan kualitas dari satu barang atau jasa.

Dampak yang positif tentunya bagi masyarakat ngloram, yaitu :

 Peluang bisnis catering meningkat / sebagian masyarakat membuka usaha baru


dilokasi.
 Transfer payment ke wilayah daerah Cepu dan sekitarnya meningkat.
 Jasa laundry, perhotelan dan transportasi darat pengumpan meningkat.
 Jasa penitipan dan pengiriman barang meningkat.
 Perijinan reklame restribusi pajak daerah meningkat.
 Lapangan pekerjaan terbuka luas.
 Sebagian masyarakat memanfaatkan kondisi lingkungan yang cenderung panas untuk
membuka warung es.

Dampak yang negaif tentunya bagi masyarakat ngloram, yaitu :

10
 Masyarakat mendapatkan uang ganti rugi tetapi belum tau digunakan untuk apa,
karena sebagian besar pekerjaan mereka adalah petani dan tempat tinggal mereka
yang baru tidak memiliki ladang atau lahan garapan.
 Kondisi lingkungan yang terbatas Sumber Daya Alam seperti: tanah, air, flora dan
fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, membuat masyarakat tidak
dapat memanfaatkannya untuk peluang usaha atau menambah penghasilan.

Dampak yang dirasakan masyarakat terhadap lingkungan sekitar relokasi yang berbeda
dengan lingkungan yang lama menyebabkan adanya perubahan antara lain: kondisi
lingkungan lebih tertata rapi dan lebih bersih, serta masyarakat mendapatkan tempat tinggal
yang lebih baik dan lebih layak. Perubahan tersebut merupakan bagian dari dampak positif
yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dari segi kondisi sosial. Hal tersebut membuat
masyarakat harus melakukan penyesuaian kembali terhadap kehidupan mereka baik rumah
tangga maupun antar tetangga.

Selain itu ada juga masyarakat yang belum bisa memanfaatkan peluang usaha yang ada
dilingkungan sekitar, karena belum memiliki pengalaman berwirausaha. Sebagian besar
masyarakat yang direlokasi dulunya bekerja sebagai petani, setelah dilakukannya relokasi dan
mereka kehilangan lahan garapan kini mereka tidak memiliki lahan untuk bekerja. Kondisi
lingkungan yang terbatas Sumber Daya Alam seperti: tanah, air, flora dan fauna yang tumbuh
di atas tanah maupun di dalam lautan, membuat masyarakat tidak dapat memanfaatkannya
untuk peluang usaha atau menambah penghasilan.

2.1.3 Kondisi Sosial

Dampak yang positif tentunya bagi masyarakat ngloram, yaitu :

 Kondisi lingkungan lebih tertata rapi dan lebih bersih.


 Suasana dan keadaan lingkungan berbeda dari tempat yang lama.
 Mendapatkan tempat tinggal yang lebih baik dan layak.

Dampak yang negatif tentunya bagi masyarakt ngloram, yaitu :

 Lokasi relokasi yang berada di area persawahan membuat kondisi lingkungan


cenderung panas.
 Kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan untuk memelihara hewan.
 Situasi lingkungan menjadi lebih sepi karena masyarakat jarang dirumah atau bahkan
malas keluar rumah.

11
2.1.4 Dampak Sejak Tahap Pembangunan Sampai Saat Ini

Dampak sejak tahap pembangunan hingga saat ini sangat banyak dirasakan oleh
masyarakat setempat, bukan hanya dampak positif tetapi juga ada dampak negatif yang kerap
dirasakan oleh lingkungan maupun masyarakat sekitar. Banyak sekali perubahan mulai dari
dampak lingkungan, sosial budaya, dan perekonomian.
Kita sebagai masyarakat Cepu/Blora harus bangga karena kota tercinta kita semakin
maju dan terkenal yang dulunya hanya terkenal karena penghasil tambang minyak yang
besar, kini mulai lebih terkenal lagi dengan adanya Bandara Ngloram. Namun disetiap
pembangunan selalu ada sisi negatifnya seperti polusi udara, polusi air, mulai rawan kriminal,
bisa saja muncul kasus narkoba dikemudian hari, bisa saja muncul kasus narkoba dikemudian
hari, bisa mengakibatkan banjir karena semakin menipisnya resapan air akibat banyaknya
pembangunan.
Terlepas dari dampak negatif juga banyak dampak positif yang dapat dirasakan oleh
masyarakat dan lingkungan sekitar, seperti berkembangnya alat transportasi di Cepu. Untuk
saat ini kecamatan Cepu jauh lebih maju daripada kabupaten Blora. Bisa dilihat dan dirasakan
di Cepu sudah ada stasiun, terminal yang cukup besar dan kini semakin maju lagi dengan
adanya Bandara Ngloram. Setiap pembangunan untuk kemajuan suatu wilayah pasti ada
dampak negatif yang dirasakan, namun hal itu bisa terkendali seiring berjalannya waktu,
karena lingkungan sekitar butuh adaptasi.

2.1.5 Sebelum dan Sesudah Adanya Bandara Ngloram

 Dampak sebelum adanya bandara


1. Sebelum adanya pembangunan bandara masyarakat terdampak memiliki
pendapatan atau penghasilan yang cukup untuk kehidupan sehari – hari. Sebagian
besar pendapatan yang mereka peroleh berasal dari lahan yang mereka garap
2. Ada juga masyarakat yang bekerja sebagai pegawai negeri, wiraswasta, buruh dan
lain – lain. Pekerjaan yang mereka miliki sudah mampu memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya walaupun ada juga yang hidup pas – pasan saja.

 Dampak sesudah adannya bandara


1. Setelah adannya bandara masyarakat sekitar merasa terganggu dengan polusi
suara yang diakibatkan oleh suara mesin pesawat.
2. Dengan adannya pembangunan bandara, maka perekonomian akan mengalami
perkembangan berupa peningkatan produk barang dan jasa suatu negara.
3. Terdapat perubahan pada aspek sosial, ekonomi, dan politik.
4. Kesejahteraan masyarakat meningkat.
5. Berkurangnya lahan pertanian.
6. Dapat mengurangi resapan air karena banyak pohon yang ditebang untuk lahan.
7. Sumber daya alam menipis
8. Pemanasan global
9. Hilangnya habitat alam baik hayati maupun hewani

12
BAB 3
KESIMPULAN

Kehidupan masyarakat sebelum dan sesudah adanya pembangunan bandara berubah


drastis karena harus melakukan penyesuaian dari awal. b. Karakteristik kehidupan
masyarakat yang paling dominan adalah jenis pekerjaan karena berpengaruh terhadap
karakteristik yang lain.
Pembangunan Bandara Ngloram Cepu memberikan dampak sosial ekonomi bagi
masyarakat sekitar, baik yang bersifat positif maupun negatif. Berdasarkan hasil penelitian,
dampak positif pembangunan Bandara Ngloram Cepu sangat terlihat dari aspek-aspek
ekonominya, yakni bertumbuhnya kegiatan-kegiatan perekonomian, seperti hotel, restoran,
bisnis catering, perumahan, kontrakan, dan kos-kosan. Meski begitu, tidak sedikit dampak
negatif dari keberadaan Bandara Ngloram Cepu ini dari aspek-aspek sosial karena
masyarakat mengalami “pertukaran” budaya dan terciptanya kepadatan wilayah sebagai
konsekuensi dari pembangunan infrastruktur.
Dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya pembangunan bandara yang paling
dirasakan adalah berubahnya kondisi lingkungan dan masyarakat belum bisa memanfaatkan
peluang usaha yang ada.
Dampak positif yang ditimbulkan akibat adanya pembangunan bandara adalah
sebagian masyarakat yang membuka usaha mampu memberikan peluang kerja bagi orang
lain dan kondisi lingkungan dan tempat tinggal yang lebih layak.
Dapat disimpulkan dari adanya dampak pembangunan bandara, ada dampak positif
dan negatifnya, tapi dari essay ini kemungkinan lebih banyak dampak positifnya masyarakat
disekitar bandara mampu membuka usaha dan memberi peluang pekerjaan lain bagi orang
lain dan kondisi lingkungan tempat tinggal yang lebih layak bagi masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/25037/1/BAB_I.pdf
http://eprints.undip.ac.id/81584/2/Agung_Pranata_21020115120007__BAB_I.pdf
https://www.suaramerdeka.com/jawa-tengah/pr-0439011/pemkab-blora-bentuk-
tim-percepatan-pembangunan-bandara-ngloram
https://ojs.stiami.ac.id/index.php/bijak/article/download/820/460
http://eprints.ums.ac.id/73280/16/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:fy8pjLxkEuMJ:https://ekonomi.bisnis.com/read/
20191018/98/1160746/bandara-ngloram-blora-diyakini-dongkrak-
perekonomian-daerah+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id
https://jateng.tribunnews.com/2020/01/28/bandara-ngloram-blora-beroperasi-
2020-ini-ini-jenis-pesawat-yang-mendarat-dan-rutenya
http://e-journal.uajy.ac.id/20406/2/HK121371.pdf
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/19476

14

Anda mungkin juga menyukai