Anda di halaman 1dari 104

PENINGKATAN KESELAMATAN DI PERLINTASAN

SEBIDANG JPL NO 173 KM 163+789 PETAK JALAN


ANTARA KIARACONDONG – GEDEBAGE

KERTAS KERJA WAJIB

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Program Studi


Diploma III Manajemen Transportasi Perkeretaapian
Guna Memperoleh Sebutan Ahli Madya

DIAJUKAN OLEH :

NURUL MUTIARA PAMUNGKAS


NOTAR : 18.03.049

POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA-STTD


PROGRAM STUDI DIPLOMA III
MANAJEMEN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN
BEKASI
2021
PENINGKATAN KESELAMATAN DI PERLINTASAN
SEBIDANG JPL NO 173 KM 163+789 PETAK JALAN
ANTARA KIARACONDONG – GEDEBAGE

KERTAS KERJA WAJIB

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Program Studi


Diploma III Manajemen Transportasi Perkeretaapian
Guna Memperoleh Sebutan Ahli Madya

DIAJUKAN OLEH :

NURUL MUTIARA PAMUNGKAS

NOTAR : 18.03.049

POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA-STTD


PROGRAM STUDI DIPLOMA III
MANAJEMEN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN
BEKASI
2021
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Kertas Kerja Wajib ini adalah hasil karya sendiri, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.

Nama : Nurul Mutiara Pamungkas

Notar : 18.03.049

Tanda Tangan :

Tanggal : 6 Agustus 2021


HALAMAN PENGESAHAN

KERTAS KERJA WAJIB

PENINGKATAN KESELAMATAN DI PERLINTASAN


SEBIDANG JPL NO 173 KM 163+789 PETAK JALAN
ANTARA KIARACONDONG – GEDEBAGE

Yang Dipersiapkan dan Disusun Oleh

NURUL MUTIARA PAMUNGKAS


Nomor Taruna : 18.03.049
Telah di Setujui oleh :

PEMBIMBING

Ir. J.R.C Hosang, MT


Tanggal 5 Agustus 2021

iii
KERTAS KERJA WAJIB

PENINGKATAN KESELAMATAN DI PERLINTASAN


SEBIDANG JPL NO 173 KM 163+789 PETAK JALAN
ANTARA KIARACONDONG – GEDEBAGE
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan
Program Studi Diploma III

Oleh :
NURUL MUTIARA PAMUNGKAS
Nomor Taruna : 18.03.049

TELAH DIPERTAHANKAN DI DEPAN DEWAN PENGUJI


PADA TANGGAL 10 AGUSTUS 2021
DAN DINYATAKAN TELAH LULUS DAN MEMENUHI SYARAT

Pembimbing

Ir. J.R.C HOSANG , MT Tanggal 24 Agustus 2021


NIP 195406261991121001

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


MANAJEMEN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA – STTD
BEKASI
2021

iv
KERTAS KERJA WAJIB

PENINGKATAN KESELAMATAN DI PERLINTASAN


SEBIDAN JPL NO 173 KM 163 + 789 PETAK JALAN
ANTARA KIARACONDONG – GEDEBAGE

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

NURUL MUTIARA PAMUNGKAS


Nomor Taruna : 18.03.049

TELAH DIPERTAHANKAN DIDEPAN DEWAN PENGUJI


PADA TANGGAL 10 AGUSTUS 2021
DAN DINYATAKAN TELAH LULUS DAN MEMENUHI SYARAT

DEWAN PENGUJI
Penguji Penguji

Dr. I MADE SURAHARTA, S.Si.T.,M.T MEGA SURYANDARI, S.Si.T.,M.T


NIP. 19771205 200003 1 002 NIP. 19870830 200812 2 002

MENGETAHUI ,
KETUA PROGRAM STUDI
MANAJEMEN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN

Ir. BAMBANG DRAJAT, MM


NIP.19581228 198903 1 002

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang


telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan Kertas Kerja Wajib yang berujudul “Peningkatan
Keselamatan di Perlintasan Sebidang JPL No 173 KM 163+789 Petak Jalan Antara
Kiaracondong – Gedebage” tepat waktu. Di kesempatan yang baik ini penulis ingin
ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya serta dengan kerendahaan hati untuk
:

1. Orang tua dan keluarga besar yang saya cintai yang banyak memberikan
dukungan serta doa dalam menyelesaikan pendidikan di Politeknik
Transportasi Darat – STTD;
2. Bapak Hindro Surahmat, A.TD, M.Si selaku Direktur Politeknik Transportasi
Darat Indonesia – STTD;
3. Bapak Ir. Bambang Drajat, MM selaku Ketua Jurusan D III Manajemen
Transportasi Perkeretaapian;
4. Ibu Eka Arista A, M.Sc dan Bapak Ir. J.R.C Hosang, MT sebagai dosen
pembimbing yang sudah membimbing dan mengarahkan langsung
terhadap penulisan Kertas Kerja Wajib ini;
5. Ibu Erni Basri, S.T, M.Eng selaku Kepala Balai Teknik Perkeretapian Jawa
Barat beserta Kepala Seksi dan staffnya;
6. Kakak – kakak alumni PTDI – STTD yang bekerja di Baai Teknik
Perkeretaapian Jawa Barat ;
7. Segenap civitas akademika Politeknik Transportasi Darat – STTD;
8. Rekan Taruna/i TIM PKL Balai Teknik Perkeretaapian Jawa Barat Politeknik
Transportasi Darat Indonesia – STTD Angkatan XL.
9. Rekan saya Tri Anisa, Ichsanul, dan Bayu yang selalu mendengarkan keluh
kesah saya dan memberikan dukungan;
10. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan bantuan sehingga penyusunan Kertas Kerja Wajib ini
dapat terselesaikan.

vi
Penulis menyadari Kertas Kerja Wajib ini banyak kekurangan, saran dan
masukan sangat diharapkan bagi kesempurnaan penulisan. Semoga
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang Transportasi Darat dan dapat diterapkan untuk
membantu pembangunan transportasi di Indonesia dan sekedar untuk
tambahan ilmu pengetahuan bagi pihak – pihak yang membutuhkan.

Bekasi, Agustus 2021

Penulis

NURUL MUTIARA P
Notar : 18.03.049

vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Politeknik Transportasi Darat Indonesia – STTD, saya


yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nurul Mutiara Pamungkas

Notar : 18.03.049

Program Studi : Diploma III Manajemen Transportasi Perkeretaapian

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan Politeknik


Transportasi Darat Indonesia – STTD. Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN KESELAMATAN DI PERINTASAN SEBIDANG JPL NO 173 KM


163+789 PETAK JALAN ANTARA KIARACONDONG - GEDEBAGE.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Politeknik Transportasi Darat Indonesia – STTD berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database) ,
merawat, dan mempublikasi Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya
buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bekasi

Pada tanggal :

Yang menyatakan

(Nurul Mutiara Pamungkas)

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................ iii


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR RUMUS ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.4 Maksud dan Tujuan .......................................................................................... 4
1.5 Batasan Masalah ............................................................................................... 4
1.6 Keaslian Penulisan ............................................................................................ 4
I.7 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 5
BAB II GAMBARAN UMUM ............................................................................. 7
2.1 Kondisi Wilayah Studi...................................................................................... 7
2.2 Kondisi Keselamatan ........................................................................................ 8
2.3 Kondisi Perlintasan di Wilayah Studi ............................................................ 14
BAB III KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 22
3.1 Perkeretaapian ................................................................................................ 22
3.2 Perlintasan Sebidang ...................................................................................... 22
3.3 Kecakapan Penjaga Pintu Perlintasan.......................................................... 31
3.4 Kinerja Lalu Lintas Harian.............................................................................. 32
3.5 Jarak Pandang ................................................................................................. 39
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 42
4.1 Alur Pikir Penelitian......................................................................................... 42
4.2 Bagan Alir Penelitian ...................................................................................... 45
4.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 46
ix
4.4 Teknis Analisis Data ....................................................................................... 47
4.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian ........................................................................ 48
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMECAHAN MASALAH ....................................... 49
5.1 Analisis Data .................................................................................................... 49
5. 2 Pemecahan Masalah .................................................................................... 70
BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 75
6.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 75
6.2 SARAN .............................................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 78

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Peta Wilayah Studi Tampak Atas ................................................14

Gambar II.2 Perlintasan 173 Guruminda ........................................................15

Gambar II.3 Kondisi Aspal di Perlintasan sebidang JPL 173..............................16

Gambar II.4 Tanda stop ...............................................................................17

Gambar II.5 Tanda silang mendekati perlintasan ............................................17

Gambar II.6 Papan peringatan hati-hati .........................................................18

Gambar II.7 Rambu persilangan datar ...........................................................18

Gambar III.1 Contoh perlintasan dengan pintu 2 lajur 2 arah jalur tunggal .......29

Gambar III.2 Lebar lajur dan dimensi median jalan 2 lajur 2 arah ....................29

Gambar III.3 Kondisi kendaraan dapat mengamati kereta/ dapat berhenti ........40

Gambar IV.1 Skema alur pikir .......................................................................42

Gambar IV.2 Bagan Alir Penelitian .................................................................45

Gambar V.1 Kondisi di perlintasan sebidang JPL 173 .......................................49

Gambar V.2 Gardu di perlintasan JPL 173 ......................................................50

Gambar V.3 Palang pintu di JPL 173 ..............................................................50

Gambar V.4 Tanda stop ...............................................................................52

Gambar V.5 Rambu persilangan datar dengan lintasan KA tanpa pintu .............53

Gambar V.6 Silang andreas di perlintasan sebidang ........................................53

Gambar V.7 Grafik Volume kendaraan ...........................................................54

Gambar V.8 Presentasee jenis kendaraaan yang melintas JPL 173 arah
Guruminda – Cisaranten Kulon ......................................................................56

xi
Gambar V.9 Presentasee jenis kendaraaan yang melintas JPL 173 arah
Cisaranten Kulon - Guruminda ......................................................................56

Gambar V.10 Kondisi aspal di perlintasan sebidang JPL 173 ............................63

Gambar V.11 Kondisi Jarak pandang bebas ....................................................65

Gambar V.12 Presentase karakteristik pengguna jalan ....................................67

Gambar V.13 Pengendara yang didepan palang..............................................68

Gambar V.14 Pengguna jalan yang menerobos ..............................................68

Gambar V.15 Dokumentasi wawancara dengan penjaga pintu perlintasan ........70

Gambar V.16 Perencanaan penambahan fasilitas rambu di perlintasan .............71

Gambar V.17 Perencanaan penambahan peralatan keselamatan di perlintasan


sebidang ....................................................................................................73

xii
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Data dan jenis kecelakaan tahun 2016/2020 .................................... 8

Tabel II.2 Perlintasan sebidang lintas Kiaracondong-Cicalengka ........................ 9

Tabel II.3 Daftar perlintasan sebidang lintas Kiaracondong-Cicalengka .............. 9

Tabel II.4 Inventarisasi perlintasan sebidang lintas Kiaracondong-Cicalengka....11

Tabel II.5 Kelengkapan rambu-rambu di JPL 173............................................16

Tabel II.6 Daftar KA yang melintas................................................................19

Tabel II.7 : Daftar nama penjaga pintu perlintasan JPL 173 ............................21

Tabel III.1 Faktor Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP) .....................................32

Tabel III.2 Kapasitas Dasar ..........................................................................33

Tabel III.3 Faktor penyesuaian Kapasitas FCw untuk lebar lalu lintas ...............34

Tabel III.4 Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisah arah (FSCP) ..............34

Tabel III.5 Faktor penyesuaian Kapasitas untuk hambatan samping .................35

Tabel III.6 Faktor penyesuaian ukuran Kota (FCCS) ........................................35

Tabel III.7 Klasifikasi tingkat pelayanan lalu lintas ..........................................36

Tabel III.8 Kecepatan arus bebas dasar kendaraan .......................................37

Tabel III.9 Penyesuaian lebar jalur lalu lintas efektif (FVW) .............................38

Tabel V.1 Kelengkapan fasilitas rambu lalu lintas JPL 173 ................................51

Tabel V.2 Daftar frekuensi kereta yang melintas di JPL 173 .............................59

Tabel V.3 Karakteristik pengguna jalandi JPL 173 ...........................................67

xiii
DAFTAR RUMUS

Rumus III.1 Kapasitas Jalan .........................................................................33

Rumus III.2 V/C Ratio ..................................................................................36

Rumus III.3 Kecepatan Arus Bebas ...............................................................37

Rumus III.4 Jarak pandang ..........................................................................40

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perlintasan sebidang merupakan titik rawan yang berpotensi
menyebabkan kecelakaan terutama di perlintasan yang tidak dijaga dan
perlintasan yang jumlah kendaraan melintas padat. Perlintasan sebidang
yang berarti sebagai elevasi jalan rel dan jalan raya ada pada satu bidang.
Perlintasan tidak sebidang berarti elevasi jalan rel dan jalan raya tidak
berada pada satu bidang (Peraturan Direktur Jendral Perhubunan Darat
Nomor SK.770/KA.401/DRJD/2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan
Sebidang antara Jalan dengan Kereta Api). Yang bertanggung jawab atas
perlintasan sebidang bukan hanya dari PT Kereta Api tapi juga menjadi
tangung jawab dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota/Kab,
Departemen Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan Provinsi, Dinas
Perhubungan Kota/Kabupaten serta masyarakat sesuai hierarki yang ada.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 pasal 110
tentang kewajiban mendahulukan kereta api bahwasannya, “(1) pemakai
jalan wajib mendahulukan kereta api, (2) pemakai jalan wajib mematuhi
semua rambu jalan di perpotongan sebidang, (3) pelanggaran yang
menyebabkan kecelakaan bukan termasuk kecelakaan perkeretaapian, (4)
pintu perlintasan berfungsi untuk mengamankan perjalanan kereta api”.
Disimpulkan dari peratuan tersebut kecelakaan yang kerap kali terjadi di
perlintasan sebidang akibat kelalaian penguna jalan atau oleh penjaga
pintu perlintasan yang kurang berhati –hati saat melewati perlintasan
sebidang serta frekuensi kereta yang tinggi. Menurut PM 94 Tahun 2018.
Perlintasan Sebidang yang sudah berjalan sebelum Peraturan Menteri
berlaku dan belum dilengkapi dengan peralatan keselamatan perlintasan
sebidang perlu adanya evaluasi perlintasan sebidang dan peningkatan
keselamatan perlintasan sebidang, guna menjamin keselamatan
masyarakat yang menggunakan kereta api.

1
JPL No 173 KM 163+789 di Jalan Guruminda, Bandung yang
terletak antara Kiaracondong – Gedebage adalah merupakan perlintasan
sebidang resmi namun dijaga oleh warga setempat yang dilengkapi dengan
palang pintu manual yang dibuka tutup oleh warga setempat. Aspek tata
guna lahan pada JPL 173 KM 162+789 berada disekitar perkantoran,
perumahahan, sekolah atau kampus, klinik, dan pertokoan serta
merupakan akses jalan utama. Pada ruas jalan tersebut mempunyai
kapasitas 1445,36 smp/jam dan jumlah lalu lintas harian rata –rata 556,96
smp/jam sehingga didapatkan v/c ratio dari arah utara dan arah selatan
yaitu 0,50 serta frekuensi kereta api yang melintas 24 jam sebanyak 68
kereta. Pada saat jam tersibuk terdapat kelonjalakan volume lalu lintas, hal
ini mengakibatkan cukup ramai kendaraan yang melintasi perlintasan dan
banyaknya pengendara yang kurang memperhatikan keselamatan seperti
menerobos palang pintu disaat palang pintu sudah tertutup dan kereta
sudah mulai lewat.

Terlebih dengan adanya rencana pembangunan dari single track


menjaadi double track, tahun depan sudah akan beroperasi yang mana
nantinya frekuensi kereta api yang melintas akan bertambah. Karena JPL
173 saat ini hanya dijaga oleh warga pada saat menutup palang pintu
hanya berdasarkan kereta sudah terlihat dan tidak tahu pasti kereta yang
lewat, dikhawatirkan nantinya ketika sudah double track penjaga palang
pintu lalai, dan sangat minimnya fasilitas rambu disekitar perlintasan,
seperti halnya tanda stop dan tanda silang yang sudah rusak serta kondisi
geomteri jalan yang tidak rata. Oleh karena itu, diperlukan adanya evaluasi
mengenai kelayakan dengan kondisi eksisting dilokasi dan diperlukan
adanya kajian mengenai peningkatan keselamatan di perlintasan sebidang
JPL No 173 KM 163+789 dengan memberikan palang pintu otomatis di
perlintasan sebidang agar lebih mudah dan aman dalam melakukan
aktifitas sehari-hari. Untuk meningkatkan keselamatan masyarakat dan
pengoperasian kereta api, penulis mengambil penelitian dengan judul
“PENINGKATAN KESELAMATAN DI PERLINTASAN SEBIDANG JPL

2
NO 173 KM 163+789 PETAK JALAN ANTARA KIARACONDONG –
GEDEBAGE”

1.2 Identifikasi Masalah


Permasalahan yang bisa diidentifikasi berdasarkan latar belakang
di atas :

1. Kondisi eksisting di perlintasan sebidang JPL 173 KM 163+789 resmi


dijaga oleh warga setempat dengan kondisi lalu lintas yang ramai
karena akses jalan menuju kampus, perumahan, perkantoran, dan
pertokoan.
2. Perlintasan sebidang resmi JPL 173 KM 183+789 yang dijaga warga
dikhawatirkan adanya kelalaian dalam menutup palang pintu yang
secara manual serta ketidaktepatan waktu pada saat kereta melintas
terlebih dengan adanya rencana pembangunan double track maka
frekuensi kereta yang melintas akan lebih padat.
3. Resiko adanya kecelakaan karena kurangnya kesadaran pengguna
jalan ketika palang pintu sudah ditutup oleh penjaga palang pintu.
4. Masih adanya rambu – rambu di perlintasan sebidang yang belum
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1.3 Rumusan Masalah


Masalah yang bisa dirumuskan sesuai latar belakang serta
identifikasi masalah ialah:

1. Bagaimana kondisi eksisting perlintasan sebidang di JPL No.173 KM


163+789 antara Kiaracondong- Gedebage ?
2. Bagaimana karakteristik pengguna jalan raya di saat melintasi
perlintasan sebidang JPL No. 173 Kiaracondong - Gedebage ?
3. Bagaimana cara meningkatkan keselamatan di perlintasan sebidang JPL
No.173 KM 163+789 Kiaracondong-Gedebage?

3
1.4 Maksud dan Tujuan
Penelitian ini mempunyai maksud serta tujuan :

1. Melakukan analisis kondisi eksisting perlintasan sebidang JPL No 173


KM 163+789.
2. Mengetahui karakteristik pengga jalan, kondisi perlengkapan, fasilitas
rambu, kondisi fisik, karakteristik pengguna jalan, volume lalu lintas
harian (LHR), dan frekuensi ka pada perlintasan JPL No 173.
3. Mengusulkan cara untuk meningkatkan keselamatan di perlintasan
sebidang dengan peraturan yang berlaku.

1.5 Batasan Masalah


Penelitian ini dibatasi ruang lingkup penelitian antara lain:

1. Wilayah kajian penelitian pada perlintasan sebidang No 173 KM


163+789 pada lintas antara Kiaracondong – Gedebage.
2. Hanya merekomendasi untuk peningkatan keselamatan dilokasi
tersebut tidak membahas masalah biaya pembangunan perlintasan.

1.6 Keaslian Penulisan


Penelitian ini membahas di perlintasan sebidang JPL 173 KM
163+789 antara Kiaracondong – Gedebage untuk meningkatkan
keselamatan di perlintasan sebidang . Adapun penelitian ini terkait dengan
penelitian lain sebagai berikut :
1. Sara H (2015) judul Peningkatan Keselamatan Pada Perlintasan
Sebidang JPL No 111 Petak Jalan Ujanmas – Muara Gula yang
menganalisis peningkatan keselamatan yang membahas perilaku
menyimpang pengguna jalan berpotensi terjadi kecelakaan yang
menimbulkan kerugian.
2. Nia Nur (2019) judul Peningkatan Keselamatan Pada Perlintasan
Sebidang JPL 362 Lintas Prupuk Kroya dengan metode analisis geometri
dengan peramalan pertumbuhan lalu lintas, dan

4
3. Layliana (2020) judul Peningkatan Keselamatan Pada Perlintasan
Sebidang JPL 739 KM 541+463 petak jalan antara Patukan –
Yogyakarta, menggunakan analisis panjang antrian berdasarkan rumus
yang diadopsi dari jurnal model of queueing in the railway level crossing
2019.

Indikator Penulis
Sara H Nia Layliana Nurul
(2015) Nur (2020) Mutiara
(2019) (2021)
Survei Traffic Counting √ √ √ √

Survei Lintas Harian rata- √ - - √


rata (LHR)
Survei pengguna jalan √ √ √ √

Survei Kelengkapan rambu √ - √ √


Data Jumlah dan jenis - √ - √
kecelakaan
Data frekuensi KA melintas - √ √ √

Survei kesiapan SDM - - - √

Survei geometri ruas jalan - - - √

I.7 Sistematika Penulisan


Penulisan Kertas Kerja Wajib ini menggunakan sistematika penulisan
seperti :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan
masalah, maksud dan tujuan penulisan, batasan penulisan,
keaslian penulisan serta sistematika penulisan.

5
BAB II : GAMBARAN UMUM
Gambaran umum berisi kondisi wilayah studi dan kondisi
keselamatan, dan kondisi perlintasan di wilayah studi JPL No
173 KM 163 + 789 petak jalan antara Kiaracondong – gedebage.

BAB III : KAJIAN PUSTAKA


Berisi uraian konsep teori yang dijadikan acuan penulisan
penelitian, yang diambil dari buku literature, undang-undang,
karya ilmiah, maupun peraturan menteri yang berkaitan dengan
penelitian.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN


Berisi tentang metode penelitian yang digunakan mulai dari
rumusan masalah, pengumpulan data sampai dengan
melakukan analisa terhadap permasalahan yang ada sampai
dengan pemecahan masalah.

BAB V : ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH


Berisi proses pengolahan sampai analisis dan pembahasan
dengan menggunakan metode yang sudah tercantum pada
metodologi penelitian.

BAB VI : PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran yang bisa dipakai guna
rekomendasi bagi pihak terkait di masa selanjutnya.

6
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Kondisi Wilayah Studi

Wilayah studi penelitian berada pada cakupan di Balai Teknik


Perkeretaapian (BTP) Wilayah Jawa Bagian Barat ialah Unit Pelaksana
Teknis di lingkungan Kementerian Perhubungan yang dibetuk serta
disahkan pada Desember 2014 sesuai PM 63 Tahun 2014 ini berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkerataapian.
Balai Teknik Perkeretaapian bertugas melaksanakan peningkatan dan
pengawasan prasarana, penyelenggaraan sarana, lalu lintas, angkutan
juga keselamatan perkeretaapian.

Di penelitian ini termasuk dalam cakupan wilayah kerja Balai


Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Barat tepatnya di jalan Guruminda.
Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung yaitu perlintasan sebidang JPL No
173 Km 163 + 789 petak jalan antara Kiaracondong – Gedebage.
Pengelolaan perlintasan sebidang di JPL 173 adalah Balai Teknik
Perkeretaapian Jawa Barat dan Pemerintah Kota/Kabupaten Bandung dan
yang bertanggung jawab atas perlintasan sebidang bukan hanya dari PT
Kereta Api tapi juga menjadi tangung jawab dari Pemerintah Provinsi,
Balai Teknik Perkeretaapian Jawa Barat, Pemerintah Kota/Kab Bandung,
Departemen Pekerjaan Umum Kota Bandung, Dinas Perhubungan Provinsi
Bandung, Dinas Perhubungan Kota/Kabupaten Bandung serta masyarakat
sesuai hierarki yang ada .

7
2.2 Kondisi Keselamatan
Kondisi keselamatan pada Daerah Operasi 2 lintas Kiaracondong -
Cicalengka pada tahun 2016-2020 terlihat di tabel II.1:

Tabel II.1: Data dan Jenis kecelakaan tahun 2016 s/d 2020

NO Kejadian 2016 2017 2018 2019 2020 Total Jenis


Kejadian

1 Tumburan 0 1 0 1 0 2
KA vs KA

2 Tumburan 11 0 0 0 0 11
KA vs
Kendaraan

3 Anjlokan/ 2 1 3 5 1 12
terguling

4 KA 17 0 0 0 2 19
tertemper
orang

Total Per Tahun 31 1 2 6 3

Sumber: DAOP 2 Bandung

Kecelakaan yang terjadi pada DAOP 2 yaitu, rata-rata kejadian


kecelakaan terbanyak adalah KA tertemper orang di perlintasan sebidang.
Hal ini diakibatkan karena faktor dari pengendara lain yang tidak disiplin
menerobos pintu perlintasan dan juga dari segi prasarana yang belum
memenuhi standar serta minimnya fasilitas rambu. Selain itu kecelakaan
kereta api bisa terjadi karena kondisi lalu dijalan tersebut ramai dan padat,
kondisi geomteri jalan yang tidak rata, dan frekuensi kereta api yang
melintas melebihi standar.

8
Menurut PM Nomor 94 Tahun 2018, “perlintasan kereta api
merupakan perpotongan antara jalur rel dengan jalan raya. Perlintasan
sebidang yang bersinggungan langsung dengan moda jalan ialah salah satu
lokasi yang kerap terjadi kecelakaan antara moda transportasi darat.
Penyebab kecelakaan tersebut akibat kelalaian penjaga pintu perlintasan
ataupun kelalaian pengguna jalan yang kurang berhati – hati saat melewati
perlintasan”. Data ini diperoleh dari pihak yang terkait dengan perlintasan
sebidang di lintas Kiaracondong – Cicalengka adalah sebagai berikut:
Tabel II.2: Perlintasan Sebidang Lintas Kiaracondong –
Cicalengka

Resmi Dijaga Resmi


Tidak
No Resort Tidak Total
Resmi/Liar
Pihak Dijaga
JJ OP
Lain

1 2.9 KAC - 3 4 12 4 23

2 2.10 CCL - 2 - 4 1 7

TOTAL 30

Sumber: Balai Teknik Perkeretaapian Jawa Barat

Tabel II.3 : Daftar perlintasan sebidang lintas Kiaracondong – Cicalengka

Letak

Lebar
No. Konstruksi Nama jalan /
No jalan Peruntukan Kab/kota Status
Jpl jalan desa
Antara (m)
Resort KM + HM
stasiun

2.9 Cth -
1 159+897 169 15 Aspal Kend. roda 4 Kiaracondong Bandung Resmi
KAC Kac

2.9 Cth -
2 160+806 170 1.5 Tanah/batu Orang Sukapura Bandung Resmi
KAC Kac

2.9 Cth -
3 161+021 171 1.5 Tanah/batu Orang Cidurian Bandung Resmi
KAC Kac

9
Letak

Lebar
No. Konstruksi Nama jalan /
No jalan Peruntukan Kab/kota Status
Jpl jalan desa
Antara (m)
Resort KM + HM
stasiun

2.9 Kac -
4 162+686 172A 4 Aspal Kend roda 4 Parakansaat Bandung Liar
KAC Gdb

2.9 Kac -
5 163+381 172B 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Liar
KAC Gdb

2.9 Kac -
6 163+789 173 5 Aspal Kend. roda 4 Guruminda Bandung Resmi
KAC Gdb

2.9 Kac -
7 164+325 174 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Resmi
KAC Gdb

2.9 Kac -
8 164+769 175 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Resmi
KAC Gdb

2.9 Kac -
9 165+258 176 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Resmi
KAC Gdb

2.9 Gdb -
10 165+473 177 4 Aspal Kend roda 4 Darwati Bandung Resmi
KAC Rck

2.9 Gdb -
11 167+106 178 4 Aspal Kend. roda 4 Cimencrang Bandung Resmi
KAC Rck

2.9 Gdb -
12 167+844 178A 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Liar
KAC Rck

2.9 Gdb -
13 169+054 178B 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Resmi
KAC Rck

2.9 Gdb -
14 170+270 178C 1.5 Tanah/batu Orang Galumpit Bandung Liar
KAC Rck

2.9 Gdb -
15 172+038 179 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Resmi
KAC Rck

2.9 Gdb -
16 172+343 180 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Resmi
KAC Rck

2.9 Gdb -
17 172+775 181 4 Aspal Kend. roda 4 Majalaya Bandung Resmi
KAC Rck

2.9 Rck -
18 173+784 182 4 Aspal Kend. roda 4 Rancanilem Bandung Resmi
KAC Hrp

2.9 Rck -
19 174+408 183 1.5 Tanah/batu Orang Melong Bandung Resmi
KAC Hrp

10
Letak

Lebar
No. Konstruksi Nama jalan /
No jalan Peruntukan Kab/kota Status
Jpl jalan desa
Antara (m)
Resort KM + HM
stasiun

2.9 Rck -
20 174+584 184 4 Tanah/batu Orang Ciherang Bandung Resmi
KAC Hrp

2.9 Rck -
21 174+985 185 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Resmi
KAC Hrp

2.9 Rck -
22 176+316 186 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Resmi
KAC Hrp

2.9 Rck -
23 177+537 187 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Resmi
KAC Hrp

2.10
24 Hrp - CI 178+402 188 4 Aspal Kend. roda 4 Bojongsalam Bandung Resmi
CCL

2.10
25 Hrp - CI 178+623 189 5 Tanah/batu Kend. roda 4 Cigugur Bandung Resmi
CCL

2.10
26 Hrp - CI 179+335 190 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Resmi
CCL

2.10
27 Hrp - CI 180+055 190A 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Liar
CCL

2.10
28 Hrp - CI 180+786 191 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Resmi
CCL

2.10
29 Hrp - CI 181+261 192 1.5 Tanah/batu Orang - Bandung Resmi
CCL

2.10
30 Hrp - CI 182+055 193 10 Aspal Kend. roda 4 Majalaya Bandung Resmi
CCL

Sumber: Balai Teknik Perkeretaapian Jawa Barat

Tabel II.4 : Invetarisasi perlintasan sebidang lintas Kiaracondong – Cicalengka

11
JENIS PENGAMANAN PERLENGKAPAN / RAMBU-RAMBU

NO.
NO Keterangan
JPL DIJAGA SEMB TANDA ANDREAS GARIS PAPAN
GENTA PINTU
OLEH 35 STOP KRUIS KEJUT PERINGATAN

1 169 Ada Elektrik OP Ada Ada Ada - - Ramai

Tidak
2 170 - - - - - - - -
Ramai

Tidak
3 171 - - - - - - - -
Ramai

Pihak
4 172A - Palang Ada Ada Ada - - Ramai
III

Tidak
5 172B - - - - - - - -
Ramai

Pihak
6 173 - Palang Ada Ada Ada - - Ramai
III

Tidak
7 174 - - - - - - - -
Ramai

Tidak
8 175 - - - - - - - -
Ramai

Tidak
9 176 - - - - - - - -
Ramai

10 177 - Elektrik OP Ada Ada Ada Ada Ada Ramai

Pihak
11 178 - Palang Ada Ada Ada Ada - Ramai
III

Tidak
12 178A - - - - - - - -
Ramai

Tidak
13 178B - - - - - - - -
Ramai

14 178C - - - - - - - - Ramai

Tidak
15 179 - - - - - - - -
Ramai

Tidak
16 180 - - - - - - - -
Ramai

12
JENIS PENGAMANAN PERLENGKAPAN / RAMBU-RAMBU

NO.
NO Keterangan
JPL DIJAGA SEMB TANDA ANDREAS GARIS PAPAN
GENTA PINTU
OLEH 35 STOP KRUIS KEJUT PERINGATAN

17 181 Ada Elektrik OP Ada Ada Ada - Ada Ramai

Pihak
18 182 - Palang - - Ada - - Ramai
III

Tidak
19 183 - - - - - - - -
Ramai

Tidak
20 184 - - - - - - - -
Ramai

Tidak
21 185 - - - - - - - -
Ramai

Tidak
22 186 - - - - - - - -
Ramai

Tidak
23 187 - - - - - - - -
Ramai

24 188 Ada Elektrik OP - Ada Ada - - Ramai

25 189 - - - - - - - - Ramai

Tidak
26 190 - - - - - - - -
Ramai

Tidak
27 190A - - - - - - - -
Ramai

Tidak
28 191 - - - - - - - -
Ramai

Tidak
29 192 - - - - - - - -
Ramai

30 193 Ada Elektnk OP Ada Ada Ada Ada Ada Ramai

Sumber: Balai Teknik Perkeretaapian Jawa Barat

13
2.3 Kondisi Perlintasan di Wilayah Studi
Wilayah studi penelitian ini adalah perlintasan resmi namun dijaga
oleh pihak lain yaitu warga setempat yang berpalang pintu manual
tepatnya di JPL 173 KM 163+789 petak jalan antara Kiaracondong –
Gedebage, Jalan Guruminda, Desa Cisaranten Kulon, Kecamatan
Arcamanik, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Sumber : Google Earth, 2021


Gambar II.1: Peta Wilayah Studi Tampak Atas

Nama Jalan : Jl Guruminda – Cisaranten Kulon


KM : 163 + 789
Lintas : Bogor - Yogyakarta
Petak Jalan : St. Kiaracondong – St. Gedebage
Kelurahan : Cisaranten Kulon
Kecamatan : Arcamanik
Kota : Kota Bandung
Lebar Jalan : 5 meter
Klasifikasi Jalan : Kota
Jenis kendaraan yang melintas : Motor, mobil, minibus, truk
Sudut pandang : Lurus
Jumlah jalur : Single track
Jenis Rel : R 54
Jenis Penambat : Declip

14
Jenis Bantalan : Beton
Gradien : Datar

Kondisi eksisting perlintasan sebidang JPL 173 KM 163 + 789 petak


jalan Kiaracondong – Gedebage dapat dilihat pada gambar II.2 dibawah
ini:

Gambar II.2 : Perlintasan 173 Guruminda

Sumber : Hasil Survei

Kondisi geometrik ruas jalan pada perlintasan tersebut:

1. Kelas/ Fungsi Jalan : Jalan kolektor sekunder/ Jalan Kota Bandung


2. Ukuran Kota : 2.444.160 jiwa
3. Tipe Jalan : 2 lajur 2 arah tak terbagi (2/2 UD)
4. Kelandaian Jalan : Datar
5. Lebar lajur : 5 meter

Perlintasan sebidang kereta api Guruminda ialah perlintasan


sebidang kereta api yang palangnya berada pada jalan Cisaranten Kulon
yang ada di jalan kota Bandung dengan kelas III, lebar 5 meter, pemisah
arah 50% - 50 % lebar bahu 0,5, ukuran kota besar, tipe jalan 2/2 UD dan
berada di kawasan permukiman, perdagangan dan jasa local, pendidikan
dasar dan menengah, peribadatan, ruang terbuka hijau, olahraga, makam,

15
dan kegaiatan pelayanan umum dengan jalan aspal yang diperkeras.
Kondisi geometri pendekat di perlintasan sebidang kereta api Guruminda
berupa jalan lurus dari arah selatan. Di ruas jalan pada perlintasan tersebut
kondisi aspal sudah rusak dan berlubang, sehingga pengguna jalan yang
melintas di perlintasan sebidang tersebut harus mengurangi kecepatan
saat melintasi dan tetap berhati –hati.

Gambar II.3 : Kondisi aspal di perlintasan sebidang JPL 173


Sumber : Hasil survei, 2021

Perlintasan yang dijadikan wilayah studi ini untuk kelengkapan


fasilitas rambu – rambu masih ditemukan yang rusak dan belum sesuai
dengan aturan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Nomor SK.770 Tahun 2005 tentang “Pedoman Teknis
Perlintasan Sebidang Antara Jalan dengan Jalur Kereta Api” yang
ditetapkan 3 Juni 2005.

Tabel II.5: Kelengkapan rambu – rambu di JPL 173

No Komponen Kelengkapan Kondisi Keterangan


1. Rambu Persilangan ada Baik Tertutup
Datar
2. Rambu kata – kata ada Baik
mendekati perlintasan
3. Rambu Stop ada rusak

16
No Komponen Kelengkapan Kondisi Keterangan
4. Silang andreas kruis ada rusak
5. Dilarang Tidak ada -
berbelok/balik arah
6. Garis kejut Tidak ada -
7. Marka jalan Tidak ada -

Berikut ini kondisi eksisting inventaris di perlintasan JPL No 173 :

Gambar II.4: Tanda Stop


Sumber: Hasil survei

Gambar II.5: Tanda silang mendekati perlintasan


Sumber : Hasil survei

17
Terlihat bahwasannya rambu tanda stop dan tanda silang di area
perlintasan sebidang JPL 173 KM 163+789 sudah tidak layak .

Gambar II.6 : Papan peringatan hati – hati


Sumber : hasil survei

Gambar II.7: Rambu Persilangan Datar


Sumber : Hasil Survei
Frekuensi kereta yang melintas selama satu hari ada 68 kereta,
yang mana nantinya akan bertambah jika double track sudah jadi tahun
depan. Berikut daftar frekuensi kereta yang melintas di JPL 173 :

18
Tabel II.6 : Daftar KA yang melintas
No NO KA Nama KA Jam
1 306 Serayu 0:15
2 157 Lodaya 3:18
3 444 Bandung Raya Ekonomi 3:37
4 446A Bandung Raya Ekonomi 4:07
5 443A Bandung Raya Ekonomi 4:55
6 76 Turangga 5:21
7 445A Bandung Raya Ekonomi 5:41
8 283 Kahuripan 5:54
9 450A Bandung Raya Ekonomi 5:50
10 447A Cibatuan 6:47
11 119 Malabar 6:37
12 449A Bandung Raya Ekonomi 7:08
13 448A Cibatuan 7:14
14 131 Mutiara Selatan 7:42
15 160F Lodaya 7:26
16 452A Bandung Raya Ekonomi 8:02
17 6 Argo Willis 8:21
18 452A Cibatuan 9:01
19 454A Bandung Raya Ekonomi 8:32
20 453A Bandung Raya Ekonomi 9:46
21 456A Bandung Raya Ekonomi 9:38
22 455A Bandung Raya Ekonomi 10:10
23 243 Parcel Selatan 10:33
24 286 Pasundan 10:16
25 457A Bandung Raya Ekonomi 10:50
26 459A Bandung Raya Ekonomi 11:31
27 174F Pangandaran 11:12
28 461A Bandung Raya Ekonomi 11:52
29 465A Bandung Raya Ekonomi 12:18
30 447A Cibatuan 12:44
31 467A Bandung Raya Ekonomi 12:40
32 469A Bandung Raya Ekonomi 13:44
33 218 Serayu 13:24
34 216 Serayu 13:36
35 471A Bandung Raya Ekonomi 13:53

19
No NO KA Nama KA Jam
36 473A Bandung Raya Ekonomi 14:16
37 PLB 466A Bandung Raya Ekonomi 14:31
38 PLB 463A Bandung Raya Ekonomi 14:43
39 L2757F-4 Lok Gedenambo 15:06
40 PLB 465A Bandung Raya Ekonomi 14:19
41 PLB 468A Bandung Raya Ekonomi 15:32
42 2527F Gedenambo Service 15:34
43 159F Lodaya 15:01
44 LL204 Dinas Lok Langsir 16:10
45 PLB470A Bandung Raya Ekonomi 16:28
46 PLB467A Bandung Raya Ekonomi 16:49
47 2538F Gedepriuk Cargo 16:45
48 311 Kutojaya Selatan 17:00
49 120 Malabar 17:18
50 5 Argo Willis 17:31
51 PLB472A Bandung Raya Ekonomi 17:43
52 PLB 469A Bandung Raya Ekonomi 17:55
53 PLB474A Bandung Raya Ekonomi 18:23
54 80 Turangga 18:31
55 L2538F-3 Lok Petikemas 18:36
56 PLB471A Bandung Raya Ekonomi 18:50
57 476 Bandung Raya Ekonomi 19:19
58 158 Lodaya 19:28
59 285 Pasundan 19:37
60 PLB473A Bandung Raya Ekonomi 19:57
61 300 Parcel Selatan 20:15
62 173F Pangandaran 20:24
63 PLB475A Bandung Raya Ekonomi 20:36
64 PLB478A Bandung Raya Ekonomi 20:40
65 132 Mutiara Selatan 20:49
66 PLB442A Lokal Cibatu 21:08
67 PLB477A Bandung Raya Ekonomi 21:26
68 PLB480A Bandung Raya Ekonomi 21:40
Sumber : Pusdal OPKA Daop 2 Bandung

20
Perlintasan di JPL 173 yan dijaga warga belum mempunyai sertifkat
penjaga pintu perlintasan. Pembagian kerja di perlintasan sebidang JPL 173
adalah dengan 3 shift yaitu shift pertama pada jam 08.00 pagi sampai jam
16.00 sore, shift kedua pada pukul 16.00 sore sampai dengan 24.00
malam, dan shift berikutnya pada jam 24.00 malam sampai dengan 08.00
pagi. Berikut daftar nama penjaga perlintasan di JPL 173:

Tabel II.7 : Daftar nama penjaga pintu perlintasan JPL 173

No Nama Umur Lulusan Status Sertifikat


penjaga pintu
1 Pak Kopral 52 SD perlintasan -
warga setempat
penjaga pintu
2 Pak Tatang 48 SD perlintasan -
warga setempat
penjaga pintu
3 Pak Eman 48 STM perlintasan -
warga setempat
penjaga pintu
4 Pak Iyeng 70 SMP perlintasan -
warga setempat
penjaga pintu
5 Pak Imam 40 SD perlintasan -
warga setempat
penjaga pintu
6 Pak Edrus 35 SMP perlintasan -
warga setempat
penjaga pintu
7 Pak Aris 37 STM perlintasan -
warga setempat
penjaga pintu
8 Pak Oih 55 STM perlintasan -
warga setempat
penjaga pintu
Pak
9 55 SMP perlintasan -
Dadang
warga setempat
Sumber: Hasil survei, 2021

21
BAB III

KAJIAN PUSTAKA

3.1 Perkeretaapian
Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang
Perkeretaapian, “perkeretaapian merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
sarana, prasarana, sumber daya manusia bidang perkeretaapian, serta
norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan
transportasi kereta api, perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan
untuk memperlancar perpindahan orang dan atau barang secara massal
dengan selamat, aman, nyaman, cepat, dan lancer, tepat, tertib dan teratur
serta efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas,
pendorong, dan penggerak pembangunan nasional”.

3.2 Perlintasan Sebidang


Perlintasan sebidang ialah perpotongan antara jalan dengan jalur
kereta api (Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 94
Tahun 2018 tentang “Peningkatan Keselamatan Perlintasan Sebidang
Antara Jalur Kereta Api dengan Jalan”). Berdasarkan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 36 Tahun 2011 tentang Perpotongan dan
Persinggungan antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain disebutkan
jika persyaratan perlintasan sebidang adalah sebagai berikut:

1. “Perpotongan antara jalur kereta api dengan bangunan lain dapat


berupa perpotongan sebidang atau perpotongan tidak sebidang.
2. Perpotongan antara jalur kereta dengan jalan yang disebut perlintasan.
3. Perlintasan dibuat sebidang jika:
a. Letak geografis yang yang tidak memungkinkan membangun
perlintasan tidak sebidang.
b. Tidak membahayakan dan menganggu kelancaran operasi kereta
api dan lalu lintas jalan.

22
c. Pada jalur tunggal dengan frekuensi dan kecepatan kereta api
rendah
4. Perlintasan sebidang yang bersifat sementara tersebut harus mendapat
izin dari Direktur Jenderal dalam jangka waktu satu tahun dan dapat
dilakukan perpanjangan sampai dua kali dengan ketentuan :
a. Kecepatan kereta api yang melintas pada perlintasan kurang dari
60 km/jam.
b. Headway kereta yang melintas pada perlintasan minimal 30 menit.
c. Jalan letak perlintasan adalah Jalan Kelas III (tiga).
d. Jarak antarperlintasan satu dengan perlintasan lainnya pada satu
jalur tidak kurang dari 800 meter.
e. Tidak terletak pada lengkungan jalur KA mapun jalan.
f. Jarak pandang bebas bagi masinis minimal 500 meter maupun bagi
pengguna jalan raya minimal 150 meter”.

Selain itu, pemerintah juga membuat persyaratan yang harus


dipenuhi dalam pembangunan perlintasan sebidang yang meliputi :

1. Kepala rel harus satu level dengan permukaan jalan dengan toleransi
0,5 cm.
2. Terdapat permukaan datar sepanjang 60 cm diukur dari sisi terluar
jalan rel.
3. Gradien maksimal yang digunakan untuk dilewati kendaraan dihitung
dari titik tertinggi kepala rel yaitu 2% diukur dari sisi terluar permukaan
datar, sebagaimana dimaksud pada huruf b untuk jarak 9,4 meter dan
10% untuk 10 meter berikutnya yang dihitung dari titik terluar setelah
dilakukan pengukuran pada gradien 2%.
4. Lebar perlintasan untuk satu jalur maksimal 7 meter.
5. Sudut perpotongan antara jalan rel dengan jalan harus 90 derajat dan
panjang jalan yang lurus minimal harus 150 meter dari as jalan rel.
Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian menyatakan bahwa, “pada perpotongan sebidang antara
jalur kereta api dan jalan pemakai jalan wajib mendahulukan perjalanan

23
kereta api dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 pasal 110
tentang kewajiban mendahulukan kereta api bahwasannya, (1) pemakai
jalan wajib mendahulukan kereta api, (2) pemakai jalan wajib mematuhi
semua rambu jalan di perpotongan sebidang, (3) pelanggaran yang
menyebabkan kecelakaan bukan termasuk kecelakaan perkeretaapian, (4)
pintu perlintasan berfungsi untuk mengamankan perjalanan kereta api”.
Guna menjamin keselamatan perjalanan kereta api dan masyarakat
pengguna jalan yang melewati perlintasan sebidang, pasal 2 ayat (1) pada
Peraturan Menteri No 94 Tahun 2018 tentang “Peningkatan Keselamatan
Perlintasan Sebidang Antara Jalur Kereta Api dengan Jalan” telah
mengatur, “tanggung jawab perlintasan sebidang yang sudah beroperasi
namun masih belum dilengkapi dengan peralatan keselamatan perlintasan
sebidang dilakukan oleh Menteri untuk Jalan nasional, Gubernur untuk
Jalan provinsi, Bupati/wali kota untuk Jalan kabupaten/kota dan Jalan desa,
serta badan hukum atau lembaga untuk jalan khusus yang digunakan oleh
badan hukum atau lembaga”.
Pengelolaan perlintasan sebidang yang dimaksud dalam pasal 2
ayat (1) adalah perlintasan yang telah diberi nomor JPL oleh penyelenggara
prasarana perkeretaapian yang belum dijaga dan/atau tidak berpintu,
memiliki lebar jalan lebih dari 2 meter, dan perlintasan sebidang sudah
dijaga yang belum memenuhi aspek keselamatan. Apabila perlintasan
sebidang yang tidak memiliki nomor JPL, tidak dijaga, dan/atau tidak
berpintu yang lebarnya kurang dari 2 meter, serta tidak tercatat dalam
daftar perlintasan sebidang yang ada dalam peraturan menteri tersebut
dapat dilakukan peningkatan keselamatan perlintasan. Perlintasan
sebidang yang terdapat dalam daftar perlintasan sebidang yang ada dalam
PM Nomor 94 Tahun 2018 tersebut tetap dapat dioperasikan apabila telah
dilakukan evaluasi perlintasan sebidang yang paling sedikit dilaksanakan
satu tahun sekali dan peningkatan keselamatan perlintasan sebidang. Pada
pasal 5 ayat (2) dijelaskan mengenai pelaksanaan evaluasi perlintasan
sebidang tersebut melibatkan unit kerja terkait yang terdiri dari Direktorat
Jenderal Perkeretaapian, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Dinas

24
Perhubungan, Dinas Bina Marga, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
dan Daop/Divre PT Kereta Api Indonesia (Persero). Evaluasi yang dimaksud
meliputi kegiatan:
1. “Inventarisasi kondisi perlintasan sebidang pada ruas jalan dan titik
perlintasan.
2. Pemenuhan aspek keselamatan perlintasan sebidang.
3. Perbandingan kondisi yang ada dengan standar teknis, baik konstruksi
ruas jalan maupun konstruksi jalur kereta api di perlintasan sebidang,
serta manajemen dan rekayasa lalu lintas.
4. Inventarisasi ketidaksesuaian antara standar dengan kondisi yang ada.
5. Inventarisasi frekuensi dan kecepatan kereta api yang melintas di
perlintasan sebidang.
6. Inventarisasi rata-rata kepadatan dan kecepatan kendaraan yang
melintas di perlintasan sebidang pada saat waktu sibuk dan waktu
normal.
7. Inventarisasi jalan alternatif yang sudah tersedia dalam hal perlintasan
sebidang akan ditutup untuk menjamin keselamatan perjalanan kereta
api dan pengguna jalan yang melintasi perlintasan sebidang.
8. Hal lain yang dianggap perlu dalam rangka menjamin keselamatan”.

Hasil dari evaluasi perlintasan sebidang tersebut menurut pasal 6


ayat (2) menyatakan evaluasi perlintasan sebidang harus berisi data
lapangan serta rekomendasi peningkatan status perlintasan sebidang
berupa :

1. “Peningkatan perlintasan sebidang menjadi perlintasan tidak sebidang.


2. Penutupan perlintasan sebidang apabila sudah tersedia jalan altenatif.
3. Peningkatan keselamatan perlintasan sebidang melalui pemasangan
peralatan keselamatan perlintasan sebidang dan disertai dengan
pemasangan perlengkapan jalan”.

Pemberian rekomendasi berupa pemasangan peralatan


keselamatan perlintasan sebidang dapat dilakukan disemua perlintasan
sebidang tanpa kriteria. Pada pasal 14 , peralatan keselamatan perlintasan

25
sebidang harus memenuhi persyaratan teknis berdasarkan komponen dan
konstruksinya terdiri atas:

1. “Portal pengaman pengguna jalan yang berfungsi untuk


mengamankan pengguna jalan agar tidak menerobos perlintasan
sebidang
2. Isyarat lampu peringatan/larangan;
3. Isyarat suara;
4. Isyarat tulisan berjalan/variable messae sign (VMS);
5. Alat pendeteksis kereta;
6. Pengendali utama peralatan keselamatan perlintasan sebidang;
7. Catu daya;”

Untuk pemasangan peralatan keselamatan perlintasan tersebut


dapat dilakukan apabila konstruksi jalur kereta api tidak terganggu,
pengoperasian kereta api tidak terganggu, tidak mengganggu dan tidak
terhubung dengan persinyalan kereta api, dan pandangan masinis tidak
terganggu.

Aspek teknis yang berkaitan dengan perlintasan sebidang adalah


pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.770 Tahun
2005 tentang “Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang Antara Jalan dengan
Jalur Kereta Api”. Pada pedoman ini persyaratan pembangunan perlintasan
sebidang, persyaratan teknis pada ruas jalan yang bisa dibangun
perlintasan sebidang, perlengkapan marka jalan, serta tatacara
pemasangan perlengkapan peralatan di perlintasan. Bagian prasarana jalan
dan kereta api pada perlintasan sebidang memiliki persyaratan ruas jalan
sebagai berikut:

1. “Ruas jalan yang dapat dibuat perlintasan sebidang antara jalan dengan
jalur kereta api mempunyai persyaratan sebagai berikut:
a. Jalan kelas III;
b. Jalan sebanyak-banyaknya 2(dua) lajur 2 (dua) arah;
c. Tidak pada tikungan jalan dan/atau alinement horizontal yang
memiliki radius sekurang-kurangnya 500 m;

26
d. Tingkat kelandaian kurang dari 5 (lima) persen dari titik terluar
jalan rel;
e. Memenuhi jarak pandang bebas, (penentuan jarak pandang bebas
antara kereta api dan jalan);
f. Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR).
2. Wajib dilengkapi rambu lalu lintas yang berupa peringatan dan larangan
sebagai berikut :
a. Rambu peringatan dipasang pada perlintasan sebidang antara
jalan dengan kereta api, terdiri dari:
1) rambu yang menyatakan adanya perlintasan sebidang antara
jalan dengan jalur kereta api dimana jalur kereta api dilengkapi
dengan pintu perlintasan, dengan rambu
2) rambu yang menyatakan adanya perlintasan sebidang antara
jalan dengan jalur kereta api dimana jalur kereta api tidak
dilengkapi dengan pintu perlintasan, dengan rambu
3) rambu tambahan yang menyatakan jarak per 150 meter
dengan rel kereta api terluar, dengan rambu
4) rambu berupa kata-kata yang menyatakan agar berhati-hati
mendekati perlintasan kereta api
b. Rambu Larangan dipasang pada perlintasan sebidang antara jalan
dengan jalur kereta api, terdiri dari :
1) rambu larangan berjalan terus sebagaimana tersebut dalam
KM Nomor 61 Tahun 1993 tentang Rambu-rambu Lalu Lintas
di Jalan, wajib berhenti sesaat dan meneruskan perjalanan
setelah mendapat kepastian aman dari lalu lintas arah lainnya;
2) rambu larangan berjalan terus yaitu rambu sebagaimana
tersebut dalam KM Nomor 61 Tahun 1993 tentang Rambu-
rambu Lalu Lintas di Jalan, dipasang pada persilangan
sebidang jalan dengan kereta api jalur tunggal yang
mewajibkan kendaraan berhenti sesaat untuk mendapat
kepastian aman sebelum melintasi rel;

27
3) rambu larangan berjalan terus yaitu rambu sebagaimana
tersebut dalam KM KM Nomor 61 Tahun 1993 tentang Rambu-
rambu Lalu Lintas di Jalan, dipasang pada persilangan
sebidang jalan dengan kereta api jalur ganda yang mewajibkan
kendaraan berhenti sesaat untuk mendapat kepastian aman
sebelum melintasi rel;
4) rambu larangan berbalik arah kendaraan bermotor maupun
tidak bermotor pada perlintasan kereta api, dengan rambu.
5) rambu larangan berupa kata-kata yaitu rambu yang
menyatakan agar pengemudi berhenti sebentar untuk
memastikan tidak ada kereta api yang melintas”.
3. Wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa marka jalan yang
terdiri dari:
a. Marka melintang berupa tanda garis melintang sebagai batas wajib
berhenti kendaraan sebelum melintas jalur kereta api, dengan
ukuran lebar 0,30 meter dan tinggi 0,30 meter;
b. Marka membujur berupa garis utuh sebagai larangan kendaraan
untuk melintas garis tersebut dengan ukuran lebar 0,12 meter dan
tinggi 0,03 meter;
c. Marka membujur berupa tanda peringatan yang dilengkapi dengan
tulisan “KA” sebagai tanda peringatan adanya perlintasan dengan
jalur kereta api, dengan ukuran lebar secara keseluruhan 2,4
meter dan tinggi 6 meter serta ukuran huruf yang bertuliskan “KA”
tinggi 1,5 meter dan lebar 0,60 meter;
d. Pita penggaduh (rumble strip) sebelum memasuki perlintasan
sebidang;
e. Median minimal 6 m dan lebar 1 m pada jalan 2 lajur 2 arah.

28
Gambar III.1: Contoh Perlintasan dengan pintu pada jalan dua lajur dua arah
dengan jalur tunggal kereta api

Sumber: Peraturan Dirjen Hubdat No. SK.770/KA.401/D RDJ/2005

Gambar III.2 : Lebar lajur dan dimensi median jalan pada perlintasan jalan 2
lajur 2 arah dengan jalur kereta api

Sumber: Peraturan Dirjen Hubdat No. SK.770/KA.401/D RDJ/2005

29
Penentuan perlintasan sebidang antara jalan dengan jalur kereta
api terdiri dari perlintasan sebidang lengkap dengan pintu otomatis , tidak
otomatis baik mekanik maupun elektrik dan perlintasan sebidang yang
tidak dilengkapi dengan pintu. Perlintasan yang dilengkapi pintu apabila
melebihi ketentuan mengenai jumlah kereta api yang melintasi lokasi
tersebut minimal 25 kereta/hari dan maksimal 50 kereta /hari, volume lalu
lintas harian rata-rata (LHR) sebanyak 1.000 sampai 1.500 kendaraan pada
jalan dalam kota dan 300 sampai dengan 500 kendaraan pada jalan luar
kota dan hasil perkalian antara volume lalu lintas harian rata-rata (LHR)
dengan frekuensi kereta api antara 12.500 sampai dengan 35.000 smpk
dinyatakan standar adanya perlintasan sebidang apabila melebihi 35000
Smpk maka harus ditingkatkan menjadi perlintasan tidak sebidang.
Perlintasan sebidang yang tidak dilengkapi pintu apabila:

1. “Sebanyak-banyaknya 25 kereta /hari jumlah kereta yang melintasi


lokasi itu;
2. volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) sebanyak-banyaknya 1000
kendaraan pada jalan dalam kota dan 300 kendaraan pada jalan luar
kota; dan
3. hasil perkalian antara volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) dengan
frekuensi kereta api sebanyak-banyaknya 12.500 smpk”.

Perlintasan sebidang yang tidak dilengkapi pintu wajib dilengkapi


dengan rambu, isyarat suara, marka, dan lampu lalu lintas satu warna
yang berwarna merah berkedip atau dua lampu satu warna yang berwarna
merah menyala bergantian sesuai pedoman ini. Isyarat lampu lalu lintas
satu warna, memiliki persyaratan sebagai berikut :

1. “Terdiri dari satu lampu yang menyala berkedip atau dua lampu yang
menyala bergantian;
2. Lampu berwarna kuning dipasang pada jalur lalu lintas,
mengisyaratkan pengemudi harus berhati-hati;

30
3. Lampu berwarna merah dipasang pada perlintasan sebidang dengan
jalan kereta api dan apabila menyala mengisyaratkan pengemudi
harus berhenti; dan
4. Dapat dilengkapi dengan isyarat suara atau tanda panah pada lampu
yang menunjukan arah datangnya kereta api;
5. berbentuk bulat dengan garis tengah antara 20 sentimeter sampai
dengan 30 sentimeter;
6. Daya lampu antara 60 watt sampai dengan 100 watt”.

3.3 Kecakapan Penjaga Pintu Perlintasan


Peratuan Menteri Perhubungan Nomor PM 19 Tahun 2011 tentang
Sertifikat Kecakapan Penjaga Perlintasan Kereta Api pada pasal 2
menyatakan bahwa:

1. “Setiap penjaga perlintasan kereta api bertanggung jawab terhadap


keselamatan perjalanan kereta api di wilayah kerja.
2. Penjaga perlintasan kereta api sebagaimana dimaksut harus memiliki
kompetensi dan kecakapan untuk mejaga pintu perlintasan.
3. Penjaga perlintasan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus memenuhi standar kompetensi yang terdiri atas:
a. Mengetahui dan memahami peratuan peundang – undangan yang
terkait dengan operasi kereta terutama tanda dan marka;
b. Mampu mengoperasikan peralatan perlintasan dan kerja lainnya;
c. Mengetahui, memahami, dan menguasai jadwal perjalanan kereta
api di wilayah kerjanya;
d. Mampu dan cakap mengoperasikan peralatan telekomunikasi
perkeretaapian;
e. Mengetahui, memahami, dan menguasai wilayah kerjanya terhdap
perjalanan kereta api;
f. Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dalam menjaga perlintasan
kereta api”.

31
Wajibnya seorang penjaga perlintasan kereta api mempunyai sertifikat
kecakapan penjaga pintu perlintasn kereta api yang sah dan masih berlaku
yang ditertibkan oleh Direktur Jenderal atau Badan hokum atau lembaga
yang mendapat akreditasi dari Menteri. Sertifikat kecakapan penjaga pintu
perlintasan kereta api didapat setelah lulus pendidikan dan pelatihan, dan
uji kecakapan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal dan Sertifikat
kecakapan penjaga pintu perlintasan kereta api berlaku selama empat
tahun.

3.4 Kinerja Lalu Lintas Harian


Menggunakan teori Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI, 1997
yaitu untuk menganalisis arus lalu lintas, kapasitas jalan, V/C Ratio yang
berpotongan dengan perlintasan.

1. Arus lalu lintas harian rata – rata (LHR)

Arus lalu lintas harian rata-rata dapat diketahui dari hasil survei
pencacahan arus lalu lintas Traffic Counting, dimana dari hasil TC
tersebut didapatkan volume kendaraan per jam dalam satuan
kendaraan kemudian dikonversikan kedalam satuan mobil penumpang
dengan mengkalikan nilai ekivalensi mobil penumpang.

32
2. Kapasitas Jalan

Penentuan kapasitas ruas jalan perkotaan adalah sebagai berikut :

Kapasitas dasar (Co) adalah segmen jalan pada kondisi geometri, pola
arus lalu lintas, dan factor lingkungan yang telah ditentukan
sebelumnya, kapasitas dasar yang telah ditetapkan menurut tipe jalan
dapat dilihat sebagai berikut :

Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar (FCw) akibat lebar jalur lalu
lintas telah ditetapkan pa da tabel berikut :

33
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

34
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

3. V/C Ratio

Diperoleh dari perbandingan arus waktu sibuk pada ruas jalan


tersebut dengan kapasitasnya. Dari V/C Rasio akan diketahui

35
karakteristik pelayanan suatu ruas jalan, dengan rumus sebagai
berikut :

Rumus III.2: Rumus V/C Ratio

𝑉𝑂𝐿𝑈𝑀𝐸 𝑊𝐴𝐾𝑇𝑈 𝑆𝐼𝐵𝑈𝐾


V/C RATIO = 𝐾𝐴𝑃𝐴𝑆𝐼𝑇𝐴𝑆 (𝐶)

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1999


Klasifikasi tingkat pelayanan dari hasil perhitungan V/C ratio dapat
dilihat dibawah ini :

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

36
4. Kecepatan Arus Bebas
Dalam analisa kecepatan arus bebas ini menggunakan kecepatan arus
bebas kendaraan ringan (LV) sebagai ukuran utama kinerja dalam
perhitungan ini. Namun untuk arus bebas tipe kendaraan yang lain
juga ada standarisasinya dan dapat digunakan untuk keperluan lain
seperti analisa biaya pemakaian jalan (MKJI, 1997). Perhitungan
kecepatan arus bebas disajikan dengan rumus di bawah ini

37
5. Perhitungan Perkiraan Volume Lalu Lintas
Metode pertumbuhan dipakai guna menghitung perkiraan volume
lalu lintas, sesuai nilai pertumbuhan maka volume lalu lintas bisa
diperkirakan untuk jangka waktu 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun.
Metode pertumbuhan yang dimaksud ialah yang menurut
Supranto (2000)

Pn = P0 + (1+i)n

Dengan

P0 = jumlah volume lalu lintas harian mula – mula


i = tingkat pertumbuhan (rate of interest)
n = banyak waktu (dalam tahun)
Pn = jumlah volume lalu lintas pada akhir tahun ke-n

38
Dalam Keputusan Direktur Jendral (KEPDIRJEN) Bina Marga
(2012) menjelaskan bahwa, “faktor partumbuhan lalu lintas didasarkan
pada data-data pertumbuhan historis atau formularitas korelasi dengan
faktor pertumbuhan lain yang valid, bila tidak ada maka dapat
menggunakan perkiraan faktor pertumbuhan lalu lintas untuk jalan
arteri dan perkotaan dengan pertumbuhan 5 % untuk tahun 2011-2020
dan 4 % untuk tahun 2021-2030”.
6. Panjang Antrian
Panjang antrian yaitu panjang dari antrian kendaraan di suatu
titik tertentu, dalam penelitian ini tepatnya di perlintasan sebidang. Pada
perhitungan panjang antrian ini menggunakan metode Queueing
Analysis yang mengacu pada sumber Jurnal Model of Queuein in the
Railway Level Crossing (2019) dengan rumus sebagai berikut :

𝐶𝑥𝑅
TQ =
𝐶−𝑉

𝐶𝑜 𝑥 𝑅
QM0 = 3600

QM1 = QM0 x 3 (m/smp)


Keterangan
TQ = Waktu antrian
C = Kapasitas Jalan
R = Rata-rata durasi penutupan pintu perlintasan (120 detik)
V = Volume jam tersibuk
QM0 = Antrian kendaraan
QM1 = Panjang antrian

3.5 Jarak Pandang


Jarak pandang bebas merupakan salah satu faktor penting dalam
keselamatan perlintasan sebidang guna mengatur jarak aman kendaraan
dan dapat melihat kedudukan kereta. Selain itu, jarak pandang bebas ini
juga termasuk persyaratan yang harus dipenuhi berdasarkan Perdirjen
Nomor SK.770/KA.401/DRJD/2005, dengan persamaan sebagai berikut :

39
Rumus III.4: Rumus Jarak Pandang

𝑉𝑣²
dH = 0,28Vvt + 254𝑓 + D + de
Dan

dT =
𝑉𝑇
𝑉𝑣
[ (0,28)Vvt +
𝑉𝑣²
254𝑓
+ 2D + L +W` ]
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No
SK.770/KA401/DRDJ/2005

Gambar III.3 : Kondisi kendaraan dapat mengamati kereta/ dapat berhenti

Sumber: Peraturan Dirjen Hubdat No. SK.770/KA.401/D RDJ/2005

40
41
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Alur Pikir Penelitian


Alur pikir penelitian adalah metode berpikir dalam memecahkan
suatu permasalahan agar dapat ditemukan penyelesaiannya. Data
sekunder dan data primer yang sesuai dengan penelitian dihimpun. Skema
alur pikir dia penelitian ini ialah seperti :

Perlintasan Sebidang

Kinerja ruas
Kondisi dan Karakteristik Kesiapan SDM
Perlengkapan jalan dan
kelengkapan pengguna penjaga pintu
perlintasan frekuensi
rambu jalan perlintasan
kereta

Evaluasi

Peningkatan keselamatan
di perlintasan sebidang

Gambar IV.1 : Skema alur pikir

Alur pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah adalah suatu pengamatan secara langsung sebagai
upaya untuk menjelaskan masalah, identifikasi ini dilakukan sebagai

42
langkah awal dalam penelitian. Permasalahan yang diidentifikasi dalam
penelitian di JPL No 173 KM 163+789 petak jalan antara Kiaracondong
– Gedebage adalah sebagai berikut :
a. Kondisi eksisting di perlintasan sebidang JPL 173 KM 163+789 resmi
dijaga oleh warga setempat dengan kondisi lalu lintas yang ramai
karena akses jalan menuju kampus, perumahan, puskesmas,
perkantoran, dan pertokoan.
b. Perlintasan sebidang resmi JPL 173 KM 183+789 namun dijaga
warga dikhawatirkan akan adanya kelalaian dalam menutup palang
pintu yang secara manual serta ketidaktepatan waktu pada saat
kereta melintas terlebih dengan adanya rencana pembangunan
double track maka frekuensi kereta yang melintas akan lebih padat.
c. Resiko adanya kecelakaan karena kurangnya kesadaran pengguna
jalan ketika palang pintu sudah ditutup oleh penjaga palang pintu.
d. Masih adanya rambu – rambu di perlintasan sebidang yang belum
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data ialah guna memperoleh data – data yang akan
dipakai dalam mengolah dan menganalisis dari permasalahan yang
ditimbulkan. Pengumpulan data yang dilakukan ialah menghimpun data
sekunder dan data primer. Data sekunder didapatkan dari pihak
bersangkutan, di penelitian ini ialah Balai Teknik Perkeretaapian
Wilayah Jawa Bagian Barat dan Daerah Operasi 2 Bandung PT Kereta
Api Persero serta pihak yang terkait lainnya sebagai data pendukung di
penelitian ini, sedangkan data primer ialah data yang diperoleh
langsung melalui survei – survey antara lain survey pencacahan lalu
lintas atau traffic counting , survei karakteristrik penguna jalan yang
melintasi perlintasan, survei kelengkapan fasilitas rambu – rambu di
perlintasan, dan survei kesiapan SDM di perlintasan sebidang JPL no
173 KM 163 +789 petak jalan antara Kiaracondong – Gedebage.

43
3. Metode pengolahan data
Pengolahan data ialah proses mengolah data atau informasi menjadi
bentuk yang lebih informative. Setelah data – data sudah dikumpulkan
dan didapatkan maka akan dilakukan analisis mengetahui, menganalisis
dan membahas kondisi di JPL No 173 KM 163+789 petak jalan antara
Kiaracondong – Gedebage, kondisi perlengkapan, fasilitas rambu,
kondisi fisik, karakteristik pengguna jalan, volume lalu lintas harian
(LHR), dan frekuensi ka pada perlintasan JPL No 173.
4. Pemecahan masalah
Pemecahan masalah adalah untuk melakukan solusi untuk mengatasi
permasalahan yang muncul pada wilayah studi JPL No 173 KM 163+789
petak jalan antara Kiaracondong – Gedebage.
5. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan adalah menjelaskan pokok bahasan yang terdapat pada
penelitian ini di JPL No 173 KM 163+789 petak jalan antara
Kiaracondong – Gedebage dengan mengusulkan cara untuk
meningkatkan keselamatan di perlintasan sebidang dengan peraturan
yang berlaku serta desain di perlintasan sebidang.

44
4.2 Bagan Alir Penelitian

Mulai

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :

1. Data kinerja lalu lintas


1. Frekuensi KA yang melintas di
2. Data Karakteristik Pengguna jalan perlintasan tersebut
raya
2. Data penjaga perlintasan JPL
3. Data Inventarisasi/ kelengkapan
rambu perlintasan 173
3. Data inventarisasi jalan dan
4. Data SDM dan waktu penjagaan di
perlintasan JPL 173 kelengkapan perlintasan

Pengolahan Data

Analisis dan Pemecahan Masalah

1. Analsisis kondisi perlintasan sebidang


2. Analisis lalu lintas harian rata – rata
3. Analisis karakteristik pengguna jalan raya
4. Analisis kesiapan SDM penjaga pintu
perlintasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai
Gambar IV.2: Bagan Alir Penelitian

45
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Guna mengolah serta menganalisis permasalahan yang ada maka
dilakukan penghimpunan data yang akan dipakai. Pengumpulan data dari
penelitian ini terdiri data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh
dari kondisi nyata atau eksisting di lapangan, dan data sekunder diperoleh
dari instansi terkait.

1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau sumber
yang terkait, dalam hal ini khususnya Balai Teknik Perkeretaapian
Jawa Barat dan Daerah Operasi 2 Bandung PT Kereta Api Persero,
dengan data yang diperlukan antara lain :
a. Data frekuensi kereta api yang melintas di perlintasan tersebut.
b. Data jumlah dan jenis perlintasan sebidang di Daop 2 Bandung
serta daftar nama penjaga pintu perlintasan.
2. Data Primer
Data primer ialah data yang diperoleh dari pengamatan langsung di
lapangan berdasarkan kondisi yang sebenarnya, antara lain :
a. Survei Traffic Counting (TC)
Survei traffic counting atau survei pencacahan lalu lintas
dimaksudkan guna memperoleh data mengenai kinerja ruas jalan,
jumlah dan jenis kendaraan yang melewati ruas jalan dan volume
harian rata – rata yang melintas pada perlintasan sebidang JPL
173.
b. Survei kelengkapan fasilitas rambu – rambu dan kondisi fisik
perlintasan sebidang
Survei kelengkapan fasilitas rambu ini sesuai dengan Peraturan
Direktur Jenderal Perhubungan Darat No
SK.770/KA401/DRDJ/2005 tentang “Pedoman Teknis Perlintasan
Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta Api” tentang
persyaratan perlintasan sebidang wajib dilengkapi dengan rambu
lalu lintas , marka, dan peringatan berupa kata-kata, oleh karena
itu dilakukan survey dimaksudkan untuk mengetahui fasilitas

46
minimum kondisi rambu – rambu yang terdapat di perlintasan
sebidang JPL 173 serta geometri aspal pada perlintasan.
c. Survei karakteristik pengguna jalan
Survei ini dimaksudkan guna mengetahui karakteristik pemakai
jalan yang melintas. Pengguna jalan yang melintas di lokasi
penelitian terdiri dari pengguna kendaraan bermotor hingga
pejalan kaki dan untuk mengetahui pengguna jalan yang
melakukan pelanggaran saat melintas.
d. Survei kesiapan SDM
Sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2011 tentang
“kecakapan penjaga perlintasan”, wajib memiliki sertifikat penjaga
perlintasan oleh karena itu perlu dilakukan survey kesiapan SDM
di perlintasan sebidang tersebut.
e. Survei wawancara
Survei wawancara dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sehari-
hari yang terjadi, baik kondisi keadaan lalu lintas, karakteristik
pngguna jalan, maupun sistem pembagian kerja dalam penjagaan
pintu perlintasan tersebut.

4.4 Teknis Analisis Data


1. Analisis kondisi eksisting di perlintasan sebidang
Analisis ini untuk mengetahui kelengkapan fasilitas rambu – rambu
di perlintasan sebidang yang telah terpasang di ruas jalan. Hal ini
tercantum dalam pedoman yang mengatur tentang perlintasan
sebidang.
2. Analisis kinerja lalu lintas
Analisis lalu lintas harian rata – rata guna melihat kondisi ruas jalan
yang terdapat di perlintasan sebidang, hal ini dilakukan untuk
melihat kepadatan lalu lintas pada ruas jalan tersebut.
3. Analisis karakteristik pengguna jalan raya
Analisis ini digunakan untuk mengetahui perilaku pengguna jalan
saat melintasi perlintasan.
4. Analisis kesiapan SDM penjaga pintu perlintasan

47
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kecakapan penjaga
pintu perlintasan yang wilayah kerjanya menjadi tanggung jawab
keselamatam perjalanan kereta api dimana ia bertugas.

4.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian


1. Lokasi penelitian
Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Barat, petak
jalan antara Kiaracondong – Cicalengka khususnya di JPL No 173
KM 163 + 789 di ruas jalan Guruminda, Arcamanik, Bandung,
menjadi lokasi penelitian. Penelitian ini untuk studi kasus
peningkatan keselamatan sebidang pada JPL 173.
2. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada saat kegiatan PKL tepatnya pada
tanggal 1 Maret sampai dengan 18 Juni 2021.

48
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMECAHAN MASALAH

5.1 Analisis Data


Pada lokasi penelitian di perlintasan sebidang JPL No 173 KM
163+789 petak jalan antara Kiaracondong – Gedebage adalah perlintasan
resmi namun dijaga oleh warga dengan palang pintu manual yang buat
sendiri oleh warga setempat.

Gambar V.1 : Kondisi di perlintasan sebidang JPL 173

Sumber : Hasil survei, 2021

1. Analisis kondisi perlintasan sebidang


Hasil analisis yang dilakukan masih ditemukan beberapa aspek yang
belum memenuhi persyaratan perlintasan sebidang sesuai aturan
yang berlaku, masih ada persyaratan yang belum tersedia dan
fasilitas rambu yang tidak terawat atau rusak. Hasil penelitian di
perlintasan JPL No 173 :
a. Perlengkapan perlintasan
Di perlintasan JPL 173 ini belum dilengkapi dengan perlengkapan
untuk penunjang kinerja pintu perlintasan yang tidak otomatis,
hanya ada pos JPL dan palang yang mana itu dibangun sendiri
oleh warga setempat.

49
Gambar V.2 : Gardu di perlintasan JPL 173
Sumber : Hasil survey, 2021

Gambar V.3 : Palang pintu di JPL 173


Sumber: Hasil survey, 2021
Dari hasil survei perlengkapan di perlintasan tersebut hanya ada
jam dinding dan palang pintu, belum ada daftar perjalanan kereta
api, belum ada faslitas yang terdapat di gardu seperti p3k, alat
pemadam api ringan atau apar, senter, struktur pintu yang kuat
dan ringan, dan semboyan bendera merah , hijau dan lampu
semboyan. Kondisi perlengkapan pada perlintasan sebidang
belum memenuhi standar teknis, belum berfungsi dengan baik
sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No
SK.770/KA401/DRDJ/2005 tentang “Pedoman Teknis Perlintasan
Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta Api” perlintasan
sebidang yang dilengkapi dengan pintu tidak otomatis baik

50
elektrik maupun mekanik harus dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan tersebut.
b. Fasilitas rambu lalu lintas
Fasilitas rambu lalu lintas itu bentuk perlengkapan jalan yang bisa
berupa huruf, kalimat, angka, atau lambang dan perpaduan
diantaranya yang bertujuan untuk memberikan larangam,
peringatan, himbauan, petunjuk maupun perintah bagi pengguna
jalan yang melintas, pemasangan fasilitas rambu lalu lintas ini
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan keselamatan dan
kewaspadaan pemakai jalan yang melewati di jalan tersebut.
Berikut daftar kelengkapan fasilitas rambu lalu lintas di
perlintasan sebidang JPL 173 :
Tabel V.1 : Kelengkapan fasilitas rambu lalu lintas JPL 173

No Komponen Kelengkapan Kondisi Keterangan

Rambu
1 Persilangan ada Baik Tertutup
Datar

Rambu
kata – kata
2 ada Baik
mendekati
perlintasan

Rambu
3 ada rusak
Stop

Silang
4 andreas ada rusak
kruis

6 Garis kejut Tidak ada -

Marka
7 Tidak ada -
jalan

51
No Komponen Kelengkapan Kondisi Keterangan

isyarat
8 Tidak ada
Suara

-
Sumber : Hasil survei, 2021

Dari hasil survei diatas menunjukkan bahwa kelengkapan fasilitas


rambu lalu lintas di perlintasan sebidan JPL 173 belum sesuai dengan
peraturan yang berlaku pada “Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Darat No SK.770/KA401/DRDJ/2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan
Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta Api”, yaitu belum adanya garis
kejut, marka jalan, isyarat suara, dan beberapa rambu yang tidak terawat
atau sudah rusak.

Gambar V.4: Tanda Stop


Sumber : Hasil survei, 2021

52
Gambar V.5: Rambu Peringatan Persilangan Datar Dengan Lintasan Kereta Api
Tanpa Pintu

Sumber : Hasil survei, 2021

Gambar V.6: Silang andreas di perlintasan sebidang

Sumber : Hasil survei, 2021

2. Analisis kinerja lalu lintas


Analisis kinerja lalu lintas dilakukan guna mengetahui kondisi lalu
lintas pada ruas jalan. Penelitian ini dilakukan di jalan Guruminda
yang merupakan dua lajur tak terbagi dengan lebar 5 meter, pada

53
ruas jalan ini terdapat JPL No 173 KM 163+789. Berikut beberapa
factor yang mempengaruhi analisis kinerja lalu lintas :
a. Volume Lalu lintas di perlintasan sebidang JPL No 173
Didapatkan melalui survei traffic counting selama 12 jam yaitu
pada pukul 06:00 – 18:00 WIB untuk mengetahui volume
kendaraan yang melintasi perlintasan. Data jumlah kendaraan
yang didapatkan dikalikan dengan factor ekivalensi mobil
penumpang (EMP) sesuai dengan jenis kendaraannya, dengan
hasil sebagai berikut :

Volume Lalu Lintas Ruas Jalan Guruminda


450
400
Volume (smp/jam)

350
300
250
200
150 A-B
100
50 B-A
-

Waktu (jam)

Gambar V.7: Grafik volume kendaraan


Sumber : Hasil Analisis, 2021

Pada grafik diatas berdasarkan hasil survei yang telah


dilakukan di perlintasan sebidang JPL No 172 KM 163 + 789 jalan
Guruminda yaitu arah selatan yaitu Guruminda- Cisaranten Kulon
(A-B) pergerakan lalu lintas terpadat terjadi pada pukul 07.00 –
08.00 dengan volume kendaraan 368,5 smp/jam dan jam sibuk sore
pada pukul 16.00 – 17.00 dengan volume kendaraan 328,7
smp/jam. Sedangkan arah utara yaitu Cisaranten Kulon –
Guruminda (B-A) pergerakan lalu lintas terpadat pada pukul 07.00
– 08.00 dengan volume kendaraan 295,5 smp/jam dan jam sibuk

54
sore pada pukul 16.00- 17.00 dengan volume kendaraan 364,5
smp/jam. Hal ini sebabkan karena pada jam tersebut aktifitas warga
setempat yang bepergian maupun berangkat bekerja dan pulang
kerja. Perlintasan sebidang di JPL 173 dekat dengan perumahan
Guruminda, sekolah , serta kampus yang merupakan akses jalan
utama.

b. V/C Ratio di ruas jalan Guruminda


V/C Ratio diperoleh dari perbandingan arus waktu sibuk dengan
kapasitasnya di ruas jalan tersebut. Perhitungan V/C Ratio di ruas
jalan guruminda yang berpotongan dengan perlintasan sebidang
JPL 173. Dengan keterangan lebar jalan 5 meter, tipe jalan 2 lajur
tak terbagi, pemisah arah 50% - 50 % lebar bahu 0,5, dan
hambatan samping sedang karena berupa permukiman,
pertokoan, dan ukuran kota besar. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui :

Jadi, V/C Ratio di ruas jalan Guruminda dengan volume pada jam
sibuk 733 smp/jam dengan kapasitas jalan 1445,36 smp/jam
maka di dapatkan V/C ratio sebesar 0,50. Dari hasil analisis V/C
Ratio menunjukan tingkat c yaitu memiliki arus yang stabil ,
gerakan dan kecepatan kendaraan dapat dikendalikan.

55
c. Jenis kendaraan yang melintas di Perlintasan JPL 173
Komposisi jenis kendaraan yang melintas pada perlintasan
sebidang JPL 173 dari hasil survey traffic counting selama 12 jam.
Diagram presentase jenis kendaraan tersebut dapat dilihat
gambar dibawah ini.
Arah Guruminda – Cisaranten Kulon (A-B)

Presentase Jenis Kendaraan Selama


12 Jam
16% 1% 1%

82%

SEPEDA MOTOR KENDARAAN RINGAN


KENDARAAN BERAT TIDAK KENDARAAN

Gambar V.8: Prentase jenis kendaraan yang melintas JPL 173


arah Guruminda – Cisaranten Kulon
Sumber : Hasil Analisis, 2021

Arah utara yaitu Cisaranten Kulon – Guruminda (B-A)

Presentase Jenis Kendaraan


Selama 12 Jam
14% 1% 1%

85%

SEPEDA MOTOR KENDARAAN RINGAN


KENDARAAN BERAT TIDAK KENDARAAN

Gambar V.9: Prentase jenis kendaraan yang melintas JPL 173


arah Cisaranten Kulon - Guruminda
Sumber : Hasil Analisis, 2021

56
Diagram diatas menunjukkan bahwa jenis kendaraan yang
melintas didominasi oleh sepeda motor, dari arah Guruminda –
Cisaranten Kulon adalah sebesar 82 % dan arah Cisaranten Kulon
– Guruminda adalah sebesar 85%.

d. Perhitungan lalu lintas harian rata – rata (LHR) pada perlintasan


sebidang JPL 173
Berdasarkan hasil survei traffic counting yang dilakukan di
perlintasan sebidang JPL 173 arah Guruminda – Cisaranten Kulon
volume total lalu lintas selama 12 jam adalah 3347,6 smp/jam
sedangkan arah Cisaranten Kulon – Guruminda sebesar 3336,9
smp/jam.
Perhitungan LHR arah Guruminda – Cisaranten Kulon
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑡𝑎𝑛
LHR =
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
3347,6
=
12 𝑗𝑎𝑚

= 278,96 smp/jam
Perhitungan LHR arah Cisaranten Kulon – Guruminda
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑡𝑎𝑛
LHR =
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
3336,9
=
12 𝑗𝑎𝑚

= 278 smp/jam
Jadi, jumlah LHR pada kedua arah tersebut adalah 556,96
smp/jam.
e. Perhitungan Perkiraan Volume Lalu Lintas
Metode pertumbuhan dipakai guna menghitung perkiraan volume
lalu lintas, sesuai nilai pertumbuhan maka volume lalu lintas bisa
diperkirakan untuk jangka waktu 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun.
Metode pertumbuhan yang dimaksud ialah yang menurut
Supranto (2000):
Pn = P0 + (1+i)n

Dengan

57
P0 = jumlah volume lalu lintas harian mula – mula
i = tingkat pertumbuhan (rate of interest) (4%)
n = banyak waktu (dalam tahun) (5)
Pn = jumlah volume lalu lintas pada akhir tahun ke-n

Jenis Kendaraan LHR Perkiraan


Tahun 2021 Tahun 2026 Tahun 3031
Total Kendaraan 11639 14160.62 17228.56
(kend/hari)
Total Kendaraan 6684,5 8132.716 9894.693
(smp/hari)

Perhitungan diatas menunjukan jika perkiraan volume lalu lintas


memakai nilai pertumbuhan memperlihatkan jika nilai perkiraan
volume lalu lintas yang diberikan untuk tahun 2021, tahun 2026,
dan tahun 2031 mengalami peningkatan.

f. Headway dan Perhitungan satuan mobil penumpang kereta api


(SMPK)

Frekuensi kereta yang melintasi perlintasan sebidang di


JPL 173 tergolong cukup tinggi, sesuai dengan “Peraturan
Direktur Jenderal Perhubungan Darat No.
SK.770/KA.401/DRDJ/2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan
Sebidang Antara Jalan Dengan Jalur Kereta Api bahwa jumlah
kereta api yang melintasi padaa lokasi tersebut sebanyak-
banyaknya 25 kereta/hari untuk perlintasan sebidang yang tidak
dilengkapi pintu dan untuk perlintasan yang dilengkapi pintu
sebanyak-banyaknya 50 kereta/hari, namun diperlintasan
sebidang JPL 173 adalah sebanyak 68 kereta/hari”, apabila
mengacu pada “Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 36 Tahun 2011
tentang Perpotongan dan Persinggungan antara Jalur Kereta Api
dengan Bangunan Lain” headway minimal yang diizinkan adalah

58
30 menit, sedangkan pada perlintasan JPL 173 headway yang
paling cepat adalah kurang dari 6 menit. Diketahui daftar jumlah
kereta yang melintas pada perlintasan sebidang JPL 173 selama
pengamatan.

Tabel V.2 : Daftar frekuensi kereta yang melintas di JPL 173

No NO KA Nama KA Jam
1 119 Malabar 6:37
2 447A Cibatuan 6:47
3 449A Bandung Raya Ekonomi 7:08
4 448A Cibatuan 7:14
5 160F Lodaya 7:26
6 131 Mutiara Selatan 7:42
7 452A Bandung Raya Ekonomi 8:02
8 6 Argo Willis 8:21
9 454A Bandung raya Ekonomi 8:32
10 452A Cibatuan 9:01
11 456A Bandung Raya Ekonomi 9:38
12 453A Bandung Raya Ekonomi 9:46
13 455A Bandung Raya Ekonomi 10:10
14 286 Pasundan 10:16
15 243 Parcel Selatan 10:33
16 457A Bandung Raya Ekonomi 10:50
17 174F Pangandaran 11:12
18 459A Bandung Raya Ekonomi 11:31
19 461A Bandung Raya Ekonomi 11:52
20 465A Bandung Raya Ekonomi 12:18
21 467A Bandung Raya Ekonomi 12:40
22 447A Cibatuan 12:44
23 218 Serayu 13:24
24 216 Serayu 13:36
25 469A Bandung Raya Ekonomi 13:44
26 471A Bandung Raya Ekonomi 13:53
27 473A Bandung Raya Ekonomi 14:16
28 PLB 466A Bandung Raya Ekonomi 14:31
29 PLB 463A Bandung Raya Ekonomi 14:43
30 PLB 465A Bandung Raya Ekonomi 14:19
31 L2757F-4 Lok Gedenambo 15:06
32 PLB 468A Bandung Raya Ekonomi 15:32
33 2527F Gedenambo Service 15:34

59
No NO KA Nama KA Jam
34 159F Lodaya 15:51
35 LL204 Dinas Lok Langsir 16:10
36 PLB470A Bandung Raya Ekonomi 16:28
37 2538F Gedepriuk Cargo 16:44
38 PLB467A Bandung Raya Ekonomi 16:49
39 311 Kutojaya Selatan 17:00
40 120 Malabar 17:18
41 5 Argo Willis 17:31
42 PLB472A Bandung Raya Ekonomi 17:43
43 PLB 469A Bandung Raya Ekonomi 17:55
Sumber : Hasil Analisis, 2021

Kemudian untuk menghitung SMPK dengan rumus


SMPK = LHR x Frekuensi kereta api
Perhitungan SMPK sebagai berikut :
Arah Guruminda – Cisaranten Kulon
SMPK = 278,96 x 43
= 11995,28 smpk
Arah Cisaranten Kulon – Guruminda
SMPK = 278 x 43
= 11954 smpk
Jadi, SMPK untuk kedua arah yaitu 556,96 x 43 adalah 23949,28
smpk. Dari hasil perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan
Peraturan Dirjen Hubdat No SK.770/KA.401/DRJD/2055 tentang
“Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang antara Jalan dengan Jalur
Kereta Api” menunjukkan bahwa perlintasan tersebut masih bisa
beroperasi dengan perlintasan berpintu dan belum perlu
dilakukan menjadi perlintasan tidak sebidang, namun perlu
adanya peningkatan keselamatan berupa pemasangan pintu
perlintasan dengan ketentuang yang berlaku dan peralatan
keselamatan lainnya karena perlintasan ini dijaga oleh warga
setempat.

60
g. Panjang antrian
Analisis panjang antrian ini dilakukan guna mengetahui
kendaraan yang tertahan pada perlintasan sebidang JPL 173 ssaat
akan ada kereta yang melintas. Perhitungan panjang antrian
kendaraan ini menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐶𝑥𝑅
Waktu Antrian TQ = 𝐶−𝑉

𝑉𝑥𝑅
Antrian Kendaraan QM0 = 3600

Panjang Antrian QM1 = QM0 x 3 (m/smp)


Diketahui:
C = 1445,36 smp/jam
R = 120 detik
V = 368,5 smp/jam (Guruminda – Cisaranten Kulon)
= 364,5 smp/jam (Cisaranten Kulon – Guruminda)
Penyelesaian untuk arah Guruminda – Cisaranten Kulon
1445,36 𝑥 120
TQ = 1445,36−368,5
173443,2
= 1076,86

= 161,06 detik
368.5 𝑥 120
QM0 = 3600
44220
= 3600

= 12,28 smp
QM1 = 12,28 x 3 = 36,84 m
Penyelesaian untuk arah Cisaranten Kulon – Guruminda

1445,36 𝑥 120
TQ = 1445,36−364,5
173443,2
= 1080,86

= 160,46 detik
364,5 𝑥 120
QM0 =
3600
43740
= 3600

= 12,15 smp

61
QM1 = 12,15 x 3 = 36,45 m

Berdasarkan perhitungan waktu antrian, antrian kendaraan,


dan panjang antrian tersebut, dapat diketahui bahwa pada ruas
jalan arah Guruminda – Cisaranten Kulon memiliki waktu penutupan
perlintasan selama 161,06 detik dengan panjang antrian kendaraan
mencapai 36,84 meter, dan arah sebaliknya waktu penutupan
perlintasan selama 160,46 detik dengan panjang antrian mencapai
36,45 meter.

Menurut hasil survei panjang antrian secara langsung dan


dari perhitunan panjang antrian yang telah dilakukan pada arah
Guruminda – Cisaranten Kulon melebihi perhitungan yaitu mencapai
70 meter dengan lama waktu antrian 80 detik, kelebihan panjang
antrian ini disebabkan oleh letak geometri jalan yang diarea
sekitarnya merupakan pemukiman, pertokoan , maupun pelayanan
umum dan belum adanya pengaturan lalu lintas ketika ada kereta
yang akan melintas. Dari perhitungan panjang antrian tersebut
dapat diketahui bahwa panjang antrian mempengaruhi tingkat
kemacetan serta keselamatan bagi perjalanan kereta api.

3. Analisis geometri jalan


Pada jalan Guruminda ini merupakan jalan perkotaan yang
mempunyai arus lalu lintas dua arah dengan lebar 5 meter. Rel yang
melintang di jalan Guruminda mempunyai level ketinggian yang
sama namun berbeda kondisi aspal yang sudah rusak dan
berlubang, hal ini menyebabkan rel lebih tinggi daripada aspal
sehingga pengguna jalan yang melintasi perlintasan sebidang
tersebut mengalami kemacetan pada saat jam sibuk.

62
Gambar V.10 : Kondisi aspal di perlintasan sebidang JPL 173

Sumber : Hasil survei, 2021


Jarak pandang sangat perlu bagi kedua belah pihak menjadi
pengendara kendaraan dan masinis yang memadai pada perlintasan
sebidang antara jalan raya dengan jalan rel. Menurut R.Hongarta
(2018:238), “Daerah pandang di perlintasan perlintasan sebidang
adalah daerah pandangan segitiga diama jarak – jaraknya yang
ditentukan oleh kecepatan rencana kedua belah pihak yaitu
pengendara kendaraan umum dan masinis kereta api”.

63
Perhitungan jarak pandang di perlintasan sebidang JPL 173 jalan
Guruminda
Diketahui : VT = 90 km/jam
Vv = 30 km/jam
D = 4,5 m

De = 3 m
L = 20 m
W = 1,5 m

f = -0,00065 Vv+0,192
= -0,00065 x 30 + 0,192
= 0,1725
t = 2,5 detik
Sehingga jarak pandang henti yang aman bagi kendaraan terhadap
persilangan adalah :
𝑉𝑣²
dH = 0,28Vvt + 254𝑓 + D + de
30²
= (0,28 x 30 x 2,5) + + 4,5 +3
254 𝑥 0,1725

= 49 m

64
Sedangkan jarak pandang kereta api (dT) terhadap persilangan yang

aman terhadap jarak Dh adalah

dT =
𝑉𝑇
𝑉𝑣
[ (0,28)Vvt +
𝑉𝑣²
254𝑓
+ 2D + L + W ]

=
90
30
[ (0,28)30 x 2,5 +
30²
254 𝑥 0,1725
+ 2 x 4,5+ 20 +1,5 ]
= 3 ( 21 + 20,54 + 9 +20 +1,5 )
= 216 m

Sehingga dari perhitungan jarak pandang tersebut jika ketika


kendaraan kira – kira ada diposisi dengan jarak kurang lebih 49 meter
dari perlintasan maka harus bersiap untuk mengurangi kecepatannya
karena kendaraan bisa berhenti dengan aman dari garis persilangan
saat jarak tersebut, dan di jarak tersebut kereta api sudah mencapai
jarak 216 meter dari persilangan tersebut.

Gambar V.11 : Kondisi Jarak Pandang Bebas


Sumber : Hasil analisis, 2021

65
4. Analisis karakteristik pengguna jalan
Kecelakaan di perlintasan sebidang bisa terjadi karena berbagai
faktor, salah satunya ialah karakteristik pengguna jalan. Berdasarkan
pengamatan langsung pada pengguna jalan roda dua, roda empat,
ataupun pejalan kaki dari mulai sebelum melintas sampai dengan
melintas rel kereta api dapat di lihat bahwa kurangnya kesadaran
masyarakat ataupun penguna jalan yang melintasi perlintasan yang
menghiraukan aturan atau isyarat, terlebih pada penelitian ini
dilakukan pada perlintasan sebidang yang dijaga oleh warga sekitar
yang dikhawatirkan adanya potensi kecelakaan yang tidak diinginkan.
Pengamatan tersebut dicatat dengan formulir survei selama 12 jam,
dari hasil pengamatan diperoleh beberapa karakteristik dan jumlah
pengguna jalan yang tidak patuh di perlintasan sebidang JPL 173.

Tabel V.3 : Karakteristik Penguna Jalan di JPL 173

Karakteristik pengguna jalan

Stop/berhenti
Jam Menerobos Menunggu di Mendahului
sejenak
pintu dalam palang kendaraan lain
sebelum
perlintasan pintu di perlintasan
melintasi rel

06.00-
07.00 6 8 2 4
07.00-
08.00 14 12 3 6
08.00-
09.00 12 8 3 6
09.00-
10.00 10 8 3 4
10.00-
11.00 12 8 3 8
11.00-
12.00 12 10 3 5
12.00-
13.00 12 8 5 8

66
Karakteristik pengguna jalan

Stop/berhenti
Jam Menerobos Menunggu di Mendahului
sejenak
pintu dalam palang kendaraan lain
sebelum
perlintasan pintu di perlintasan
melintasi rel

13.00-
14.00 12 8 3 6
14.00-
15.00 10 10 3 10
15.00-
16.00 14 12 6 10
16.00-
17.00 16 12 3 10
17.00-
18.00 12 10 3 6
Sumber : Hasil Analisis, 2021

Karakteristik Pengguna Jalan

menerobos pintu
22% perlintasan
37% menunggu di dalam palang
11% pintu
Stop/berhenti sejenak
30% sebelum melintasi rel
mendahului kendaraan lain
di perlintasan

Gambar V.12 : Presentase karakteristik pengguna jalan

Sumber : Hasil analisis, 2021

Dari data survei karakteristik pengguna jalan diatas yang


melintas di perlintasan sebidang JPL 173 ditemukan pengguna jalan
yang melanggar di perlntasan sebidang JPL 173 menerobos dan
berhenti didepan perlintasan didominasi oleh pengguna sepeda
motor.

67
Gambar V.13 : Penggendara yang didepan palang
Sumber : Hasil survei, 2021

Gambar V.14 : Pengguna jalan yang menerobos

Sumber : Hasil survei, 2021

5. Analisis kesiapan SDM penjaga pintu perlintasan


Petugas penjaga pintu perlintasan sangat berperan penting dalam
menjaga perlintasan dan bertanggung jawab besar demi keselamatan
pengguna jalan. Di perlintasan sebidang JPL No 173 yang merupakan
perlintasan resmi namun dijaga oleh warga dengan sistem
bergantian, penjaga pintu menutup palang ketika ada kereta yang
lewat dengan melihat kereta dari arah kedatangan namun penjaga di
JPL No 173 tidak mempunyai jadwal dinasan kereta yang melintas
diperlintasan tersebut atau menutup palang pintu dengan insting
bahwa kereta akan lewat. Penjagaan perlintasan sebidang masing

68
masng 8 jam, penjagaan dimulai lepas jam sibuk pukul 08.00 pagi
untuk menghindari pergantian shft pada jam padat.
Pembagian kerja penjaga perlintasan:
1. Shift pertama = Jam 08.00-16.00 WIB
2. Shift kedua = Jam 16.00- 24.00 WIB
3. Shift ketiga = Jam 24.00-08.00 WIB

Dengan masing – masing per shift nya petugas penjaga perlintasan


ada 2/3 orang.

Alternatif 1 sesuai dengan jumlah penjaga perlintasan sekarang.

Nama Pendidikan
Shift 1 Shift 2 Shift 3
P. Kopral (52) P.Tatang (48) P. Imam(40) SD
P.Iyeng (70) P. Edrus (35) P.Dadang(55) SMP
P. Eman (48) P. Aris (37) P. Oih (55) STM

Alternatif 2 yaitu berdasarkan dengan persyaratan penjaga pintu


perlintasan dengan syarat minimal untuk mendapatkan sertifikat
penjaga pintu perlintasan minimal pendidikan adalah SMP .

Nama Pendidikan
Shift 1 Shift 2 Shift 3
P.Iyeng (70) P. Edrus (35) P.Dadang(55) SMP
P. Eman (48) P. Aris (37) P. Oih (55) STM

Untuk Penjaga pintu perlintasan di JPL 173 kesiapan SDM untuk


penjaga JPL belum memenuhi standar kecakapan SDM sesuai dengan
PM 19 Tahun 2011 tentang penjaga pintu perlintasan karena belum
mempunyai sertifikat penjaga pintu perlintasan.

69
Gambar V.15 : Dokumentasi ketika wawancara dengan penjaga
pintu perlintasan

5. 2 Pemecahan Masalah
Dari hasil penelitian yang dilakukan di perlintasan sebidang JPL
No 173 KM 163 + 789 petak jalan antara Kiaracondong – Gedebage
bahwa perlengkapan keselamatan dan perlengkapan fasilitas rambu –
rambu lalu lintas belum memenuhi aturan yang berlaku sesuai dengan
“Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No.
SK.770/KA.401/DRDJ/2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan
Sebidang Antara Jalan Dengan Jalur Kereta Api” yang telah ditetapkan,
dan kondisi fisik di perlintasan sebidang aspal sudah rusak yang mana
membahayakan pengguna jalan saat melintasi perlintasan sebidang.
Oleh karena itu merekomendasikan untuk meningkatkan keselamatan
kereta api dan pengguna jalan dengan penambahan atau perbaikan
fasilitas rambu rambu di perlintasan:

1. Penambahan kelengkapan keselamatan pada pos JPL yaitu apar,


p3k, daftar dinasan kereta, senter, struktur pintu perlintasan yang
kuat dan ringan.
2. Perbaikan rambu persilangan datar yang kondisi tertutup oleh
pamflet agar terlihat oleh pengguna jalan melintas yang bertujuan
untuk memberitahukan bahwa adanya perlintasan sebidang untuk
berhati – hati ketika melintasi.

70
3. Penambahan rambu stop dan rambu silang andreas karena kondisi
yang sekarang sudah rusak dan tidak terawat.
4. Penambahan rambu peringatan hati – hati.
5. Penambahan garis kejut / pita penggaduh, dengan adanya garis
kejut dapat menambah kewaspadaan terhadap pengguna jalan
ketika akan melintasi perlintasan sebidang dengan mengurangi
kecepatan saat berkendara.
6. Penambahan marka jalan, lambang KA serta isyarat suara di
perlintasan sebidang JPL No 173.

Gambar V.16 : Perencanaan penambahan fasilitas rambu di


perlintasan

Pada perlintasan sebidang JPL No 173 KM 163 + 789 petak


jalan antara Kiaracondong – Gedebage frekuensi kereta yang
melintas cukup tinggi yaitu sebanyak 68 kereta perhari sedangkan
menurut peraturan yang berlaku di “Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat No. SK.770/KA.401/DRDJ/2005 tentang
Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang Antara Jalan Dengan Jalur

71
Kereta Api”, perlintasan sebidang yan dilengkapi dengan pintu
otomatis, tidak otomatis maupun elektrik jumlah kereta yang melintas
sebanyak – banyaknya adalah 50 kereta perhari dan perlintasan yang
tidak dilengkapi pintu sebanyak – banyaknya 25 kereta perhari.
Kemudian dari perhitungan LHR dengan smpk arah Guruminda –
Cisaranten Kulon 11995,28 smpk dan arah Cisaranten Kulon –
Guruminda 11954 smpk, dan untuk dua arah yaitu 23949,28 smpk
masih memenuhi persyaratan untuk kriteria perlintasan sebidang
dengan pintu namun diusulkan agar pintu perlintasan di JPL No 173
KM 163 + 789 dibuat otomatis karena kondisi sekarang hanya dengan
palang dari bambu sehingga kurang kuat dan tidak memenuhi teknis
pintu perlintasan, pada perhitungan perkiraan jumlah volume lalu
lintas pada tahun 2026 dan tahun 2033 pertumbuhan lalu lintas
semakin meningkat dan melebihi standar untuk perlintasan sebidang,
menurut PM 94 Tahun 2018 tentang Peningkatan Keselamatan
Perlintasan Sebidang antara Jalur Kereta Api dengan Jalan, “portal
pengaman berfungsi untuk mengamankan pengguna jalan agar tidak
menerobos perlintasan sebidang dan harus memenuhi persyaratan
teknis yaitu terbuat dari fiber, alumunium atau material lain yang
emiliki kekuatan dan ringan, tahan patah, tahan terhadap korosi dan
cuaca, dapat dioperasikan secara semi manual pada saat terjadi
gangguan sistem, dan warna putih dan merah pendar cahaya,
terlebih dengan kondisi di perlintasan yang ramai lalu lintas serta
tahun depan sudah akan adanya double track yang mana frekuensi
kereta yang melintas akan lebih tinggi”. Berikut perencanaan
perlengkapan keselamatan perlintasan sebidang yaitu palang pintu di
JPL 173:

72
Gambar V.17 : Perencanaan penambahan fasilitas keselamatan di perlintasan
Di perlintasan sebidang JPL No 173 para pengguna jalan yang
melintas terlihat kurang disiplin seperti menerobos pintu perlintasan
yang akan ditutup oleh penjaga perlintasan ketika kereta akan lewat
dan didominasi oleh pengguna sepeda motor, ini sangat berpotensi
membahayakan keselamatan pengguna jalan dan kereta api, sangat
perlu adanya sosialisasi keselamatan di perlintasan sebidang melalui
budaya keselamatan berlalu lintas dengan meningkatkan
pengetahuan dan disiplin berlalu lintas di perlintasan sebidang.
Penjaga di pintu perlintasan adalah dari warga setempat yang mana
tidak memiliki daftar dinasan kereta yang melintas di perlintasan
sebidang tersebut dan menutup palang pintu ketika sudah ada kereta
yang muncul dari arah jalur kereta dan belum mempunyai sertifikat
penjaga pintu perlintasan hal ini belum memenuhi kecakapan
kesiapan SDM sesuai PM Nomor 19 Tahun 2011 tentang Penjaga
Pintu Perlintasan oleh karena itu diusulkan perlu adanya pelatihan
khusus untuk penjaga pintu perlintasan agar memiliki sertifikat
kecakapan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Menurut Peraturan Menteri Nomor 94 Tahun 2018 tentang


Peningkatan Keselamatan Perlintasan Sebidang, “apabila perlintasan

73
sebidang tersebut sudah dilakukan evaluasi dan masih terdapat factor
teknis yang tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
maka perlintasan tersebut harus ada peningkatan keselamatan
perlintasan sebidang melalui pemasangan peralatan keselamatan
perlintasan sebidang dan disertai pemasangan perlengkapan jalan,
pemberian rekomendasi berupa pemasangan peralatan keselamatan
perlintasan sebidang dapat dilakukan di semua perlintasan sebidang
tanpa kriteria”.

74
BAB VI
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN
Hasil analisa dan pembahasan yang sudah diuraikan diatas, maka
kesimpulannya adalah :
1. Pada kondisi eksisting di perlintasan sebidang resmi JPL 173 yang
dijaga oleh warga kelengkapan fasilitas rambu lalu lintas di perlintasan
sebidang masih kurang lengkap seperti marka jalan, garis kejut,
lambang KA serta isyarat suara dan masih terdapat fasilitas rambu yang
rusak seperti tanda stop, tanda silang andreas dan tanda persilangan
datar yang tertutup oleh ilkan dijalan.
2. Berdasarkan pengamatan secara langsung pada pengguna jalan roda
dua, roda empat, ataupun pejalan kaki dari mulai sebelum melintas
sampai dengan melintas rel kereta api yaitu dengan karakteristik
menerobos pintu perlintasan, menunggu di dalam palang pintu,
stop/berhenti sejenak sebelum melintasi rel, dan mendahului
kendaraan lain di perlintasan dan paling banyak penguna jalan yang
menerobos palang pintu yang didominasi oleh pengguna sepeda motor
dan kurangnya kesadaran masyarakat ataupun penguna jalan yang
melintasi perlintasan yang menghiraukan aturan atau isyarat.
3. Di perlintasan sebidang JPL 173 kondisi fisik pada perlintasan sudah
tidak layak karena kondisi aspal sudah rusak dan frekuensi ka yang
melintas cukup tinggi 68 ka/hari yang mana sudah tidak sesuai standar
menurut “Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No
SK.770/KA401/DRDJ/2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan
Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta Api”, untuk perlintasan
sebidang berpintu sebanyak-banyaknya dalah 50 ka/hari dan
berdasarkan analisis perhitungan LHR dengan frekuensi ka diperoleh
smpk dua arah yaitu 23949,28 smpk masih memenuhi persyaratan
untuk kriteria perlintasan sebidang dengan pintu namun di JPL 173

75
pintu perlintasan belum sesuai dengan persyatan teknis yang berlaku
dan perhitungan pertumbuhan volume lalu lintas pada 5/10 tahun yang
akan datang semakin meningkat maka masih diperlukan kesiapan SDM
pintu perlintasan yang mana pada saat ini penjaga perlintasan JPL 173
belum mempunyai sertifikat penjaga pintu perlintasan.

6.2 SARAN
Saran yang dapat diajukan sesuai kesimpulan di atas, ialah :
1. Perlu penambahan fasilitas rambu perlintasan dan marka jalan pada
perlintasan sebidang yang belum ada yaitu marka jalan, garis kejut,
lambang KA serta isyarat suara dan yang sudah rusak diganti seperti
tanda stop, dan tanda silang andreas. Menurut Peraturan Menteri No
94 Tahun 2018 tentang peningkatan keselamatan perlintasan sebidang
antara jalur kereta api dengan jalan Balai Teknik Perkeretaapian Jawa
Barat merekomendasikan kepada Dinas Perhubungan Kota Bandung
untuk melengkapi fasilitas perlengkapan jalan yang belum ada sesuai
dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No
SK.770/KA401/DRDJ/2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan
Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta Api guna meningkatkan
keselamatan pengguna jalan yang melintas di JPL 173.
2. Perlu melakukan sosialisasi keselamatan perlintasan sebidang baik
berupa audio visual maupun gambar agar pengguna jalan tidak
menerobos pintu perlintasan dan mematuhi peraturan yang berlaku,
dan dimulai dari kesadaran diri sendiri pentingnya keselamatan dalam
berlalu lintas.
3. Sesuai dengan “PM No 94 Tahun 2018 tentang Peningkatan
Keselamatan Perlintasan Sebidang Antara Jalur Kereta Api dengan
Jalan”, mengenai evaluasi pada perlintasan sebidang maka JPL 173
direkomendasikan guna meningkatkan keselamatan di perlintasan
sebidang dengan pemasangan peralatan keselamatan dan pemasangan
perlengkapan jalan salah satunya dengan meningkatan pintu
perlintasan menjadi otomatis (elektrik semi otomatik), terlebih akan
adanya peningkatan jalur menjadi double track dan perlu adanya

76
perbaikan kondisi aspal dengan perbaikan aspal agar pengguna jalan
yang melintas lancar dan perlu adanya pelatihan khusus untuk penjaga
pintu perlintasan untuk memiliki sertifikat sesuai dengan PM Nomor 19
Tahun 2011 tentang penjaga pintu perlintasan. Rekomendasi untuk
jangka panjang yaitu membangun perlintasan tidak sebidang menjadi
flyover/underpass yang dapat dikaji selanjutnya. Serta diperlukan
bimbingan teknis dari Direktorat Keselamatan Perkeretaapian kepada
pengelola pintu perlintasan bagaimana mengelola perlintasan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

77
DAFTAR PUSTAKA

, (2007). “Undang - Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2007


Tentang Perkeretaapian”. Jakarta: Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia.
, (2005). “Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor
SK.770/KA.401/DRJD/2005 Tentang Pedoman Teknis Perlintasan
Sebidang Antara Jalan Dengan Jalur Kereta Api”.

, (2011). Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 tentang


Perpotongan dan/atau Persinggungan antara Jalur Kereta Api dengan
Bangunan Lain. Jakarta: JDIH Kementerian Perhubungan

, (2018). Peraturan Menteri Nomor 94 tentang Peningkatan


Keselamatan Perlintasan Sebidang antara Jalur Kereta Api dengan Jalan.
Jakarta: JDIH Kementerian Perhubungan.

Departemen Pekerjaan Umum, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat


Jenderal Bina Marga, Jakarta

Bachrie, Y. A. (2019). Peningkatan Keselamatan Pada Perlintasan Sebidang JPL


165 A KM 158+384 Petak Jalan antara Cikudapateuh-Kiaracondong.
Bekasi: Sekolah Tinggi Transportasi Darat.

Budiharjo, A., & Yunarto, I. F. (2019). "Kajian Peningkatan Keselamatan


Perlintasan Sebidang Kereta Api Grogol Di Kabupaten Tegal Study On
Improving The Safety Of The Crossroads Of The Grogol Railway In The Tegal
Regency". Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road
Safety), 6(2), 15–37. https://doi.org/10.46447/ktj.v6i2.30

Dewi, R. (2019). "Evaluasi Kelayakan Perlintasan Sebidang(Studi kasus :


Perlintasan Sebidang Jalan Timoho, Yogyakarta)".Tugas Akhir Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Hayati, Sara, (2015). "Peningkatan Keselamatan Perlintasan Sebidang JPL
No. 111 Petak Jalan Ujanmas – Muara Gula".Bekasi: Sekolah Tinggi
Transportasi Darat.
Hartono. (2016). "Perlintasan Sebidang Kereta Api di Kota Cirebon". Jurnal
Penelitian Transportasi Darat Volume 18, Nomor 1. Puslitbang Transportasi
Jalan dan Perkeretaapian. Jakarta

Hasan, B. (2009). "Evaluasi Kelayakan Perlintasan Sebidang (Studi kasus :


Perlintasan Sebidang Patukan, Gamping, Sleman, Yogyakarta)". Tugas
Akhir Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.

78
Hongarta, R., Kurniawan, B., & Santoso, I. (n.d.). "Evaluasi geometrik persilangan
jalan rel dan jalan raya". 233–240.
Kentucky Transportation Railway / Highway At-Grade Crossing Surface
Rehabilitation Manual : Recommendations and Guides. (n.d.).
Layliana. (2020). “Peningkatan Keselamatan di Perlintasan Sebidang JPL 739
Petak Jalan Antara Patukan – Yogyakarta”. Bekasi: Sekolah Tinggi
Transportasi Darat.

Nia N (2019). “Peningkatan Keselamatan Pada Perlintasan Sebidang JPL No.362


Lintas Purwokerto – Kroya”. Bekasi: Sekolah Tinggi Transportasi Darat.

Tim PKL Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Barat Lintas
Kiaracondong - Cicalengka, 2021. Laporan umum Tim PKL Balai Teknik
Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Barat Lintas Kiaracondong -
Cicalengka Bekasi: Sekolah Tinggi Transportasi Darat.
Wahab, W., & Sentosa, L. (2015). "Analisis Nilai Pertumbuhan Lalu Lintas Dan
Perkiraan Volume Lalu Lintas Dimasa Mendatang Berdasarkan Volume Lalu
Lintas Harian Rata-Rata (Studi Kasus Ruas Jalan Sp. Lago-Sorek /Jalan Lintas
Timur)". Jom Fteknik, 2(1), 1–12.
Widyastuti, H. (2019). "Model of queuing in teh railwaiy level crossing (case
study: Imam Bonjol railway crossing in Blitar)". First International
Conference of Construction, Infrastructure, and Materials. Blitar.

79
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT - STTD
Lampiran 1
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN
SURVEI TRAFFIC COUNTING
TAHUN 2021
JENIS KENDARAAN
WAKTU TOTAL
MC LV HV UM
NO JAM SMP SMP SMP SMP
PICK BUS TRUK
(menit) SEPEDA MOBIL MIKROBUS KEND. TAK KEND SMP
UP 1 STANDAR SEDANG
MOTOR 0.5 1.3 BERMOTOR -
1 6:00 06:00-
78 0 1 0 1
06:15 39 9 10 1 2.6 1 - 91 51.6
06:15-
92 0 4 0 1 0
06:30 46 13 17 1.3 2 - 112 64.3
06:30-
101 0 3 0 1 0
06:45 50.5 8 11 1.3 0 - 113 62.8
06:45-
112 0 4 0 3 0
07:00 56 18 22 3.9 0 - 137 81.9
2 7:00 07:00-
115 0 4 0 1 2
07:15 57.5 17 21 3.9 3 - 142 82.4
07:15-
120 0 8 0 3 2
07:30 60 20 28 6.5 4 - 157 94.5
07:30-
120 0 9 0 3 2
07:45 60 24 33 6.5 4 - 162 99.5
07:45-
113 0 8 0 2 0
08:00 56.5 25 33 2.6 4 - 152 92.1
3 8:00 08:00-
100 0 3 0 3 0
08:15 50 19 22 3.9 0 - 125 75.9
08:15-
93 0 2 0 0 0
08:30 46.5 21 23 - 0 - 116 69.5
08:30-
92 0 3 0 2 0
08:45 46 21 24 2.6 0 - 118 72.6
08:45-
95 0 3 0 1 0
09:00 47.5 24 27 1.3 0 - 123 75.8
80
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT - STTD Lanjutan Lampiran 1
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN TAHUN SURVEI TRAFFIC
2021 COUNTING
JENIS KENDARAAN
WAKTU TOTAL
NO JAM MC LV HV UM
SEPEDA PICK BUS TRUK KEND. TAK
(menit) MOBIL MIKROBUS KEND SMP
MOTOR SMP UP SMP STANDAR SEDANG SMP BERMOTOR SMP

4 9:00 09:00-
101 0 0 1 0
09:15 50.5 14 2 16 1.3 2 - 120 67.8
09:15-
0 0 1 0
09:30 91 45.5 15 4 19 1.3 0 - 111 65.8
09:30-
0 0 0
09:45 98 49 16 1 17 1 1.3 1 - 117 67.3
09:45-
0 2 0 1
10:00 91 45.5 16 18 0 1.3 0 - 110 64.8
5 10:00 10:00-
0 1 0 0
10:15 101 50.5 14 15 0 - 2 - 118 65.5
10:15-
103 0 1 0 0
10:30 51.5 13 14 0 - 1 - 118 65.5
10:30-
0 1 0 0
10:45 104 52 14 15 0 - 1 - 120 67.0
10:45-
0 4 0 0
11:00 114 57 14 18 0 - 0 - 132 75.0
6 11:00 11:00-
0 6 0 0
11:15 99 49.5 14 20 1 1.3 0 - 120 70.8
11:15-
0 4 0 1
11:30 98 49 15 19 0 1.3 1 - 119 69.3

11:30- 0 3 0 0
11:45 106 53 18 21 1 1.3 1 - 129 75.3
11:45-
0 1 0 1
12:00 107 53.5 16 17 0 1.3 0 - 125 71.8
81
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT - STTD Lanjutan Lampiran 1
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN TAHUN SURVEI TRAFFIC
2021 COUNTING
JENIS KENDARAAN
WAKTU TOTAL
NO JAM MC LV HV UM
SEPEDA PICK BUS TRUK KEND. TAK
(menit) MOBIL MIKROBUS KEND SMP
MOTOR SMP UP SMP STANDAR SEDANG SMP BERMOTOR SMP

7 12:00 12:00-
0 3 0 0
12:15 101 50.5 15 18 1 1.3 2 - 122 69.8
12:15-
0 1 0 0 0
12:30 99 49.5 12 13 1 1.3 - 113 63.8
12:30-
96 14 0 2 0 0 1
12:45 48 16 1 1.3 - 114 65.3
12:45-
102 11 0 1 0 0 2
13:00 51 12 1 1.3 - 117 64.3
8 13:00 13:00-
90 13 0 0 0 2
13:15 45 2 15 0 - - 107 60.0
13:15-
90 13 0 0 0 0
13:30 45 1 14 0 - - 104 59.0
13:30-
88 14 0 0 0 2
13:45 44 1 15 0 - - 105 59.0
13:45-
84 14 0 0 0 2
14:00 42 1 15 0 - - 101 57.0
9 14:00 14:00-
96 15 0 0 0 1
14:15 48 1 16 0 - - 113 64.0
14:15-
5 16 0 0 0 0
14:30 2.5 1 17 0 - - 22 19.5
14:30- 101 15 0 1 0 0 0
14:45 50.5 16 0 - - 117 66.5
14:45-
97 15 0 1 0 0 2
15:00 48.5 16 0 - - 115 64.5
82
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT - STTD Lanjutan Lampiran 1
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN TAHUN SURVEI TRAFFIC
2021 COUNTING
JENIS KENDARAAN
WAKTU TOTAL
NO JAM MC LV HV UM
SEPEDA PICK BUS TRUK KEND. TAK
(menit) MOBIL MIKROBUS KEND SMP
MOTOR SMP UP SMP STANDAR SEDANG SMP BERMOTOR SMP

10 15:00 15:00-
101 14 0 3 0 0 1
15:15 50.5 17 0 - - 119 67.5
15:00-
105 17 0 3 0 0 1
15:30 52.5 20 0 - - 126 72.5
15:30-
91 16 0 2 0 0
15:45 45.5 18 0 - 1 - 110 63.5
15:45-
108 20 0 2 0 0
16:00 54 22 0 - 2 - 132 76.0
11 16:00 16:00-
112 21 0 2 0 0
16:15 56 23 0 - 2 - 137 79.0
16:15-
109 24 0 1 0 0
16:30 54.5 25 2 2.6 1 - 137 82.1
16:30-
112 0 2 0 0
16:45 56 24 26 1 1.3 0 - 139 83.3
16:45-
114 0 2 0 0
17:00 57 24 26 1 1.3 0 - 141 84.3
12 17:00 17:00-
104 0 0 0
17:15 52 14 1 15 1 1.3 1 - 121 68.3
17:15-
98 0 0 0
17:30 49 16 1 17 1 1.3 1 - 117 67.3
17:30-
100 0 0 0
17:45 50 16 3 19 0 - 0 - 119 69.0
17:45-
104 0 0
18:00 52 17 3 20 0 1 1.3 0 - 125 73.3
TOTAL
4751 911 47 51 - 3347.6

83
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT - STTD
Lampiran 2
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN TRANSPORTASI
SURVEI TRAFFIC COUNTING
PERKERETAAPIAN TAHUN 2021
JENIS KENDARAAN
WAKTU TOTAL
MC LV HV UM
NO JAM SMP SMP SMP SMP
PICK BUS TRUK TRUK KEN
(menit) SEPEDA MOBIL MIKROBUS KEND. TAK SMP
UP 1 STANDAR SEDANG BESAR D
MOTOR 0.5 1.3 BERMOTOR -
1 6:00 06:00- 94 0 2 0 1
06:15 47 10 12 1.3 3 - 110 60.3
06:15- 96 0 3 0 1
06:30 48 5 8 1.3 4 - 109 57.3
06:30- 115 0 3 0 0
06:45 57.5 6 9 - 0 - 124 66.5
06:45- 92 0 4 0 1 1
07:00 46 8 12 2.6 3 - 109 60.6
2 7:00 07:00- 117 0 2 0 0 0
07:15 58.5 16 18 - 0 - 135 76.5
07:15- 112 0 3 0 0 0
07:30 56 17 20 - - 132 76.0
07:30- 113 0 2 0 0 0
07:45 56.5 15 17 - - 130 73.5
07:45- 105 0 2 0 0 0
08:00 52.5 15 17 - - 122 69.5
3 8:00 08:00- 82 0 2 0 0 0
08:15 41 12 14 - 4 - 100 55.0
08:15- 103 0 3 0 0 0
08:30 51.5 11 14 - 5 - 122 65.5
08:30- 102 0 3 0 0 0
08:45 51 14 17 - - 119 68.0
08:45- 91 0 2 0 0 0
09:00 45.5 13 15 - - 106 60.5

84
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT - STTD
Lanjutan Lampiran 2
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN TRANSPORTASI
SURVEI TRAFFIC COUNTING
PERKERETAAPIAN TAHUN 2021
JENIS KENDARAAN
WAKTU TOTAL
NO JAM MC LV HV UM
SEPEDA PICK BUS TRUK TRUK KEND. TAK KEN
(menit) MOBIL MIKROBUS SMP
MOTOR SMP UP SMP STANDAR SEDANG BESAR SMP BERMOTOR SMP D

4 9:00 09:00- 98 0 0
09:15 49 13 1 14 - - 112 63.0
09:15- 0 0
09:30 90 45 12 2 14 - - 104 59.0
09:30- 0 0
09:45 91 45.5 14 1 15 - - 106 60.5
09:45- 0 2 0
10:00 81 40.5 13 15 - - 96 55.5
5 10:00 10:00- 0 1 0
10:15 90 45 14 15 - 1 - 106 60.0
10:15- 91 0 1 0
10:30 45.5 13 14 - - 105 59.5
10:30- 0 0 0
10:45 90 45 13 13 - - 103 58.0
10:45- 0 0 0
11:00 96 48 14 14 - - 110 62.0
6 11:00 11:00- 0 3 0
11:15 85 42.5 12 15 0 - 1 - 101 57.5
11:15- 0 2 0
11:30 86 43 16 18 - - 104 61.0
11:30- 0 2 0
11:45 99 49.5 17 19 0 - - 118 68.5
11:45- 0 1 0
12:00 106 53 18 19 - 0 - 125 72.0

85
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT - STTD
Lanjutan Lampiran 2
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN TRANSPORTASI
SURVEI TRAFFIC COUNTING
PERKERETAAPIAN TAHUN 2021
JENIS KENDARAAN
WAKTU TOTAL
NO JAM MC LV HV UM
SEPEDA PICK BUS TRUK TRUK KEND. TAK KEN
(menit) MOBIL MIKROBUS SMP
MOTOR SMP UP SMP STANDAR SEDANG BESAR SMP BERMOTOR SMP D

7 12:00 12:00- 0 1 0 1
12:15 112 56 16 17 1 2.6 2 - 133 75.6
12:15- 0 1 0 2
12:30 115 57.5 16 17 1 1.3 - 135 75.8
12:30- 96 14 0 1 0 1
12:45 48 15 1 1.3 - 113 64.3
12:45- 82 12 0 2 0 2
13:00 41 14 - - 98 55.0
8 13:00 13:00- 95 10 0 0 4
13:15 47.5 2 12 - - 111 59.5
13:15- 90 12 0 0
13:30 45 5 17 1 1.3 - 108 63.3
13:30- 101 11 0 0
13:45 50.5 2 13 1 1.3 - 115 64.8
13:45- 109 12 0 0
14:00 54.5 3 15 - - 124 69.5
9 14:00 14:00- 104 14 0 0
14:15 52 5 19 - - 123 71.0
14:15- 107 15 0 0
14:30 53.5 6 21 - - 128 74.5
14:30- 101 15 0 4 0 4
14:45 50.5 19 - - 124 69.5
14:45- 108 14 0 4 0
15:00 54 18 - - 126 72.0

86
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT - STTD
Lanjutan Lampiran 2
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN TRANSPORTASI
SURVEI TRAFFIC COUNTING
PERKERETAAPIAN TAHUN 2021
JENIS KENDARAAN
WAKTU TOTAL
NO JAM MC LV HV UM
SEPEDA PICK BUS TRUK TRUK KEND. TAK KEN
(menit) MOBIL MIKROBUS SMP
MOTOR SMP UP SMP STANDAR SEDANG BESAR SMP BERMOTOR SMP D

10 15:00 15:00- 105 23 0 4 0


15:15 52.5 27 - - 132 79.5
15:00- 112 26 0 5 0 1
15:30 56 31 1.3 - 144 88.3
15:30- 112 22 0 5 0
15:45 56 27 - - 139 83.0
15:45- 125 24 0 6 0
16:00 62.5 30 0 - - 155 92.5
11 16:00 16:00- 125 22 0 6 0
16:15 33 28 4 2 7.8 - 159 68.8
16:15- 131 21 0 6 0
16:30 65.5 27 3 1 5.2 - 162 97.7
16:30- 129 0 9 0
16:45 64.5 19 28 2 2 5.2 - 161 97.7
16:45- 125 0 8 0
17:00 62.5 22 30 4 2 7.8 0 - 161 100.3
12 17:00 17:00- 119 0 0
17:15 59.5 13 2 15 0 - - 134 74.5
17:15- 115 0 0
17:30 57.5 12 2 14 1 1.3 - 130 72.8
17:30- 114 0 0
17:45 57 13 2 15 1 0 1.3 - 130 73.3
17:45- 112 0 0
18:00 56 10 2 12 0 - 2 - 126 68.0
TOTAL
4969 839 33 38 - 3,336.9
87
DALAM GARDU KONDISI LUAR GARDU KONDISI
RAMBU PERLINTASAN
ALAT KOMUNIKASI Tidak Ada

JAM DINDING Ada Baik Ada Tertutup

ALAT KEBERSIHAN Tidak Ada

TANDA SILANG
BUKU TAMU Tidak Ada
Ada
JADWAL PENDINASAN Tidak Ada (Jalur Rusak
tunggal)
TOPI PUTIH/BIRU Tidak Ada

TANDA STOP
PELUIT Tidak Ada
Tidak
Ada
APAR Tidak Ada Baik

Bendera Tidak Ada


Tanda Stop Tidak Ada PAPAN PERINGATAN
SEMBOYAN Lampu Hand Sein Tidak Ada
Ada -
Senter Tidak Ada

DENAH LOKASI GARIS KEJUT

- -

GENTA

PINTU

Ada Palang

MARKA JALAN

- -

ISYARAT LAMPU DAN ISYARAT


SUARA LALU LINTAS

88
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT - STTD
Lanjutan Lampiran 4 Survei
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN TRANSPORTASI
Karakteristik pengguna Jalan
PERKERETAAPIAN TAHUN 2021

karakteristik pengguna jalan


Jam menunggu di dalam Stop/berhenti sejenak mendahului kendaraan lain di
menerobos pintu perlintasan
palang pintu sebelum melintasi rel perlintasan
06.00-
07.00 6 8 2 4
07.00-
08.00 14 12 3 6
08.00-
09.00 12 8 3 6
09.00-
10.00 10 8 3 4
10.00-
11.00 12 8 3 8
11.00-
12.00 12 10 3 5
12.00-
13.00 12 8 5 8
13.00-
14.00 12 8 3 6
14.00-
15.00 10 10 3 10
15.00-
16.00 14 12 6 10
16.00-
17.00 16 12 3 10
17.00-
18.00 12 10 3 6

89

Anda mungkin juga menyukai