TUGAS AKHIR
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
MAKASSAR, disetujui sebagai salah satu syarat lulus untuk diajukan pada
sidang Tugas Akhir Program Studi Diploma III Operasi Bandar Udara Angkatan
NIT : 41317011
PEBIMBING I PEBIMBING II
ii
PENGESAHAN PENGUJI
Tim Penguji
Ketua Sekretaris
Anggota
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.wb
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT sehingga Tugas Akhir
MAKASSAR” ini dapat diselesaikan. Tulisan ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat kelulusan pada jenjang pendidikan Diploma III Operasi Bandar Udara
Atas berbagai saran, dukungan dan kerjasama yang telah penulis terima
sebesar-sebesarnya kepada :
1. Allah SWT.
Indonesia.
3. Bapak Hemi Pamuraharjo, SH. DESS selaku Ketua Program Studi Operasi
Bandar Udara.
v
6. Segenap Dosen dan Instruktur pengajar di kelompok pendidikan program
7. Kepada Orang Tua saya tercinta, Saryono dan Nurmiati yang telah
memberikan semangat, kasih sayang, dukungan serta doa restu selama penulis
mengikuti pendidikan.
8. Kepada Syamsuri S. Tr. Pel yang selalu hadir dalam hati, terima kasih untuk
10. Kepada teman kelas (Novia Angeline) dan teman-teman barak L-1 (Jessica
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu saran dan masukan sangat penulis hargai.Akhirnya semoga Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK..........................................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................iii
PENGESAHAN PENGUJI.................................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................vi
DAFTAR ISI......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xi
DAFTAR ISTILAH...........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah............................................................................. 4
D. Perumusan Masalah.............................................................................. 4
E. Maksud dan Tujuan Penelitian.............................................................. 5
F. Metodologi Penelitian........................................................................... 6
A. Landasan Teori...................................................................................... 7
B. Kerangka Pikir......................................................................................27
1. Bagan Kerangka Pikiran.................................................................28
A. Gambaran Umum..................................................................................29
B. Kondisi Sekarang..................................................................................30
C. Kondisi yang Diinginkan......................................................................43
vii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Masalah..................................................................................46
B. Pemecahan Masalah..............................................................................52
A. Kesimpulan...........................................................................................57
B. Saran.....................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................59
LAMPIRAN .................................................................................................... 60
RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR ISTILAH
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
3
Bandar udara adalah kawasan di daratan dan / atau perairan dengan batas-
batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi yang dilengkapi fasilitas pokok dan fasilitas
penunjang lainnya. Di indonesia pengelolaan bandar udara dilaksanakan oleh
pemerintah, BUMN (badan usaha milik negara) dan swasta.
PT Angkasa Pura I (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa angkutan udara sekaligus berperan
sebagai pengelolaan bandar udara di wilayah indonesia Tengah dan Indonesia
Timur. Pada saat ini PT. Angkasa Pura I (Persero) mengelola 13 bandar udara.
Sedangkan PT Angkasa Pura II (Persero) mengelola 13 bandar udara di wilayah
Indonesia bagian barat.
Bandar udara Internasional Sultan Hasanuddin – Makassar merupakan
salah satu dari 13 bandara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I (Persero).
Bandar udara Internasional Sultan Hasanuddin merupakan salah satu pintu
gerbang keluar masuknya penumpang pesawat udara, kargo dan pos baik
domestik maupun internasional. PT. Angkasa Pura I (Persero) ini memiliki tugas
dan tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan keselamatan dan keamanan
penerbangan serta kenyamanan bagi keseluruhan pengguna jasa Bandar Udara.
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin terletak di Kabupaten
Maros, letaknya yang dekat dengan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan menjadikan
bandara ini sebagai bandara terpadat dan tersibuk di Indonesia. Tingkat
perkembangan bandar udara Internasional-Sultan Hasanuddin kini sedang
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat dari semakin
tingginya jumlah lalu lintas pergerakan pesawat udara.
Tingkat perkembangan lalu lintas pesawat udara yang lepas landas di
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin saat ini sedang mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan frekuensi
pergerakan pesawat udara yang beroperasi di sisi udara Bandar Udara
Internasional Sultan Hasanuddin. Salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan/peningkatan lalu lintas pesawat udara adalah pertambahan jumlah
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka selanjutnya
penulis berusaha untuk mengidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut:
1. Apakah marka di Apron Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin
Makassar telah sesuai dengan standar baku KP 326 tahun 2019?
2. Apakah penempatan Ground Support Equipment (GSE) di Apron Bandar
Udara Internasional Sultan Hasanuddin saat ini sudah teratur?
3. Apakah kapasitas marka Equipment Parking Area (EPA) yang ada di Bandar
Udara Internasional Sultan Hasanuddin dapat menampung jumlah Ground
Support Equipment (GSE) yang tersedia?
C. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup masalah yang akan dibahas dan karena
keterbatasan waktu, tenaga serta pengetahuan penulis, maka penulis akan
membatasi pembahasan pada masalah Tata Kelola Equipment Parking Area
(EPA) yang ada di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan
masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana cara
menertibkan Ground Support Equipment (GSE) di Bandar Udara Internasional
Sultan Hasanuddin?”.
5
2. Tujuan Penelitian
a. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan kepada PT. Angkasa Pura I
(Persero) dimana penulis menimba ilmu.
b. Memberikan masukan kepada PT. Angkasa Pura I (Persero), khususnya
Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin-Makassar
untuk mengoptimalkan marka equipment parking area (EPA).
3. Metodologi Penelitian
Untuk mendapatkan arah yang lebih fokus terhadap penelitian ini, maka
penulis menggunakan metode deskriptif analisis yang menggambarkan suatu
keadaan disertai analisisnya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi
6
2. Studi Kepustakaan
Penulis melakukan pengumpulan data melalui sumber-sumber referensi atau surat
keputusan sesuai dengan kontekstual dari judul yang ditulis.
3. Wawancara
Penulis melakukan penelitian data melalui informasi dan kerangka keterangan dari
wawancara. Wawancara dilakukan kepada Unit AMC dan Operator GSE
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Landasan Teori
1. Teori Manajemen
Menurut H. Malayu S.P. Hasibuan dalam buku Manajemen Dasar,
Pengertian dan Masalah, edisi revisi, cetakan 2, Penerbit Bumi Aksara
tahun 2013, Jakarta, halaman 72, manajemen berasal dari kata to manage
yang artinya mengatur. Pengertian manajemen menurut G.R. Terry adalah
“suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapat sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya”.
Menurut Horold Koontz dan Cyril O’donnel manajemen adalah “usaha
untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.”
Dari ketiga pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah suatu usaha yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang
lain.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Menurut G.R Terry dalam buku Manajemen Dasar, Pengertian dan
Masalah, edisi revisi, cetakan 2, Penerbit Bumi Aksara tahun 2013,
Jakarta, halaman 85, “manajemen mempunyai fungsi-fungsi di antaranya
sebagai perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan (actuating), pengawasan/pengendalian (controlling) atau
yang lebih dikenal dengan singkatan POAC”. Selanjutnya fungsi-fungsi
manajemen tersebut dijelaskan sebagai berikut:
7
8
a. Perencanaan (Planning)
Dari semua fungsi di atas, perencanaan adalah fungsi dasar (fundamental)
manajemen. Manajemen pasti berangkat dari sebuah perencanaan karena fungsi-
fungsi yang lain akan efektif dan efisien apabila terlebih dahulu direncakan
dengan baik Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dalam buku
Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, edisi revisi, cetakan 2, Penerbit
Bumi Aksara tahun 2013, Jakarta, halaman 92 “perencanaan adalah fungsi
seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijakan-
kebijakan, prosedur-prosedur, program-program dari alternatif-alternatif yang
ada”.
Menurut G.R Terry dalam buku Manajemen dasar, Pengertian dan
Masalah, edisi revisi, cetakan 2, Penerbit bumi Aksara tahun 2013, Jakarta,
halaman 92, “perencanaan adalah memilih, menghubungkan fakta dan membuat
serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa datang dengan jalan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
Menurut H. Malayu S.P. Hasibuan dalam buku Manajemen Dasar,
Pengertian dan Masalah, edisi revisi, cetakan 2, Penerbit Bumi Aksara tahun
2013, Jakarta, halaman 93, “perencaan adalah suatu unproses untuk menentukan
rencana, sehingga rencana merupakan produk dari perencanaan. Dalam suatu
rencana harus ditetapkan tujuan yang ingin dicapai dan pedoman-pedoman untuk
mencapai tujuan itu. Jadi, setiap rencana harus mengandung dua unsur yaitu
tujuan dan pedoman.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian menurut H. Malayu S.P Hasibuan dalam buku
Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, edisi revisi, cetakan 2, Penerbit
Bumi Aksara tahun 2013, Jakarta, halaman 112 adalah “Suatu proses penentuan,
pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan
untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini,
menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara
9
harus dicapai yaitu standar, apa yang sedangdilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
Pengawasan/pengendalian teknis (technical control) menurut Drs. H.
Malayu S.P Hasibuan dalam buku Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah,
edisi revisi, cetakan 2, Penerbit Bumi Aksara tahun 2013, Jakarta halaman 244
adalah pengendalian yang ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang
berhubungan dengan tindakan dan teknis pelaksanaan.
Fungsi pengawasan/pengendalian sangat menentukan pelaksanaan proses
manajemen dan terkait erat dengan fungsi perencanaan diman keduanya saling
mengisi, karena suatu rencara menjadi dasar dan alat pengawasan/pengendalian.
Dengan demikian, peranan pengawasan/pengendalian sangat menentukan baik
atau buruknya pelaksanaan suatu rencana.
Dalam buku Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah yag ditulis oleh
Drs. Malayu S.P Hasibuan dijelaskan mengenai tujuan serta sifat dan waktu
pengawasan/pengendalian, yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan pengawasan/pengendalian adalah:
a) Agar proses pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dari rencana.
b) Agar dapat dilakukan tindakan perbaikan (corrective) jika terhadap
penyimpangan dari rencana (deviation).
c) Agar tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencana.
2) Sifat dan waktu pengawasan/pengendalian dibedakan atas:
a) Preventive Control, yaitu pengawasan/pengendalian yang dilakukan
sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya deviasi dalam
pelaksanaan, caranya sebagai berikut:
(1) Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan,
(2) Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan.
(3) Menjelaskan dan atau mendemostrasikan cara pelaksanaan pekerjaan.
(4) Mengorganisasikan segala macam kegiatan.
11
6. Analisis Data
Menurut J. Supranto dalam buku Statistik Teori dan Aplikasi 1, Penerbit
Erlangga, tahun 2014, halaman 69 disebutkan bahwa analisis data mempunyai
arti:
a. Memperkirakan atau memperhitungkan besarnya pengaruh secara kuantitatif
dari perubahan suatu kejadian terhadap kejadian lainnya.
b. Mengurangi atau memecah suatu kesuluruhan menjadi bagian dari suatu
komponen yang lebih kecil, sesuai dengan tujuan analisa agar:
1) Dapat mengetahui komponen yang bersifat menonjol atau mempunyai
nilai yang ekstrim.
15
secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilinya berfungsi
maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi (lembaga).
8. Pengertian Peralatan Penunjang Pelayanan darat Pesawat Udara (GSE)
Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Nomor:SKEP/100/XI/1985, tanggal 12 November 1985 tentang Peraturan dan
Tata Tertib Bandar Udara, dalam BAB I pasal I ayat 20 dinyatakan bahwa:
“Peralatan Bantu Darat (Ground Support Equipment) ialah alat-alat bantu
kesiapan pesawat udara.”
Kemudian dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor: SKEP/91/IV/2008 tentang Peralatan Penunjang Pelayanan Darat Pesawat
Udara (Ground Support Equipment), dalam BAB I Pasal 1 ayat (1) dinyatakan
bahwa:
“Peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara (Ground Support
Equipment) adalah alat-alat bantu yang dipersiapkan untuk keperluan pesawat
udara di darat pada saat kedatangan dan atau kebarangkatan, pemuatan dan atau
penurunan penumpang, kargo dan pos.”
Sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Nomor: SKEP/100/XI/1985, tanggal 12 November 1985 tentang Peraturan dan
Tata Tertib Bandar Udara, dalam pasal 52 dinyatakan bahwa:
1. Semua peralatan pelayanan darat (ground handling) agar terlebih dahulu
dimintakan izin operasinya kepada Penguasa/ Kepala Bandar Udara.
2. Posisi peralatan pada waktu melayani pesawat udara agar diatur sesuai
dengan ketentuan teknis pesawat udara yang bersangkutan.
3. Peralatan yang sedang tidak digunakan agar diatur secara tertib di tempat
yang telah disediakan.
Adapun jenis-jenis peralatan penunjang pelayanan pelayanan darat
pesawat udara (GSE) yang terdapat pada buku Ground Handling Manajemen
Pelayanan darat, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit Rajawali Pers tahun
2009, Jakarta halaman 145. Ditinjau dari jenis penggeraknya, GSE dapat dibagi
menjadi Motorized dan Non Motorized equipment.
Peralatan yang termasuk pada Motorized Equipment antara lain:
17
f. Passenger Boarding Stair, yaitu peralatan yang berguna sebagai tangga untuk
naik penumpang dan aircrew ke dalam pesawat.
g. Ground Power Unit (GPU), yaitu peralatan yang digunakan untuk
memberikan tenaga listrik pada saat pesawat udara berada di darat.
h. Gas Turbine Compressor (GTC), yaitu peralatan yang menghasilkan udara
panas bertekanan untuk memutar starter pesawat.
i. Air Condition Unit (ACU), yaitu peralatan yang menghasilkan/memberi udara
dingin pada saat pesawat udara di darat apabila sistem air conditioner pada
saat pesawat tidak berfungsi atau Auxilary Power Unit (APU) dalam keadaan
tidak berfungsi.
j. Aircraft Towing Bar, yaitu peralatan untuk menggandeng pesawat udara
dengan tractor atau sambungan antara aircraft tow bug dengan pesawatnya
sendiri pada saat akan ditarik atau didorong.
k. Baggage Cart, yaitu peralatan yang digunakan untuk mengangkut bagasi
yang akan dimuat atau diturunkan ke dan dari pesawat udara.
l. Container Dollies, yaitu peralatan yang digunakan untuk membawa container
(pallet) dari tempat pemunggahan bagasi (baggage make up area) ke pesawat
dan dari pesawat ke tempat pembongkaran bagasi (baggage break down
area).
m. Aircraft Jack, yaitu peralatan yang berfungsi sebagai dongkrak pada pesawat
udara.
n. Manual Working Step, yaitu peralatan yang mempunyai fungsi yang sama
dengan passenger boarding stair tetapi untuk menggerakkan alat ini harus
dengan bantuan manusia.
o. Fire Extinguisher, yaitu racun api/ pemadam api dipergunakan untuk
pemadam kebarakan saat kebakaran pesawat di Apron.
p. Wheel Chock, yaitu ganjal roda pesawat setelah pesawat berhenti (block on).
Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor:SKEP/91/IV/2008 tentang Peralatan Penunjang Pelayanan Darat Pesawat
Udara (Ground Support Equipment), BAB III Pasal 5 ayat (1) tentang Sertifikat
Kelaikan Operasi, dinyatakan bahwa:
19
6. Pengertian Apron
Dalam Annex 14, Vol I Aerodrome Design and Operations, Fourth
Edition, Fourth edition, July 2004, “Apron a defined area, on a land aerodrome,
intended to accomodate aircraft for purposes of loading or unloading passengers,
mail or cargo, fuelling, parking or maintenance.”
Dalam terjemahan adalah: “Apron adalah suatu daerah di Bandar Udara
yang ditentukan guna menempatkan pesawat udara, menaikkan dan menurunkan
penumpang, surat atau kargo, pengisian bahan bakar, parkir atau perawatan
pesawat udara.”
Menurut SKEP/161/IX/2003 tentang Petunjuk Perencanaan Runway,
Taxiway dan Apron, yang dimaksud dengan Apron adalah suatu bagian tertentu
dari bandar udara yang dipergunakan untuk menaikkan/menurunkan penumpang
ke/dari pesawat, bongkar muat barang atau pos, pengisian bahan bakar, parkir dan
pemeliharaan pesawat. Apron berada pada sisi udara (airside) yang langsung
bersinggungan dengan bangunan terminal, dan juga dihubungkan dengan taxiway
yang menuju ke landasan pacu.
7. Bandar Udara
Salah satu prasarana penting dalam mendukung kelancara penerbangan
yaitu bandar udara. Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah
tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan
tempat penumpang menunggu.
20
“Bandar Udara adalah Kawasan di daratan dan atau perairan dengan batas-
batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.”
B. Kerangka Pikir
Peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara (GSE) merupakan
faktor penting untuk kelancaran proses pelayanan jasa angkutan pesawat udara,
sehingga perlu diperhatikan dalam penggunaannya. Kurangnya pengawasan
menimbulkan terjadinya ketidaktertiban di wilayah sisi udara. Selain itu,
rendahnya tingkat kedisiplinan para operator/pengemudi kendaraan juga menjadi
faktor penyebab ketertiban di sisi udara terganggu. Penempatan peralatan GSE
yang kurang teratur dimana GSE diparkir di marka No Parking Area (NPA) dan
Aircraft Safety Area (ASA) saat pesawat akan block-on mengganggu ketertiban di
sisi udara. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan mengganggu keselamatan
di sisi udara serta dapat mengancam keamanan dan keselamatan penerbangan.
Seiring kecenderungan penumpang yang lebih memilih untuk
menggunakan pesawat udara, maka dapat dipastikan jumlah pergerakan pesawat
udara akan terus bertambah tiap tahunnya yang diiringi juga dengan semakin
bertambahnya kendaraan atau peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara
(GSE) di Apron. Pertumbuhan ini tidak diimbangi oleh kapasitas area parkir GSE
(Equipment Parking Area/EPA). Keberadaan Equipment Parking Area (EPA)
yang terlalu sedikit dan luasan Apron yang terbatas di parking stand dapat
menyebabkan Ground Support Equipment (GSE) parkir di Equipment Staging
Area (ESA) atau No Parking Area (NPA) dan Aircraft Safety Area (ASA).
Berdasarkan landasan teori yang digunakan penulis, maka harapan penulis
yaitu agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang akan dibahas dalam
penulisan Tugas Akhir ini. Selain itu juga, penulis berharap agar penggunaan
Equipment Parking Area (EPA) yang kurang optimal di parking stand menjadi
efektif dan bagi operator yang melakukan pelanggaran dapat diberikan sanksi oleh
petugas Unit Apron Movement Control (AMC).
27
Kondisi Sekarang:
Faktor Penyebab:
1. Kurangnya pengawasan oleh unit Apron
1. Belum ada Standar Operasional Prosedur
Movement Control (AMC)
(SOP) yang jelas tentang marka dari
2. GSE tidak tertib saat sedang
pihak AMC
beroperasional karena marka EPA tidak
optimal
3. Kurangnya tingkat kedisiplinan operator
GSE
Solusi:
Landasan Teori:
A. Gambaran Umum
PT. Angkasa Pura I (Persero) merupakan sebuah perusahaan Bandar Usaha
Milik Negara (BUMN) di sektor perhubungan yang bergerak di bidang pelayanan
jasa kebandarudaraan. PT. Angkasa Pura I (Persero) mengelola 13 Bandar Udara
di Wilayah Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. Salah satu Bandar Udara di
Wilayah Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. Salah satu Bandar Udara yang
dikelola PT. Angkasa Pura I (Persero) adalah Bandar Udara Internasional Sultan
Hasanuddin yang juga merupakan cabang utama dari 13 Bandar Udara tersebut.
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin terletak pada 5° 4'0''
Lintang Selatan dan berjarak 30 KM dari pusat kota Makassar. Bandar Udara
Internasional Sultan Hasanuddin memiliki luas 381 Ha. Dalam menjalankan usaha
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin mempunyai visi dan misi.
Visi Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin yaitu menjadikan
Bandar Udara Internasional sebagai Bandar Udara kelas dunia dalam memberikan
pelayanan jasa navigasi penerbangan dan pengelolaan Bandar Udara. Sedangkan
misi Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin yaitu :
1. Menyelanggarakan pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan dan Pengelolaan
Bandar Udara yang prima dan efisien.
2. Mewujudkan keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan serta
menjalankan kegiatan usaha dengan komitmen untuk terus tumbuh dan
berkembang secara wajar melalui profesionalisme karyawan.
3. Mengembangkan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin menjadi
Bandara Pusat Bisnis melalui pengelolaan potensi Bandara dengan
memanfaatkan kekuatan industri, perdagangan dan pariwisata provinsi Sultan
Hasanuddin dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
28
29
B. Kondisi Sekarang
1. Unit Apron Movement Control (AMC)
Unit Apron Movement Control (AMC) adalah Unit kerja yang mempunyai
tugas dan fungsi melaksanakan pengaturan, pengawasan dan kelancaran
pergerakan lalulintas di Apron, pemarkiran dan penempatan pesawat udara.
Wilayah kerja Unit AMC adalah wilayah sisi udara khususnya di wilayah Apron.
Wilayah kerja Unit AMC mencapai seluruh wilayah sisi udara di Bandar
Udara Internasional Sultan Hasanuddin, mencakup Apron dan bagian-bagian
terkait lainnya seperti make up area, break down area, cargo area, dan service
road area. Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin memiliki 48 parking
stand dan 7 garbarata serta memiliki luas Apron yang harus diawasi oleh Unit
AMC adalah 158.526 M2. Saat ini Unit AMC memiliki jumlah personel yang
bertugas sebanyak 40 orang yang terdiri dari:
TABEL 1. Personel Unit AMC
No. Jabatan Kelas Jabatan Jumla
h
Kepala Dinas Operasi Sisi Udara 8 1
1.
PTO Unit AMC 11 4
2.
Pelaksana Senior 12 11
3.
Pelaksana Junior 14 23
4.
Staff Operasi Sisi Udara 14 1
5.
Jumlah Keseluruhan 40
(Sumber: Dinas Operasi Sisi Udara Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin)
30
g) Mampu menganalisa seluruh kegiatan di Apron pada saat peak hour / peak
season;
h) Mampu merencanakan pengaturan parkir pesawat udara dalam kondisi tidak
normal / darurat ;
i) Mampu menganalisa dan melakukan koordinasi terhadap kegiatan
operasional di Apron;
j) Mampu melakukan investigasi terhadap incident / accident di Apron dan
melakukan pelaporan;
k) Mampu menganalisa, merekomendasikan serta menjamin agar incident /
accident tidak terulang lagi.
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
J an u ar i F eb r u ar i Mar et
Gambar 2. Rekapitulasi Data Lalu Lintas Bandar Udara Bulan Januari – Maret
(Sumber: Dinas Operasi Sisi Udara Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin)
TABEL 2.
Data Luas Equipment Parking Area (EPA) Setiap Perusahaan
TABEL 3.
Data Luas Equipment Staging Area (ESA)
A. Analisa masalah
1. Kurangnya Pengawasan Oleh Unit Apron Movement Control (AMC)
Sesuai dengan uraian tugas pokok dan fungsi yang terdapat pada Standard
Operating Procedure (SOP) pada Unit Apron Movement Control (AMC) di
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin yang mempunyai fungsi yaitu
melaksanakan pengaturan, pengawasan dan kelancaran pergerakan lalulintas di
Apron, pemarkiran dan penempatan pesawat udara. Pengawasan yang dilakukan
yaitu melakukan pengawasan terhadap kendaraan yang memasuki sisi udara dan
memberikan teguran kepada operator jika ternyata melakukan pelanggaran atau
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, menindak para pelanggar dan
memberikan tanda bukti pelanggaran serta pengawasan terhadap pelayanan
pesawat udara.
Banyaknya tugas yang harus dilaksanakan dengan wilayah kerja yang
cukup luas dengan keterbatasan jumlah personel menyebabkan fungsi pengawasan
belum sepenuhnya dapat dilakukan secara maksimal, selain itu juga petugas lebih
fokus kepada fungsi pelayanan yaitu garbarata, sedangkan fungsi pengawasan
dilaksanakan sambil melaksanakan fungsi pelayanan, akibatnya fungsi
pengawasan menjadi kurang intensif, jika dibiarkan dapat mengancam
keselamatan penerbangan. Petugas operasional AMC yang berada pada Bandar
Udara Internasional Sultan Hasanuddin berjumlah 40 orang dengan jadwal dinas
ditunjukkan pada table 6.
42
43
TABEL 4.
Jadwal Dinas Petugas Operasional Unit AMC
Keterangan:
Setiap grup terdiri dari 10 orang petugas dan setiap petugas mempunyai
fungsi masing-masing sesuai dengan jabatannya lihat halaman 29. tetapi tugas-
tugas tersebut tidak dapat terlaksana dengan baik khususnya pada tugas
pengawasan yang kurang intensif hal ini dibuktikan pada halaman 38 dan 29 yang
dimana minimnya tingkat pengawasan pada Unit AMC disebabkan oleh:
a. Tugas Unit AMC lebih banyak pada fungsi pelayanan, khususnya pelayanan
garbarata, sedangkan fungsi pengawasan pengendalian operasional di sisi udara
dilaksanakan sambil melaksanakan fungsi pelayanan. Akibatnya, fungsi
pengawasan pengendalian operasional menjadi kurang intensif.
44
b. Pengawasan ini menjadi hal yang riskan bagi petugas AMC. Keadaan di
lapangan menunjukkan kegiatan ini kurang optimal, karena masih ada
peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara (GSE) yang diparkirkan
tidak pada tempatnya atau melebihi garis stand yang dibuat, selain itu petugas
AMC jarang mengawasi proses aircraft handling.
c. Tidak adanya pola pembagian tugas antara personel AMC.
d. Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki Unit AMC.
TABEL 5
Data Luas GSE Setiap Perusahaan
tempat atau ruang yang telah disediakan sesudah pesawat udara yang dilayani
berangkat.
46
2) Pasal 34:
Dilarang menempatkan kendaraan di daerah Apron, kecuali:
1. Dengan jarak tertentu terhadap pesawat udara yang sedang diparkir bagi
kendaraan yang sedang melakukan tugas-tugas pelayanan darat (ground
handling) ; dan
2. Pada tempat-tempat yang telah ditentukan oleh Penguasa/Kepala Bandar
Udara
B. Pemecahan Masalah
1. Penambahan Fungsi Pengawasan Unit Apron Movement Control (AMC)
terhadap Ground Support Equipment (GSE)
Unit Apron Movement Control (AMC) sebagai penanggung jawab dalam
melaksanakan kegiatan di sisi udara seperti:
a) Mengatur pergerakan pesawat udara
b) Mengatur masuknya pesawat udara ke Apron
c) Pengaturan pengawasan dan kelancara pergerakan lalu-lintas di Apron
d) Pengawasan kebersihan Apron
e) Menentukan parking stand untuk pesawat yang akan landing
f) Pencetatan data penerbangan
Adanya kasus berupa terbakarnya bis dikarenakan bis tersebut parkir di No
Parking Area (NPA). Selain itu juga, kurangnya pemahaman pengemudi terhadap
47
tata tertib berkendara di sisi udara serta kurang optimalnya pengawasan yang
dilakukan Unit Apron Movement Control (AMC). Agar pelaksanaan fungsi
pengawasan yang dilakukan oleh Unit Apron Movement Control (AMC) menjadi
intensif maka:
a. Harus adanya pembagian tugas berupa Job Description, berdasarkan
Standard Operating Procedure (SOP) yang didalamnya tertuang. Job
Description masing-masing personel berdasarkan kelas jabatannya.
b. Petugas yang melaksanakan fungsi pengawasan tidak merangkap
(berdasarkan Job Description) untuk melaksanakan pelayanan garbarata. Hal
ini dimaksudkan agar petugas lebih konsentrasi dalam melaksanakan tugas
pengawasan sehingga ketertiban lalulintas di sisi udara dapat tercapai.
c. Petugas yang melaksanakan fungsi pengawasan sebaiknya dibekali dengan
pedoman pelaksanaan tugas sebagai dasar dan alat pengendali yaitu Standard
Operating Procedure (SOP).
d. Perlu ditingkatkannya sarana dan prasarana untuk memfasilitsi fungsi
pengawasan.
e. Diberikannya jenjang pendidikan dan pelatihan bagi para penyeluh, agar
dapat menyampaikan penyuluhan secara jelas supaya pengemudi kendaraan
mengerti apa yang disampaikan oleh penyuluh.
f. Perlu adanya pola perencanaan dan bambagian tugas yang tepat.
2. Penambahan Equipment Parking Area (EPA)
Dari data yang telah ada di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin
bahwa luas Equipment Parking Area (EPA) sebesar 15830 m2 digunakan untuk
peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara (GSE) seperti: Lavatory
Service Truck (LST), Baggage Towing Tractor (BTT), Conveyor Belt Loader,
Apron Bus, dll. Maka luas GSE yang parkir di Equipment Parking Area (EPA)
atau parkir di Equipment Staging Area (ESA) akan ditempatkan pada penambahan
EPA baru di sebelah timur Apron Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin
yang masih berupa lahan rumput dan dekat dengan parking stand. Penambahan
EPA di sebelah timur lebih diutamakan untuk penggunaan GSE yang melayani
pesawat udara dari luar negeri (internasional) karena parking stand nomor 9-11
49
digunakan oleh Air Asia, Cathay Pasific, China Airline, Royal Brunei, Silk Air,
dan Garuda Indonesia.
Tabel 6
Data GSE yang Parkir di EPA Baru
No. Equipment J P L Luas per Luas x Jumlah
u a e unit (m2)
m n b (m2)
l j a
a a r
h n (m)
g
(
m
)
1. Lavatory Service Truck (LST) 4 7 2 19.88 79.52
. .
1 8
2. Water Service Truck (WST) 4 7 2 19.17 76.88
. .
1 7
3. Baggage Cart 6 12 2 32.4 19.44
0 .
7
4. Baggage Towing Tractor (BTT) 8 3.7 2 8.14 65.12
.
2
5. Towing Bar 1 5.9 1 7.08 70.8
0 .
2
6. Ground Power Unit (GPU) 7 12 2 33.6 235.2
.
8
7. Passenger Bus 6 14.3 2 40.4 242.4
.
8
52
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada Bab I-IV dan hasil perhitungan evaluasi, maka
penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Fungsi pengawasan petugas Unit Apron Movement Control (AMC) belum
dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi AMC pada Bandar Udara
Internasional Sultan Hasanuddin karena tidak adanya pembagian tugas yang
tepat dan pengawasan yang kurang intensif mengakibatkan terjadinya
pelanggaran peraturan dan tata tertib di sisi udara oleh operator Ground
Support Equipment (GSE), karena petugas lebih fokus kepada fungsi
pelayanan yaitu garbarata.
2. Kapasitas perluasan Equipment Parking Area (EPA) yang ada saat ini tidak
dapat menampung jumlah Ground Support Equipment (GSE) yang terlalu
banyak mengakibatkan GSE parkir di No Parking Area (NPA), Equipment
Staging Area (ESA) atau diluar EPA.
3. Adanya operator Ground Support Equipment (GSE) yang belum
melaksanakan prosedur yang ditetapkan atau kurang disiplin sehingga masih
adanya penggunaan beberapa peralatan penunjang pelayanan darat yang
parkir di NPA atau di luar EPA Bandar Udara Internasional Sultan
Hasanuddin.
52
53
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Unit Apron Movement Control (AMC) hendaknya melaksanakan fungsi
pengawasan secara intensif dan optimal serta adanya pembagian tugas berupa
Job Description masing-masing personel berdasarkan kelas jabatannya
berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP), sehingga Unit AMC
dapat melaksanakan fungsi pengawasan dengan intensif dan optimal.
2. Menambah kebutuhan Equipment Parking Area (EPA) di sebelah timur
dengan luas 5149,96 m2 agar dapat menampung jumlah Ground Support
Equipment (GSE) yang banyak sehingga penggunaan Equipment Staging
Area (ESA) menjadi efektif.
3. Penerapan tindak pembinaan kepada para pelaku pelanggaran aturan dan tata
tertib berkendara Ground Support Equipment (GSE) yang ada di sisi udara
harus lebih tegas dengan menindak lanjuti setiap pelanggaran baik
pelanggaran ringan, sedang maupun berat dan melakukan penyuluhan oleh
Otband sehingga para pelaku menjadi jera dan tidak melakukan pelanggaran
lagi.
54
DAFTAR PUSTAKA
Earl P Strong, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta, edisi revisi
cetakan 1, halaman 241, PT. Bumi Aksara : 2001
G. R. Terry, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta, edisi revisi,
cetakan 1, halaman 242, PT. Bumi Aksara : 2001
Handayaningrat, Azas-azas Organisasi Manajemen, Jakarta, halaman 16, PT.
Erlangga : 1996
Hasibuan, Malay, Manejemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT. Bumi
Aksara: 2001
Koontz Harold dan O’ Donnel Cyril, Manajemen Dasar, Pengertian dan
Masalah, Jakarta, edisi revisi, cetakan 1, halaman 92, PT. Bumi Aksara
: 2001
Mcleod, Jr, R and Schell. G. , Management Information System, Edisi ke-8.
Prenhall, New Jersey : 2001
Nawawi, Hadari, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang
Kompetetif, Yogyakarta, Cetakan ke-4, Gadjha Mada University
Press : 2001
Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja, Jakarta,
halaman 59, PT. Erlangga : 2001
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung, PT.
Alfabeta : 2008
Supranto. J, Statistik Teori dan Aplikasi 1, Jakarta, halaman 69, PT. Erlangga :
1984
Suharto Abdul, Ground Hadling Mnajemen Pelayanan Darat, Jakarta, edisi
pertama, cetakan 1, halaman 145, PT. Rajawali Pers : 2009
International Civil Aviation Organization, Annex 14, Aerodrome, Third Edition,
Montreal : 1999
PT. Angkasa Pura I (Persero), Standard Operating Procedure (S.O.P) Bandar
Udara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar : 2020
55
Berikut ini adalah rangkuman Standard Operating Procedure (SOP) atau Prosedur
Mutu / Instruksi Kerja yang harus disiapkan oleh unit Apron Movement Control dalam
melaksanakan pekerjaan :
Prosedur Mutu Manajemen Keselamatan Apron :
a) Instruksi Kerja Prosedur pengawasan area berbahaya.
e) Instruksi Kerja Prosedur pengawasan kegiatan push-back & start engine pesawat
udara.
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
MEMUTUSKAN:
BAB IV
TATA TERTIB BERLALU LINTAS DI DAERAH PERGERAKAN
Pasal 28
Setiap pengemudi suatu kendaraan di daerah pergerakan dilarang :
1. mematuhi marka dan rambu lalu lintas serta mematuhi perintah atau
petunjuk yang diberikan oleh petugas yang berwenang;
2. memberikan jalan yang cukup kepada pesawat udara yang sedang
bergerak, memberikan keleluasaan dan prioritas bagi penumpang
sedang menuju ke atau dari pesawat udara, pesawat udara yang ditarik,
ambulance, kendaraan pemadam kebakaran dan kendaraan patroli
bandar udara;
Lampiran 1 : SOP 68
(2) Bila kendaraan telah berada di runway atau taxiway dan sistem radio
komunikasi dua arah tidak berfungsi, maka kendaraan tersebut harus
segera meninggalkan runway atau taxiway menuju ke tempat yang
aman dengan jarak sekurangkurangnya 40 meter dari tepi runway
atau taxiway atau sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
penyelenggara bandar udara.
(3) Bila kendaraan yang dimaksud dalam ayat (1) tidak dilengkapi
dengan sistem radio komunikasi dua arah, maka harus dipandu oleh
petugas bandar udara atau kendaraan bandar udara yang dilengkapi
dengan sistem radio komunikasi dua arah dengan petugas tower.
Pasal 32
Lampiran 3 : Lanjutan 67
Pasal 37
Petugas yang sertanggung jawab terhadap segala peralatan atau
kendaraan harus segera memindahkan peralatan atau kendaraan
tersebut dari tempat parlor apabila pesawat udara yang dilayaninya
telah siap melakukan taxiing.
Pasal 38
Setiap orang yang bertugas melayani pesawat udara harus segera
memeriksa tempat parkir pesawat udara segera setelah pesawat
udara selesai dilayani untuk memastikan bahwa tidak ada benda
asing atau materi asing yang membahayakan (foreign object damage)
tertinggal pada tempat parkir.
Pasal 39
Dilarang meninggalkan limbah cair dan atau padat di daerah
pergerakan.
Lampiran 3 : Lanjutan 69
Pasal 40
Dilarang meninggalkan atau menumpuk benda asing atau materi
asing yang membahayakan (foreign object damage) pada permukaan
daerah pergerakan.
Pasal 41
Dilarang merokok di semua tempat pada daerah pergerakan dan di
dalam hanggar.
Pasal 42
Setiap orang yang menuju ke atau dari apron harus dipandu
oleh petugas dari perusahaan penerbangan. Pasal 43
Setiap penumpang kendaraan yang bergerak di daerah pergerakan
harus duduk pada tempat duduk penumpang atau berdiri pada
bagian tertentu.
BAB VI
SANKSI
Pasal 63
(1) Tanda Izin Mengemudi dapat dicabut apabila pemegang Tanda Izin
Mengemudi melanggar pasal 22.
(2) Pencabutan Tanda Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali
berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 5 (lima) hari
kerja.
(3) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
diindahkan dilanjutkan dengan pembekuan Tanda Izin Mengemudi
untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila masa pembekuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), tidak
ada upaya perbaikan, maka Tanda Izin Mengemudi dicabut.
Pasal 64
Tanda Izin Mengemudi dibekukan tanpa melalui peringatan, dalam hal
pemegang Tanda Izin Mengemudi tersebut :
a. terganggu kesehatan jiwanya sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya;
atau
b. terkena pengaruh alkohol atau obat-obatan yang dapat mempengaruhi
jiwanya.
Pasal 65
Tanda Izin Mengemudi dapat dicabut tanpa melalui peringatan dalam
hal pemegang Tanda Izin Mengemudi tersebut : a. digunakan orang
lain;
b. diperoleh dengan cara tidak sah;
c. data yang terdapat dalam Tanda Izin Mengemudi diubah;
d. melakukan tindakan yang membahayakan keamanan negara; atau
e. melakukan tindakan yang membahayakan keamanan dan keselamatan
Lampiran 3 : Lanjutan 68
penerbangan.
Pasal 66
Peringatan, pembekuan atau pencabutan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 16, pasal 17 atau pasal 18, dilakukan oleh Pejabat yang berwenang
menerbitkan Tanda Izin Mengemudi.
Lampiran 4 : SKEP/91/IV/2008 70
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
TENTANG
PERALATAN PENUNJANG PELAYANAN DARAT PESAWAT UDARA
(GROUND SUPPORT EQUIPMENT/GSE)
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
TENTANG PERALATAN PENUNJANG PELAYANAN DARAT
PESAWAT UDARA (GROUND SUPPORT EQUIPMENT/GSE).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Ground Support Equipment (GSE) yang Parkir di Equipment Staging Area (ESA)
Lampiran 7 : Layout Bandara 75
Peralatan GSE
No Perusahaan Jumlah
Motorized Non Motorized
1 PT. Garuda Indonesia 1 - 1
10 PT. Skypura 12 20 32
No. Equipment Jumlah Panjang Lebar Luas per unit (m2) Luas x Jumlah
(m) (m)
1. Lavatory Service Truck 11 7.1 2.8 19.88 218.68
(LST)
2. Water Service Truck 7 7.1 2.7 19.17 134.19
(WST)
3. Baggage Cart 144 12 2.7 32.4 4665.6
4. Baggage Towing 316 3.7 2.2 8.14 2572.24
Tractor (BTT)
5. Towing Bar 27 5.9 1.2 7.08 191.16
6. Ground Power Unit 18 12 2.8 33.6 604.8
(GPU)
7. Passenger Bus 11 14.3 2.8 40.4 444.4
No. Equipment Jumlah Panjang Lebar Luas per unit (m2) Luas x Jumlah
(m) (m)
1. Lavatory Service Truck 11 7.1 2.8 19.88 218.68
(LST)
2. Water Service Truck 7 7.1 2.7 19.17 134.19
(WST)
3. Baggage Cart 144 12 2.7 32.4 4665.6
4. Baggage Towing 316 3.7 2.2 8.14 2572.24
Tractor (BTT)
5. Towing Bar 27 5.9 1.2 7.08 191.16
6. Ground Power Unit 18 12 2.8 33.6 604.8
(GPU)
7. Passenger Bus 11 14.3 2.8 40.4 444.4
2014 di SMP Pesantren Modern Putri IMMIM, Sekolah Menengah Atas tahun
2017 di SMA Pesantren Modern Putri IMMIM. Selanjutnya pada bulan Agustus
Program Studi Operasi Bandar Udara Angkatan XIII sampai dengan saat ini.
Basic Avsec, STKP AMC, serta SKP Marshalling. Selain itu telah mengikuti On
the Job Training (OJT) di PT. Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandar
Udara Internasional Sultan Hasanuddin - Makassar selama kurang lebih tiga bulan