Anda di halaman 1dari 67

KAJIAN INTEGRASI SISTEM BARCODE PADA PEMERIKSAAN

BARANG INCOMING KARGO DI TERMINAL KARGO BANDAR


UDARA INTERNASIONAL SULTAN SYAHRIR KASIM II PEKANBARU
RIAU

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat lulus
Program Diploma III Operasi Bandar Udara Angkatan Ke-XIII

AZRIEL TRY KHARISMA


NIT. 41317043

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG


CURUG – TANGERANG
2020
ABSTRAK

Azriel Try Kharisma, KAJIAN INTEGRASI SISTEM BARCODE


PADA PEMERIKSAAN INCOMING KARGO DI TERMINAL KARGO
BANDAR UDARA SULTAN SYAHRIR KASIM II PEKANBARU RIAU,
Tugas Akhir Program Diploma III Operasi Bandar Udara Angkatan ke-13,
Politeknik Penerbangan Indonesia Curug (PPIC).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan


incoming kargo di terminal kargo Bandar Udara Sultan Syahrir Kasim II Pekanbaru
Riau. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara,
observasi dan studi pustaka.

Penulisan laporan ini disajikan secara deskriptif untuk memperoleh


gambaran tentang informasi yang berkaitan dengan pemeriksaan incoming kargo.
Berdasarkan hasil penelitian, penulisan data secara manual mempengaruhi
waktu pelayanan terminal kargo khususnya pada pemeriksaan incoming. Hasil
observasi juga menunjukan bahwa proses pelayanan terminal kargo rata-rata
membutuhkan waktu yang lama, dikarenakan manifest salah satu airlane tidak
terbaca oleh system yang semestinya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan modernisasi sistem dari yang


manual ke sistem yang digital. Dengan menggunakan system Barcode diharapkan
dapat memperlancar dalam proses menginput data barang, seperti informasi dari
nama pengirim dan penerima, nomor surat muatan udara (SMU) atau airwaybil ,
banyak koli, berat total dan keterangan jenis barang. Sehingga dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi dalam memberikan kemudahan terhadap pengolahan data.

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

TUGAS AKHIR : KAJIAN INTEGRASI SISTEM BARCODE PADA


PEMERIKSAAN INCOMING KARGO DOMESTIK DI TERMINAL
KARGO BANDAR UDARA SULTAN SYAHRIR KASIM II, disetujui sebagai
salah satu syarat lulus untuk diajukan pada sidang Tugas Akhir Program Studi
Diploma III Operasi Bandar Udara Angkatan Ke-13

Nama : AZRIEL TRY KHARISMA


NIT : 41317026

Pembimbing I Pembimbing II

DRS. SUNDORO, ST, M.SI M. ILYAS M, SE, MM


NIP. 19651216 199303 1 002 NIP. 19571214 198603 1 014

KETUA PRODI OPERASI BANDAR UDARA

HEMI PAMURAHARJO. SH . DESS


NIP. 19660508 19903 1 001

iii
PENGESAHAN PENGUJI

TUGAS AKHIR : KAJIAN INTEGRASI SISTEM BARCODE PADA


PEMERIKSAAN INCOMING KARGO DOMESTIK BANDAR UDARA
SULATN SYAHRIR KASIM II PEKANBARU, telah dipertahankan dihadapan
Penguji Ujian Tugas Akhir Program studi Diploma III Operasi Bandar Udara
Angkatan Ke-13, Politeknik Penerbangan Indonesia, dan dinyatakan LULUS pada
tanggal 26 Agustus 2020.

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

SOLIHIN. S AP,M.Si MUH. WILDAN,ST,MT


NIP. 19570611 198001 1 001 NIP. 19770530 199803 1 002

Anggota

Deny Sapta Nugraha M.Pd


NIP. 19810427 201012 1 002

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tugas akhir yang berjudul “KAJIAN INTEGRASI SISTEM
BARCODE PADA PELAYANAN PEMERIKSAAN INCOMING KARGO
BANDAR UDARA INTERNATIONAL SULTAN SYARIF KASIM II
PEKANBARU RIAU”. Penulisan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma III Operasi Bandar
Udara angkatan XIII, Jurusan Manajemen Penerbangan Politeknik Penerbangan
Indonesia Curug
Penulis menyadari adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang turut
membantu memberikan informasi, saran dan kritik sehingga penyusunan tugas
akhir ini dapat terselesaikan, untuk itu pada kesempatan kali ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. ALLAH SWT
2. Bapak Drs, Boedi Prihandono, M.Si Plt Direktur Politeknik Penerbangan
Indonesia Curug
3. General Manager PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Internasional
Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Riau beserta Staff.
4. Bapak Hemi Pamuharjo.SH, DESS Ketua Program Studi Operasi Bandar Udara
5. Drs. Sundoro, ST, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Ilyas, SH, MH
selaku Pembimbing II yang telah menyediakan waktu dan pikiran untuk
mengarahkan penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.
6. Segenap Dosen pengajar di program studi Operasi Bandar Udara Angkatan
XIII.
7. Ayah dan Mamah terima kasih buat segala bantuannya baik dari doa,
penyemangat,dan motivasi dari awal saya kuliah, membuat Tugas Akhir ini
hingga in sya Allah menjadi orang sukses.

v
8. Alumni Politekni Penerbangan Indonesia Curug yang turut membantu dalam
pengumpulan data di Bandar Udara Sultan Syahrir Kasim II
9. Kepada teman-teman terbaik Operasi Bandar Udara Angkatan XIII serta adik-
adik Operasi Bandar Udara Angkatan XIV dan XV atas kebersamaan dan
dukungannya
10. Kepada teman-teman Politeknik Penerbangan Indonesia Curug Angkatan 2017
11. My Quienz
12. Adik-adik asuhku,.Tofan, Adjie, Ellena, Ibnu zombie
13. Seluruh pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penyusunan
Tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang dapat menyempurnakan Tugas
Akhir ini. Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap tugas akhir ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Penulis

vi
DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

PENGESAHAN PENGUJI............................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 4

D. Perumusan Masalah ................................................................................ 5

E. Maksud, Tujuan dan Maksud Penelitian .................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN


A. Landasan Teori ....................................................................................... 8

B. Kerangka Pikir ...................................................................................... 27

BAB III GAMBARAN KEADAAN


A. Gambaran Umum .................................................................................. 31

vii
B. Kondisi Saat Ini .................................................................................... 34

C. Kondisi yang Diinginkan....................................................................... 37

BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Masalah ................................................................................... 39

B. Pemecahan Masalah .............................................................................. 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................................... 53

B. Saran ..................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 54

LAMPIRAN - LAMPIRAN............................................................................. 55

RIWAYAT HIDUP ..............................................................................................

viii
DAFTAR GAMBAR

NO Nama Gambar Halaman

Diagram Alur Kerangka Pikir ........................................................................... 28

1. Foto Terminal Kargo Bandar Udara Internasional Sultan Sultan Syahrir Kasim
II ................................................................................................................. 32

2. Contoh Manifest Dari Airline ....................................................................... 35

3. Contoh Data Checlist .................................................................................. 36

4. Alur Pelayanan Incoming Kargo .................................................................. 40

5. Contoh Data Checklist Dengan Manual ........................................................ 42

6. Contoh Data Barang Yang Tidak Ada Manifestnya .................................... 43

7. Barcode ....................................................................................................... 46

8. Penggunaan Barcode Scanner ...................................................................... 48

9. Label Airline ............................................................................................... 49

10. Alur Pengiriman Barang Setelah Menggunakan Barcode ............................. 50

ix
DAFTAR TABEL

NO Nama Tabel Halaman

1. Spesifikasi Terminal Kargo .................................................................... 31

2. Jumalah (SDM) Sumber Daya Manusia .................................................. 33

3. Hasli wawancara pada penguna jasa / ekspedisi .................................... 45

4. Contoh Data Barcode ............................................................................ 48

x
DAFTAR LAMPIRAN

NO Nama Lampiran Halaman

11. Layout Bandar Udara Internasional

Sultan Syahrir Kasim II Pekanbaru .............................................................. 54

12. Strukttur Organisasi Bandar Udara

Internasional Sultan Syahrir Kasim II ........................................................... 55

13. Layout Terminal Kargo ............................................................................... 56

14. Daftar Dinas Personil Terminal Kargo

Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II ........................................................... 57

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki keunikan pada kondisi geografisnya yaitu terdiri

dari pulau-pulau yang terpisahkan oleh perairan, dan setiap daerah memiliki

kondisi geografis yang berbeda, berdasarkan kondisi tersebut moda

transportasi sangat dibutuhkan adalah transportasi udara.

Kebutuhan akan transportasi khususnya transportasi udara semakin

meningkat, hal ini akan menyangkut sarana dan prasarana untuk menunjang

moda transportasi udara yang dibutuhkan khususnya Bandar Udara.

Bandar udara merupakan pertemuan dalam jaringan moda

transportasi udara yang merupakan salah satu pintu gerbang kegiatan

perekonomian nasional dan internasional.

Dalam upaya menciptakan sistem transportasi udara yang efisien

dan aman maka dibuatlah bandar udara yang letaknya tersebar di seluruh

wilayah Indonesia, beberapa diantaranya dibawah pengelolaan manajemen

PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero). Sebuah Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang khusus didirikan untuk mengusahakan

jasa kebandarudaraan jasa pelayanan lalu lintas udara.

1
2

Dalam pelaksanaannya, wilayah kerja PT Angkasa Pura (Persero)

dibagi menjadi 2 yaitu PT Angkasa Pura I (Persero) sebagai pengelola bandar

udara diwilayah Indonesia bagian timur dan PT Angkasa Pura II (Persero)

sebagai pengelola bandar udara di wilayah Indonesia bagian barat.

Bandar Udara Internasional Sultan Syahrir II adalah sebuah bandar

udara yang terletak di Kota Pekanbaru dan sebelumnya bernama Bandara

Simpang Tiga. Bandara ini memiliki luas 321,21 ha. Bandara ini juga

menjadi home-base bagi Skuadron Udara 12 TNI AU. Nama bandara ini

diambil dari seorang pahlawan Nasional Indonesia dari Riau. Pada 1 April

1994 Bandar Udara Simpang Tiga bergabung dengan Manejemen yang di

kelolah oleh PT Angkasa Pura II (Persero). menjadi cabang dari 12 cabang

yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II (Persero).

PT Angkasa Pura II (Persero) memiliki anak perusahaan yaitu

angkasa pura kargo (APK). Usaha pelayanan kargo dimulai pada tahun 2007

saat PT. Angkasa Pura II (Persero) mengoperasikan terminal kargo untuk

memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor

logistik. Seiring perkembangan infrastuktur bandara di Indonesia dan

perbaikan atas layanan bandara yang mengedepankan keamanan dan

keselamatan atas pengiriman dan pengelolaan kargo, maka di tahun 2016 PT.

Angkasa Pura II (Persero) membentuk anak usaha strategis yakni PT.

Angkasa Pura Kargo dengan fokus layanan di bidang jasa operator terminal
3

kargo, pelayanan kargo dan pos udara serta pengembangan prasarana dan

sarana terminal kargo. PT. Angkasa Pura Kargo beroperasi di sejumlah

bandara Indonesia yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II (Persero).

Terminal kargo Bandar Udara Interrnasional Sultan Syarif Kasim II

yang di kelola oleh Angkasa Pura Kargo memiliki 26 pegawai diantaranya 6

orang sebagai checker yang bertugas untuk memastikan barang barang yang

masuk itu sampai di terminal kargo dengan mengecek SMU ( Surat Muatan

Udara ) dan mengecek barang barang di lakukan dengan menggunakan

checklist manual. Apabila manifest dari suatu airlaine tidak masuk ke data

checker maka manifast akan di tulis manual oleh checker. Dan itu sangat

memakan waktu yang banyak karena harus satu persatu pengecekan barang

dan juga harus teliti. Setalah pengecekan selesai maka checker harus

memasukan data hasil pengecekan ke system untuk melakukan kofirmasi

bahwa barang tersebut sampai dan ada wujudnya. Lalu konfirmasi barang ini

gunanya untuk parapemilik barang bisa melakukan pembayaran di kasir. Jika

data belum di masukan maka para ekspedisi dan penerima barang tidak bisa

melakukan pembayaran. Dan juga petugas checker setiap shiift hanya 2 orang.

Sedangkan kebiasaan para ekspedisi dan penerima itu biasanya sudah stanby

untuk mengambil barang. dan rata-rata maskapai Garuda airline yang sering

tidak muncul data manifestnya. Dan juga sering terjadi pada jam jam sibuk di

siang hari sehingga barang barang yang datang menumpuk mennunggu untuk

di check dan barang barang yang di cek menjadi terlambat diambil oleh
4

pemiliknya.

Dengan kondisi lapangan tersebut maka penulis memilih judul

”Kajian Integrasi Sistem Barcode Pada Pemerikasaan Barang

Incoming Kargo Di Terminal Kargo Bandar Udara Internasional

Sultan Syahrir Kasim II ”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Proses pelayanan Incoming kargo domestik di terminal kargo domestik

belum berjalan secara efektif dan efesien .

2. Pemeriksaan data manifest pada barang kargo yang belum

menggunakan digital, masih dilakukan secara manual.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah yang diuraikan diatas, agar

memberikan penjelasan dan gambaran yang jelas serta pembahasan menjadi

lebih terfokus, maka penulis membatasi masalah pada sistem pemeriksaan

barang Incoming kargo di terminal kargo sultan syahrir kasim II.

D. Perumusan Masalah
5

Mengacu kepada batasan masalah diatas, sejak barang datang

hingga barang keluar tergolong cukup lama. yaitu belum ada fasilitas untuk

melakukan pengecheckan barang incoming secara otomatis pada terminal

kargo Sultan Syahrir Kasim II. Sehingga, penulis merumuskan “bagaimana

cara mempermudah proses pemeriksaan incoming kargo di terminal kargo

Bandar Udara Sultan Syahrir Kasim II ?.

E. Maksud, Tujuan dan Metode Penelitian

1. Maksud Penelitian

a) Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai

penerapan teori yang telah didapat dari mata kuliah yang telah

diterima kedalam penelitian yang sebenarnya.

b) Untuk mengoptimalkan pelayanan incomming kargo di Bandar

Udara Internasional Sultan Syahrir Kasim II Pekanbaru Riau

sehingga berjalan dengan efektif dan efesien

c) Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi lamanya

pelayanan incoming kargo domesitk di Terminal Kargo Bandar

Udara Internasional Sultan Syahrir Kasim II Pekanbaru


6

2. Tujuan Penelitian

a. Sebagai sumbangsih pengetahuan dan bermanfaat bagi civitas

akademika khususnya dalam program studi Operasi Bandar

Udara (OBU) kepada Politeknik Penerbangan Indonesia Curug

b. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki

penulis serta mengembangkan kemampuan bagaimana

memecahkan suatu permasalahan.

c. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Studi

Diploma III Operasi Bandar Udara di Politeknik Penerbangan

Indonesia

3. Metode penelitian

Metode yang digunakan adalah metode Deskriptif Analisis yaitu

menggunakan sesuatu keadaan disertai analisisnya sesuai dengan fakta

dilapangan. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi

Penulis langsung meninjau, mengamati dan mencari data dari

sumber-sumber di lapangan yang berhubungan dengan objek Penelitian,

dilakukan saat penulis melaksanakan On The Job Training (OJT) di

Bandar Udara Internasional Sultan Syahrir Kasim II


7

2. Wawancara

merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung

antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk

mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya.

Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari

pewawancara kepada narasumber.

3. Studi Kepustakaan

Penulis melakukan pengumpulan data dari sumber-sumber

kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas sebagai

landasan teori penilitian dan berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam

Tugas Akhir penulis.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian Kajian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II Penerbit Pustaka

2002, “Kajian adalah hasil mengkaji suatu objek untuk mengetahui

kinerja yang ada.”

Sedangkan menurut Risa Agustin (1997:293), “Kajian adalah hasil

dari mengkaji, menyelidiki, memeriksa, mempertimbangkan, menelaah,

memperlajari, belajar.”

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kajian merupakan hasil

dari mempelajari secara mendalam untuk mengambil nilai positif dari

hasil mengkaji tersebut.

2. Pengertian Pelayanan

Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

sebagai suatu usaha untuk membantu meyiapkan atau mengurus apa yang

diperlukan orang lain. Sedangkan menurut Moenir (2010 :26) pelayanan

adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

dengan landasan faktor materi mealui sistem, prosedur dan metode

tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai

dengan halnya. Pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan,

8
9

karena itu pelayanan merupakan sebuah proses. Sebagai proses,

pelayanan berlangsung secara rutin dan berkeseimbungan, meliputi

seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.

Berbeda dengan Supranto (2006 : 227) mengatakan bahwa

pelayanan atau jasa merupakan suatu kinerja penampilan, tidak terwujud

atau cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada dimiliiki, serta

pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengonsumsi

jasa tersebut.

Menurut Philip Kotler dalam Supranto (2006 : 228) karakteristik

jasa dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Intangible (tidak terwujud)

Suatu jasa memiliki sifat tidak terwujud, tidak dapat dirasakan dan

dinikmati sebelum dibeli oleh konsumen.

2. Inseparibilitty (tidak dapat dipastikan)

Pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan

pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang

untuk diserahkan kepada pihak lainnya, maka dia akan tetap

merupakan bagian dari jasa tersebut.

3. Variability (bervariasi)

Jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa

penyedia jasa, penerima jasa dan kondisi dimana jasa tersebut

diberikan.
10

4. Perishability (tidak tahan lama)

Daya tahan suatu jasa tergantung suatu situasi yang diciptakan oleh

berbagai faktor. Sedangkan menurut Sampara dalam Sinambela

(2011 : 5) pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang

terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain

atau mesin ecara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan.

Berdasarkan berbagai pendapat dia atas maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang maupun sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan

orang lain sesuai dengan prosedur dan sistem yang telah ditetapkan

sebelumnya.

3. Pengertian Kualitas Pelayanan

Definisi Kualitas (quality), menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia,Edisi II adalah tingkat baik buruknya sesuatu; kadar; derajat

kan bahwa kualitas adalah karakteristik atau taraf; mutu. Menurut

Vincent Gaspez dalam buku Total Quality Management (2003;4),

pengertian dasar kualitas terdiri dari :

a. Definisi konvensional yang menggambarkan bahwa kualitas adalah

karakteristik langsung dari suatu produk seperti :performasi

(performence), keandalan (reability), mudah dalam penggunaan

(easy of use), estetika (esthetic), dan sebagainya.


11

b. Definisi strategi yang menytakan bahwa kualitas adalah segala

sesuatu yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan

pelanggan (meeting the needs of costumers)

c. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau

kerusakan.

Menurut Philip Kottler dalam bukunya, Manajemen Pemasaran

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan “Merupakan

setiap kegiatan / keuntungan yang ditawarkan dari suatu kelompok

kepada kelompok yang lain nya, merupakan hal penting dan tidak

menghasilkan kepemilikan dari siapa pun”. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Edisi II (2002), dinyatakan bahwa pengertian pelayanan

adalah “Cara melayani; usaha melayani kebutuhan orang lain dengan

memperoleh imbalan.”

Kualitas pelayanan umum menurut Wyckof yang dikutip Tjiptono

(2004;59), yaitu “Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang

diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk

memenuhi keinginan pelanggan. Apabila jasa atau pelayanaan yang

diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang

diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan baik dan

memuaskan. Jika jasa atau pelayanan yang diterima melampaui harapan

pelanggan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan sebagai

kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa atau pelayanan yang diterima
12

lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa atau

pelayanan dipersepsikan buruk”.

Kualitas (quality) menurut Montgomery dalam Harbani (2007), “the

extent to which products meet the requirement of people who use

them”. Artinya bahwa suatu produk dikatakan berkualitas bagi

seseorang kalau produk tersebut dapat memenui kebutuhannya.

Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Kasmir (Harbani,

2007) bahwa pelayanan yang baik adalah kemampuan seseorang dalam

memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada

pelanggan dengan standar yang ditentukan. Menurut Feigenbaum

kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full costumer

satisfaction). Suatu produk dikatakan berkualitas jika dapat

memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai

dengan apa yang diharapkan konsumen terhadap suatu produk.

Waykof (Purnama N, 2006), menyebutkan kualitas layanan sebagai

tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas

kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen.

Sedangkan menurut Parasuraman et al. (Purnama N, 2006), kualitas

layanan merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan

(persepsi) konsumen dengan kualitas layanan yang diharapkan

konsumen. Jika kualitas layanan yang dirasakan sama atau melebihi

kualitas layanan yang diharapkan maka layanan dikatakan berkualitas


13

dan memuaskan.

4. Waktu Pelayanan

Waktu kedatangan pelanggan dan waktu pelayanan dapat

dinyatakan dalam distribusi probabilitas yang terkait dengan distribusi

waktu kedatangan dan pelayanan. Dustribusi probabilitas dapat

dinyatakan bahwa pelanggan datang dan menjalani pelayanan secara

individu. Terdapat keadaan dimana pelanggan datang secara

berkelompok (group) dan dilayani secara individu yang dikenal dengan

antrian group (bulk queues), (Kakiay, 2004).

Davis dan Vollmann (1990) serta Gilbert (1992) menyatakan pada

perusahaan jasa atau pelayanan, harapan dan kepuasan pelanggan itu

dipengaruhi oleh waktu menunggu terhadap pelayanan. Kepuasan ini

selanjutnya akan menentukan tindakan pelanggan pada pembelian

mereka dimasa mendatang. Menurut Taylor (1994) dalam Tciptono

(2009), menunggu bisa terjadi sebelum proses jasa dimulai (pre-process

wait) maupun selama pengalaman jasa berlangsung (in-process wait).

Perusahaan jasa harus kreatif dan berusaha mencari berbagai terobosan

agar pelanggan yang menunggu untuk dilayani tetap merasa nyaman.

5. Pengguna Jasa

Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata

“jasa” (service) itu sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari pelayanan

pribadi (personal service) sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh ini
14

sudah banyak pakar pemasaran jasa yang berusaha mendefinisikan

pengertian jasa. Valerie A. Zeithaml dan Mary Jo Bitner (1996) (dikutip

dalam Lupiyoadi,2006) mendefinisikan jasa sebagai berikut:

“Service is all economic activities whose output is not a physical

product or construction is generally consumed at that time is produced,

and provides added value in forms (such as convenience, amusement,

comfort or health” (jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang

hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya

dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai

tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan

konsumen). Tidak jauh berbeda dengan definisi diatas, Kotler (1994)

(dikutip dalam Lupiyoadi, 2006) mendefinisikan jasa sebagai berikut:

“Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu

pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak

mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa bisa berkaitan

dengan produk fisik atau sebaliknya”.

Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

didalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pihak

produsen (jasa), meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu

menyadari. Jasa bukan suatu barang, melainkan suatu proses atau

aktivitas yang tidak berwujud.


15

6. Bandar Udara

Dalam Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan yang dimaksud Bandar Udara adalah kawasan di daratan

dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai

tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun

penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan

antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan

dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas

penunjang lainnya.

Sedangkan dalam document 4444 RAC-Rules of the air and traffic

air Service, ICAO ( Internasional Civil Aviation Organisation ),

mendefinisikan “aerodrome is a defined area on land or water

(including any buildings, installation, and equipment) intended to be

used either wholly or in part for arrival, departure and surface

movement of aircraft”

Dalam terjemahan bebasnya berarti : Bandar Udara didefinisikan

sebagai suatu tempat atau daerah di darat atau di perairan dengan batas-

batas tertentu termasuk bangunan dan instalasi yang dibangun untuk

keperluan pergerakan pesawat terbang lepas landas (Take-off),

pendaratan (Landing), dan pergerakan di permukaan (Taxiing).

Menurut Annex 9, Facilitation bab I, Definisi dan Penerapan,

Bandar Udara Internasional adalah :


16

“Any airport designated by the Contracting State in whose

territory it is situated as an airport of entry and departure for

international air traffic, where are formalities incident to custom,

immigration, public healt, animal and plant quarantine and similar

procedures are carried out.”

Dalam terjemahan bebasnya berarti : Setiap Bandar Udara yang

berada di wilayah Negara anggota dan ditetapkan oleh Negara yang

bersangkutan sebagai Bnadar Udara bagi kedatangan dan

keberangkatan penerbangan Internasional, dimana ketentuan-

ketentuan tentang kepabeanan, imigrasi, kesehatan, karantina hewan

dan tumbuh-tumbuhan memiliki prosedur untuk dilaksanakan.

7. Terminal kargo

Dalam dokumen prosedur mutu penanganan kargo masuk Nomer

PM/SRG-OB/BD-11, Terminal kargo adalah salah satu fasilitas pokok

pelayanan di dalam bandar udara untuk memproses pengiriman dan

penerimaan muatan udara, domestik maupun internasional yang

bertujuan untuk kelancaran proses kargo serta memenuhi persyaratan

keamanan dan keselamatan penerbangan. Berdasarkan Surat Keputusan

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/140/VI/1999,

tentang persyaratan dan Prosedur Pengoperasian keandaraan di Sisi Udara,

pasal 1.2, dimana pengangkuta kargo yang merupkan daerah dengan batas-

batas yang jelas di Bandar Udara untuk pemrosesan dan penyimpanan


17

kargo yang akan atau setelah diangkut oleh pesawat udara.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 70 tahun 2001, tentang

Kebandarudaraan, Pada Bab V, Pasal 25 ayat b diantaranya meliputi

penyediaan, pengusahaan,dan pengembangan fasilitas terminal pelayanan

angkutan penumpang, kargo dan pos. Selanjutnya pada Bab VI, Pasal 27,

ayat 2 (a) dinyatakan bahwa pelayanan jasa penunjang penerbangan

diantaranya meliputi pergudangan dan jasa penanganan kargo.

8. Kargo

Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan, yang dimaksud kargo udara adalah setiap barang yang

diangkut oleh pesawat udara termasuk hewan dan tumbuhan selain pos,

barang kebutuhan pesawat selama penerbangan, barang bawaan atau

barang yang tidak bertuan.

Pengertian Kargo Udara (Air Cargo) menurut International Air

Transport Association (IATA, 2005) adalah semua barang-barang yang

diangkut atau yang akan diangkut dengan pesawat udara dan dikirimkan

berdasarkan catatan pengiriman kargo udara dengan menggunakan

Surat Muatan Udara (Airway Bill) tetapi tidak termasuk surat-surat pos,

atau barang lain yang dimuat dalam perjanjian konvensi pos

internasional dan bagasi yang dibawa oleh penumpang yang jumlahnya

termasuk dalam tiket atau check baggage.

Menurut Suharto Abdul Majid dan Eko Probo D. Warpani (2009)


18

kargo adalah semua barang (goods) yang dikirim melalui udara

(pesawat terbang), laut (kapal), atau darat (truk kontainer) yang

biasanya untuk diperdagangkan, baik antarwilayah atau kota di dalam

negeri maupun antarnegara (internasional) yang dikenal dengan istilah

ekspor-impor. Apa pun jenisnya, semua barang kiriman, kecuali benda-

benda pos dan bagasi penumpang, baik yang diperdagangkan (ekspor-

impor) maupun untuk keperluan lainnya (nonkomersial) dan dilengkapi

dengan dokumen pengangkutan (Surat Muatan Udara atau Airway Bill)

dikategorikan sebagai kargo.

9. Incoming Kargo

Secara umum proses incoming cargo import adalah sebagai

berikut Cargo diturunkan dari pesawat dan dibawa ke Break Down

Area menggunakan dollies. Di Break Down Area, cargo dilakukan

proses pemisahan dan dilakukan proses pencatatan Airway Bill.

.Setelah pemeriksaan bea & cukai, cargo dapat dibawa oleh

consignee.

10. Fasilitas

Fasilitas merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam usaha

jasa, terutama yang berkaitan erat dengan apa yang dirasakan oleh

konsumen, karena dalam usaha jasa, penilaian konsumen terhadap suatu


19

perusahaan didasari atas apa yang mereka peroleh setelah menggunakan

jasa. Persepsi yang diperoleh dari interaksi pelanggan dengan fasilitas

berpengaruh terhadap kualitas jasa dimata pelanggan (Fandy Tjiptono,

2004; 43). Oleh karena jasa merupakan kinerja dan tidak dapat dirasakan

sebagaimana barang, maka pelanggan cenderung memperhatikan fakta-

fakta yang berkaitan dengan dengan jasa sebagai bukti kualitas.

Kualitas fisik dapat membedakan perusahaan dari para pesaing serta

menjadi tanda dari segmen pasar yang dituju (Yazid, 1999:151). Fasilitas

fisik merupakan salah satu indikator mengenai baik tidaknya kualitas suatu

jasa dan erat kaitannya dengan pembentukan persepsi pelanggan, dengan

adanya fasilitas yang baik maka konsumen akan tertarik dengan jasa yang

ditawarkan dan melakukan pembelian jasa yang ditawarkan tersebut.

11. Manifast

Manifest adalah suatu dokumen dalam jasa angkutan yang berisi

daftar kargo, penumpang, awak kapal, pesawat udara atau kendaraan

lainnya yang biasa digunakan oleh bea cukai. Manifes biasanya

digunakan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan untuk

memastikan bahwa penumpang dan kargo yang terdaftar telah berada di

dalam transportasi tersebut dari awal keberangkatan hingga sampai di

tujuan.

Manifest biasanya dibuat oleh pengatur transportasi berdasarkan


20

surat tanda terima barang, berisi spesifikasi dan jumlah muatan, dan

biasanya dibuktikan secara resmi. Informasi yang ada dalam manifes

dikumpulkan sebelum keberangkatan, berdasarkan daftar penumpang

yang masuk (check in). Dokumen ini bersifat rahasia, mengingat

memuat data pribadi kelengkapan penumpang.

Di beberapa negara, manifes dicatat oleh notaris. Dalam hal ini,

manifest bertindak sebagai paspor, hanya saja untuk barang yang

diangkut. Manifes menunjukkan bukti negara asal barang, tidak adanya

selundupan, dan tidak ada barang lain (ilegal) yang dimuat dalam

kendaraan. Dokumen ini juga bermanfaat bagi pihak ketiga, seperti

jasa asuransi.

12. Surat Muatan Udara (SMU) / Airwaybill

Surat Muatan Udara (airway bill) adalah dokumen berbentuk cetak,

melalui proses elektronik, atau bentuk lainnya, yang merupakan salah

satu bukti adanya perjanjian pengangkutan udara antara pengirim kargo

dan pengangkut, dan hak penerima kargo untuk mengambil kargo

13. Efektif
Efektif adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana

dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya

(Menurut Sondang P Siagian 2001).


21

Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya

sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati

sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Definisi efektif secara umum adalah cara mencapai suatu tujuan

dengan pemelihan cara yang benar dari beberapa alternatif, kemudian

menginplementasikan pekerjaan dengan tepat dengan waktu yang cepat.

14. Efesien

Mulyadi (2007: 63) mengemukakan bahwa efisiensi adalah

ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu dengan tidak

membuang-buang waktu, tenaga dan biaya. Efisiensi juga berarti rasio

antara input dan output atau biaya dan keuntungan

Menurut KBBI Efesien adalah

1. Tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu


(dengan tidak membuang buang waktu, tenaga, biaya)

2. Mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya


guna, bertepat guna, sangkil

15. Kinerja

Kinerja (prestassi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang di capai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

(Anwar Prabu Mangkunegara, 2006:67). Kinerja seseorang merupakan


22

kombinasi dan kemampuan ,usaha dan kesempatan dapat dinilai dari

hasil kerja.

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2007:153) Kinerja

merupakan hasil dari pekerjaan tertentu secara berencana pada waktu

dan tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan.

Menurut Griffin,(1987), Kinerja merupakan salah satu kumpulan

total dari kerja yang ada pada diri pekerja(karyawan)

16. Beban Kerja

beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas

yang harus diselesaikan pada waktu tertentu.

Beban kerja adalah sesuatu yang dirasakan berada di luar

kemampuan pekerja untuk melakukan pekerjaannya. ... Menurut

Munandar (2001)

Menurut Munandar (2001:381), terdapat dua aspek yang menjadi

beban kerja, yaitu:

1. Beban kerja sebagai tuntutan Fisik. Kondisi kerja tertentu dapat

menghasilkan prestasi kerja yang optimal di samping

dampaknya terhadap kinerja pegawai, kondisi fisik berdampak

pula terhadap kesehatan mental seorang tenaga kerja. Kondisi

fisik pekerja mempunyai pengaruh terhadap kondisi fatal dan

psikologi seseorang. Dalam hal ini bahwa kondisi kesehatan


23

pegawai harus tetap dalam keadaan sehat saat melakukan

pekerjaan, selain istirahat yang cukup juga dengan dukungan

sarana tempat kerja yang nyaman dan memadai.

2. Beban kerja sebagai tuntutan tugas. Kerja shif/kerja malam sering

kali menyebabkan kelelahan bagi para pegawai akibat dari beban

kerja yang berlebihan. Beban kerja berlebihan dan beban kerja

terlalu sedikit dapat berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

Sedangkan menurut Davis dan Newstrom (1985), terdapat sebelas

dimensi yang menyebabkan terjadinya beban kerja pada seorang

pekerja, yaitu sebagai berikut:

1.Pekerjaan yang berlebihan (Work Overload). Pekerjaan yang

berlebihan yang memerlukan kemampuan maksimal dari

seseorang. Pada umumnya pekerjaan yang berlebihan merupakan

hal-hal yang menekan yang dapat menimbulkan ketegangan

(tension).

2.Waktu yang terdesak atau terbatas (time urgency). Waktu yang

terbatas atau mendesak dalam menyelesaikan suatu pekerjaan,

merupakan hal-hal yang menekan yang dapat menimbulkan

ketegangan (tension). Apabila pekerjaan yang dikerjakan terburu-

buru maka kemungkinan besar akan terjadi kesalahan dan dapat

merugikan.
24

3.Sistem pengawasan yang tidak efisien (poor quality of supervisor).

Sistem pengawasan yang tidak efisien atau buruk dapat

menimbulkan ketidak-tenangan bagi karyawan dalam bekerja

karena salah satu harapan karyawan dalam memenuhi kebutuhan

kerjanya adalah adanya bimbingan dan pengawasan yang baik dan

objektif dari atasannya.

4.Kurang tepatnya pemberian kewenangan sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan (Inadequate authority to match

responsibilities). Akibat dari Sistem pengawasan yang buruk akan

menimbulkan efek pada pemberian wewenang yang tidak sesuai

dengan tanggung jawab yang dituntut pekerja. Pekerja yang

tanggung jawabnya lebih besar dari wewenang yang diberikan

akan mudah mengalami perasaan tidak sesuai yang akhirnya

berpengaruh pada kinerjanya.

5.Kurang umpan balik prestasi kerja (insufficeient performance

feedback). Kurangnya umpan balik prestasi kerja dapat

menimbulkan ketidakpuasan kerja. Misalnya mendapatkan pujian

atau kenaikan gaji ketika bekerja dengan baik.

6.Ketidakjelasan peran (role ambiguity). Agar menghasilkan

performa yang baik, karyawan perlu mengetahui tujuan dari

pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan serta tanggung

jawab dari pekerjaan mereka. Ketidakjelasan peran dapat


25

dikarenakan informasi yang tidak lengkap dan ketidak-sesuaian

status kerja.

7.Perubahan-perubahan dalam pekerjaan (change of any type).

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam pekerjaan akan

memengaruhi cara orang-orang dalam bekerja. Hal ini berarti

terjadinya ketidak-stabilan pada situasi kerja. Perubahan di

lingkungan kerja dapat berupa perubahan jenis pekerjaan,

perubahan organisasi, pergantian pemimpin maupun perubahan

kebijakan pemilik perusahaan.

8.Konflik antar pribadi dan antar kelompok dan seterusnya

(interpersonal and intergroup conflict). Perselisihan juga dapat

terjadi akibat perbedaan tujuan dan nilai-nilai yang dianut dua

pihak. Dampak negatif perselisihan adalah terjadinya gangguan

dalam komunikasi, kekompakkan dan kerja sama. Situasi yang

sering menimbulkan perselisihan di tempat kerja.

9.Suasana politik yang tidak aman (Insecure political climate).

Ketidak-stabilan suasana politik dapat terjadi di lingkungan kerja

maupun di lingkungan lebih luas lagi. Misalnya situasi politik

yang tidak menentu, yang mengganggu kestabilan perubahan-

perubahan dan ekonomi.

10. Frustrasi (frustration). Frustasi sebagai kelanjutan dari konflik

yang berdampak pada terhambatnya usaha mencapai tujuan.


26

Misalnya harapan perusahaan yang tidak sesuai dengan harapan

pekerja. Hal ini akan menimbulkan stres apabila berlangsung

terus-menerus.

11. Perbedaan nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai yang dimiliki

pekerja (differences between company's and employee's values).

Kebijakan perusahaan kadang-kadang sering bertolak belakang

dengan diri pekerja. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, karena

pada dasamya perusahaan lebih berorientasi pada keuntungan

(profit). Sedangkan pekerja menuntut upah yang tinggi,

kesejahteraan serta adanya jaminan kerja yang memuaskan.

12. Pengertian Barcode

Barcode adalah kode-kode untuk angka dan huruf yang terdiri dari

kombinasi bar (garis) dengan berbagai jarak. Hal ini merupakan salah

satu cara untuk memasukkan data ke dalam komputer.

Dalam barcode tidak berisi data deskriptif dari suatu barang, tetapi

hanya enkripsi dari sejumlah digit angka. Ketika angka tersebut di scan

oleh cashier maka kode tersebut secara otomatis akan langsung

terhubung ke data barang. Hasil barcode scanner tersebut berisikan

data-data dari berbagai produk seperti nama vendor, nama produk, harga

dan data pendukung lain.

Seperangkat Barcode scanner terdiri dari scanner, decoder dan kabel

yang menyambungkan decoder dengan komputer. Barcode


27

scanner tersebut memindai symbol, menangkap dan merubah kode bar

menjadi data elektrik lalu mengirimkannya ke komputer dengan format

data yang sederhana.

B. Kerangka Berfikir

Terminal Kargo Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II,

mempunyai peranan penting dalam pengelolaan dan pelayanan di bidang

jasa pengiriman barang. Lamanya pelayanan merupakan masalah yang

sering menimbulkan keluhan pengguna jasa di terminal kargo Bandar Udara

Internasioanal Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

Pada saat penulis melaksanakan On the Job Training terdapat

keluhan dari penggguna jasa yang menyatakan bahwa proses pengeluaran

kargo yang datang di Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II

Pekanbaru cukup lama. Dikernakan Manifast airline yang tidak terbaca oleh

system sehingga membuat petugas checker menulis data manifest secara

manual.

lama waktu pelayanan merupakan salah satu indikator kualitas

pelayanan baik atau buruk. Permasalahan waktu pelayanan kedatangan

kargo domestik ini perlu segera diselesaikan, dengan mengidentifikasi cara

verfikasi barang oleh petugas checker dengan menngunnakan system

barcode agar permasalahan pelayanan Incoming kargo domestik dapat

diselesaikan.
28

Alur Kerangka Berfikir:

Kondisi Sekarang :
Lamanya waktu pelayanan proses pemerikasaan verifikasi barang
Incoming kargo ,sehingga menimbulkan komplain dari pengguna jasa

Faktor Penyebab
Manifest salah satu airline tidak terbaca/eror membuat petugas
checker harus menulis secara manual semua data manifest, terkadang
ada juga barang yang tidak terbaca oleh system atau tidak sesuai
dengan manifest awal. Dani itu sangat membutuhkan waktu yang
banyak karena harus menulis satu persatu barang barang yang datang.
Setelah di tulis data di manifest akan di input ke system untuk bisa
melakukan pengambilan barang oleh pihak consigne/penerima barang

Landasan Teori :
1. Undang-undang N 1 tahun 2019
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 82 tahun 2012

Pemecahan Masalah :
Menggunakan system barcode sebagai media pengecekan dan
penginputan data manifes barang, dapat membuat pergerakan barang
keluar menjadi cepat dan efektif

Hasil Yang Diharapkan :


Meningkatkan kinerja dari petugas checker dan waktu pelayanan
incoming kargo domestik dapat dipersingkat sehingga complain dari
pengguna jasa berkurang atau tidak ada.
BAB III
GAMBARAN KEADAAN

A. Gambaran Umum

Terminal kargo Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II

mempunyai tugas mengoperasikan, mengusahakan sarana dan prasarana

untuk menangani pelayanan jasa kargo di Bandar Udara Internasional

Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Riau. Unit Kargo ini terdiri dari dua

terminal yaitu terminal kargo domestik dan internasional. Berikut

spesifikasi terminal Kargo Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim

II,

Kapasitas

Luas Bangunan 2.560 m2

Luas Area Perkantoran (2 Lantai) 1.250m2

Luas Area Incoming Kargo 1.080 m2

Area Parkir Kendaraan 710m2

Produksi 68 Ton/Hari

Table.1 Spesifikasi Terminal Kargo

(Sumber: Olah data penulis)

31
32

Gambar 1. Foto Terminal Kargo Bandar Udara Sultan Syahrir


Kasim II Pekanbaru Riau.

(Sumber : Olah data peneliti)

Sumber Daya Manusia merupakan bagian terpenting dalam suatu

organisasi. Dengan jumlah sumber daya yang cukup, serta kualitas sumber

daya yang baik, akan menghasilkan output pelayanan yang baik juga.
33

Berikut disajikan tabel komposisi sumber daya manusia Unit Bisnis

Gudang Kargo di Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru berdasarkan jabatan:

Table 2. Jumah SDM (Sumber Daya Manusia)

No Jabatan Jumlah Keterangann

1 Kepala Unit bisnis pelayanan kargo 1 -

Kepala Divisi Keuangan dan


2 1 -
Administrasi

3 Kepala kesiaoan fasilitas 1 -

4 Staf Kesiapan Fasilitas 2 -

5 Staf keuangan dan Anggaran 3 -

Domestik dan
6 Administarsi 6
Internasional

Domestik dan
7 Supervisi Terminal Kargo 5
Internasional

Domestik dan
8 Kasir 9
Iternasional

Domestik dan
9 Checker 18
Internasional

Domestik dan
10 Porter 3
Internasional
34

11 Pos Tolgate -
3

(Sumber : Olah data penulis)

B. Kondisi Saat Ini


Berdasarkan data di atas personil dibagi menjadi 2 shift (pagi dan

siang) dan 4 bagian (pagi incoming, pagi outgoing, siang incoming, siang

outgouing). Untuk shift pagi incoming dimulai pukul 04:30 WIB – 13:30

WIB sedangkan pagi outgoing dimulai pukul 06:00 WIB-15:00 WIB dan

untuk Siang Incoming dimulai 15:00 WIB-00:00 WIB sedangkan Siang

outgoing dimulai pukul 13:30 WIB-22:30 WIB, semua personil

menerapkan system kerja 4 hari kerja dan 2 hari libur.

Setiap personil di terminal kargo Bandar Udara Internasional Sultan

Syarif Kasim II memiliki tugas dan wilayah kerja masing masing. Petugas

Checker setiap shiftnya beranggotakan 4 orang, 2 orang di bagian Incoming

dan 2 orang lagi di bagian outgoing. Mereka bertugas untuk memverifikasi

barang kargo yang akan dikirim dan barang kargo yang akan datang. Selain

itu tugas checker adalah menginput data hasil verifikasi ke system, untuk

menerbitkan notice on arrival pada bagian administarsi. notice on arrival

digunakan untuk agar pengguna jasa bisa melakukan pembayaran di casier.


35

Gambar 2. Contoh Manifest Dari Airline

(Sumber: Angkasa Pura Kargo)


36

Gambar 3. Contoh data checklist

(Sumber :Olah data penulis)


37

Gambar diatas adalah cargo ceklist yang di buat di terminal kargo

Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II untuk memverifikasi

barang2 yang datang atau keluar dan data cargo chelist tersebut diambil dari

manifest airline.

Dengan beban kerja seperti itu petugas checker memiliki kesulitan

lain yaitu seringnya tidak terbacanya manifest barang yang di buat oleh

airline untuk petugas checker melakukan verifikasi barang kargo. Dan yang

dilakukan petugas checker adalah menulis secara manual semua data

manifest yang ada. Setelah itu masih ada penginputan data ke system untuk

melakukan verifikasi,dan itu sangat memakan waktu yang banyak sehingga

menimbulkan beberapa komplain dari beberapa pengguna jasa.

C. Kondisi yang Diinginkan

Berdasarkan kondisi lapagan, dalam pelayanan kargo diharapkan

Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II dapat memberikan

pelayanan kargo yang optimal. Dengan menggunakan system barcode,

sebagai media pengecekan dan alat verifikasi barang.

Memnggunakan sistem barcode diharapkan dapat mempermudah

proses pengecekan data manifest barang, dapat meningkatkan kinerja dari

peugas checker dan mempersingkat waktu pelayanan incoming kargo

domestik.
38

Diharapkan dapat membuat pelayanan penanganan Incoming cargo

dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Sehingga complain dari pengguna

jasa berkurang atau tidak ada komplain sama sekali.


BAB IV
Pembahasan

A. Analisis Masalah

Dari Kejadian lapangan yang terjadi pada pelayanan incoming

kargo, terlihat masih belum efektifnya proses verifikasi barang kargo di

Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II. Untuk itu penulis

memaparkan hasil penelitian mengenai kajian system barcode pada

pemerikasaan verifikasi barang incoming kargo.

1. Proses Pelayanan incoming kargo

Tahap pelayanan kedatangan kargo domestik dimulai dari kargo

dibongkar (unloading) dari pesawat, breakdown kargo di terminal kargo

domestik, verifikasi kargo, input data ke system dan delivery kargo ke

consignee

39
40

Keterangan Gambar :
1. Pesawat datang. waktu pelayanan Ground Support Equipment (GSE)

dimulai setelah pesawat telah terpasangnya wheel chock atau pada saat

posisi block on. Petugas Ground Support Equipment melakukan Unloading

barang kargo dan mengantar Barang tersebut ke Terminal Kargo Bandar

Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II.

2. Proses penyerahan barang kargo dari petugas Ground Handling Equipemnt

ke pihak pengelola Gudang.


41

3. Barang kargo yang sampai akan dilakukan verifikasi barang oleh petugas

checker

4. Barang kargo yang sudah selesai di verifkasi petugas, di pindahkan dari

baggage cart ke Pallet Plastic.

5. Penginputan data hasil verifikasi barang kargo pada system oleh petugas

checker. Dan petugas bagian incoming acceptance akan menerima hasil

verfikasi tersebut dan menerbitkan Notice on Arrival, dan Delivery Bill.

6. Barang kargo akan diserahkan kepada penerima/Consignee Setelah

melakukan pembayaran

7. Barang diserahkan ke penerima /Consignee

Pada prose pelayanan Incoming kargo diatas, terdapat masalah yang

terjadi pada proses verifikasi barang kargo. Sering terjadinya kesalahan

pada system sehingga salah satu manifest yang di keluarkan airline tidak

terbaca. Sehingga membuat terlambatnya penyerahan barang pada

consignee. Para petugas checker membutuhkan data manifest untuk

melakukan verifikasi barang kargo tersebut, untuk mempermudah

pengeckan barang. Dikarenakan data manifest dari airline tidak terbaca

petugas checker harus menulis secara manual checklist kargo dari data

manifest yang berada di barang kargo itu sendiri.


42

2. Penulisan data manifest secara manual

Gambar 5. Contoh penulisan data checklist dengan manual

(Sumber : Olah data Peneliti)


43

Gambar 6. Contoh data barang yang tidak ada di manifest

(Sumber: Olah Data Peneliti)


44

Gambar diatas menunjukan data yang memiliki manifest namun ada

beberapa barang yang tidak terdaftar manifest airline. Pada proses ini di

butuhkan ketelitian petugas checker, namun tidak menutup kemungkinan

sebagai manusia tidak luput dari kesalahan. Masih banyaknya salah

pendataan seperti data diatas.

Setelah itu petugas checker masih harus melakukan penginputan data

hasil verifikasi ke system untuk bisa menerbiitkan notice of arrival dan

delivery bill. yang digunakan para consignee untuk mengambil barang

tersebut . dan itu sangat membutuhkan waktu yang sangat banyak dan

dinilai tidak efektif dan efesien. Sedangkan Efektif adalah pemanfaatan

sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar

ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa

kegiatan yang dijalankannya dan efisensi menurut mengemukakan bahwa

efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu

dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya. Efisiensi juga

berarti rasio antara input dan output atau biaya dan keuntungan

Dengan beban kerja seperti itu petugas checker ini juga menerima

banyak komplainan dari pengguna jasa atau consignee, akibat lamanya

waktu proses verifikasi dan penginputan data pelayanan incoming kargo di

Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II. Komplain ini bisa
45

menurun kan hasil kinerja para petugas checker apa bila tidak dilakukan

penyelesaiain masalah.

Table.3 Hasli wawancara pada penguna jasa / ekspedisi

Ekspedisi / Pengguna
No Keluhan
Jasa

Proses incoming sebaiknya lebih JNE


1
dipercepat pengeluaran barangnya

Untuk pengambilan barang diharpkan


J&T
2 untuk lebih dipercepat apalagi di jam-

jam sibuk mohon lebih di perhatikan

Pada jam sibuk – saat tertentu / saat


SiCepat
3 kargo banyak yang datang, mohon

lebih diperhatikan

(Sumber : olah data penulis)

B. Pemecahan Masalah

Dengan permasalahan dan menurut Peraturan pemerintah Republik

Indonesia no 82 tahun 2012 tentang penyelenggara sistem elektronik BAB

II bagian ke II pasal 5 ayat 1 penyelenggara sistem elektronik untuk

pelayanan publik wajib melakukan pendaftaran. diatas penulis mengambil


46

langkah untuk membuat proses pelayanan Incoming kargo di Terminal

Kargo Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbar Riau

berjalan dengan efektif dan efesien.

Dengan menggunakan barcode pada setiap pemerkisaan barang

incoming kargo, guna mempelancar dan menambah kinerja dari petugas

checker.

Gambar 7. Contoh Barcode

(Sumber: Olah data peneliti)

Perancangan sistem barcode ini merupakan suatu kegiatan

pembangunan sistem yang baru atau pengembangan terhadap sebuah sistem

yang belum berjalan. Perancangan sistem dilakukan untuk memperbaiki

sistem ataupun membangun dan menghasilkan sistem yang baru dengan

memanfaatkan teknologi terbaru.

Keuntungan menggunakan system barcode :


47

 Proses input data lebih cepat dan tepat.

 Mempunyai akurasi dan ketelitian yang sangat tinggi.

 Mengurangi biaya akibat kesalahan pencatatan data dan mengurangi

pekerjaan yang dilakukan secara manual secara berulang-ulang.

 Peningkatan kinerja manajemen dalam pengambilan keputusan

strategis dan perosonil checker

Pengguanaan barcode juga harus membutuhkan peralatan scanner untuk

bisa memindai barcode itu sendiri. Sensor yang terdapat pada scanner

tersebut mendeteksi struktur, tulisan, dan gambar dari objek yang discan

lalu dikirimkan ke komputer dalam bentuk digital. Penggunaan barcode

scanner ini mempunyai dua keuntungan tambahan, yaitu :

1. Pertama akan memperkecil kesalahan input yang disebabkan kesalahan

operator.

2. penggunaan barcode scanner mempercepat proses entry data, sehingga

mengurangi jumlah antrian barang yang akan di periksa

Selain menggunakan barcode scanner, barcode juga bisa di scan

dengan menggunakan handphone dikernakan handphone sekarang sudah

memiliki senosor untuk menagkap gambar ke kode barcode tersebut.


48

Gambar 8 : Contoh penggunaan barcode scanner

(Sumber: Olah data penulis)

Setelah barcode tercsan, data barang tersebut akan teriput secara otomatis

di sistem. Data yang ada di dalam bacode seperti :

Penerima
Nomor Partai Total
NO / KET KODE
SMU/AWB (koil) (KG)
Pengirim
888-
1 JNE 123321 15 137 GENCO



Table 4. Contoh data di barcode

(Sumber Olah data penulis)

Seperti contoh diatas saat barcode terscan, akan muncul data-data

seperti di Table 3. Yang berisikan informasi dari nama pengirim dan

penerima, nomor surat muatan udara (SMU) atau airwaybill , berapa banyak

koli, berat total barang tersebut dan keterangan jenis barang tersebut .

Data yang tercantum pada Table 3. Di buat di bandara asal, yang

membuat data tersebut adalah airline. dikarenakan airline sudah


49

menerapkan sistem barcode yang di gabung dengan nomor airwaybill yang

di buat secara elektronik. Seperti dalam UU No 1 Tahun 20019 Tentang

Penerbangan disebutkan secara rinci pada pasal 1 ayat 28, disebutkan SMU

sebagai domumen dalam bentuk cetak, melalui proses elektronik

Gambar 9. Label airline

(Sumber: Olah data Penulis)

Maka dibutuhkan kerjasama antara pengelola Gudang dan airlines

untuk menciptakan sistem barcode baru guna mempermudah proses

verifikasi barang, mempercepat penginputan data barang, dan pelacakan

barang.

Setelah semua data barang sudah terverifikasi, data verifikasi akan


50

terinput secara otomatis oleh sistem. Sehingga dapat dikeluarkanya notice

on arrival, delivery order dan delivery bill. dan barang bisa diserahkan ke

consignee setelah pembayaran telah dibayar. Pada penggunaan sistem

barcode memiliki regulasi yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2012 Tentang Penyelenggara Sistem

dan Transaksi Elektronik di Bab II bagian empat pasal 9 ayat 1 yang

berbunyi “Penyelenggara sistem elektronik wajib menjamin kerahasian

kode sumber perangkat lunak yang digunakan” dan pasal 15 ayat 1 yang

berbunyi “Penyelenggara sistem elektronik wajib menjaga rahasia,

keutuhan, dan ketersediaan data pribadi yang dikelolanya”.


51

Keterangan Gambar:

1. Shipper mengirim yang akan mengirim barang via pesawat udara datang

ke terminal kargo atau ke regulated agent bandar udara asal

2. Shipper yang akan mengirim barang, harus ke airlines terlebih dahulu

untuk melakukan pembuatan airwaybill, dari pihak airline akan

menginput data barang tersebut dari jenis barang, berat barang, nama

pengerim, nama penerima, dan jumlah koli. Penginputan data tersebut

dilakukan secara elektronik dan seluruh data tersebut dimasukan

kedalam sistem barcode untuk mempermudah saat pengecekan data

barang tersebut dan data tersebut akah di shere ke pengelola Gudang

bandar udara asal maupun tujuan. Airlines akan mengeluarkan label

yang sudah ada barcodenya untuk mempermudah scanning oleh

petugas. Seperti pada Gambar 9. Setelah dari pihak airlines barang di

bawa ke terminal kargo / regulated agent untuk dilakukan pemeriksaan

kembali barang tersebut.

3. Sampai dinyatakan aman untuk penerbangan, barang tersebut dikirim ke

bandar udara tujuan.

4. Sampai di bandar udara tujuan, ground handling akan melakukan proses

bongkar muat barang kargo tersebut dan menyerahkan kargo tersebut

kepada pengelola gudang bandara tujuan.

5. di terminal kargo barang tersebut dilakukan verifikasi kembali dengan


52

menggunakan alat scanner barcode untuk memastikan barang tersebut

sesuai dengan manifest dari airline. dan setelah terscan data akan

terinput secara otomatis ke sistem kargo, sehingga dapat mengeluarkan

notice on arrival dan delivery bill secara langsung.

6. Barang akan di serahkan ketika penerima/consigne sudah melakukan

pembayaran dan menunjukan bukti pembayaran.

7. Barang diserahkan ke consignee

Pemecahan permaslaahan diatas untuk mengatasi berbagai

permasalahan yang telah terjadi pada sistem yang lama, sehingga dapat

meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Sistem informasi yang dirancang

diharapkan memberi solusi alternatif baru yang memberi kemudahan

terhadap pengolahan data.


BAB V

KESMIPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Waktu pelayanan Incoming kargo di terminal Bandar Udara

Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Riau , tergolong lama

karena belum efetif dan efesienya proses verifikasi barang yang dilakukan

secara manual. Faktor yang menyebabkan lamanya waktu pelayanan adalah

tidak terbacanya manifest airline yang digunakan untuk melakukan

verifikasi barang kargo oleh petugas checker. Sehingga petugas harus

menulis secara manual seluruh data manifest secara manual di checklist

checker. Dengan menggunakan barcode pada setiap pemerkisaan barang

incoming kargo, dapat mempercepat dan menambah kinerja dari petugas

checker.

B. Saran

Mengacu pada kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai

masukan dalam upaya menyelesaikan masalah . Agar pelayanan di terminal

kargo Bandar Udara International Sultan Syahrir Kasim II menajadi efektif dan

efesien, diperlukan kerja sama antar pengelola gudang (warehouse) dan airline

untuk menciptakan system barcode guna mempermudah pengecekan barang

kargo , penginputan data, dan pelacakan barang.

53
DAFTAR PUSTAKA

A.Anwar Prabu Mangkunegara, 2006. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia. Jakarta : PT Refika

A.S, Munandar, 2001. Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta : PT Raja Grafindo

Fandy Tjiptono, 2005. Service, Quality and Satisfaction, Yogyakarta : Andi.

Kakiay, 2004. Dasar Teori Antrian Kehidupan Nyata, Thomas J : Yogyakarta.

Lupiyoadi, 2006. Manajemen Pemasaran, Jakarta : Salemba Empat.

M.Nazir, 2005. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Moenir, 2010. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara

Mulyadi, 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Jakarta : Salemba

Empat.

Philiph Kotler,. 1998. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi dan

Kontrol), Edisi Indonesia, Edisi Indonesia. Jilid 2. Jakarta : PT. Prenhallindo.

Risa Agustin, 1997. Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Surabaya : Serba Jaya Surabaya

Vincent Gaspez, 2003. Manajemen Bisnis Total – Total Quality Management, Jakarta :

PT. Gramedia Pustaka Utama.

54
Lampiran 1 : Layout Bandar Udara International Sultan Syahrir Kasim II

54
Lampiran 2 : Struktur Organisasi Bandar Udara Internasional Sultan Syahrir Kasim II

55
Lampiran 3 : Layout Terminal Kargo Bandar Udara Sultan Syahrir Kasim II

56
Lampiran 4 : Daftar Dinas Personil Terminal Kargo Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II

57

Anda mungkin juga menyukai