Anda di halaman 1dari 7

Materi Pembelajaran

Peradaban Lembah Sungai Nil (Mesir Kuno)


Peradaban lembah sungai Nil muncul sekitar 3000-2181 SM, awal mula peradaban ini
muncul ketika terjadi banjir tahunan yang melanda sungai Nil, luapan air sungai ini mencapai
radius 30-50km, lumpur luapan banjir ini yang membawa kesuburan tanah. Karena
kesuburannya, daerah ini menjadi salah satu tempat terawal yang dihuni oleh manusia.
Karena kesuburannya ini, Herodotus berujar “mesir adalah hadiah dari sungai Nil”.
Sungai Nil banjir setiap tahunnya karena membawa luapan air dari Mesir Hulu yang
dibarengi dengan material vulkanik, inilah yang membawa kesuburan tanah mesir. Peradaban
lembah sungai Nil memiliki beberapa kesamaan dengan peradaban Sumeria, hal ini terlihat
dari kemiripan bentuk huruf yang dipakai kedua peradaban, dalam bidang pertanian, mereka
menggerakkan alat bantu hewan ternak sejenis keledai.

(Peradaban lembah sungai Nil) (Mesir hulu dan hilir)

Pada awalnya Mesir tidak begitu banyak di huni manusia, namun seiring waktu
berjalan, Mesir menjadi semakin padat, sehingga diperlukan suatu pemerintahan bersatu.
Untuk sementara waktu ada dua kerajaan, yang disebut Mesir Hulu (di selatan) dan Mesir
Hilir (di utara), namun sekitar 3000 SM, raja Mesir Hulu menaklukan raja Mesir Hilir dan
membuat Mesir menjadi satu kerajaan, yang disebut Mesir. Dan untuk selanjutnya, Mesir di
bawah pimpinan yang disebut Firaun.

(Pelat Narmer, simbol penyatuan Mesir Hulu dan Hilir) (Firaun, pemimpin Mesir Kuno)

Peradaban Mesir Kuno didasari atas pengendalian keseimbangan yang baik antara
sumber daya alam dan manusia, ditandai terutama oleh:
 irigasi teratur terhadap Lembah Nil;
 pendayagunaan mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya;
 perkembangan sistem tulisan dan sastra;
 perdagangan dengan wilayah Afrika Timur dan Tengah serta Mediterania Timur; serta
 kegiatan militer yang menunjukkan kekuasaan terhadap kebudayaan negara/suku
bangsa tetangga pada beberapa periode berbeda.
Pencapaian-pencapaian peradaban Mesir Kuno antara lain: teknik pembangunan
monumen seperti piramida, kuil, dan obelisk, sistem irigasi dan agrikultur; seni dan
arsitektur; sastra Mesir Kuno; Mesir telah meninggalkan warisan yang abadi. Seni dan
arsitekturnya banyak ditiru, dan barang-barang antik buatan peradaban ini dibawa hingga ke
ujung dunia. Reruntuhan-reruntuhan monumentalnya menjadi inspirasi bagi pengelana dan
penulis selama berabad-abad. Berikut ini penjabaran tentang mesir kuno.
Perekonomian
Sebagian besar perekonomian diatur secara ketat dari pusat. Bangsa Mesir Kuno
belum mengenal uang koin hingga Periode Akhir sehingga mereka menggunakan sejenis
uang barter berupa karung beras dan beberapa deben (satuan berat yang setara dengan 91
gram) tembaga atau perak sebagai denominatornya. Pekerja dibayar menggunakan biji-bijian;
pekerja kasar biasanya hanya mendapat 5 karung (200 kg) biji-bijian per bulan sementara
mandor bisa mencapai 7 karung (250 kg) per bulan. Pada abad ke 5 sebelum masehi, uang
koin mulai dikenal di Mesir. Awalnya koin digunakan sebagai nilai standar dari logam mulia
dibanding sebagai uang yang sebenarnya; baru beberapa abad kemudian uang koin mulai
digunakan sebagai standar perdagangan.
Perekoniman Mesir kuno di topang oleh sektor perdagangan Orang Mesir kuno
berdagang dengan negeri-negeri tetangga untuk memperoleh barang yang tidak ada di Mesir.
Pada masa pra dinasti, mereka berdagang dengan Nubia untuk memperoleh emas, eboni,
gading, binatang liar dan dupa. Orang Mesir kuno juga berdagang dengan Palestina, dengan
bukti adanya kendi minyak bergaya Palestin.

(Relef tentang perdagangan mesir kuno)

Status sosial
Masyarakat Mesir Kuno ketika itu sangat terstratifikasi dan status sosial yang dimiliki
seseorang ditampilkan secara terang-terangan. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai
petani, namun demikian hasil pertanian dimiliki dan dikelolah oleh negara, kuil, atau
keluarga ningrat yang memiliki tanah. Petani juga dikenai pajak tenaga kerja dan dipaksa
bekerja membuat irigasi atau proyek konstruksi. Seniman dan pengrajin mempunyai status
yang lebih tinggi dari petani, namun mereka juga berada di bawah kendali negara, bekerja di
toko-toko yang terletak di kuil dan dibayar langsung dari kas negara. Juru tulis dan pejabat
menempati strata tertinggi di bawah raja,di Mesir Kuno, dan biasa disebut "kelas kilt putih"
karena menggunakan linen berwarna putih yang menandai status mereka. Perbudakan telah
dikenal, namun bagaimana bentuknya belum jelas diketahui.

(Sosial pyramid)
Sistem hukum
Sistem hukum di Mesir Kuno secara resmi dikepalai oleh firaun yang bertanggung
jawab membuat peraturan, menciptakan keadilan, serta menjaga hukum dan ketentraman.
Meskipun belum ada undang-undang hukum yang ditemukan, dokumen pengadilan
menunjukkan bahwa hukum di Mesir Kuno dibuat berdasarkan pandangan umum tentang apa
yang benar dan apa yang salah, serta menekankan cara untuk membuat kesepakatan dan
menyelesaikan konflik.
Hukuman untuk kejahatan ringan di antaranya pengenaan denda, pemukulan, mutilasi
di bagian wajah, atau pengasingan, tergantung kepada beratnya pelanggaran. Kejahatan serius
seperti pembunuhan dan perampokan makam dikenakan hukuman mati seperti pemenggalan
leher, penenggelaman, atau penusukan.
Pertanian

(Relief yang menggambarkan pertanian di Mesir) (Relief tentang pertanian yang dibantu hewan ternak)

Pertanian di Mesir sangat bergantung kepada siklus sungai Nil. Bangsa Mesir
mengenal tiga musim: Akhet (banjir), Peret (tanam), dan Shemu (panen). Musim banjir
berlangsung dari Juni hingga September, menumpuk lanau kaya mineral yang ideal untuk
pertanian di tepi sungai. Setelah banjir surut, musim tanam berlangsung dari Oktober hingga
Februari. Petani membajak dan menanam bibit di ladang. Irigasi dibuat dengan parit dan
kanal. Mesir hanya mendapat sedikit hujan, sehingga petani sangat bergantung dengan sungai
Nil dalam pengairan tanaman. Dari Maret hingga Mei, petani menggunakan sabit untuk
memanen. Selanjutnya, hasil panen dirontokan untuk memisahkan jerami dari gandum.
Proses penampian menghilangkan sekam dari gandum, lalu gandum ditumbuk menjadi
tepung, diseduh untuk membuat bir, atau disimpian untuk kegunaan lain.
Bangsa Mesir menanam gandum emmer dan jelai, serta beberapa gandum sereal lain,
sebagai bahan roti dan bir. Tanaman-tanaman Flax ditanam dan diambil batangnya sebagai
serat. Serat-serat tersebut dipisahkan dan dipintal menjadi benang, yang selanjutnya
digunakan untuk menenun linen dan membuat pakaian. Papirus ditanam untuk pembuatan
kertas. Sayur-sayuran dan buah-buahan dikembangkan di petak-petak perkebunan, dekat
dengan permukiman, dan berada di permukaan tinggi. Tanaman sayur dan buah tersebut
harus diairi dengan tangan. Sayur-sayuran meliputi bawang perai, bawang putih, melon,
kacang, selada, dan tanaman-tanaman lain. Anggur juga ditanam untuk diolah menjadi wine.
Tulisan
Tulisan hieroglif terdiri dari sekitar 500 simbol. Sebuah hieroglif dapat mewakili kata
atau suara. Simbol yang sama dapat menyajikan tujuan yang berbeda dalam konteks yang
berbeda pula. Hieroglif adalah aksara resmi, digunakan pada monumen batu dan kuburan.
Pada penulisan sehari hari, juru tulis membuat tulisan kursif, yang disebut keramat. Tulisan
kursif ini lebih cepat dan mudah. Sementara hieroglif formal dapat dibaca dalam baris atau
kolom di kedua arah (walaupun biasanya ditulis dari kanan ke kiri), aksara keramat selalu
ditulis dari kanan ke kiri, biasanya pada baris horisontal. Sebuah bentuk baru penulisan,
demotik, menjadi gaya penulisan umum, dan inilah bentuk tulisan -bersama dengan hieroglif
formal - yang menyertai teks Yunani di Batu Rosetta.

(Huruf hieroglif)

Arsitektur
Karya arsitektur bangsa Mesir Kuno yang paling terkenal antara lain: Piramida Giza
dan kuil di Thebes. Proyek pembangunan dikelola dan didanai oleh pemerintah untuk tujuan
religius, sebagai bentuk peringatan, maupun untuk menunjukkan kekuasaan firaun. Bangsa
Mesir Kuno mampu membangun struktur batu dengan peralatan sederhana namun efektif,
dengan tingkat akurasi dan presisi yang tinggi.
(Pyramid dan Spynx) (Kuil Thebes)

Adat pemakaman
Orang Mesir Kuno mempertahankan seperangkat adat pemakaman yang diyakini
sebagai kebutuhan untuk menjamin keabadian setelah kematian. Berbagai kegiatan dalam
adat ini adalah proses mengawetkan tubuh melalui mumifikasi, upacara pemakaman, dan
penguburan mayat bersama barang-barang yang akan digunakan oleh almarhum di akhirat.
Sebelum periode Kerajaan Lama, tubuh mayat dimakamkan di dalam lubang gurun, cara ini
secara alami akan mengawetkan tubuh mayat melalui proses pengeringan. Kegersangan dan
kondisi gurun telah menjadi keuntungan sepanjang sejarah Mesir Kuno bagi kaum miskin
yang tidak mampu mempersiapkan pemakaman sebagaimana halnya orang kaya. Orang kaya
mulai menguburkan orang mati di kuburan batu, akibatnya mereka memanfaatkan
mumifikasi buatan, yaitu dengan mencabut organ internal, membungkus tubuh menggunakan
kain, dan meletakkan mayat ke dalam sarkofagus berupa batu empat persegi panjang atau peti
kayu.

(Relief pemumian)

Orang Mesir Kuno telah menyempurnakan seni mumifikasi. Teknik terbaik


pengawetan mumi memakan waktu kurang lebih 70 hari lamanya, selama waktu tersebut
secara bertahap dilakukan proses pengeluaran organ internal, pengeluaran otak melalui
hidung, dan pengeringan tubuh menggunakan campuran garam yang disebut natron.
Selanjutnya tubuh dibungkus menggunakan kain, pada setiap lapisan kain tersebut disisipkan
jimat pelindung, mayat kemudian diletakkan pada peti mati yang disebut antropoid. Mumi
periode akhir diletakkan pada laci besar cartonnage yang telah dicat. Praktik pengawetan
mayat asli mulai menurun sejak zaman Ptolemeus dan Romawi, pada zaman ini masyarakat
mesir kuno lebih menitikberatkan pada tampilan luar mumi.
Abad 5, perkembangan budaya Mesir mulai menurun seiring dengan berkembangnya
agama Kristen dan Islam .

SOAL
Kerjakan soal dibawah ini :

1. Jelaskan peradaban awal Afrika (Mesir) dalam pencapaian ilmu, teknologi,


kepercayaan, pemerintahan, pertanian, dan budaya
2. Sebutkan hasil-hasil kebudayaan peradaban Afrika (Mesir) dalam ilmu, teknologi,
kepercayaan,pemerintahan,pertanian, dan budaya
3. Analisislah peradaban awal mesir serta keterkaitannya dengan manusia masa kini
dalam cara berhubungan dengan lingkungan, hukum, kepercayaan, pemerintahan dan
sosial

Anda mungkin juga menyukai