Anda di halaman 1dari 13

Materi Kelima

POLA KADERISASI MUHAMMADIYAH

Organisasi Otonom Muhammadiyah

Organisasi Otonom Muhammadiyah adalah satuan organisasi di bawah


Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri.

Ortom memperoleh bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah,


seperti tercantum dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah bab VIII pasal 21
tentang organisasi otonom.

Lebih jelasnya bisa dibuka di artikel Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Muhammadiyah.

Organisasi Otonom Muhammadiyah


Ortom Muhammadiyah jumlahnya ada tujuh dan didirikan karena terkait
dengan kebutuhan organisasi Muhammadiyah serta tuntutan keadaan/zaman
yang berkembang. Ortom terdiri dari dua macam yaitu ortom khusus dan
umum, ketujuh ortom itu yaitu

1. ‘Aisyiyah
2. Pemuda Muhammadiyah (PM)
3. Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA)
4. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
5. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
6. Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM)
7. Hizbul Wathan (HW)

Ortom khusus hanya satu yaitu ‘Aisyiyah karena seluruh anggotanya sudah
menjadi anggota Muhammadiyah dan diberi wewenang khusus untuk
menyelenggarakan amal usaha seperti amal usaha Muhammadiyah.

Aisyiyah yang seluruh anggotanya adalah ibu-ibu Muhammadiyah mempunyai


amal usaha yaitu taman kanak-kanak (TK Aisyiyah) yang dikenal dengan sebutan
TK Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA).
Aisyiyah adalah penyelenggaran pendidikan usia dini di Muhammadiyah. Selain
TK ada sekolah dasar meskipun jumlahnya tak sebanyak TK, poliklinik, rumah
sakit, BKIA, hingga perguruan tinggi.

Selain ‘Aisyiyah masuk kategori ortom umum karena keanggotaannya bersifat


terbuka dan tidak mesti anggota Muhammadiyah contohnya Tapak Suci.

Banyak diantara anggotanya adalah bukan anggota Muhammadiyah terutama


Tapak Suci yang ada di luar negeri yang perkembangannya cukup pesat akhir-
akhir ini.

Ortom lain seperti IPM, IMM biasanya anggota juga tidak mesti menjadi kader
Muhammadiyah, bahkan ada juga yang kemudian aktif di organisasi lain.

Tugas pokok ortom Muhammadiyah adalah membina warga Muhammadiyah


dan kelompok masyarakat tertentu sesuai dengan bidang kegiatan yang
diadakan masing-masing dalam rangka mencapai maksud dan tujuan
Muhammadiyah.

Fungsi utama ortom Muhammadiyah adalah sebagai pelopor, pelangsung dan


penyempurna cita-cita Muhammadiyah.

Ortom dibentuk di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah jika memenuhi


persyaratan sebagai berikut :

1. Mempunyai fungsi khusus dalam Persyarikatan Muhammadiyah


2. Mampunyai Potensi dan ruang lingkup nasional
3. Merupakan kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah
Sedangkan pembentukannya ditetapkan dalam Tanwir (permusyawaratan
tertinggi setelah Muktamar Muhammadiyah) dan dilaksanakan dengan
keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Tujuan pembentukan ortom adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Persyarikatan Muhammadiyah


2. Dinamika Persyarikatan Muhammadiyah
3. Kaderisasi Persyarikatan Muhammadiyah
4. Efisiensi dan efektifitas Persyarikatan Muhammadiyah
Masing-masing ortom mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD ART) tersendiri yang penyusunannya diserahkan kepada masing-
masing ortom dengan berdasar pada AD/ART Muhammadiyah.

Ortom mempunyai hak dan kewajiban sendiri di Muhammadiyah, dengan


haknya adalah sebagai berikut :

1. Mengelola urusan kepentingan, aktivitas dan amal usaha yang


dilakukan organisasi otonomnya
2. Berhubungan dengan organisasi/ Badan lain di luar Persyarikatan
Muhammadiyah
3. Memberi saran kepada Persyarikatan Muhammadiyah baik diminta
atau atas kemauan sendiri
4. Mengusahakan dan mengelola keuangan sendiri

Sedangkan kewajiban-kewajibannya adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan Keputusan Persyarikatan Muhammadiyah


2. Menjaga nama baik Persyarikatan Muhammadiyah
3. Membina anggota-anggotanya menjadi warga dan anggota
Persyarikatan Muhammadiyah ynag baik
4. Membina hubungan dan kerjasama yang baik dengan sesama ortom
5. Melaporkan kegiatan-kegiatannya kepada pimpinan Persyarikatan
Muhammadiyah
6. Menyalurkan anggota-anggotanya dalam kegiatan gerak dan amal
usaha Persyarikatan Muhammadiyah sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya
Berikut adalah profil singkat ketujuh ortom Muhammadiyah :

1. Aisyiyah
‘Aisyiyah secara resmi didirikan pada tanggal 19 Mei 1917 bertepatan dengan 27
Rajab 1335 Hijriyah. Embrio berdirinya ‘Aisyiyah telah dimulai sejak didirikannya
perkumpulan Sapa Tresna di tahun 1914.

Sapa Tresna adalah perkumpulan gadis-gadis terdidik di sekitar kampung


Kauman, Yogyakarta. Nama ‘Aisyiyah terinspirasi dari istri Nabi Muhammad,
yaitu ‘Aisyah yang dikenal cerdas dan mumpuni.
Harapannya, profil Aisyah itu juga menjadi profil para anggota Aisyiyah.
(aisyiyah.or.id).

Berdirinya ‘Aisyiyah seperti halnya Muhammadiyah tidak lepas dari pemahaman


terhadap kandungan ayat-ayat Al Qur’an. Ayat yang menginspirasi berdirinya
‘Aisyiyah adalah Al Qur’an surat An Nahl ayat 97 :

‫صالِ ًحا ِمنْ َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْنثَ ٰى َوه َُو ُمْؤ ِمنٌ فَلَنُ ْحيِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَةً ۖ َولَنَ ْج ِزيَنَّ ُه ْم‬َ ‫َمنْ َع ِم َل‬
َ ُ‫س ِن َما َكانُوا يَ ْع َمل‬
‫ون‬ َ ‫َأ ْج َر ُه ْم بَِأ ْح‬
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Tujuan didirikannya ‘Aisyiyah adalah tegaknya agama Islam dan terwujudnya


masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dengan misi-misinya adalah sebagai
berikut :

Misi ‘Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan,
meliputi:

1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas


pemahaman, meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan
ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan.
2. Meningkatkan harkat dan martabat kaum perempuan sesuai dengan
ajaran Islam.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran Islam.
4. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta
mempertinggi akhlak.
5. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infaq, shodaqoh, wakaf,
hibah, membangun dan memelihara tempat ibadah serta amal usaha
yang lain.
6. Membina Angkatan Muda Muhammadiyah Puteri untuk menjadi
pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan ‘Aisyiyah
7. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, memperluas
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan penelitian.
8. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan
hidup yang berkualitas.
9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang
sosial, kesejahteraan masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup.
10.Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan dan
kebenaran, serta memupuk semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
11.Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang
dan kalangan masyarakat baik dalam dan luar negeri.
12.Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi

2. Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA)


Nasiyatul ‘Aisyiyah (NA) berdiri tanggal 2 Mei 1932 bertepatan dengan tanggal 26
Dzulhijjah 1350 Hijriyah. Gagasan mendirikan NA sebenarnya bermula dari ide
Somodirdjo, seorang guru Standart School Muhammadiyah.

Dia menekankan bahwa perjuangan Muhammadiyah akan sangat terdorong


dengan adanya peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada
para muridnya, baik dalam bidang spiritual, intelektual, maupun jasmaninya.

Gagasan Somodirdjo ini digulirkan dalam bentuk menambah pelajaran praktik


kepada para muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan bersama.

Dengan bantuan Hadjid, seorang kepala guru agama di Standart School


Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil mendirikan
perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri siswa
Standart School Muhammadiyah.

Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP). Tujuan dibentuknya Siswa
Praja adalah menanamkan rasa persatuan, memperbaiki akhlak, dan
memperdalam agama.

Pada tahun 1931 dalam Konggres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta


diputuskan semua nama gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai
bahasa Arab atau bahasa Indonesia.

Karena cabang-cabang Muhammadiyah di luar Jawa sudah banyak yang


didirikan (saat itu Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400
buah).

Dengan adanya keputusan itu, maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi
Nasyi’atul Aisyiyah (NA) yang masih di bawah koordinasi Aisyiyah. (nasyiah.or.id)
Tujuan didirikannya Nasyiatul ‘Aisyiyah adalah terbentuknya putri Islam yang
berarti bagi keluarga, bangsa, dan agama menuju terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya dengan misi-misinya yaitu :

1. Melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar dalam


membina putri Islam yang berarti bagi agama, bangsa, dan negara
menuju terwujudnya masyarakat yang sebenar-benarnya.
2. Melaksanakan pencerahan dan pemberdayaan perempuan menuju
masyarakat yang menjunjung tinggi harkat, martabat dan nilai-nilai
kemanusiaan yang sesuai dengan ajaran Islam.
3. Menyelenggarakan amal usaha dan meningkatkan peran Nasyiatul
‘Aisyiyah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan
Muhammadiyah.

3. Pemuda Muhammadiyah
Pemuda Muhammadiyah secara resmi didirikan pada tanggal 26 Dzulhijjah 1350
H bertepatan dengan 2 Mei 1932.

Awal berdirinya Pemuda Muhammadiyah secara kronologis dapat dikaitkan


dengan keberadaan Siswo Proyo Priyo (SPP), suatu gerakan yang sejak awal
diharapkan K.H. Ahmad Dahlan dapat melakukan kegiatan pembinaan terhadap
remaja/pemuda Islam.

Dalam perkembangannya SPP mengalami kemajuan yang pesat, hingga pada


Konggres Muhammadiyah ke-21 di Makasar pada tahun 1932 diputuskan
berdirinya Muhammadiyah Bagian Pemuda.

Ini merupakan bagian dari organisasi dalam Muhammadiyah yang secara


khusus mengasuh dan mendidik para pemuda keluarga Muhammadiyah.

Logo Pemuda Muhammadiyah,


salah satu organisasi otonom Muhammadiyah

Visi Pemuda Muhammadiyah adalah Mempersiapkan kader dan generasi muda


Indonesia untuk siap menghadapi tantangan masa depan yang lebih beragam,
penuh dinamika dan berbagai kepentingan datam rangka mencapai maksud
dan tujuan Pemuda Muhammadiyah.

Sedangkan misi Pemuda Muhammadiyah adalah Menjadikan gerakan dakwah


amar ma’ruf nahi mungkar, gerakan keilmuan, gerakan sosialkemasyarakatan
dan gerakan kewirausahaan sebagai tumpuan kegiatan dengan memahami
setiap persoalan yang timbut dan kebutuhan lingkungan dimana Pemuda
Muhammadiyah melakukan amal karya nyatanya.

4. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah


Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah sebuah Organisasi Gerakan
Mahasiswa Islam, sekaligus Organisasi Otonom Muhammadiyah yang bergerak
di bidang Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Kemasyarakatan. IMM berdiri di
Surakarta, tanggal 14 Maret 1964 M / 29 Syawal 1384 H. Tujuan IMM adalah
“mengusahakan terbentuknya Akademisi Islam yang Berakhlak Mulia dalam rangka
mencapai Tujuan Muhammadiyah” (wikipedia).

5. Ikatan Pelajar Muhammadiyah


Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) berdiri 18 Juli 1961, hampir setengah abad
setelah Muhammadiyah berdiri. Jika dilacak jauh ke belakang, sebenarnya upaya
para pelajar Muhammadiyah untuk mendirikan organisasi pelajar
Muhammadiyah sudah dimulai jauh sebelum lkatan Pelajar Muhammadiyah
berdiri pada tahun 1961.

Pada tahun 1919 didirikan Siswo Projo yang merupakan organisasi persatuan
pelajar Muhammadiyah di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada tahun 1926, di Malang dan Surakarta berdiri GKPM (Gabungan Keluarga
Pelajar Muhammadiyah).

Selanjutnya pada tahun 1933 berdiri Hizbul Wathan yang di dalamnya


berkumpul pelajar-pelajar Muhammadiyah. Selengkapnya latar belakang
berdirinya Ikatan Pelajar Muhammadiyah atau IPM dapat dibaca
di Muhammadiyah.or.id

Tujuan didirikannya IPM adalah terbentuknya pelajar muslim yang berilmu,


berakhlaq mulia dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi
nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.

6. Hizbul Wathan
Hizbul Wathan (HW) didirikan pertama kali di Yogyakarta pada 1336 H (1918 M)
atas prakarsa KH Ahmad Dahlan, yang merupakan pendiri Muhammadiyah.
Prakarsa itu timbul saat dia selesai memberi pengajian di Solo, dan melihat
latihan Pandu di alun-alun Mangkunegaran. (wikipedia)

HW didirikan dengan tujuan untuk menyiapkan, membina anak, remaja dan


pemuda yang memiliki aqidah, mental, fisik berilmu dan berteknologi serta
berakhlaqul kariman dengan tujuan terwujudnya muslim yang sebenar-
benarnya, siap menjadi kader persyarikatan, umat dan bangsa.

7. Tapak Suci Putera Muhammadiyah


Perguruan Tapak Suci didirikan pada tanggal 31 Juli 1960 sebagai kelanjutan dari
perguruan-perguruan silat yang telah ada sebelumnya dan melebur dalam satu
wadah Tapak Suci Putera Muhammadiyah.

Tujuan didirikannya Tapak Suci adalah mengembankan seni bela diri di


Indonesia, bersih dari ajaran yang tidak sesuai dengan Islam serta membentuk
mental yang kuat dan jasmani yang sehat.

Tapak Suci Putera Muhammadiyah didirikan dengan maksud dan tujuan sebagai
berikut :

1. Mendidik serta membina ketangkasan dan ketrampilan pencak sitat


sebagai seni beladiri Indonesia.
2. Memelihara kemurnian pencak sitat sebagai seni beladiri Indonesia
yang sesuai dan tidak menyimpang dari ajaran Islam sebagai budaya
bangsa yang luhur dan bermoral.
3. Mendidik dan membina anggota untuk menjadi kader Muhammadiyah.
4. Melalui seni beladiri menggembirakan dan mengamalkan dakwah
amar ma’ruf nahi munkar dalam usaha mempertinggi ketahanan
Nasional.

Materi Keenam
Perkaderan Ortom Muhammadiyah
Muhammadiyah dan organisasi otonomnya (ortom) bagaikan dua sisi
mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Muhammadiyah membutuhkan
ortomnya sebagai pemasok calon pemimpin yang dapat menjadi pelopor,
pelangsung dan penyempurna gerakan Muhammadiyah. Sedangkan ortom
membutuhkan Muhammadiyah sebagai pengayom, pelindung gerak ortom.

Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 21 diterangkan bahwa


ortom adalah satuan organisasi dibawah persyarikatan Muhammadiyah yang
memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri. Tugas pokok ortom
seperti disebut dalam pasal 20 Anggaran Dasar Muhammadiyah adalah
membina warga Muhammadiyah dan kelompok masyarakat tertentu sesuai
dengan bidang-bidang kegiatan yang diadakannya dalam rangka mencapai
maksud dan tujuan Muhammadiyah.

Ortom Muhammadiyah
Ortom Muhammadiyah sebagai badan yang mempunyai jaringan struktur
mulai dari tingkat pusat hingga kelompok-kelompok atau jamaah. dalam
mendirikan ortom ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :

1. Mempunyai fungsi khusus dalam Persyarikatan Muhammadiyah


2. Mempunyai potensi dan ruang lingkup nasional
3. Merupakan kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah.
Ada 7 ortom yang dimiliki Muhammadiyah yang terbagi menjadi ortom khusus
dan umum Ortom khusus adalah Aisyiah yang diberi kewenangan untuk
menyelenggarakan amal usaha sendiri dan seluruh anggotanya adalah sudah
anggota Muhammadiyah. Sedangkan ortom umum adalah ortom yang belum
seluruhnya adalah anggota Muhammadiyah dan ada 6 ortom yaitu :
1. Pandu Hizbul Wathan
2. Nasyiatul ‘Aisyiyah (Nasyiah)
3. Pemuda Muhammadiyah
4. Ikatan Pelajar Muhammadiyah
5. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
6. Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Masing-masing ortom memiliki sistem perkaderan yang berbeda karena
mempunyai tujuan yang berbeda pula.

Perkaderan Aisyiyah
Perkaderan Aisyiyah diarahkan untuk membentuk kader yang mampu
menggerakkan memajukan dan mengembangkan organisasi. Selain itu juga
meningkatkan kuantitas dan kader agar memiliki integritas, militansi dan ghirah
perjuangan yang tinggi, kompetensi keilmuan dan keagamaan yang mumpuni
yang berpegang pada nilai-nilai Islam berkemajuan sehingga dapat berperan di
‘Aisyiyah, Muhammadiyah, bangsa dan negara bahkan tingkat global.

Kaderisasi ‘Aisyiyah diarahkan pada :

1. Nilai-nilai Islam yang berwatak tajdid sebagaimana dikembangkan KH.


Ahmad Dahlan yaitu nilai-nilai Islam yang berkemajuan untuk
menjawab tantangan zaman.
2. Penanaman ideologi gerakan untuk menumbuhkembangkan idealisme,
komitmen, integritas, militansi, solidaritas dan pembelaan terhadap
misi dan kepentingan gerakan
3. Transformasi pembudayaan nilai-nilai perjuangan Muhammadiyah dan
‘Aisyiyah untuk menanamkan pengkhidmatan dalam gerakan.
4. Berbasis pada kompetensi dan potensi sebagai kekuatan aktual dalam
mendukung gerakan ‘Aisyiyah.
5. Berbasis pada kompetensi dan potensi sebagai kekuatan aktual dalam
mendukung gerakan ‘Aisyiyah.
6. Berbasis pada kekuatan mentalitas yang menyangkut karakter,
kepribadian dan pola tindakan yang positif berbasis sikap proaktif
dalam menjalankan peran gerakan
7. Penguatan sinergi peran kader sebagai kader persyarikatan, umat dan
bangsa dalam satu kesatuan peran dalam menjalankan misi gerakan
Aisyiyah
Ada 4 (empat) pilar perkaderan di Aisyiyah, yaitu :

1. Kaderisasi keluarga

Kaderisasi keluarga adalah upaya transformasi nilai yang ditanamkan sejak dini
untuk kepentingan kaderisasi dan pengembangan gerakan ‘Aisyiyah. Tujuan
pembinaan kaderisasi keluarga diarahkan pada terbentuknya kepriadian
individu menjadi pribadi muslim, mukmin, muhsin dan muttaqin dalam keluarga
sebagaiaman kualitas individu utama yang dicita-citakan ‘Aisyiyah. Dengan kader
yang berkualitas Islami dimaksudkan untuk membentuk keluarga sakinah,
qaryah thayyibah yaitu suatu perkampungan atau desa dimana masyarakatnya
menjalankan ajaran Islam secara kaffah baik dalam hablum minallah maupun
hablum minannas dalam segala aspek kehidupannya yang meliputi bidang
aqidah, akhlak dan muamalah duniawiyah.

2. Kaderisasi melalui Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM)

AMM adalah wadah kegiatan secara organisatoris fungsional bahkan potensial


bagi regenerasi organisasi. AMM memiliki peran sebagai pelopor, pelangsung
dan penyempurna cita-cita Muhammadiyah. Warga AMM dengan idealisme
tinggi, daya kritis yang tajam dan sensitivitas serta fisik yang prima menjadi
sumber daya organisasi yang kondusif bagi penerus kegiatan ‘Aisyiyah.

Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pembinaan kader AMM putri, antara


lain melaksanakan kegiatan yang sejalan dengan minat kaum mudan dan yang
sesuai dengan spirit zaman mereka, serta menyediakan dukungan bagi
peningkatan kualitas diri mereka. Contoh melibatkan AMM putri dalam setiap
kegiatan ‘Aisyiyah.

3. Kaderisasi melalui Amal Usaha ‘Aisyiyah

Sebagai ortom khusus, ‘Aisyiyah memiliki amal usaha yang boleh sama dengan
Muhammadiyah. Amal usaha ‘Aisyiyah adalah wahana melaksanakan misi
dakwah dan kaderisasi ‘Aisyiyah. Sebagai tempat kaderisasi, seluruh program
dan aktifitas di amal usaha merupakan proses untuk menyiapkan kader-kader
pelopor, pelangsung, penerus dan penyempurna amal usaha ‘Aisyiyah.

Kaderisasi Pimpinan Organisasi

Kaderisasi pimpinan adalah upaya pembinaan dan pengembangan kader pada


level Pimpinan ‘Aisyiyah dari tingkat pusat sampai ranting dan pimpinan AMM
putri. Langkah optimalisasi kaderisasi pimpinan dilakukan dengan usaha-usaha
seperti program ideopolitor, serta penyiapan kader secara formal dalam setiap
tingkat pimpinan yang diatur secara struktural sehingga dapat dimonitor dan
dievaluasi.

Perkaderan ‘Aisyiyah dilakukan melalui jalur formal, non formal, informal dan
khusus

1. Perkaderan formal

Adalah bentuk perkaderan yang dilakukan melalui pelatihan-pelatihan dalam


berbagai macam bentuk dan jenis. Contohnya adalah Baitul Arqam ‘Aisyiyah dan
pelatihan khusus yang dilakukan oleh pimpinan organisasi, majelis maupun
lembaga. Pelatihan khusus ‘Aisyiyah mencakup semua bidang antara lain
kepemimpinan, tabligh, sosial, ekonomi, kesehatan dan lingkungan hidup.

2. Perkaderan non formal

adalah perkaderan yang dilaksanakan secara terprogram diluar kegiatan


pelatihan. Bentuk-bentuk perkaderan non formal antara lain penataran
pimpinan, penyegaran atau revitalisasi pimpinan, ideopolitor, pengajian
Ramadhan dan pengajian khusus.

3. Perkaderan informal

Merupakan perkaderan yang dilakukan secara tidak resmi dalam interaksi


kehidupan antara anggota, pimpinan maupun kader tanpa perencanaan
sistematik, baik kurikulum, metode, waktu maupun tempatnya. Pelaksanaan
perkaderan informal dilakukan melalui pembinaan keluarga sakinah, pembinaan
kehidupan Islami dan ‘Aisyiyah melalui kegiatan-kegiatan di semua jenjang
organisasi, di amal usaha ‘Aisyiyah dan Qaryah Thayyibah, pembangunan
jamaah melalui gerakan jamaah dan dakwah jamaah serta pengembangan
sistem asistensi.

4. Perkaderan khusus

Perkaderan khusus adalah bentuk perkaderan yang secara khusus dilakukan


untuk menyiapkan kader-kader ‘Aisyiyah melalui berbagai macam dan jenis
perkaderan secara komprohensif. Perkaderan khusus dirancang melalui
perkaderan pondok pesantren dan sekolah kader.

(Materi bersambung)
*Disalin dari Buku :

“Pendidikan Kemuhammadiyahan SMK/SMA/MA Muhammadiyah Kelas 12”

dengan penulis : Siti Khoiriyah, S.Pd.I dan Ardhi Kurniawan. Penerbit dan
pemegang hak cipta : Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah.

(Dapatkan bukunya di Perpustakaan SMK Muhammadiyah 2 Bontoala)

Anda mungkin juga menyukai