Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN

Peranan Muhammadiyah dalam Membentuk Masyarakat Islam yang Sebenar-benarnya


dalam Masyarakat dan dalam Negara Republik Indonesia.

Oleh :

ROSMIATI
105041100720
I.B

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta pada 8 Dzulhijjah 1330
H/18 November 1912 oleh Muhammad Darwis yang kemudian dikenali sebagai K.H. Ahmad
Dahlan.
Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan
sebagai pedagang. Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku
dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk
mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadis. Oleh kerana itu beliau memberikan pengertian keagamaan di rumahnya di tengah
kesibukannya sebagai Khatib dan pedagang.
Semula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya
mendapat sambutan dari keluarga dan rakannya. Profesinya sebagai pedagang sangat
mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar
kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar daripada Pulau Jawa. Untuk
mengorganisasi kegiatan tersebut maka didirikan persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini
Muhammadiyah telah ada di seluruh penjuru negeri.
Di samping memberikan pelajaran / pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga
memberi pelajaran kepada kaum perempuan muda dalam forum pengajian yang disebut
“Sidhratul Muntaha”. Pada siang hari pelajaran untuk kanak-kanak lelaki dan perempuan.
Pada malam hari untuk kanak-kanak yang telah dewasa.
Di samping memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian kepada ibu-ibu dan kanak-
kanak, beliau juga mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai tahun 1918 beliau telah
mendirikan sekolah dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919 mendirikan Hooge School
Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan. Tahun 1921 diganti namanya menjadi Kweek School
Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah menjadi dua, laki-laki sendiri perempuan sendiri, dan
akhirnya pada tahun 1930 namanya diubah menjadi Mu`allimin dan Mu`allimat.
Pada masa berdirinya, sebagai sebuah organisasi yang berasaskan Islam, tujuan
Muhammadiyah yang paling penting adalah untuk menyebarkan ajaran Islam, baik melalui
pendidikan maupun kegiatan sosial lainnya. Selain itu meluruskan keyakinan yang
menyimpang serta menghapuskan perbuatan yang dianggap oleh Muhammadiyah sebagai
bid`ah.
Organisasi ini juga memunculkan praktek-praktek ibadah yang hamper belum pernah
dikenal sebelumnya oleh masyarakat, seperti shalat hari raya di lapangan, mengkoordinir
pembagian zakat dan sebagainya
Untuk mencapai tujuan-tujuan dari organisasi ini, Muhammadiyah bermaksud untuk
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh di mana
membicarakan Islam, mendirikan lembaga wakaf dan masjid- masjid serta menerbitkan
buku-buku, brosur-brosur, surat-surat kabar dan majalah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan Muhammadiyah untuk menciptakan manusia islam yang
sebenarnya?
2. Bagaimana peranan Muhammadiyah dalam masyarakat?
3. Bagaimana peranan Muhammadiyah dalam Negara Republik Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peranan Muhammadiyah untuk menciptakan manusia islam
yang sebenarnya
2. Untuk mengetahui Peranan Muhammadiyah untuk dalam masyarakat
3. Untuk mengetahui peran Muhammadiyah dalam Negara Republik Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peranan Muhammadiyah untuk Meciptakan Manusia Islam yang sebenar-benarnya.

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam yang besar di Indonesia. Tujuan
organisasi Muhammadiyah dijelaskan dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab III pasal
6 (enam), sebagai berikut: “Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan” dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya
Penjelasan mengenai masyarakat Islam yang sebenar-benarnya oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dimaknai sebagai masyarakat tauhid yang moderat, teladan, inklusif dan
toleran, solid dan peduli sesame.
Selain itu juga mempunyai makna kesadaran mengemban amanah sebagai wakil Allah di
bumi yang bertugas menciptakan kemakmuran, keamanan, kenyamanan dan keharmonisan
serta cepat menyadari kesalahan dan kekhilafan untuk kemudian meminta maaf. Sehingga
terhindar dari dosa dan durhaka yang berkepanjangan sebagai upaya mendapatkan
kebahagiaan di akhirat.
Gambaran masyarakat Islam yang sebenar-benarnya secara sederhana dapatlah kita
gambarkan sebagai tatanan masyarakat yang hidup berdampingan secara harmonis,
didominasi oleh pribadi-pribadi muslim yang sebenar-benarnya dengan ciri: bertauhid
murni, berakhlak mulia, taat beribadah sesuai tuntunan Rasulullah, dan bermu'amalat
menurut ajaran Islam. Pribadi-pribadi tersebutlah yang menguasai lembaga-lembaga
kenegaraan dan pranata-pranata sosial yang ada sehingga semuanya berjalan sesuai yang
dikehendaki ajaran Islam.
Berangkat dari gambaran sederhana tersebut, langkah terpenting untuk
mewujudkanmasyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah membina sebanyak mungkin
pribadi-pribadi muslim yang sebenar-benarnya hingga mencapai jumlah yang
memungkinkan untuk mendominasi semua lembaga kenegaraan dan pranata-pranata sosial
lainnya. Selanjutnya, biarkan pribadi-pribadi yang terbina tersebut
mengaktualisasikan peran kebangsaan dan kemasyarakatannya sehingga berjalan sesuai
yang dikehendaki oleh ajaran Islam. Muhammadiyah seharusnya menfokuskan pada
langkah-langkah penting ini. Biarkan urusan politik dilaksanakan oleh pribadi-pribadi
muslim yang telah dibina oleh Muhammadiyah! Muhammadiyah berkonsentrasi
menggerakkan mesin organisasi untuk memproduksi sebanyak-banyaknya pribadi muslim
yang sebenar-benarnya Strategi Membina Pribadi Muslim Yang Sebenar-Benarnya.
Mewujudkan pribadi muslim yang sebenar-benarnya memerlukan pembinaan yang
tersistem, intensif dan jangka panjang. Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah mengatur
pembinaan anggota dan simpatisan dilakukan melalui pengajian-pengajian (pengajian
umum, anggota, muballigh, pimpinan), kursus-kursus (kursus umum, anggota, kader,
muballigh), dan jama'ah. Pengajian adalah lembaga pertemuan berkala anggota jama'ah
untuk meng-update atau meningkatkan pemahaman ajaran Islam, menjaga semangat
keberagamaan, dan menjaga sillaturrahmi sesama anggota jama'ah. Sedangkan kursus
adalah lembaga pengajaran berjangka untuk bidang-bidang tertentu secara lebih
konprehensif, misalnya: kursus tauhid, kursus ibadah (thaharah, shalat, zakat, manasik haji,
dll), kursus akhlak, kursus keluarga sakinah, kursus kader (Baitul Arqam, Darul Arqam,
Latihan Instruktur), kursus muballigh, dll.
Pengajian-pengajian dan kursus-kursus tersebut seharusnya dilembagakan secara
permanent dengan manajemen yang baik dan dikelola dengan sungguh-sungguh sehingga
menjadi lembaga yang profesional. Untuk kepentingan tersebut, pimpinan persyarikatan
perlu menetapkan pengelola dan ustadz tetapnya untuk masing-masing lembaga pengajian
dan kursus.
Jama'ah merupakan amal usaha wajib bagi ranting. Kewajiban membina jama'ah
mengisyaratkan bahwa setiap anggota Muhammadiyah haruslah berada dalam jama'ah.
Dengan berjama'ah, semangat ber-Islam akan terjaga, dan hidupnya akan terpimpin. Dalam
jama'ah, pembinaan akan intensif dan berlangsung dalam jangka lama. Jama'ah dipimpin
oleh seorang Kader Muhammadiyah yang bertugas (1) memotivasi dan menjaga agar
masing-masing anggota jama'ahnya mengikuti pengajian rutin dan kursus-kursus yang
diselenggarakan; (2) membimbing anggota jama'ah mengamalkan ajaran Islam dengan
sebaik-baiknya; (3) menjaga agar anggota jama'ahnya senantiasa berada dalam jama'ah, dan
tidak keluar dari jama'ah sampai akhir hayat, (4) Apabila anggota jama'ahnya pindah
tempat tinggal, ia menghubungkan dengan jama'ah yang ada di tempat tinggalnya yang baru
dan menyerahkannya kepada pemimpin jama'ahnya untuk pembinaan lebih lanjut; (5)
menduplikasikan kemampuannya memimpin jama'ah kepada anggota-anggotanya dengan
mensponsori mereka menjadi kader. Dengan dipimpin oleh Pemimpin Jama'ah inilah,
anggota dan simpatisan Muhammadiyah diproses dalam sistem pembinaan melalui
pengajian dan kursus.
Alur pembinaan dimulai dengan proses rekruitmen anggota jama'ah oleh para kader
darikalangan anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Selanjutnya mengajak mereka
mengikuti pengajian rutin dan kursus-kursus, membina dalam jama'ah, mensponsori
menjadi anggota, mengikitsertakan dalam perkaderan dan pelatihan muballigh hingga
akhirnya sebagian di antara mereka menjadi kader dan muballigh. Kader yang dihasilkan
melakukan hal yang serupa mulai dari rekruitmen sampai menjadi kader. Kewajiban
seorang kader adalah menduplikasikan dirinya kepada anggota jama'ah binaannya sehingga
menjadi kader seperti dirinya. Dengan cara ini sistem pembinaan menjadi terstruktur,
dilaksanakan secara bertahap, sampai menjadi pribadi yang dicita-citakan.
Pembinaan sasaran dakwah menjadi pribadi muslim yang sebenar-benarnya
sesungguhnya merupakan pembinaan sikap seseorang, yang keberhasilannya ditentukan
oleh apa yang menjadi tujuannya, apa yang dilihat, didengar, dan dirasakannya. Di samping
pembinaan dengan alur sebagaimana tersebut di atas, hal paling penting adalah membantu
mereka menetapkan tujuan hidupnya: "menjadi pribadi muslim yang sebenar-benarnya"
sehingga layak menjadi penghuni surga jannatun na'iem. Apabila tujuan hidup tersebut
sudah menjadi impian terbesar hidupnya, ia akan mempengaruhi seluruh sistem tubuhnya
untuk bergerak mengejar impinan tersebut. Semangat mewujudkannya akan meningkat
apabila pikirannya didominasi oleh informasi positif yang masuk melalui mata dan
telinganya.
Menjadi tugas pimpinan menyediakan informasi-informasi positif tersebut. Informasi
melalui jalur visual dapat dipenuhi dengan menyediakan sebanyak mungkin bahan bacaan
positif berupa buku-buku dan majalah . Informasi melalui jalur audio dapat dipenuhi
dengan menggandakan rekaman ceramah dan pengajian yang bersifat motivasional. "Suara
Muhammadiyah" saya kira bisa dikembangkan menjadi majalah tuntunan beragama yang
bisa menjadi bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin beragama dengan baik dan benar.
Dengan demikian, pola pembinaan menjadi sederhana: ajak ikut pengajian dan kursus
agama, hidup berjama'ah, membaca bacaan positif dan dengarkan kaset/rekaman, ikuti
perkaderan dan pelatihan muballigh, maka mereka akan berlari menuju pribadi muslim
yang sebenar-benarnya. Ibarat perjalanan menuju puncak gunung, kita cukup menunjukkan
di mana puncaknya, peta perjalanannya, dan memastikan mereka telah melangkah dengan
benar.

B. Peranan Muhammadiyah dalam Masyarakat


Muhammadiyah memang telah sejak awal mula berdirinya menganjurkan agar
setiap warganya menjalankan kehidupan bermasyarakat. Lalu bagaimana Muhammadiyah
menganjurkan warganya dalam menjalankan kehiduapan bermasyarakat? Berikut ini
pedoman warga muhammadiyah dalam berkehidupan bermasyarakat :
1. Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan dengan
sesama seperti dengan tetangga maupun anggota masyarakat lainnya masing-masing
dengan memelihara hak dan kehormatan baik dengan sesama muslim maupun dengan
non-muslim, dalam hubungan ketetanggaan bahkan Islam memberikan perhatian
sampai ke area 40 rumah yang dikategorikan sebagai tetangga yang harus dipelihara
hak-haknya.
2. Setiap keluarga dan anggota keluarga Muhammadiyah harus menunjukkan
keteladanan dalam bersikap baik kepada tetangga, memelihara kemuliaan dan
memuliakan tetangga, bermurah-hati kepada tetangga yang ingin menitipkan barang
atau hartanya, menjenguk bila tetangga sakit, mengasihi tetangga sebagaimana
mengasihi keluarga/diri sendiri, menyatakan ikut bergembira/senang hati bila
tetangga memperoleh kesuksesan, menghibur dan memberikan perhatian yang
simpatik bila tetangga mengalami musibah atau kesusahan, menjenguk/melayat bila
ada tetangga meninggal dan ikut mengurusi sebagaimana hak-hak tetangga yang
diperlukan, bersikap pemaaf dan lemah lembut bila tetangga salah, jangan selidik-
menyelidiki keburukan-keburukan tetangga, membiasakan memberikan sesuatu
seperti makanan dan oleh—oleh kepada tetangga, jangan menyakiti tetangga, bersikap
kasih sayang dan lapang dada, menjauhkan diri dari segala sengketa dan sifat tercela,
berkunjung dan saling tolong menolong, dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar
dengan cara yang tepat dan bijaksana.
3. Dalam bertetangga dengan yang berlainan agama juga diajarkan untuk bersikap baik
dan adil, mereka berhak memperoleh hak-hak dan kehormatan sebagai tetangga,
memberi makanan yang halal dan boleh pula menerima makanan dari mereka berupa
makanan yang halal, dan memelihara toleransi sesuai dengan prinsi-prinsip yang
diajarkan Agama Islam.
4. Dalam hubungan-hubungan sosial yang lebih luas setiap anggota Muhammadiyah baik
sebagai individu, keluarga, maupun jama’ah (warga) dan jam’iyah (organisasi) haruslah
menunjukkan sikap-sikap sosial yang didasarkan atas prinsip menjunjung-tinggi nilai
kehormatan manusia, memupuk rasa persaudaraan dan kesatuan kemanusiaan,
mewujudkan kerjasama umat manusia menuju masyarakat sejahtera lahir dan batin,
memupuk jiwa toleransi, menghormati kebebasan orang lain, menegakkan budi baik,
menegakkan amanat dan keadilan, perlakuan yang sama, menepati janji, menanamkan
kasih-sayang dan mencegah kerusakan, menjadikan masyarakat menjadi masyarakat
yang shalih dan utama, bertanggung-jawab atas baik dan buruknya masyarakat dengan
melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, berusaha untuk menyatu dan
berguna/bermanfaat bagi masyarakat, memakmurkan masjid, menghormati dan
mengasihi antara yang tua dan yang muda, tidak merendahkan sesama, tidak
berprasangka buruk kepada sesama, peduli kepada orang miskin dan yatim, tidak
mengambil hak orang lain, berlomba dalam kebaikan, dan hubungan-hubungan sosial
lainnya yang bersifat ishlah menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.
5. Melaksanakan gerakan jamaah dan da’wah jamaah sebagai wujud dari melaksanakan
da’wah Islam di tengah-tengah masyarakat untuk perbaikan hidup baik lahir maupun
batin sehingga dapat mencapai cita-cita masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Perpedoman di dalam Islam harus dilandasi dengan membangun hubungan "mesra"
dengan Allah SWT. Dimana cara membangun hubungan mesrah dengan Allah SWT ini
diawali dengan akidah serta tauhid yang benar, yakni menyakini dengan iklas bahwa Allah-
lah yang maha berkehandak. Serta meyakini semua yang mengatur segala sesuatu.
Menurut Ust. Kusno, Keindahan dalam bermasyarakat dan dakwa Islam warga
Muhammadiyah dapat dibangun melalui beberapa hal, antara lain:
1. Membangun harmonisasi.
Harmonisasi dengan sesama dimulai dari keluarga kemudian bertetangga yang dalam
kelompok banyak disebut hidup bermasyarakat. Karena masyarakat yang bermartabat
tergantung pada kualitas individu yang ada di dalamnya, maka Warga Muhammadiyah
harus mampu menghadirkan harmonisasi.
2. Kedamaian dalam Bermayarakat .
Warga Muhammadiyah harus menghadirkan kedamaian, melalui kelapangan hati
kebaikan lisan dan tindakan sehingga siapa saja yang hidup bersama kita merasa
tenang dan lapang.
3. Memberikan kecerian
Warga Muhammadiyah setelah memberi kedamaian maka berikanlah keceriaan dalam
setiap aspek dan pada setiap pertemuan kehidupan bermasyarakat sehingga
masyatakat merasakan kebahagian atas kehadiran kita.
4. Menghadirkan Kesejahteraan .
Warga Muhammadiyah harus mampu menghadirkan kesejahtraan bagi masyarakat
dimana bertempat melalui kebiasaan kebiasaan yang memudahkan siapa saja yang
membutuhkan bantuan serta bersifat mudah memberi.
Jika keempat pedoman ini betul-betul diperhatikan oleh segenap warga persyarikatan
Muhammadiyah. Maka masyarakat secara luas akan merasakan kebermanfaat atas
kehadiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi sosial dan keagamaan.

C. Peran Muhammadiyah dalam Negara Republik Indonesia


Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan
berbangsa dan bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan
masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun
kehidupan di mana nilai-nilai Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan
tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan
keadaban untuk terwujudnya "Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur". Muhammadiyah
memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui usaha-usaha
pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (civil
society) yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan-
kebijakan kenegaraan sebagai proses dan hasil dari fungsi politik pemerintahan akan
ditempuh melalui pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai prinsip-prinsip
perjuangan kelompok kepentingan yang efektif dalam kehidupan negara yang demokratis.
Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis atau
berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan
lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem
politik yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara.
Dalam hal ini perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik hendaknya
benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama
sebagaimana yang menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya negara Republik
Indonesia yang diproklamasikan tahun 1945. Muhammadiyah senantiasa memainkan
peranan politiknya sebagai wujud dari dakwah amar ma'ruf nahi munkar dengan jalan
mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi
dan cita-cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat bangsa
dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju kehidupan nasional
yang damai dan berkeadaban. Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai
hubungan organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun.
Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap positif dalam memandang perjuangan
politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan prinsip amar ma'ruf nahi munkar demi
tegaknya sistem politik kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban. Muhammadiyah
memberikan kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan untuk menggunakan hak
pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masingmasing. Penggunaan hak pilih
tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai warga negara yang dilaksanakan secara
rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah, demi
kemaslahatan bangsa dan negara. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya
yang aktif dalam politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara
sungguh-sungguh dengan mengedepankan tanggung jawab (amanah), akhlak mulia (akhlaq
al-karimah), keteladanan (uswah hasanah), dan perdamaian (ishlah). Aktifitas politik
tersebut harus sejalan dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan dalam
melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi munkar. Muhammadiyah senantiasa bekerjasama
dengan pihak atau golongan mana pun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan,
menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban
Kehadiran Muhammadiyah untuk bangsa sejak kemerdekaan dan setelah kemerdekaan
Republik Indonesia mempunyai peran strategis. Peran Muhammadiyah juga bisa dilihat
betapa Muhammadiyah meletakkan pondasi ruhaniah bangsa sehingga kehadiran
Muhammmadiyah sebagai gerakan harokatut dakwah mampu membangun khairu ummah.
Hal itu disebutkan Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam
Tabligh Akbar Online Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bertemakan ‘Peran
Muhammadiyah untuk Bangsa’, pada Senin (11/5).
Haedar menyebutkan kehadiran Muhammadiyah yang dirintis oleh Kiai Dahlan sebagai
gerakan dakwah dan tajdid merubah keadaan masyarakat dari terjajah menjadi ikut
merdeka, dari terbelakang menjadi bangsa yang terdidik, dari masyarakat yang secara
ekonomi tertinggal pelan-pelan menjadi masyarakat yang bisa mencukupi. “Dalam hal sosial
kita (bangsa Indonesia) menjadi masyarakat yang berdaya bahkan mampu membangun
relasi taawun, relasi ukhuwah, relasi gotong royong yang direkat dalam sistem yang modern
oleh Muhammadiyah,” sebut Haedar.
Peranan lain disebutkan dalam gerakan perempuan Muhammadiyah satu-satunya
organisasi kepeloporan selain Kiai Dahlan dan Nyai Walidah Dahlan adalah Siti Munjiyah
yaitu utusan ‘Aisyiyah dalam Kongres Perempuan I.
Hal ini kata Haedar, merupakan satu contoh dari kehadiran syuhada' alan nas, dikala saat
itu bangsa Indonesia baik dalam konteks paham keagamaan maupun dalam budaya lokal
masih merendahkan martabat perempuan.
Representasi dan peran Muhammadiyah juga telah nyata terlihat kata Haedar seperti apa
yang telah disampaikan Bung Karno dalam Penutupan Muktamar Setengah Abad
Muhammadiyah.
Kata Bung Karno, Pertama Muhammadiyah telah berhasil membangkitkan kesadaran
umat dan bangsa dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Kedua,
Muhammadiyah telah mempelopori alam pikiran maju yang alam pikiran maju ini lahir dari
kepemahaman kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah serta ijtihad. Ketiga, Muhammadiyah
mempelopori gerakan sosial kemasyarakatan yang melakukan proses modernisasi sampai
ketingkat bawah lewat amal usahanya yang amal usaha itu juga mencerdaskan dan
mensejahterakan. Dan keempat, Muhammadiyah lewat gerakan ‘Aisyiyah nya telah
mempelopori kebangunan Indonesia yang setara dengan kaum laki-laki.
Peranan itu kata Haedar bukan di atas kertas, tetapi ditunjukkan oleh Muhammadiyah.
Misalnya melalui peran pergulatan kemerdekaan, berdirinya Hizbul Wathan (HW), lahirnya
para tokoh nasional kebangkitan sejak KH Ahmad Dahlan dan Nyai Dahlan sampai diangkat
menjadi pahlawan nasional, Siti Munjiyah (Wakil ‘Aisyiyah pada Kongres Perempuan),
kemudian Sudirman Muda, bahkan Soekarno menjadi anggota Muhammadiyah, Mas
Mansoer menjadi empat serangkai, kemudian Ki Bagus menjadi penentu sejarah perjalanan
bangsa.
“Semua itu menunjukan kehadiran Muhammadiyah untuk bangsa sejak kemerdekaan
bahkan setelah Indonesia merdeka itu nyata lewat peran strategisnya,” kata Haedar.
Kehadiran Muhammadiyah sebagai harokatut dawah dan harukatut tadjid, kata Haedar
merupakan spirit dan inspirasi untuk senantiasa mengajak agama yang hanif, mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dalam perpektif yang luas dalam perpektif
yang tajdid bukan perspektif yang hitam putih. Itu merupakan bukti dari landasan teologi
Muhammadiyah didalam menghadirkan peran sejarah kebangsaanya. Dimana disitu
disebutkan jika kita ingin menghadirkan dakwah maka syarat utamanya kita harus
menjadi waltakun minkum ummatun, menjadi segolongan umat.
Haedar menyebutkan segolongan umat dalam hal ini bukan umat yang awam melainkan
umat yang terpilih, seperti dalam tafsir disebutkan kata umat bukan umat sembarang orang
seperti oroang-orang awam tetapi umat terpilih dan itu logis. “Bagaimana mungkin kita bisa
berdakwah bisa berperan untuk membangun bangsa dan negara jika kita sendiri tidak
berkemampuan dan terpilih menjadi orang yang bisa berperan,” singgung Haedar.
Dalam pepatah Arab dikatakan, orang yang tidak punya apa-apa tidak mungkin bisa
berbuat apa-apa. Untuk itu kata Haedar, Muhammadiyah sadar KH Ahmad Dahlan, Nyai
Dahlan sejak awal dan para penggerak Muhammadiyah as sabiqun al awwalun, menyadari
sepenuhnya hadir untuk menjadi gerakan dakwah dan tajdid sebagai agenda besar dalam
harokatul islam harus dimulai dari kekuatan Muhamamdiyah.

“Karena itu Kiai Dahlan tidak sembarangan memilih nama Muhammadiyah yakni pengikut
Nabi Muhammad. Nabi Muhammad hadir untuk membangun peradaban tertinggi karena
beliau atau baginda Rasul adalah nabi akhir zaman yang tidak akan pernah dan tidak akan
ada lagi utusan Allah sesudahnya,” kata Haedar.
Nama Muhammadiyah diperjelas Haedar sekaligus membuktikan dipilihnya nama
Muhammadiyah oleh Kiai Dahlan karena sangat subtantif dan punya fungsi kerisalahan.
Ketika nama itu dinisbahkan pada nabi akhir zaman, Muhammadiyah ingin merebut
wacana dan tafsir Islam yakni menghadirkan harokatut dakwah wa
tajdid membangun khairu ummah.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam yang besar di Indonesia. Tujuan
organisasi Muhammadiyah dijelaskan dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab III pasal
6 (enam), sebagai berikut: “Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan” dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.
Menurut Ust. Kusno, Keindahan dalam bermasyarakat dan dakwa Islam warga
Muhammadiyah dapat dibangun melalui beberapa hal, antara lain: Menghadirkan
Kesejahteraan, Kedamaian dalam Bermayarakat, Memberikan kecerian, Membangun
harmonisasi.
Muhammadiyah telah berhasil membangkitkan kesadaran umat dan bangsa dari
bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Muhammadiyah telah mempelopori
alam pikiran maju yang alam pikiran maju ini lahir dari kepemahaman kembali kepada Al-
Qur’an dan Sunnah serta ijtihad. Muhammadiyah mempelopori gerakan sosial
kemasyarakatan yang melakukan proses modernisasi sampai ketingkat bawah lewat amal
usahanya yang amal usaha itu juga mencerdaskan dan mensejahterakan. Muhammadiyah
lewat gerakan ‘Aisyiyah nya telah mempelopori kebangunan Indonesia yang setara dengan
kaum laki-laki.

B. SARAN
Makalah ini merupakan aplikasi dari penyelesaian tugas AIK, yang smasih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan membangun dari pembaca

sebagai bentuk apresiasinya.


DAFTAR PUSTAKA

Hamdan. (2009). Paradigma pendidikan muhammadiyah, paradigma baru pendidikan


muhammadiyah (Cet. I). Jogyakarta: Ruzz Media.

Hasan, M. Ali & Mukti, A. (2003). Kapita selekta pendidikan islam (Cet. 1). Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya.

https://www.liputan6.com/citizen6/read/3873868/tujuan-organisasi-muhammadiyah-
terwujudnya-masyarakat-islam-yang-sebenar-benarnya (Diakses pada tanggal 2
Februari 2021)

http://www.muhammadiyah.or.id/content-98-det-pedoman-hidup-islami.html (diakses pada


tanggal 5 Februari 2021)

https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=pedoman+hidup+islam+muhammadiyah+dalam+berbegara (diakses pada
tanggal 5 Februari 2021)

http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/19040.html (diakses pada tanggal 8 Februari


2021)

http://pdpt.unimus.ac.id/2012/wp-content/uploads/2012/06/Khitah-Perjuangan-dalam-
Kehidupan-Berbangsa-dan-Bernegara.pdf (diakses pada tanggal 8 Februari 2021)

Anda mungkin juga menyukai