Oleh :
ROSMIATI
105041100720
I.B
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan Muhammadiyah untuk menciptakan manusia islam yang
sebenarnya?
2. Bagaimana peranan Muhammadiyah dalam masyarakat?
3. Bagaimana peranan Muhammadiyah dalam Negara Republik Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peranan Muhammadiyah untuk menciptakan manusia islam
yang sebenarnya
2. Untuk mengetahui Peranan Muhammadiyah untuk dalam masyarakat
3. Untuk mengetahui peran Muhammadiyah dalam Negara Republik Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam yang besar di Indonesia. Tujuan
organisasi Muhammadiyah dijelaskan dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab III pasal
6 (enam), sebagai berikut: “Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan” dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya
Penjelasan mengenai masyarakat Islam yang sebenar-benarnya oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dimaknai sebagai masyarakat tauhid yang moderat, teladan, inklusif dan
toleran, solid dan peduli sesame.
Selain itu juga mempunyai makna kesadaran mengemban amanah sebagai wakil Allah di
bumi yang bertugas menciptakan kemakmuran, keamanan, kenyamanan dan keharmonisan
serta cepat menyadari kesalahan dan kekhilafan untuk kemudian meminta maaf. Sehingga
terhindar dari dosa dan durhaka yang berkepanjangan sebagai upaya mendapatkan
kebahagiaan di akhirat.
Gambaran masyarakat Islam yang sebenar-benarnya secara sederhana dapatlah kita
gambarkan sebagai tatanan masyarakat yang hidup berdampingan secara harmonis,
didominasi oleh pribadi-pribadi muslim yang sebenar-benarnya dengan ciri: bertauhid
murni, berakhlak mulia, taat beribadah sesuai tuntunan Rasulullah, dan bermu'amalat
menurut ajaran Islam. Pribadi-pribadi tersebutlah yang menguasai lembaga-lembaga
kenegaraan dan pranata-pranata sosial yang ada sehingga semuanya berjalan sesuai yang
dikehendaki ajaran Islam.
Berangkat dari gambaran sederhana tersebut, langkah terpenting untuk
mewujudkanmasyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah membina sebanyak mungkin
pribadi-pribadi muslim yang sebenar-benarnya hingga mencapai jumlah yang
memungkinkan untuk mendominasi semua lembaga kenegaraan dan pranata-pranata sosial
lainnya. Selanjutnya, biarkan pribadi-pribadi yang terbina tersebut
mengaktualisasikan peran kebangsaan dan kemasyarakatannya sehingga berjalan sesuai
yang dikehendaki oleh ajaran Islam. Muhammadiyah seharusnya menfokuskan pada
langkah-langkah penting ini. Biarkan urusan politik dilaksanakan oleh pribadi-pribadi
muslim yang telah dibina oleh Muhammadiyah! Muhammadiyah berkonsentrasi
menggerakkan mesin organisasi untuk memproduksi sebanyak-banyaknya pribadi muslim
yang sebenar-benarnya Strategi Membina Pribadi Muslim Yang Sebenar-Benarnya.
Mewujudkan pribadi muslim yang sebenar-benarnya memerlukan pembinaan yang
tersistem, intensif dan jangka panjang. Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah mengatur
pembinaan anggota dan simpatisan dilakukan melalui pengajian-pengajian (pengajian
umum, anggota, muballigh, pimpinan), kursus-kursus (kursus umum, anggota, kader,
muballigh), dan jama'ah. Pengajian adalah lembaga pertemuan berkala anggota jama'ah
untuk meng-update atau meningkatkan pemahaman ajaran Islam, menjaga semangat
keberagamaan, dan menjaga sillaturrahmi sesama anggota jama'ah. Sedangkan kursus
adalah lembaga pengajaran berjangka untuk bidang-bidang tertentu secara lebih
konprehensif, misalnya: kursus tauhid, kursus ibadah (thaharah, shalat, zakat, manasik haji,
dll), kursus akhlak, kursus keluarga sakinah, kursus kader (Baitul Arqam, Darul Arqam,
Latihan Instruktur), kursus muballigh, dll.
Pengajian-pengajian dan kursus-kursus tersebut seharusnya dilembagakan secara
permanent dengan manajemen yang baik dan dikelola dengan sungguh-sungguh sehingga
menjadi lembaga yang profesional. Untuk kepentingan tersebut, pimpinan persyarikatan
perlu menetapkan pengelola dan ustadz tetapnya untuk masing-masing lembaga pengajian
dan kursus.
Jama'ah merupakan amal usaha wajib bagi ranting. Kewajiban membina jama'ah
mengisyaratkan bahwa setiap anggota Muhammadiyah haruslah berada dalam jama'ah.
Dengan berjama'ah, semangat ber-Islam akan terjaga, dan hidupnya akan terpimpin. Dalam
jama'ah, pembinaan akan intensif dan berlangsung dalam jangka lama. Jama'ah dipimpin
oleh seorang Kader Muhammadiyah yang bertugas (1) memotivasi dan menjaga agar
masing-masing anggota jama'ahnya mengikuti pengajian rutin dan kursus-kursus yang
diselenggarakan; (2) membimbing anggota jama'ah mengamalkan ajaran Islam dengan
sebaik-baiknya; (3) menjaga agar anggota jama'ahnya senantiasa berada dalam jama'ah, dan
tidak keluar dari jama'ah sampai akhir hayat, (4) Apabila anggota jama'ahnya pindah
tempat tinggal, ia menghubungkan dengan jama'ah yang ada di tempat tinggalnya yang baru
dan menyerahkannya kepada pemimpin jama'ahnya untuk pembinaan lebih lanjut; (5)
menduplikasikan kemampuannya memimpin jama'ah kepada anggota-anggotanya dengan
mensponsori mereka menjadi kader. Dengan dipimpin oleh Pemimpin Jama'ah inilah,
anggota dan simpatisan Muhammadiyah diproses dalam sistem pembinaan melalui
pengajian dan kursus.
Alur pembinaan dimulai dengan proses rekruitmen anggota jama'ah oleh para kader
darikalangan anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Selanjutnya mengajak mereka
mengikuti pengajian rutin dan kursus-kursus, membina dalam jama'ah, mensponsori
menjadi anggota, mengikitsertakan dalam perkaderan dan pelatihan muballigh hingga
akhirnya sebagian di antara mereka menjadi kader dan muballigh. Kader yang dihasilkan
melakukan hal yang serupa mulai dari rekruitmen sampai menjadi kader. Kewajiban
seorang kader adalah menduplikasikan dirinya kepada anggota jama'ah binaannya sehingga
menjadi kader seperti dirinya. Dengan cara ini sistem pembinaan menjadi terstruktur,
dilaksanakan secara bertahap, sampai menjadi pribadi yang dicita-citakan.
Pembinaan sasaran dakwah menjadi pribadi muslim yang sebenar-benarnya
sesungguhnya merupakan pembinaan sikap seseorang, yang keberhasilannya ditentukan
oleh apa yang menjadi tujuannya, apa yang dilihat, didengar, dan dirasakannya. Di samping
pembinaan dengan alur sebagaimana tersebut di atas, hal paling penting adalah membantu
mereka menetapkan tujuan hidupnya: "menjadi pribadi muslim yang sebenar-benarnya"
sehingga layak menjadi penghuni surga jannatun na'iem. Apabila tujuan hidup tersebut
sudah menjadi impian terbesar hidupnya, ia akan mempengaruhi seluruh sistem tubuhnya
untuk bergerak mengejar impinan tersebut. Semangat mewujudkannya akan meningkat
apabila pikirannya didominasi oleh informasi positif yang masuk melalui mata dan
telinganya.
Menjadi tugas pimpinan menyediakan informasi-informasi positif tersebut. Informasi
melalui jalur visual dapat dipenuhi dengan menyediakan sebanyak mungkin bahan bacaan
positif berupa buku-buku dan majalah . Informasi melalui jalur audio dapat dipenuhi
dengan menggandakan rekaman ceramah dan pengajian yang bersifat motivasional. "Suara
Muhammadiyah" saya kira bisa dikembangkan menjadi majalah tuntunan beragama yang
bisa menjadi bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin beragama dengan baik dan benar.
Dengan demikian, pola pembinaan menjadi sederhana: ajak ikut pengajian dan kursus
agama, hidup berjama'ah, membaca bacaan positif dan dengarkan kaset/rekaman, ikuti
perkaderan dan pelatihan muballigh, maka mereka akan berlari menuju pribadi muslim
yang sebenar-benarnya. Ibarat perjalanan menuju puncak gunung, kita cukup menunjukkan
di mana puncaknya, peta perjalanannya, dan memastikan mereka telah melangkah dengan
benar.
“Karena itu Kiai Dahlan tidak sembarangan memilih nama Muhammadiyah yakni pengikut
Nabi Muhammad. Nabi Muhammad hadir untuk membangun peradaban tertinggi karena
beliau atau baginda Rasul adalah nabi akhir zaman yang tidak akan pernah dan tidak akan
ada lagi utusan Allah sesudahnya,” kata Haedar.
Nama Muhammadiyah diperjelas Haedar sekaligus membuktikan dipilihnya nama
Muhammadiyah oleh Kiai Dahlan karena sangat subtantif dan punya fungsi kerisalahan.
Ketika nama itu dinisbahkan pada nabi akhir zaman, Muhammadiyah ingin merebut
wacana dan tafsir Islam yakni menghadirkan harokatut dakwah wa
tajdid membangun khairu ummah.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam yang besar di Indonesia. Tujuan
organisasi Muhammadiyah dijelaskan dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab III pasal
6 (enam), sebagai berikut: “Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan” dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.
Menurut Ust. Kusno, Keindahan dalam bermasyarakat dan dakwa Islam warga
Muhammadiyah dapat dibangun melalui beberapa hal, antara lain: Menghadirkan
Kesejahteraan, Kedamaian dalam Bermayarakat, Memberikan kecerian, Membangun
harmonisasi.
Muhammadiyah telah berhasil membangkitkan kesadaran umat dan bangsa dari
bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Muhammadiyah telah mempelopori
alam pikiran maju yang alam pikiran maju ini lahir dari kepemahaman kembali kepada Al-
Qur’an dan Sunnah serta ijtihad. Muhammadiyah mempelopori gerakan sosial
kemasyarakatan yang melakukan proses modernisasi sampai ketingkat bawah lewat amal
usahanya yang amal usaha itu juga mencerdaskan dan mensejahterakan. Muhammadiyah
lewat gerakan ‘Aisyiyah nya telah mempelopori kebangunan Indonesia yang setara dengan
kaum laki-laki.
B. SARAN
Makalah ini merupakan aplikasi dari penyelesaian tugas AIK, yang smasih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan membangun dari pembaca
Hasan, M. Ali & Mukti, A. (2003). Kapita selekta pendidikan islam (Cet. 1). Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya.
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3873868/tujuan-organisasi-muhammadiyah-
terwujudnya-masyarakat-islam-yang-sebenar-benarnya (Diakses pada tanggal 2
Februari 2021)
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=pedoman+hidup+islam+muhammadiyah+dalam+berbegara (diakses pada
tanggal 5 Februari 2021)
http://pdpt.unimus.ac.id/2012/wp-content/uploads/2012/06/Khitah-Perjuangan-dalam-
Kehidupan-Berbangsa-dan-Bernegara.pdf (diakses pada tanggal 8 Februari 2021)