Anda di halaman 1dari 2

Supositoria merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui

rektal, vagina, atau uretra. Umumnya meleleh atau melunak pada suhu tubuh. Supositoria dapat
bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat
lokal atau sistemik (Anonim b, 1995).
Basis yang digunakan dalam pembuatan supositoria harus meleleh pada suhu tubuh atau larut
dalam cairan yang terdapt pada rektum. Obat harus larut dalam bahan dasar dan bila perlu
dipanaskan. Bila sukar larut, obat harus dieserbukkan terlebih dahulu sampai halus.
Evaluasi Sediaan

Evaluasi Fisika
a. Uji Kisaran Leleh
Uji ini disebut juga uji kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu
ukuran waktu yang diperlukan supositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam
penangas air dengan temperatur tetap (37oC). sebaliknya uji kisaran meleleh mikro adalah
kisaran leleh yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis lemah. Alat yang digunakan untuk
mengukur kisaran leleh sempurna dari supositoria adalah suatu alat disintegrasi tablet USP
(Lachman, 1994).
b. Uji Pencairan atau Uji Waktu Melunak dari Supositoria Rektal
Uji tersebut terdiri dari pipa-U yang sebagian dicelupkan ke dalam penangas air yang
bertemperatur konstan. Penyempitan pada satu sisi menahan supositoria tersebut pada
tempatnya dalam pipa. Sebuah batangan dari kaca ditempatkan di bagian atas supositoria, dan
waktu yang diperlukan batangan untuk melewati supositoria sampai penyempitan tersebut
dicatat sebagai “waktu melunak”. Ini dapat dilaksanakan pada berbagai temperatur dari 35,5o
sampai 37oC sebagai suatu pemeriksaan pengawasan mutu, dan dapat juga dikaji sebagai suatu
ukuran kestabilan fisika terhadap waktu. Suatu penangas air dengan elemen pendingin dan
penangas harus digunakan untuk menjamin pengaturan panas dengan
perbedaan tidak lebih dari 0,1o.
c. Uji melunak
Suatu penyaringan melalui selaput semipermeabel, yakni pipa selovan, diikat
pada kedua ujung kondensor dengan masing-masing ujung pipa terbuka. Air pada suhu 37oC
disirkulasi melalui kondensor tersebut pada laju sedemikian rupa, sehingga separuh bagian
bawah pipa selovan kempis dan separuh bagian atas terbuka. Tekanan hidrostatis air dalam alat
tersebut kira-kira 0 ketika pipa tersebut mulai kempis (Lachman, 1994).
d. Uji Kehancuran
Uji kehancuran dirancang sebagai metode untuk mengukur kerapuhan
supositoria. Alat yang digunakan terdiri dari suatu ruang berdinding rangkap dimana suatu
supositoria yang diuji ditempatkan. Air pada 37oC dipompa melewati dinding rangkap, dan
supositoria diisikan dalam dinding yang kering,

menopang lempeng dimana suatu batang dilekatkan. Ujung lain dari batang tersebut terdiri dari
lempeng lain dimana beban digunakan. Uji dihubungkan dengan penempatan 600 g di atas
lempeng datar. Pada interval 1 menit, 200 g bobot ditambahkan, dan bobot dimana supositoria
rusak adalah titik hancurnya, atau gaya yang menentukan karakteristik keregasan dan kerapuhan
supositoria tersebut. Supositoria dengan bentuk yang berbeda mempunyai titik hancur yang
berbeda pula (Lachman, 1994).
e. Uji Disolusi
Pengujian awal dilakukan dengan penetapan biasa dalam gelas piala yang mengandung dalam
suatu medium. Dalam usaha untuk mengawasi variasi pada antar muka massa/medium, berbagai
cara dipakai, termasuk keranjang kawat mesh, atau suatu membran untuk memisahkan ruang
sampel dari bak reservoar. Sampel yang ditutup dalam pipa dianalisis atau membran alami juga
dapat dikaji. Alat sel alir (flow cell) digunakan untuk menahan sampel ditempatnya dengan kapas,
saringan kawat, dan yang paling baru dengan manik-manik gelas (Lachman, 1994).

Daftar pustaka
Lachman,L., Herbert A.L., and Joseph L.K. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Ed. 3. Jakarta :
UI Press.
Anonim b. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai