Anda di halaman 1dari 10

DISKRIMINASI DALAM PRESPEKTIF BHINEKA TUNGGAL IKA

(Studi Kasus Pada Siswa Kelas 9J SMP Negeri 3 Singaraja)


Oleh:

Placenta Abshar Wijaya, Prof.Dr.Sukadi, M.Pd,M. Ed, Dr. Gusti Ketut Arya Sunu, M. Pd
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : absharplacenta@yahoo.co.id , adhys_pkn@yahoo.com , arya-sunu@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) realita kasus diskriminasi terhadap seorang siswa di
kelas 9J SMPN 3 Singaraja yang tidak sesuai dengan makna bhineka tunggal ika, (2) faktor-faktor
apa saja yang menyebabkan terjadinya kasus diskriminasi terhadap seorang siswa di kelas 9J SMPN
3 Singaraja, serta (3) kendala-kendala yang dialami kelas 9J SMPN 3 Singaraja atas terjadinya kasus
diskriminasi dan alternatif solusinya. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dan diperoleh dengan
menggunakan metode observasi, wawancara, angket/kuosioner. Penelitian ini dilakukan pada siswa
kelas 9J SMPN 3 Singaraja, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Hasil penelitian menunjukan: 1)
Kasus diskriminasi yang terjadi di kelas 9J SMPN 3 Singaraja dibuktikan dengan tidak ada satupun
siswa-siswa di kelas 9J yang bersedia duduk satu bangku, belajar kelompok, serta bermain dengan
seorang siswa yang terdiskriminasi tersebut. 2) Faktor-faktor yang melandasi kasus diskriminasi ini
terjadi dikarenakan sikap tidak bersahabat dari siswa yang terdiskriminasi tersebut terhadap teman-
teman sekelas, sehingga mengakibatkan siswa tersebut terisolir dan terdiskriminasi. 3) Siswa yang
terdiskriminasi tersebut menjadi siswa yang menyendiri dalam kegiatan formal dan non formal di
sekolah. Rasa tidak nyaman juga dirasakan seluruh siswa kelas 9J, karena beranggapan bahwa
karakter dari siswa yang terdiskriminasi tersebut sudah meresahkan. Alternatif pemecahan
masalahnya adalah meningkatkan kompetensi guru terutama guru-guru yang mengajar di kelas 9J
dalam menciptakan situasi yang harmonis.

Kata kunci: Diskriminasi. Bhineka. Studi Kasus

Abstract

The aimed of this research to know the reality of (1) a case and discrimination against to the student
in grade 9J SMP 3 Singaraja are incompatible with the meaning of bhineka tunggal ika, (2) what are
the factors that cause the occurrence of cases in discrimination against to the student in grade 9J
SMP 3 Singaraja, and (3) the constraints experienced by class 9J 3 Singaraja of some cases in
discrimination and alternative solutions. The data in this study were collected and retrieved by using
the method of observation, interview, and the kuosioner. This research was conducted on grade 9J
SMP 3 Singaraja, Buleleng Regency, Bali. The study results indicated: 1) Cases of discrimination
which occurred in class 9J SMP 3 Singaraja evidenced by none of the students in the class 9J who
are willing to sit the bench, in learning groups, as well as playing with the student that causes in
discrimination and isolated 2) factors informing this discrimination cases occured of less
commendable character of the students who are discrimination and isolated of their classmates. 3)
students who are discrimination becomes alone in the formal and non formal activities at the school.
Discomfort also felt the entired of the students in grade 9J because it assumes that the character of
the students who are discrimination and isolated are already troubling. An alternative to solving the
problem is to increase the competence of the teachers especially teachers who teach in class 9J have
to creating a harmonious.

Keywords:Discrimination. Bhineka. Case Study


PENDAHULUAN di lingkungan sekolah. Segala perbedaan
yang terdapat di sekolah dikhawatirkan
Negara kesatuan republik akan menjadi sebuah konflik antar siswa
Indonesia merupakan negara yang di sekolah jika makna bhineka tunggal ika
multikultural, yakni suatu negara yang tidak benar-benar diterapakan. Oleh
memiliki beragam perbedaaan, baik itu karena itu peran seorang guru dalam
dari segi agama, warna kulit, bahasa, menerapkan makna bhineka tunggal ika
suku, dan budaya. Oleh karena itu kepada para siswa sangat diperlukan
Indonesia memiliki suatu semboyan untuk menciptakan persatuan dan
negara yang sangat khas yakni Bhineka kesatuan di lingkungan sekolah.
Tunggal Ika. Istilah “Bhinneka Tunggal Sehingga, dalam hal ini jelas bahwa
Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya kekuatan Bhineka Tunggal Ika sangat
Mpu Tantular, Semula istilah tersebut berperan dalam usaha pemersatu bangsa
menunjukkan pada semangat toleransi Indonesia untuk mencapai tujuan
keagamaan, khususnya antara agama bersama.
Hindu dan Buddha. Setelah diangkat
menjadi semboyan bangsa Indonesia Dalam kehidupan sehari-hari
konteks permasalahannya menjadi lebih terdapat banyak kejadian atau fenomena
luas yang meliputi suku, agama, ras, dan yang sangat bertentangan dengan
antar golongan (Pursika, 2009). semboyan dan nilai dari Bhineka Tunggal
Ika. Permasalahan yang dimaksudkan
Dalam hal ini sering kali Bhineka disini adalah suatu permasalahan yang
Tunggal Ika bukan hanya dijadikan suatu tidak sesuai dengan harapan Bhineka
semboyan negara Indonesia, tetapi Tunggal Ika. Contohnya adalah suatu
Bhineka Tunggal Ika dapat dijadikan permasalahan yang berhubungan dengan
pedoman bangsa Indonesia untuk menjadi tindak diskriminatif dan marginalisasi
bangsa yang bersatu padu dalam terhadap kelompok atau orang-orang
mencapai tujuan. Bhinneka Tunggal Ika tertentu yang pada akhirnya dapat
adalah cerminan keseimbangan antara menimbulkan suatu konflik sosial yang
unsur perbedaan yang menjadi ciri sangat kompleks, yakni suatu konflik yang
keanekaan dengan unsur kesamaan yang dapat mengarah ke hal yang bernuansa
menjadi ciri kesatuan (Pursika, 2009). SARA (Suku, Agama, Ras/warna kulit,
dan Antar golongan). Salah satu
Dengan adanya semboyan contohnya adalah permasalahan yang
Bhineka Tunggal Ika yang berarti terjadi di Indonesia seperti Tragedi Bali
meskipun berbeda-beda tetapi memiliki Nuraga di Provinsi Lampung (Burhani,
satu tujuan, diharapakan segala 2012).
permasalahan yang terdapat di negara
Indonesia dapat diatasi dengan rasa Jelas jika melihat suatu
persatuan dan kesatuan. permasalahan yang dapat menuju ke hal
yang bernuansa SARA bukan merupakan
Negara Indonesia tanpa adanya suatu kejadian yang diharapakan, karena
Bhineka Tunggal Ika diibaratkan seperti bagaimanapun selain bertentangan
sebuah kapal laut yang sedang dengan harapan Bhineka Tunggal Ika,
mengarungi samudra tanpa adanya konflik sosial yang memiliki nuansa SARA
nahkoda yang mengendalikan kapal sangat bertentangan dengan nlai-nilai
tersebut. Otomatis kapal tersebut tidak dasar Negara Indonesia yakni nilai-nilai
memiliki arah sertta tujuan dan pada yang terkandung di dalam Pancasila.
akhirnya akan menabrak segala obyek Menurunnya kesadaran bangsa Indonesia
yang ada didepannya. Begitupun negara terhadap nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika
Indonesia jika tanpa adanya Bhineka bisa dijadikan alasan mengapa konflik
Tunggal Ika, maka tidak memiliki suatu yang bernuansa SARA, dikriminatif, dan
arah dan tujuan tentang mau dibawa marginalisasi masih sering dijumpai dalam
kemana masa depan negara Indonesia. kehidupan sehari-hari, meskipun juga
Selain itu, Bhineka tunggal ika juga sangat masih banyak lagi faktor-faktor lainnya
diperlukan dalam menciptakan kerukunan
yang menyebabkan kesadaran bangsa banyak factor yang melatarbelakangi hal
Indonesia akan makna dari Bhineka tersebut terjadi.
Tunggal Ika mulai menurun, mulai dari
faktor ekonomi, politik, sosial masyarakat Berdasarkan pengamatan dan
dan kebudayaan. informasi yang penulis peroleh, sebagian
Permasalahan yang berhubungan besar siswa kelas 9 J SMPN 3 Singaraja
dengan penyimpangan nilai-nilai dan adalah berasal dari kalangan asli pribumi
makna Bhineka Tunggal Ika dalam hal ini dengan mayoritas berkeyakinan hindu.
memang sangat riskan sekali terjadi di Khusus untuk siswa yang mengalami tidak
dalam kehidupan bermasyarakat tak diskriminasi dari siswa-siswa di kelas 9J
terkecuali terjadi di lingkungan sekolah SMPN Singaraja berasal dari suku
yakni lingkungan kaum-kaum tionghoa dan memiliki keyakinan budha.
akademisi/terpelajar yang seharusnya Siswa yang mengalami tindak diskriminasi
lebih paham akan makna Bhineka ini juga memiliki sikap yang kurang
Tunggal Ika yang sebenarnya. bersahabat dengan teman-teman
Seharusnya sekolah menjadi tempat sekelasnya, sehingga tindakan
dimana makna Bhineka Tunggal Ika diskrminasi terjadi dari siswa-siswa kelas
tersebut dapat diimplementasikan dengan 9J terhadap siswa tersebut. Oleh karena
baik oleh seluruh keluarga besar sekolah itu penulis mencoba menggali lebih dalam
terutama dalam hubungan antar siswa faktor-faktor dan alasan permasalahan
yang satu dengan siswa yang lainnya. diskiriminasi terhadap seorang siswa
Karena pada dasarnya, Bhinneka Tunggal terjadi di SMP Negeri 3 Singaraja
Ika merumuskan dengan tegas adanya khususnya di kelas 9J yang notabennya
harmoni antara kebhinnekaan dan SMP Negeri 3 merupakan sekolah favorit
ketunggalikaan, antara keanekaan dan di kota Singaraja.
keekaan, antara kepelbagaian dan
kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, Dan adapun beberapa rumusan
atau antara pluralisme dan monism permasalahan yang berusaha penulis kaji
(Pursika, 2009). adalah tentang Bagaimanakah realita
diskriminasi dalam perspektif bhineka
Dalam hal ini, peneliti menemukan tunggal ika studi kasus pada siswa kelas 9
suatu kasus yang sangat kompleks yang J di SMP Negeri 3 Singaraja, Mengapa
terjadi di SMP Negeri 3 Singaraja yakni kasus diskriminasi siswa di kelas 9 J SMP
kasus diskriminasi terhadap salah Negeri 3 Singaraja dapat terjadi, Apa saja
seorang siswa di kelas 9J, baik dalam kendala-kendala yang dihadapi siswa
situasi keadaan formal belajar mengajar kelas 9J dengan adanya kasus
ataupun dalam keadaan non formal saat diskriminasi terhadap seorang siswa di
berada diruang kelas. Diskriminasi yang kelas 9 J SMP Negeri 3 Singaraja dan
dimaksud yakni terdapat seorang siswa di alternatif pemecahan masalahnya.
kelas 9 J SMP Negeri 3 singaraja yang
dalam kegiatan belajar dan mengajar tidak Sehingga dapat diperoleh suatu
ada satupun siswa yang bersedia duduk tujuan yakni Mendeskripsikan realita
sebangku dengan siswa tersebut, siswa diskriminasi dalam perspektif bhineka
tersebut kerap sekali mendapat perlakuan tunggal ika studi kasus pada siswa kelas 9
diskriminasi dari teman-teman sekelsnya, J di SMP Negeri 3 Singaraja, Mengetahui
serta dalam pembagian kelompok belajar factor-faktor yang menjadi sebab kasus
yakni tidak ada satupun siswa yang diskriminasi siswa di kelas 9 J SMP
bersedia berkelompok dengan siswa Negeri 3 Singaraja terjadi, Mengetahui
tersebut. Jelas dalam hal ini telah kendala-kendala yang dihadapi siswa
membuktikan bahwa lingkungan sekolah kelas 9J dengan adanya kasus
terutama di SMP Negeri 3 Singaraja yang diskriminasi terhadap seorang siswa di
seharusnya harmonis antar siswanya kelas 9 J SMP Negeri 3 Singaraja dan
masih terdapat suatu permasalahan alternatif pemecahan masalahnya. Dan
diskriminasi yang pastinya terdapat pada akhirnya diperoleh suatu manfaat
baik untuk siswa, sekolah, guru, ataupun eksperimen maupun kuantitatif, melainkan
orang tua murid. study secara mendalam terhadap suatu
kasus dengan mendeskripsikan masalah
secara terperinci dan jelas berdasarkan
data yang diperoleh sesuai dengan focus
METODE PENELITIAN penelitian (Setiawan, 2013).
Penelitian ini diklasifikasikan Adapun masalah yang diambil
dalam metode penelitian deskriptif dalam penelitian ini adalah diskriminasi
kualitatif. Metode penelitian merupakan dalam prespektif bhineka tunggal ika studi
bagian yang sangat penting dalam kasus pada siswa kelas 9J SMPN 3
penelitian karena dapat mempengaruhi Singaraja, dengan tujuan untuk
keefektifan dan keefisienan suatu mendeskripsikan bagaimana relaita
penelitian (Setiawan, 2013). Metode diskriminasi siswa kelas 9J SMPN 3
penelitian yang digunakan harus sesuai Singaraja. Hasil penelitian diarahkan dan
dengan objek penelitian dan tujuan yang ditekankan pada upaya memberi
hendak dicapai. Tujuannya adalah untuk gambaran subjektif dan sedetail mungkin
mendskripsikan Realita kasus diskriminasi tentang keadaan yang sebenarnya dari
siswa di kelas IX J SMP Negeri 3 objek studi. Hal inilah yang menjadi
Singaraja, dan untuk mengetahui factor- alasan untuk mengambil metode kualitatif
faktor yang menjadi penyebab kasus dengan pendekatan studi kasus dalam
diskriminasi siswa di kelas IX J SMP memberikan gambaran pada penelitian
Negeri 3 Singaraja terjadi. Adapun ini.
prosedur yang ditempuh peneliti dalam
penelitian ini adalah pendekatan Sumber data dalam penelitian ini
penelitian, subjek penelitian, metode berupa subjek penelitian yaitu seluruh
pengumpulan data, analisis data, siswa kelas 9J SMPN 3 Singaraja yang
keabsahan data. berjumlah 31 siswa serta guru-guru yang
mengajar dikelas 9J SMPN 3 Singaraja,
Prosedur pelaksanaan suatu dengan tujuan untuk mendapatkan
penelitian harus didasari dengan metode informasi-informasi yang lebih mendalam
penelitian ilmiah agar hasil yang diperoleh mengenai kasus diskriminasi pada siswa
dapat dipertanggungjawabkan kelas 9J SMPN 3 Singaraja. Pemilihan
kebenarannya. Berdasarkan jenis subjek dalam penelitian ini dipilih
masalah yang diteliti dan tujuannya, mengikuti kriteria tertentu, subjek dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
kualitatif studi kasus. Bogdan dan Taylor 9J SMPN 3 Singaraja yang berjumlah 31
(dalam Moleong, 2010:4) menerangkan siswa serta guru-guru yang mengajar di
bahwa penelitian kualitatif merupakan kelas 9J SMPN 3 Singaraja, alasan dari
“prosedur penelitian yang menghasilkan pemilihan subjek adalah subjek tersebut
data deskriptif berupa kata-kata tertulis dapat memberikan informasi tentang
atau lisan dari orang-orang atau perilaku gambaran kasus diskriminasi pada siswa
yang dapat diamati.” Pengumpulan data kelas 9J SMPN 3 Singaraja. Dengan
dalam penelitian kualitatif tidak dibatasi pertimbangan tertentu mengingat
pada kategori-kategori tertentu, sehingga narasumber dalam penelitian ini dapat
memungkinkan peneliti untuk mempelajari bersifat individu dan bersifat kelompok
dan menemukan isu-isu tertentu secara yaitu seluruh siswa kelas 9J SMPN 3
mendalam terkait dengan masalah yang Singaraja yang berjumlah 33 siswa.
diteliti. Alasan menggunakan metode
kualitatif yaitu karena dalam penelitian ini Pengumpulan data merupakan
tidak berusaha untuk memanipulasi langkah penting dalam rangka penelitian.
setting penelitian. Data dikumpulkan dari Berhubungan dengan hal-hal di atas, cara
latar yang alami sebagai sumber data yang digunakan dalam proses
langsung. Selain itu, permasalahan yang pengumpulan data antara lain dengan
akan dibahas tidak berkenaan dengan menggunakan teknik observasi,
angka-angka seperti pada penelitian
angket/kuosioner dan wawancara 2. Menggunakan narasumber
terstruktur, untuk memperkuat kebenaran yang terdiri dari siswa kelas 9J
data yang diambil (Sugiyono, 2010). SMPN 3 Singaraja serta guru-
guru yang mengajar di kelas 9J
Setelah data diperoleh, tahap SMPN 3 Singaraja.
selanjutnya adalah analisis data. Analisis 3. Menggunakan teori-teori yang
data dilakukan pada saat mengumpulkan berhubungan dengan
data dan setelah pengumpulan data, permasalahan yang sedang
sebelum menganalisis data dilakukan digali yakni teori-teori tentang
yaitu dengan membubuhkan kode-kode bhineka tunggal ika dan
pada materi yang diperoleh (Setiawan, diskriminasi.
2013). Data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah berasal dari hasil 4. Pengecekan sejawat
observasi, angket/kuosioner, dan Dalam hal ini, teknik pengecakan
wawancara kemudian dipelajari, sejawat yang peneliti gunakan
diklasifikasikan dan dianalisis dengan yakni dengan memberikan
menggunakan metode analisis deskriptif angket/kuosioner kepada seluruh
kualitatif yakni menganalisis data dengan siswa kelas 9J SMPN 3 Singaraja.
cara menginterpretasi data yang di
peroleh dengan menggunakan kata-kata. 5. Kecukupan referensial
Dalam penelitian kualitatif, untuk Dalam hal ini, teknik kecukupan
menetapkan keabsahan data diperlukan referensial yang peneliti gunakan
kriteria dan teknik pemeriksaan. Adapun yakni dengan menggunakan
beberapa teknik keabsahan data yang beberapa buku dan jurnal yang
peneliti gunakan jika berpedoman pada behubungan dengan diskriminasi
Moleong (2010:327) menyatakan kriteria dan bhineka tunggal ika.
dan teknik pemeriksaan keabsahan data
adalah sebagai berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perpanjangan keikutsertaan
Dalam hal ini, peneliti Penelitian tentang realita
menggunakan teknik diskriminasi dalam perspektif bhineka
perpanjangan keikutsertaan yakni tunggal ika studi kasus pada siswa kelas 9
dengan ikut berkontribusi dalam J di SMP Negeri 3 Singaraja ini dilakukan
aktivitas yang dilakukan kelas 9 J di SMPN 3 Singaraja Kabupaten Buleleng,
baik dalam kegiatan belajar Provinsi Bali. Letak sekolah ini berada di
mengajar ataupun kegiatan di luar jalan Pulau Kalimantan, Nomor 1, Kota
kelas. Singaraja, Bali. Dari letak geografisnya,
SMPN 3 Singaraja disebelah Utara
2. Ketekunan pengamatan berbatasan dengan Laut Jawa, disebelah
Dalam hali ini, peneliti melakukan Barat berbatasan dengan Rumah Duka
ketekunan pengamatan yakni Kota Singaraja, disebelah Selatan
dengan menggunakan beberpa berbatasan dengan pusat perbelanjaan
teknik dalam pengumpulan data, Hardis Mall Singaraja, dan disebelah
yakni dengan menggunakan teknik Timur berbatasan dengan Stadion Mayor
wawancara, teknik angket/ Metra Singaraja.
kuosioner, dan teknik observasi.
Pelaksanaan penelitian ini dimulai
3. Triangulasi pada bulan September 2015 sampai
Dalam hal ini, teknik trianggulasi dengan Maret 2016. Sebelum melakukan
yang peneliti gunakan dibagi penelitian, terlebih dahulu dipersiapkan
menjadi 3 bagian yakni: hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian,
1. Menggunakan metode berupa mulai dari tempat sampai dengan perijinan
wawncara, observasi, dan penelitian. Peneliti menyerahkan surat izin
angket/ kuosioner. penelitian yang dikeluarkan oleh fakultas
kepada Kepala SMPN 3 Singaraja.
Peneliti diizinkan untuk melakukan melakukan penelitian dan penyusunan
penelitian pada Siswa kelas 9J SMPN 3 hasil penelitian dengan pelaksanaan
Singaraja Kabupaten Buleleng, Bali. progam PKL yang sedang penulis
Peneliti menjelaskan kepada Kepala laksanakan mulai bulan Februari
SMPN 3 Singaraja mengenai penelitian hingga Bulan Mei 2016.
yang dilakukan, mulai dari tujuan sampai
dengan hal-hal yang dibutuhkan oleh Dalam penelitian yang dilakukan
peneliti. Sikap baik yang ditunjukan oleh penulis, penulis melakukan beberapa
seluruh keluarga sekolah baik dari Kepala metode penelitian untuk menjawab
Sekolah, guru-guru, staf, pegawai, dan rumusan-rumusan masalah yang telah
siswa-siswa membuat penelitian ini dapat ditentukan. Creswell ( dalam Kusmarni,
langsung dilaksanakan, selama kurang 2012 :5) menyatakan bahwa metode
lebih 6 bulan terhitung dari Bulan pengumpulan data studi kasus berupa
September 2015 sampai dengan Bulan observasi, wawancara, kuosioner, dan
Maret 2016 peneliti melakukan penelitian dokumentasi . Metode pengumpulan data
pada siswa kelas 9J SMPN 3 Singaraja. tersebut nantinya dapat digunakan
Peneliti ikut membaur bersama seluruh sebagai acuan dan cara agar beberapa
keluarga SMPN 3 Singaraja dalam pertanyaan dalam rumusan masalah
berkumpul dan dalam melakukan terjawab, dalam hal ini penulis membuat
berbagai aktivitas yang dilaksanakan beberapa rumusan masalah diantaranya:
sekolah selama peneliti mengikuti
kegiatan PPL-Real yang berlangsung a. Bagaimanakah realita diskriminasi
mulai dari bulan Agustus sampai Bulan dalam perspektif bhineka tunggal
November 2015, serta melakukan ika studi kasus pada siswa kelas 9
wawancara terhadap narasumber yang J di SMP Negeri 3 Singaraja?
telah ditentukan oleh penulis dengan b. Mengapa kasus diskriminasi
waktu maksimal Maret 2016. siswa di kelas 9 J SMP Negeri 3
Singaraja dapat terjadi?
Metode yang digunakan untuk c. Bagaimana kendala-kendala yang
mendukung penelitian ini adalah dihadapi siswa kelas 9 J SMPN 3
observasi partisipan dan wawancara, Singaraja serta alternatif
penggunaan metode observasi partisipan pemecahan masalahnya?
dan metode wawancara diharapkan dapat Rumusan masalah diatas nantinya
merinci permasalahan yang diteliti. Alat akan dijadikan asebagai acuan oleh
yang digunakan untuk melakukan penulis dalam menyusun hasil penelitian.
dokumentasi adalah kamera dengan Tetapi sebelum melangkah ke
pertimbangan kepraktisan. Beberapa penyusunan hasil penelitian, penulis
kendala juga dirasakan oleh peneliti pada sempat membuat suatu laporan kemajuan
saat melakukan penelitian ini yaitu penelitian untuk memeriksa bahwa hasil
sebagai berikut: penelitian yang dilakukan oleh penulis
dilapangan telah sesuai dan telah
1. Peneltian yang dilakukan oleh penulis menjawab beberapa rumusan masalah di
yakni terhadap siswa ke 9 SMPN 3 atas.
Singaraja harus dibatasi oleh peneliti
dari aspek jangka waktu dan hal-hal Realita secara umum dapat
apa saja yang harus diteliti, hal diartikan sebagai fakta atau kejadian yang
tersebut dikarenakan seluruh siswa benar-benar terjadi tanpa adanya
kelas 9 SMPN 3 Singaraja tengah rekayasa. Dan untuk menjawab rumusan
mempersiapkan diri untuk masalah diatas, penulis menggunakan
pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah metode penelitian berupa observasi dan
Pada Bulan Maret 2016 dan Ujian dokumentasi. Observasi ini dilakukan saat
Nasional pada Bulan Mei 2016. penulis melakukan kegiatan PPL Real
2. Pelasanaan PKL oleh penulis juga dalam jangka waktu 3 bulan yakni
menjadi kendala penulis dalam terhitung mulai bulan September-
mengatur efiensiensi waktu antara November 2015 di kelas 9J SMPN 3
Singaraja. Observasi ini dilakukan pada Watson (dalam Kuncoro, 2007)
saat peneliti mendapat jam mengajar di menyatakan bahwa diskriminasi adalah
kelas 9 J yakni setiap hari rabu. Dalam perlakuan negatif terhadap kelompok atau
observasi tersebut penulis memperoleh orang tertentu. Sedangkan, Brigham
beberapa temuan yakni dalam kegiatan (dalam Kuncoro, 2007) menyatakan
belajar dan pembelajaran, antusias siswa bahwa diskriminasi adalah perlakuan
kelas 9J bisa dibilang sedang-sedang secara berbeda karena beberapa sebab
saja. Dikarenakan kelas ini bukan dalam suatu kelompok atau etnik tertentu.
termasuk kedalam salah satu kelas Kelompok etnik tersebut diantaranya
unggulan sehingga karakter siswanya adalah suku, bahasa, adat istiadat,
beragam dan minat untuk belajarpun agama, kebangsaan dan lainnya. Swim
tergantung bagaimana seorang guru (dalam Kuncoro, 2007) menyatakan
mengelola kelas. bahwa diskriminasi adalah tindakan
Siswa kelas 9J SMPN 3 Singaraja negatif terhadap orang yang menjadi
terdiri dari berbagai keyakinan, dari 31 objek prasangka seperti rasial, etnik,
siswa didalam kelas terdapat 28 siswa interaksi sosial dan agama.
beragama Hindu, 2 siswa beragama
Kristiani, dan 1 siswa beragama Budha, Menurut Woodworth (dalam
meskipun terdiri dari berbagai macam Kuncoro, 2007 ) pada dasarnya ada
keyakinan, tingkat menghargai keyakinan empat jenis hubungan antara individu
antar siswa di kelas ini bisa dikatakan dengan lingkungannya yaitu ; individu
cukup baik. dapat bertentangan dengan
lingkungannya, individu dapat
Karena bagaimanapun Manusia menggunakan atau memanfaatkan
pada dasarnya adalah makhluk sosial. lingkungannya, individu dapat berperan
Manusia tidak dapat hidup tanpa serta (berpartisipasi) dengan
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya dan terakhir individu dapat
dengan lingkungannya. Dia selalu menyesuaikan dengan lingkungannya.
membutuhkan orang lain untuk bertahan. Lingkungan di sini termasuk di dalamnya
Interaksi sosial merupakan syarat mutlak adalah kehadiran orang atau kelompok
terjadinya aktivitas- aktivitas sosial dan lain. Siswa dalam penelitian bernama
merupakan kunci terjadinya kehidupan Therisna Yunita Dewi telah mempraktekan
sosial. Kimball Young dan Raymond dirinya menjadi pribadi yang bertentangan
(Kuncoro, 2007) menyatakan bahwa dengan lingkungannya, sifat dan karakter
interaksi sosial merupakan hubungan- kurang baik yang ia miliki mengakibatkan
hubungan sosial yang dinamis yang diskriminasi dari teman-teman sekelasnya
menyangkut hubungan antara orang- didapat olehnya. Diskriminasi yang
orang perorangan, antara kelompok- dimaksud adalah tidak diperoleh hak-hak
kelompok manusia maupun antara orang Yunita Therisna Dewi sebagai kawan atau
dengan kelompok. Apabila dua orang teman dari siswa kelas 9J SMPN 3
bertemu, maka dimulailah interaksi sosial Singaraja, baik dalam interaksi nonformal
pada saat itu walalupun tidak saling tegur (Bermain) ataupun interaksi formal
sapa, karena paling tidak salah satunya (Belajar Kelompok).
menyadari kehadiran orang lain
disekitarnya. Sehingga dampak yang didapat
secara personal dari Therisna Yunita Dewi
Dan hal inilah yang tidak terjadi di sendiri adalah menjadi pribadi yang
kelas 9J SMPN 3 Singaraja, seorang menyendiri karena tidak ada teman
siswa yang memiliki karakter kurang sekelasnya yang bersedia berinteraksi
bersahabat pada akhirnya harus dengan dirinya, menjadi pribadi yang
mendapat perlakuan berbeda oleh teman- sensitif terhadap interaksi sosial yang
teman sekelasnya, yakni perlakuan menurutnya tidak sesuai dengan dirinya,
diskriminasi. Perlakuan diskriminasi inilah serta menjadi pribadi yang akhirnya selalu
yang mengakibat makna manusia sebagai dikucilkan oleh teman-teman sekelasnya.
makhluk social diatas menjadi diabaikan. Bahkan para guru yang mengajar di kelas
9J juga berpendapat sama bahwa hubungan baik antara Therisna dengan
Therisnya Yunita Dewi memiliki karakter teman-teman sekelasnya tidak tercapai.
yang kurang bersahabat dengan teman-
temannya, sehingga kerap sekali teman- Dan asumsi dari penulis tersebut
teman Therisna di kelas 9J mengeluh atas diperkuat oleh beberapa pendapat para
karakter kurang baik yang dimiliki oleh ahli psikolog yakni Defli (dalam Setiawan
Therisna Yunita Dewi. Para gurupun juga 2014) yang mengemukakan bahwa anak
berpendapat, bahwa kurangnya perhatian yang sering dimarahi orang tuanya,
dari orang tua yang mengakibatkan apalagi diikuti dengan penyiksaan,
Therisna memiliki karakter yang kurang cenderung meniru perilaku buruk orang
baik, sehinga ia tidak disukai oleh teman- tuanya (coping mechanism). Rosa (dalam
teman dikelasnya. Meskipun demikian, Setiawan 2014) juga mengemukakan
seharusnya prilaku diskriminasi tidak bahwa Ganguan kejiwaan anak bisa
seharusnya dilakukan oleh siswa-siswa disebabkan oleh faktor sosial yakni
kelas 9J kepada Therisna. Alangkah Terdapat hubungan erat antara ganguan
baiknya jika siswa-siswa di kelas 9J emosional serta kehilangan sosial dan
memberikan suatu perhatian positif budaya, status perkawinan orangtua,
terhadap Therisna demi memperbaiki jumlah sanak saudara, status sosial
karakter Therisna. Hal demikian juga yang keluarga, perpisahan orangtua,
dilakukan oleh guru-guru yang mengajar perceraian, fungsi perkawinan, atau
di kelas 9J, yakni memberikan perhatian struktur keluarga serta tekanan dari teman
positif kepada Therisna sehingga Therisna yang dapat menyebabkan seorang anak
dapat berprilaku baik saat berinteraksi merasa stres karena merasa tidak dapat
dengan para guru. diterima oleh teman-temannya.

Sehingga dalam hal ini penulis Dalam hal ini memang bimbingan
membangun sebuah definisi, bahwa serta dukungan dari berbagai kalangan
bentuk penyimpangan bhineka tunggal ika sangat diperlukan oleh Therisna Yunita
tidak hanya sekedar berasal dari konflik Dewi guna menjadi pribadi dan karakter
agama, konflik suku, konflik ras, dan yang baik. Peran orang tua, guru, dan
konflik budaya. Melainkan penyimpangan teman-teman sekelasnya dalam
bhineka tunggal ika juga dapat berasal memberikan pendidikan karakter adalah
dari berbagai macam bentuk diskriminasi. hal utama guna memperbaiki karakter
Meskipun diskriminasi tersebut memiliki Therisna. Meskipun kita sadari bersama,
latar belakang yang berbeda-beda, tetap bahwa untuk beberapa bulan kedepan
saja diskriminasi dalam bentuk apapun Therisna akan memasuki dunia baru yakni
termasuk dalam bentuk diskriminasi masuk ketingkat yang lebih tinggi yakni
interaksi sosial yang terjadi seperti kasus Sekolah Menengah Atas (SMA), semoga
di atas, tidak sesuai dengan makna perlakuan buruk yang Therisna peroleh
bhineka tunggal ika yang sesungguhnya. dari teman-teman sekelasnya ketika SMP,
menjadi pelajaran berharga bagi Therisna
Penulis sendiri pada akhirnya untuk tidak mendapatkan perlakuan yang
mengasumsikan bahwa karakter yang serupa ketika Therisna sudah menjadi
dimiliki oleh Therisna Yunita Dewi bisa siswa SMA.
jadi merupakan dampak dari didikan keras
dari orang tuanya yang seperti dia Hanafi (2014) dalam penelitiannya
sampaikan bahwa ibunya sering yang berjudul “Diskriminasi Terhadap
memarahinya, status sebagai anak Siswa IPS di SMA Surabaya”, berhasil
semata wayang serta gunjangan karakter menjelaskan tentang Program penjurusan
karena kehilangan sosok seorang kakak yang dilaksanakan di SMA merupakan
yang meninggal karena menderita kanker upaya untuk mengembangkan
otak adalah penyebabnya. Selain itu, kemampuan siswa. Namun, dalam
prilaku diskriminasi yang dilakukan oleh pelaksanaannya, penjurusan di SMA
siswa-siswa kelas 9J kepada Therisna malah menimbulkan tindakan diskriminatif
semakin memperburuk suasana sehingga terhadap siswa jurusan IPS sehingga
muncul label atau cap negatif terhadap sebangku dengan siswa tersebut. Begitu
mereka. Label negatif sebagai sanksi juga saat guru membentuk kelompok,
sosial bagi siswa IPS disebabkan oleh tidak ada satupun siswa di kelas yang
perilaku mereka yang dianggap telah berkenan berkelompok dengan siswa
menyimpang dari aturan yang berlaku di tersebut.
sekolah. Label tersebut mengakibatkan
siswa jurusan IPS menerima tindakan Bahkan kasus ini juga dibenarkan
diskriminasi dari lingkungannya sehingga oleh para guru yang mengajar di kelas 9J
mereka cenderung menjalankan peran SMPN 3 Singaraja bahwa memang siswa
sebagai seorang penyimpang meskipun atas nama Therisna Yunita Dewi memiliki
tidak semuanya. Karena menurut mereka, karakter yang kurang bersahabat dengan
siswa IPS juga memiliki prestasi dan lingkungannya sehingga ia terisolir dari
perilaku yang baik sehingga mereka lingkungan sekitarnya. Jelas dalam hal ini
melakukan perlawanan sebagai upaya merupakan kasus yang tidak diharapkan
untuk menghilangkan atau mengurangi sama sekali, mengingat sekolah
label negatif dari lingkungan sekolah. seharusnya menjadi sarana dalam
menumbuhkan karakter bagi para
Penelitian tentang “Diskriminasi siswanya agar mampu menyesuaikan diri
Terhadap Siswa IPS di SMA Surabaya” dengan lingkungannya. Selain itu,
Hanafi (2014) mangungkapkan bahwa sekolah juga menjadi sumber
posisi diskriminasi sebagai sebab pemahaman yang sesungguhnya bagi
terjadinya suatu prilaku menyimpang yang para siswa tentang makna semboyan
dilakukan oleh siswa IPS. Sedangkan, bhineka tunggal ika. Hingga pada
penelitian tentang “Diskriminasi dalam akhirnya para siswapun mengerti bahwa
prespektif bhineka tunggal ika studi kasus mereka merupakan bagian dari manusia
pada siswa kelas 9J SMPN 3 Singaraja” sebagai makhluk sosial bahwa manusia
meletakan posisi diskriminasi sebagai adalah mahluk sosial yang pada
akibat yang diperoleh atas suatu prilaku dasarnya selalu ingin bergaul dan
menyimpang dari seorang siswa. berkumpul dengan sesama manusia.
Sehingga penelitian tentang “Diskriminasi
dalam prespektif bhineka tunggal ika studi Berdasarkan kesimpulan diatas,
kasus pada siswa kelas 9J SMPN 3 penulis dapat memberikan sumbangsih
Singaraja” memiliki potensi untuk dapat saran yakni sebagai berikut:
menggali lebih dalam lagi tentang
penyebab terjadi suatu kasus diskriminasi. 1. Bagi Sekolah SMPN 3 Singaraja
Agar hal serupa tidak
terjadi lagi, peran sekolah dalam
memberikan pendidikan karakter
SIMPULAN DAN SARAN terutama tentang pentingnya
harmonisasi dalam interaksi social
Berdasarkan hasil penelitian di disekolah sangat diperlukan.
atas, maka dapat dalam hal ini penulis Bahkan jika berkenan, setiap guru
menarik sebuah kesimpulan yakni, suatu mata pelajaran selalu
sikap diskriminasi tidak akan terjadi jika menanamkan nilai dan sikap
tanpa adanya penyebab yang rendah hati sebagai makhluk
melandasinya. Hal tersebut sangat social terhadap semua siswa
sesuai dengan penelitian yang peneliti ketika memberikan pelajaran di
susun, dimana terdapat seorang siswa dalam kelas.
yeng memiliki karakter yang kurang baik
dalam memperlakukan lingkungan 2. Bagi Keluarga Therisna
sekitarnya sehingga siswa tersebut Seperti yang telah saya
mengalami tindak diskriminasi yang sampaikan diatas bahwasanya
diberikan dari teman-teman sekelasnya. keluarga merupakan komponen
Diskriminasi yang dimaksud adalah penting dalam membentuk
dalam kegiatan belajar dikelas, tidak ada karakter seorang anak, sehingga
satupun siswa yang berkenan duduk
saran saya didiklah seorang anak http://www.antaranews.com/berita/
secara simpel, simpel yang saya 341922/tokoh-adat-13-warga-
maksud adalah didiklah seorang balinuraga-yang-tewas. Diakses
anak sesuai dengan nilai-nilai dari 21 Februari 2016
pancasila, karena jika ke 5 nilai
pancasila telah diterapkan Hanafi, A. 2014. Diskriminasi Terhadap
terhadap pembentukan karakter Siswa IPS di SMA Surabaya.
seorang anak, maka karakter yang Skripsi. (tidak diterbitkan).
berbudi luhur akan dimiliki oleh Universitas Airlangga.
anak tersebut.
Kusmarni, Y. 2012. Studi Kasus. Dalam
3. Bagi Therisna http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/J
Saran yang dapat saya UR._PEND._SEJARAH/19660113
berikan adalah jadilah pribadi yang 1990012-
ramah dan santun kepada YANI_KUSMARNI/Laporan_Studi_
siapapun, karena bagaimanapun Kasus.pdf. Diakses pada: 22
seberapa hebat diri kita tidak akan Pebruari 2016.
terlihat hebat ketika tidak mampu
Kuncoro, J. 2007. Prasangka dan
membuat nyaman orang-orang
Diskriminasi. Dalam
disekitar kita. Dan kebahagian itu
http://download.portalgaruda.org/ar
sederhana jika kita mau untuk
ticle.php?article=176333&val=312
menghormati dan menghargai
&title=PRASANGKA%20DAN%20
orang lain maka kebahagiaan
DISKRIMINASI. Di akses pada 22
itupun akan datang dengan
Pebruari 2016.
sendirinya.
Moleong, L. 2010. Metode Penelitian
4. Bagi Siswa-siswa Kelas 9J Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Saran yang dapat saya PT.Remaja Rosdakarya
berikan kepada siswa kelas 9J
SMPN 3 Singaraja adalah jangan Pursika. 2009. Kajian Analitik terhadap
pernah merespon perlakuan yang Semboyan Bhineka Tunggal Ika.
kurang baik dari seseorang Dalam http://www.e-
dengan perlakuan yang kurang jurnal.com/2014/02/kajian-analitik-
baik pula, karena perlakuan yang terhadap-semboyan.html. Diakses
kurang baik tersebut hanya akan 23 Februari 2016
memperburuk situasi. Alangkah
baiknya jika perlakuan yang Setiawan, D. 2013. Studi Kasus pada
kurang baik dari seseorang Komunitas Punklung di
direspon dengan perlakuan dan Cicalengka, Bandung. Skripsi.
perhatian yang positif guna (tidak diterbitkan). Universitas
merubah karakter seseorang Negeri Semarang.
tersebut menjadi karakter yang
lebih baik. Seperti kata pepatah Setiawan, D. 2014. Trauma Psikologis
yakni, seorang preman akan luluh Pada Anak. Dalam
hatinya jika mendapat perlakuan http://klinikpsikis.com/trauma-
baik dari lingkungan sekitarnya psikologi-pada-anak/ . Di akses
serta seganas-ganasnya api akan pada 1 Juli 2016.
padam jika dilawan menggunakan
air. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
DAFTAR PUSTAKA Kualitatif, dan R & D. Bandung :
Alfabeta
Burhani, R. 2012. Tokoh Adat: 13 Warga
Bali Nuraga Tewas. Antara News.
Dalam:

Anda mungkin juga menyukai