Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Anisa Ustadah

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 857910151

Kode/ Nama Mata Kuliah : PDGK4401/Materi & Pembelajaran PKn SD

Kode/ Nama UPBJJ : 45/ YOGYAKARTA

MASA UJIAN : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
1. Contoh kasus yang terjadi terkait diskriminasi terhadap kelompok minoritas di Indonesia
terkait hak dalam beragama.

Kasus kekerasan dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas di Indonesia terkait hak
dalam beragama adalah kasus kekerasan yang terjadi di di Solo, Jawa Tengah, Sabtu
(8/8/2020). Tindak kekerasan dan penyerangan di Solo tersebut dilakukan oleh sekelompok
orang pada upacara Midodareni yang diselenggarakan di kediaman almarhum Segaf Al-
Jufri, Jl. Cempaka No. 81, Kp. Mertodranan, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, pada Sabtu,
(8/8/2020). Sekelompok orang tersebut melakukan penyerangan, merusak sejumlah mobil
dan memukul beberapa anggota keluarga yang melakukan upacara Midodareni, sembari
meneriakan bahwa Syiah bukan Islam dan darahnya halal.
Sedikit catatan, Midodareni merupakan tradisi yang banyak dilakukan oleh masyarakat
Jawa untuk mempersiapkan hari pernikahan.

Contoh kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum minoritas terkait hak dalam
beragama yang lain adalah menimpa pemeluk keyakinan Sunda Wiwitan. Keyakinan sunda
wiwitan yang dianut oleh masyarakat tradisional Sunda, yang sebagian besar berdomisili di
Provinsi Banten dan Jawa Barat. Masyarakat Sunda Wiwitan dan keturunannya menerima
perlakuan diskriminatif dari negara semenjak lahir. Tindak diskriminatifnya adalah mereka
tidak bisa memiliki surat kelahiran atau akta. Hal serupa juga mereka alami dalam
pembuatan KTP dan buku nikah.
Pasalnya, keyakinan Sunda Wiwitan tidak termasuk ke dalam lima agama yang diakui
negara. Penganut Sunda Wiwitan terpaksa harus memilih salah satu dari lima agama yang
diakui, meskipun mereka tidak menyakininya. Negara seolah-olah menjadi wakil Tuhan
untuk mengakui suatu agama.
Dewi, salah seorang penganut Sunda Wiwitan yang telah menikah selama 12 tahun, hingga
kini belum memiliki surat nikah karena berpegang teguh pada keyakinannya dan menolak
mengakui penganut agama lain.
2. Tiga pendekatan yang bisa digunakan untuk mendesain pembelajaran pengembangan
karakter sejak sekolah dasar dalam rangka pemberantasan korupsi.
a. Model terintegrasi dalam mata pelajaran
b. Model di luar pembelajaran melalui kegiatan ekstrakurikiler
c. Model pembudayaan atau pembiasaan nilai dalam seluruh aktivitas kehidupan siswa.

Tiga pendekatan di atas perlu dilakukan di lingkungan pendidikan. Perlu komitmen yang
kuat dan langkah konkrit dalam menanamkan nilai kejujuran pada diri setiap generasi uda
agar terbentuk pribadi yang mulia, jujur serta bertanggung jawab dengan segala yang
diamanahkan kepada mereka.dengan demikian sekolah memiliki tugas besar dalam
merealisasikan hal tersebut. Semua dapat berjalan sesuai harapan apabila ada peran nyata
dari pihak sekolah dan juga dukungan dari pemerintah serta partisipasi aktif masyarakat.

3. Cara menanggulangi penjajahan dalam era digital saat ini yang dapat melunturkan budaya
Indonesia.
Zaman semakin maju, informasi mudah berkembang di era digital, generasi muda
semakin cerdas. Namun masih belum bisa memilah–milah budaya yang masuk di
Indonesia. Bukan dengan berperang atau tindakan yang heroik lainnya, namun kita
dapat memulainya melalui hal–hal kecil yang dapat kita lakukan agar dapat
menanggulangi penjajahan di era digital.
Contoh tindakan tersebut misalnya:
a. Menggunakan bahasa daerah setempat kita tinggal agar bahasa daerah kita tidak
punah. Banyak generasi muda sekarang ini yang malu menggunakan bahasa daerah.
Mereka menganggap menggunakan bahasa daerah merupakan hal yang
memalukan. Justru lebih memalukan kalau tidak bisa berbahasa daerah namun
lancar menggunakan bahasa asing.
b. Mengkonsumsi lagu–lagu dan film Indonesia. Anak muda zaman sekarang lebih suka
mengkonsumsi lagu–lagu dan film dari luar Indonesia karena mereka menganggap
lagu dan film dari negara luar lebih berkualitas daripada lagu dan film Indonesia.
Itualah tugas dari generasi muda zaman sekarang untuk menciptakan lagu-lagu dan
film–film yang dapat dikonsumsi dan disenangi oleh masyarakat Indonesia.
c. Berpakaian dengan sopan. Selain untuk melindungi tubuh kita dari panas matahari,
berpakaian dengan sopan juga dapat meningkatkan derajat kita.
d. Menggunakan produk–produk Indonesia. Selain untuk mengurangi penjajahan
produk negara asing, menggunakan produk Indonesia juga dapat mendambah devisa
negara dan memperkenalkan produk Indonesia ke Dunia.
e. Mengembangkan dan melestarikan makanan dan minuman asli Indonesia. Sebagai
kebutuhan pokok kita, makanan juga bida dijajah, contohnya banyak rumah makan
cepat saji yang menyediakan makanan dari negara eropa dari pada warung makanan
yang menjajakan makanan asli Indonesia. Salahsatu faktor yang menyebabkan
makanan cepat saji lebih diminati daripada makanan Indonesia adalah penyajiannya
yang kurang menarik. Itulah mengapa kita harus mengembangkan makanan–
makanan tersebut sehingga dapat menjadi makanan yang diminati oleh masyarakat
Indonesia.
Tidak hanya memperjuangkan bahasa, budaya, makanan, dan produk – produk
Indonesia, namun kita juga harus memperjuangkan anak–anak Indonesia. Masih banyak
anak – anak Indonesia yang belum mendapatkan hak – haknya sebagaimana mestinya.
Apabila kita tidak memperjuangkan anak–anak Indonesia, bagaimana generasi penerus
kita selanjutnya? Apakah bangsa Indonesia akan diisi dengan anak – anak yang tidak
mendapat pendidikan sebagaimana mestinya? Atau anak – anak yang candu akan
narkotika dan obat–obatan terlarang? Untuk itu kita harus memperjuangkan anak– anak
Indoesia agar mereka mendapat pendidikan yang layak agar anak–anak Indonesia
menjadi anak–anak yang cerdas yang dapat memerdekakan Indonesia dari budaya–
budaya yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
Untuk itu kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus menjadi generasi muda
yang cerdas untuk melawan penjajahan–penjajahan yang mulai menggerogoti budaya–
budaya Indonesia. Tidak harus melawan dengan hal yang menggebrak, namun kita
dapat memulainya melalui hal–hal kecil yang dapat kita lakukan sehari–hari.

4. Pengaruh atau faktor terbesar yang dapat mempengaruhi baik dalam menguatkan dan
melemahkan kebhinekaan di Indonesia.
Faktor yang dapat menguatkan kebhinekaan di Indonesia adalah dengan meningkatkan
kesadaran pola pikir masyarakat Indonesia untuk menggunakan hak konstitusi dalam
berkumpul maupun berserikat. Faktor yang lain adalah dengan mendorong masyarakat
untuk lebih menggunakan dasar agama sebagai landasan kehidupan dalam bersosialisasi
yang juga menegaskan bahwa Tuhanlah tujuan hidup mereka seperti yang tertera dalam
agama yang dianut setiap individu masyarakat.
Hidup dengan saling menghormati dan menghargai merupakan tindakan nyata yang dapat
dilakukan untuk semakin memperkuat kebhinekaan di Indonesia.
Sedangkan faktor yang melemahkan kebhinekaan di Indonesia antara lain:
a. Tidak adanya sikap saling menghargai, menghormati, serta adanya toleransi yang telah
menjadi karakter khas masyarakat Indonesia.
b. Adanya keinginan dari kelompok yang memilih untuk memisahkan diri dari NKRI.
c. Ketidakmerataan pembangunan serta hasil-hasil pembangunan masih belum dapat
diatasi sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan ketidakpuasan hingga perpecahan
di antara orang atau kelompok orang.
d. Munculnya paham etnosentrisme, yaitu paham yang menonjolkan kelebihan-kelebihan
budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Prinsip yang satu ini lebih
merujuk pada rasa bangga seorang individu atau kelompok secara berlebihan. Hal
tersebut apabila tidak diatasi akan memperlemah rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

5. Analisis terkait dengan lemahnya masyarakat Indonesia khususnya remaja atau kaum
milenial dalam menjaga bahasa Indonesia dengan lebih memilih menggunakan bahasa
asing/ gaul yang menyebabkan hilangnya kultur dan jati diri bangsa.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang berfungsi sebagai bahasa pemersatu
bangsa. Arti bahasa pemersatu bangsa ini adalah bahasa yang dapat menyatukan
pembicaranya yang berasal dari daerah atau suku yang berbeda di Indonesia. Negara
Indonesia memiliki ribuan pulau yang tentunya juga akan mengakibatkan penggunaan
bahasa yang berbeda misalnya orang Jawa dengan bahasa jawanya, orang Papua dengan
bahasa daerah Papuanya dan bahasa yang lain yang dari daerah atau suku yang berbeda di
Indonesia.
Masyarakat yang berbeda budaya dan bahasanya tentu tidak akan dapat berkomunikasi
dengan baik jika seandainya mereka bertemu dengan masyarakat dari suku atau daerah
yang berbeda sedangkan mereka sama-sama menggunakan bahasa dari daerahnya sendiri.
Maka, inilah fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu. Mereka yang bertemu
dari daerah dan suku yang berbeda tentunya dapat berkomunikasi dengan baik dengan
menggunakan bahasa Indonesia.
Namun, akhir-akhir ini masyarakat Indonesia khususnya remaja atau kaum milenial lebih
memilih menggunakan bahasa asing/ gaul yang menyebabkan hilangnya kultur dan jati diri
bangsa. Faktor yang menyebabkan penggunaan bahasa asing/ gaul lebih dipilih kaum
milenial, salah satunya karena pengaruh media dan teknologi digital. Kaum remaja atau
milenial beranggapan bahwa dengan menggunakan istilah dalam bahasa asing atau bahasa
gaul dianggap lebih modern dan terpelajar.
Kehidupan dan interaksi anak muda milenial pun terlepas dari kontaminasi bahasa.
Penggunaan istilah-istilah yang entah dari mana asalnya semakin menghilangkan wujud asli
bahasa Indonesia. Di era milenial saat ini, bahasa Indonesia banyak tercampur dengan
bahasa asing contohnya adlah `kids jaman now` menggantikan istilah remaja masa kini,
`woles` yang menggantikan santai, konon diambil dari kata selow yang diucapkan terbalik.
Serta masih banyak istilah-istilah yang sebelumnya tidak terkenal. Penggunaan istilah asing
tersebut membuat bahasa Indonesia semakin terpinggirkan. Bukan tidak mungkin bisa saja
suatu saat nanti akan semakin jarang seseorang yang bisa menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai