Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Oleh:
Ayu Wulansari Pramita
26020214140077
Oseanografi A

Dosen Pengampu:
Drs. Heryoso Setiyono, M.Si
19651010 199103 1 005

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
(Sumber: Kompas.com - 23/04/2017, 18:33 WIB)
Tanggapan:

Kebhinekaan adalah tonggak pemersatu bangsa yang harus dipandang dengan

kebanggaan, kebanggaan karena kita bisa terlepas dari paham primordialisme sempit yang

menanggap ras, adat, agama lain lebih rendah/buruk dibanding milik diri pribadi.

Kebhinekaan merupakan realitas bangsa yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Untuk

mendorong terciptanya perdamaian dalam kehidupan Bangsa dan Negara. Kebhinekaan pun

harus dimaknai masyarakat melalui pemahaman multikulturalisme dengan berlandaskan

kekuatan spiritualitas.

Bhineka Tunggal Ika tidak bisa dianggap hanya sekedar semboyan, melainkan di hayati,

di simpan pada sanubari setiap warga negara Indonesia untuk menjaga persatuan & kesatuan

negara. Pada prinsipnya semboyan bangsa Indonesia memiliki makna yang sangat penting

yaitu toleransi dan kesatuan. Pertama, Toleransi dapat mencairkan perbedaan menjadi

persatuan sehingga tidak ada perpecahan atau konflik. Kedua, Kesatuan merupakan hal yang

harus dilakukan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan dari berbagai macam ras, suku,

dan agama.

Kita perlu melihat lagi makna dari Sumpah Pemuda 1928 yang sangat merefleksikan

semangat pluralisme sebuah bangsa demi mencapai tujuan yang sama. Melihat gejala konflik2

horisontal yang terjadi di masyarakat saat ini nampaknya perlu lagi dimaknai oleh masyarakat

Indonesia filosofi Pancasila, UUD 1945, Sumpah Pemuda 1928, pelajaran wawasan

kebangsaan hingga etika bermasyarakat agar kita benar-benar memahami arti dari perbedaan.

Bagaimana sebuah negara dapat mempertahankan eksistensinya jika orang-orang yang

berada dalam negara terebut saling mengkotakkan darinya masing-masing? Jika hal itu yang

terjadi, maka yang akan terjadi adalah kerapuhan dan bukan persatuan.

Indonesia bisa berdiri karena adanya kesamaan tujuan yang ingin dicapai oleh para

pemuda pada awalnya, yakni untuk bebas dari jerat imperialisme dan kolonialisme. Oleh satu

tekad inilah, segala perbedaan dihilangkan untuk mencapai kemerdekaan. Jika saja para
pendiri negara ini sewaktu itu masih memikirkan tentang bagaimana suku, agama, dan

keturunan mereka, maka niscaya Indonesia tidak akan pernah dikenal dalam peta dunia.

Indonesia didirikan bukan dengan dasar asal-asalan. Sebuah perjalanan panjang untuk

menentukan sebuah dasar negara. Ketika mereka dihadapkan pada berbagai perbedaan, maka

mereka menghasilkan sebuah dasar yang berusaha untuk mempersatukan. Pancasila dan

Bhinneka Tunggal Ika.

Saya menyebut dua hal ini “seolah-olah hilang” disebabkan karena satu hal, yakni

karena dua dasar ini tidak akan pernah hilang secara eksplisit, namun hilang secara implisit.

Oleh sebabnya, dua dasar ini tidak pernah hilang secara nyata. Mereka senantiasa untuk

dipajang di antara dua orang paling berkuasa di negeri ini. Mereka ada di bawah perlindungan

sang burung garuda. Mereka tidak pernah hilang karena akan selalu kita lihat, namun mereka

hilang dalam hati dan jiwa kita.

Konflik antar agama dan suku yang terjadi di berbagai tempat, bisa menunjukkan betapa

rapuhnya implementasi sila pertama dan ketiga dari Pancasila serta menunjukkan bagaimana

konsep Bhinneka Tunggal Ika yang tidak diimplementasikan dengan baik. Penegakkan HAM

yang masih minim, badan-badan pemerintahan yang cenderung kotor, kesejahteraan rakyat

yang tidak cenderung meningkat, menunjukkan bagaimana sila kedua, keempat dan kelima

masih juga cenderung diabaikan. Lantas, dimana letak Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di

zaman sekarang? Untuk apa mereka berada di segala tempat jika dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara kita tidak mengindahkannya?

Bung Karno, sang proklamator, pernah berkata, “Perjuanganku lebih mudah karena

mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.

Dalam perkataan beliau, sudah nampak jelas bahwa apa yang menjadi substansi ke depan bagi

rakyat Indonesia adalah sebuah perjuangan untuk mengatasi hambatan dari dalam dan bukan

lagi dari luar, karena Soekarno sendiri telah menyudahi penjajahan di Indonesia ini dengan

memproklamirkan berdirinya Negara Kesatuan Rpublik Indonesia.


Di negara ini, masih banyak yang berjuang atas nama agama, suku, golongan, dan ras.

Masing-masing beranggapan bahwa dirinya lebih baik dari yang lain. Hal inilah yang menjadi

kesalahan. Adanya perbedaan bukan dipandang sebagai sebuah kekayaan bangsa yang

seyogyanya dipertahankan dan dilesatrikan, melainkan dipandang sebagai sesuatu yang bisa

menyulut konflik berkelanjutan.

Mengatasi hambatan yang berasal dari luar memang lebih mudah, sebab semua

perbedaan bisa segera dihilangkan untuk mengatasi hambatan tersebut. Lain halnya ketika

hambatan itu berasal dari dalam, sebab masing-masing kelompok memiliki ego masing-

masing.

Apa yang bisa menghentikan ini adalah dengan kembali kepada Pancasila dan Bhinneka

Tunggal Ika, mengimplementasikan secara serius dan total dalam segala aspek kehidupan

berbangsa dan bernegara. Dua dasar inilah yang akan mempersatukan dan menjawab

tantangan Soekarno dalam menghadapi hambatan dari dalam.

Sudah seyogyanya dua dasar ini bukan hanya terletak sebagai sebuah pajangan yang

dianggap membanggakan. Tanpa implementasi yang sungguh-sungguh, pajangan ini tidak

bisa dikatakan membanggakan, melainkan memalukan karena hanya sebagai sebuah wacana

kosong.

Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika tidak boleh dipensiunkan sebagai sebuah dasar

negara. Mereka adalah sebuah dasar yang hingga kapanpun tidak bisa dipensiunkan, tidak

bisa digantikan, apalagi dihilangkan. Tanpa mereka, Indonesia hanya akan berjalan setapak

demi setapak menuju jurang kehancuran.

Dalam berita dari kabar online diatas yang berjudul “Perangi Konten Negatif dengan

Aksi Pelajar untuk Kebinekaan Indonesia” dilakukan untuk mendorong anak-anak untuk

memproduksi hal-hal yang positif bertemakan kebinekaan dan menurut sumber itu bagian dari

upaya merawat demokrasi, dimana sekarang lagi maraknya konten video negatif yang tersebar

di youtube akibat dari dampak era globalisasi di Indonesia.


Globalisasi tampaknya telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Kita tidak dapat

melepaskan diri dari globalisasi. Ibaratnya, siap atau tidak siap, kita mesti berhadapan dengan

globalisasi. Namun demikian, arus globalisasi ternyata tidak selamanya berdampak positif.

Ada pula dampak negatifnya. Contohnya alat komunikasi modern seperti telepon seluler yang

dimiliki setiap orang memungkinkan setiap waktu dapat berkomunikasi dengan siapa saja

dimana mereka berada. Kemudian internet yangmembuat manusia dapat mengakses semua

data informasi yang ada dan tersebar di seluruh dunia dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Dampak-dampak negatif dari hadirnya globalisasi di dunia sangat merugikan Bangsa

Indonesia, bahkan bisa mengancam kedaulatan bangsa yang kita cintai ini. Dan inilah

beberapa contoh dampak negatif globalisasi terhadap Bangsa Indonesia dalam bidang sosial

budaya antara lain:

a) Masuknya film dan musik barat yang tidak sesuai dengan moral bangsa.

b) Jiwa individualistis semakin meningkat dan rasa kekeluargaan menurun.

c) Kesenjangan sosial antara masyarakat kaya dan miskin semakin besar.

d) Budaya-budaya tradisional kita semakin lama semakin tidak dikenali.

e) Nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia semakin lama semakin luntur.

f) Akulturasi budaya yang tak terfilter cenderung berdampak tidak baik.

g) Pola kehidupan bangsa semakin lama semakin berubah (buruk).

h) Menumbuh kembangkan sikap menutup diri dan berpikiran sempit.

i) Semakin mudah dipengaruhi dengan hal kebarat-baratan.

j) Semakin lama semakin hilang identitas budaya nasional kita.

k) Hilangnya arah tujuan bangsa yang sejatinya memiliki jati diri.

l) Pudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme.

m) Besarnya kecenderungan untuk bersifat pragmatis dan instan.

Konten negatif dari video yang banyak beredar di youtube merupakan pengaruh dari

budaya barat yang menyebabkan nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia semakin lama semakin
luntur. Hal ini membuat remaja Indonesia saat ini memiliki moral yang tidak baik akibat

pengaruh dari tontonan mereka di youtube. Contohnya vlog yang sedang hits-hits nya menjadi

tontonan remaja di youtube saat ini. Kegiatan 1ndonesia-Aksi Pelajar untuk Kebhinekaan

Indonesia yang diadakan oleh maarif Institute bersama Cameo Project dan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menurut saya salah satu kegiatan yang harus

digalakkan terutama bagi pelajar-pelajar di Indonesia. Mengingat kegiatan tersebut

memberikan pembelajaran bagi pelajar Indonesia dalam mendorong anak muda untuk berfikir

kritis dalam menghasilkan konten-konten video positif. Serta kegiatan tersebut memberi

pelajaran bahwa kita harus mempunyai penyaring (filter) untuk menghadapi era globalisasi

yang sangat merugikan agar kita tidak terlindas oleh jaman. Justru sebaliknya, kita harus tetap

menjadi manusia yang berjiwa manusiawi. Untuk kesuksesan dan kesejahteraan umat manusia

di seluruh dunia.

Anda mungkin juga menyukai