Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Ujian Tengah Semester (UTS)

Mata Kuliah : Desain dan Pengelolaan Pendidikan dan Pelatihan


Program Studi : Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Riswandi, M.Pd
Dr. Muhammad Nurwahidin, M.Ag., M.Si

Petunjuk Mengerjakan UTS

1. Kerjakanlah UTS ini dengan sungguh-sungguh dan tidak diperkenankan


untuk bekerjasama dalam menjawab soal.
2. Jawaban yang anda kumpulkan tidak boleh ada yang sama, jika terdapat
kesamaan jawaban maka akan didiskualifikasi (termasuk jawaban yang
bersumber dari internet atau dari referensi lainnya yang tidak sesuai
dengan aturan akan dikembalikan).
3. Menjawab soal gunakanlah kertas A4 dan diketik 1,15 (satu koma lima
belas) spasi.
4. UTS dikumpulkan paling lambat hari Jumat tanggal 21 Oktober 2022
diserahkan oleh ketua kelas.

Deskripsi:

Banyak pelatihan yang telah dilaksanakan oleh berbagai instansi (baik pemerintah
maupun swasta), akan tetapi amat sedikit setelah pelatihan bermanfaat bagi
individu (peserta), melaksanakan tugasnya, dan organisasi. Semestinya
pelaksanaan kegiatan didasarkan pada konsep andragogi sehingga kegiatan
pelatihan tidak terkesan hanya mendengar ceramah saja. Di samping itu,
kadangkala topik/materi yang disampaikan tidak mengkonstruksi untuk mencapai
tujuan pelatihan dan diperparah lagi dengan tidak pernah dilakukannya evaluasi
(untuk sesi dan program pelatihan).

Sebenarnya, ya...!!! Pelatihan akan benar apabila memiliki desain yang


menggambarkan sistematika pelatihan yang mencakup prosedur-prosedur yang
dilakukan dan adanya kajian teori yang mendukung (terkait dengan substansi
content pelatihan dan perubahan yang diharapkan dari pelatihan tersebut).

1
Memang kadang kala,,,!!! Banyak orang yang bertugas mengelola pelatihan tidak
mengetahui urgensi desain pelatihan. Sebagian dari mereka beranggapan yang
penting pelatihan dapat terlaksana. Persoalan desain dan yang lainnya
dikesampingkan bahkan tidak ada sama sekali.Karena begitu pentingnya sebuah
desain untuk dapat melaksanakan pelatihan, maka tidak diragukan lagi bahwa
apabila tidak ada desain yang tepat dan benar maka program pelatihan itu
dipastikan tidak akan berhasil dengan maksimal.

Soal:

1. Anda diminta untuk memberi komentar deskripsi di atas secara teratur,


logis, dan ilmiah minimal 5 (lima) halaman dengan menggunakan konsep
dan teori yang jelas (gunakanlah referensi yang anda miliki) dengan
menunjukkan catatan kaki (food note).

2. Buatkanlah soal minimal 8 (delapan item) yang berasal dari deskripsi di


atas, kemudian jawablah pertanyaan tersebut.

3. Ajukanlah sebuah desain pelatihan yang menggambarkan alur (prosedur)


yang akan dilakukan dan teori yang mendukung desain pelatihan yang
akan anda dilaksanakan.

Selamat bekerja.. 

2
1. Dari pemaparan tersebut maka dapat diperoleh hal-hal yang dapat dikomentari
yaitu tentang Pengertian dan Konsep Pelatihan, Andragogi dan Urgensi Desain
Pelatihan. Penjelasan tersebut dapat dilihat berikut ini :

A. Pengertian dan Konsep Pelatihan


Pendidikan dan pelatihan atau diklat adalah suatu upaya yang dilakukan
untuk memecahkan persoalan yang dihadapi secara cepat dan tepat, yang
akhirnya akan meningkatkan sumber daya manusia termasuk karyawan secara
individu dan meningkatkan kinerja lembaga/instansi pada umumnya.
Setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan diharapkan dapat menerapkan
dan mensosialisasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang didapatkan. Hal
ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Handoko (1995) “Pendidikan
merupakan usaha kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum
seseorang, termasuk didalamnya penguasaan teori untuk memutuskan persoalan
– persoalan yang menyangkut kegiatan pencapaian tujuan. Pelatihan merupakan
kegiatan untuk memperbaiki kemampuan kerja melalui pengetahuan praktis dan
penerapannya dalam usaha pencapaian tujuan. Pelatihan juga dimaksudkan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja
tertentu, terinci dan rutin.”(Ekonomi et al., 2010)
Kemudian dalam referensi yang lain juga menyatakan bahwa pelatihan
merupakan perbaikan dalam arti peningkatan kualitas peserta diklat. Pada
program peningkatan kualitas sumber daya manusia, mengangkat kompetensi,
cara pandang, dan kepribadian seiring dengan tugas yang dijalankan. Pelatihan
merupakan usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan
tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada
kaitannya dengan pekerjaannya Pengelolaan manajemen pelatihan tidak
berlangsung begitu saja melainkan melalui serangkaian proses kegiatan berupa
pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan (Gomes (Soekidjo Notoatmojo,
2003:197)(Karimah, 2022)

B. Strategi pembelajaran Andragogi


Setelah mengetahui dan memahami pengertian, konsep dan definisi
pelatihan, maka hal yang perlu diketahui kemudian adalah mengenai startegi
pembelajaran Andragogi. Hal tersebut akan dijelaskan pada berikut ini;
Andragogi atau pendidikan orang dewasa adalah sebuah seni dalam
mengajar orang dewasa yang dimana banyak berkaitan dengan cara-cara
membantu orang dewasa dalam belajar. Pendidikan orang dewasa atau dengan
istilah lain Andragogi berasal dari bahasa Yunani dari kata aner artinya orang
dewasa, dan agogos artinya memimpin. Maka secara harfiah andragogi berarti
seni dalam mengajar orang dewasa, berlawanan dengan pedagogi yang berarti seni
dan pengetahuan mengajar anak menurut (Kartini Kartono, 1997; 23) dalam
(Sihombing, 2013).
Menurut Knowles dalam (Sujarwo, 2015) “ Andragogy is therefore, the art

3
and science of helping adults learn”. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam
membantu orang dewasa belajar. Dalam pendidikan orang dewasa yang paling
penting adalah pengalaman peserta didik. Setiap peserta didik memiliki
pengalaman yang berbeda-beda sebagai konsekuensi dari latar belakang
kehidupan di masa kecilnya. Makin lama dia hidup, makin menumpuk
pengalaman yang dia miliki, dan makin berbeda pula pengalamannya (Yusri,
2017)
Pendekatan andragogi mempunyai beberapa asumsi dasar yitu :
(1) self-directedness atau kemampuan mengarahkan diri,
(2) pengalaman pembelajar atau mahasiswa,
(3) kesiapan belajar berdasarkan kebutuhan, dan
(4) orientasi bahwa belajar itu adalah kehidupan.

Implikasi dari pengajaran andragogis ini yaitu:


a. Proses belajar pada peserta didik lebih ditekankan pada teknik yang sifatnya
menyadap pengalaman mereka seperti diskusi, studi kasus, metode insiden kritis,
simulasi, role playing, demonstrasi, metode proyek, dan sejenisnya.
b. Belajar mengajar diaksentuasikan pada aplikasi praktis.
c. Proses belajar mengajar mengutamakan belajar secara berkelompok dengan
sangat menghargai adanya perbedaan individu,
d. Peserta didik yang memiliki pengalaman yang beraneka ragam biasanya juga
sangat tertutup terhadap ide-ide baru atau pemikiran alternatif. Untuk itu pengajar
selayaknya membatu mengatasi hal ini dengan menemukan pendekatan dan teknik
baru yang sesuai dengan citra diri mereka.(Yusri, 2017)

C. Urgensi Desain Pelatihan


Pada dasarnya tujuan pelatihan dapat dikategorikan menjadi tiga jenis
yaitu, ranah pengetahuan atau kognitif, ranah sikap atau afeksi, dan ranah
keterampilan atau psikomotor. Dapat dipahami bahwa dari pengkategorian tujuan
tersebut, diklat adalah proses pembawa perubahan dalam diri sasaran didik atau
peserta diklat. Bahwa diklat merupakan proses yang mengarah pada perubahan
sikap dan perilaku. Bagian yang tak kalah penting dalam menentukan tujuan
diklat adalah faktor jenis dan kedalaman tujuan diklat, ketersediaan sumber daya,
waktu, peserta atau sasaran diklat, media dan metode diklat, serta pemateri atau
trainer yang tersedia. Semua hal ini termasuk kedalam bagian daripada desain
pelatihan.
Menurut Choiriyah & Setyo Riyanto (2020: 73) Desain pelatihan adalah
sistematika kegiatan pelatihan yang mengarah kepada sistematis guna
mengembangkan keefektifan pelatihan. Desain diklat bersangkutan dengan sebuah
kegiatan diklat yang meliputi susunan pekerjaan dan individunya. Desain
merupakan rancangan yang dimana merupakan sebuah proses langkah awal yang
menjelaskan sistematika mengenai suatu program. Rancangan program diklat
merupakan suatu langkah awal diklat yang menjadi satu kesatuan dari kegiatan
4
tersebut.
Suatu desain rancangan kegiatan pelatihan ataupun diklat dan tujuan
pelatihan itu sendiri, sangat mempengaruhi keberhasilan dari diklat itu sendiri.
Ibaratnya suatu organisasi, desain model dan tujuan ini adalah visi dan misi dari
organisasi, yang mana visi dan misi adalah acuan yang akan menjadi pedoman
pelaksanaan organisasi tersebut. Tingkat keberhasilan suatu diklat juga dapat
dilihat dari seberapa tepat desain model yang digunakan serta ketercapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
Salah satu alasan model pelatihan diciptakan karena pelatihan sangat
bergantung pada kondisi dari sasaran belajar atau peserta pelatihan dan sumber
belajar/pelatih/tutor. Hal ini dikarenakan antara tutor dan sasaran belajar harus
memiliki rasa saling menghargai agar tujuan dan kebutuhan pelatihan dapat
dicapai. Sehingga dapat dipahami bahwa seberapa kompleks model diklat itu
dapat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan sasaran dan kemampuan tutor. Selain
itu model pengembangan diklat dapat digunakan sebagai alat konseptual dan
komunikasi dalam melakukan analisis, merancang, membuat, dan mengevaluasi
pelatihan, sehingga dari cakupan pendidikan yang sangat luas dapat dibuat skala
sempit dalam model pelatihan. Selain itu, dengan adanya desain diklat akan
memberikan manfaat dalam persiapan diklat seperti memberi patokan kegiatan.

5
Maka dari itu membuat desain diklat menjadi sebuah kewajiban sebelum memulai sebuah
pelatihan atau diklat.

Selain hal diatas, sebagai penyelenggara pelatihan kita juga harus


mengetahui apa saja prinsip-prinsip dari pada pelatihan itu sendiri sehingga
pelatihan yang diselenggarakan juga dapat berjalan dengan baik dan maksimal.
Adapun prinsip-prinsip pelatihan menurut (Hidayat, 2017: 72), yaitu:
1. Semua manusia dapat belajar. Individu dari semua umur dengan kapasitas
intelektual yang bermacam-macam mempunyai kemampuan untuk mempelajari
perilaku-perilaku baru
2. Seorang individu harus bermotivasi untuk aktualisasi diri, promosi,
insentif berupa uang.
3. Belajar adalah aktif, bukan pasif. Pelatihan yang efektif menuntut aksi dan
melibatkan semua peserta pelatihan/pendidikan.
4. Peserta dapat memperoleh pengetahuan lebih cepat dengan bimbingan
5. Materi yang sesuai harus diberikan.
6. Pengajar harus memilih alat-alat dan materi yang cukup lengkap.
7. Waktu harus diberikan untuk dapat menyerap pelajaran.
8. Metode-metode belajar harus bervariasi.
9. Peserta harus memperoleh kepuasan belajar. Pendidikan harus memenuhi
kebutuhan, keinginan dan harapan peserta.
10. Peserta memerlukan penguat dari perilaku yang tepat. Hadiah-hadiah
positif dan secara langsung menguatkan perilaku yang diinginkan.

Mendesain pelatihan atau diklat secara langsung akan menentukan bagaimana


alur dari sebuah pelatihan, apa saja kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang
keberlangsungan pelatihan, apa topik yang akan diberikan dan kompetensi apa
yang akan dihasilkan serta bagaimana jenis evaluasi yang akan diberikan untuk
mengukur dampak daripada sebuah pelatihan.
Tahapan-tahapan diatas sesuai dengan apa yang disampaikan oleh oleh Lynton
dan Pareek dalam Swasta (2012:2), yaitu dalam sebuah pelatihan setidaknya
memiliki tahapan-tahapan yang harus diakomordir:
a. Menentukan kebutuhan pelatihan, yang merupakan tahapan awal yang
harus ditentukan, apa yang paling mendesak dan paling relevan
dibuthkan ole peserta pelatihan, termasuk didalamnya mempersiapkan
instruktur.
b. Menata tujuan pelatihan, hal ini dapat dijadikan dasar untuk
menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan seorang instruktur,
yang selanjutnya dapat dijadikan tolak ukur untuk mengevaluasi
keberhasilan program pelatihan.
c. Menyusun program pelatihan untuk menentukan tingkat capaian.
d. Melaksanakan pelatihan, sebelum mulai diadakan pelatihan terlebih
dahulu harus memiliki metode yang digunakan dalam pelatihan,
6
kemudian baru dilaksanakan setelah tahapan itu, kedua, ketiga benar-
benar siap.
e. Evaluasi pelatihan, bertujuan untuk melihat berhasil tidaknya suatu
pelatihan secara efektif dan efisien.

Dari berbagai pandangan diatas setidaknya dapat digarisbawahi bahwa ada


tiga tahap desain pada pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap
pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase
perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan.
Dari tiga tahap atau fase tersebut, mengandung langkah-langkah
pengembangan desain program pelatihan. Langkah-langkah yang umum
digunakan dalam pengembangan program pelatihan, seperti dikemukakan oleh
(Setiawan, 2018: 32) yang pada prinsipnya meliputi (l) need assessment; (2)
training and development objective; (3) program content; (4) learning principles;
(5) actual program-, (6) skill knowledge ability of works; dan (7) evaluation.
Setelah semua hal diatas dipersiapkan dan dilakukan, maka kita tinggal
melihat sejauh mana desain pelatihan atau diklat yang sudah kita buat dan
jalankan bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Adapun efektivitas dipandang
tiga perspektif, yaitu sebagai berikut: (1) efektivitas dari perspektif individu; (2)
efektivitas dari perspektif kelompok; dan (3) efektivitas dari perspektif organisasi.
Hal ini mengandung arti bahwa efektivitas memiliki tiga tingkatan yang
merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Dimana efektivitas perspektif
individu berada pada tingkat awal untuk menuju efektif kelompok maupun efektif
organisasi.
Efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas, laba dan
sebagainya. Dilihat dari definisi di atas menunjukkan bahwa produktivitas
merupakan bagian dari efektivitas. Selanjutnya efektivitas juga dapat dilihat pada:
(1) masukan yang merata, (2) keluaran yang banyak dan bermutu tinggi, (3) ilmu
dan keluaran yang gayut dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun,
dan (4) pendapatan tamatan atau keluaran yang memadai (Setiawan, 2018:42).
Dari beberapa pengertian di atas efektivitas mengandung arti berorientasi
kepada hasil (tujuan) dan juga berorientasi kepada proses (kemampuan organisasi
untuk beradaptasi dan mempertahankan hidupnya). Kemudian penerapannya
kepada suatu pelatihan yang efektif adalah kemampuan organisasi dalam
melaksanakan program-programnya yang telah direncanakan secara sistematis
dalam upaya mencapai hasil atau tujuan yang telah ditetapkan.
Sesuai dengan makna efektivitas tersebut di atas maka pelatihan yang
efektif merupakan pelatihan yang berorientasi proses, dimana organisasi tersebut
dapat melaksanakan program-program yang sistematis untuk mencapai tujuan dan
hasil yang dicita-citakan. Sehingga pelatihan efektif apabila pelatihan tersebut
dapat menghasilkan sumber daya manusia yang meningkat kemampuannya,
keterampilan dan perubahan sikap yang lebih mandiri.
7
Keefektifan pelatihan akan mempengaruhi kualitas kinerja sumber daya
manusia (SDM) yang dihasilkannya. Sehingga efektif tidaknya pelatihan dilihat
dari dampak pelatihan bagi organisasi untuk mencapai tujuannya. Untuk
mengukur mengukur keefektifan pelatihan atau diklat dapat dilihat dari beberapa
hal diantaranya:1) reaksi-reaksi bagaimana perasaan partisipan terhadap program;
2) belajar pengetahuan., keahlian, dan sikap-sikap yang diperoleh sebagai hasil
dari pelatihan; 3) perilaku perubahan-perubahan yang terjadi pada pekerjaan
sebagai akibat dari pekerjaan: dan 4) hasil-hasil dampak pelatihan pada
keseluruhan yaitu efektivitas organisasi atau pencapaian pada tujuan-tujuan
organisasional.

2. Soal dan Jawaban Dari Narasi Diatas


a. Apa pengertian dari pelatihan?
Pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya aparatur,
terutama untuk peningkatan profesionalime yang berkaitan dengan keterampilan
administrasi dan keterampilan manajemen (kepemimpinan) serta untuk
meningkatkan kualitas kemampuan yang menyangkut kemampuan kerja, berpikir
dan keterampilan.

b. Apa pengertian Andragogi?


Andragogi adalah salah satu pendekatan atau seni dan ilmu yang berkaitan
dengan cara-cara membantu orang dewasa belajar.

c. Apa saja asumsi dasar dari Andragogi?


(1) self-directedness atau kemampuan mengarahkan diri, (2) pengalaman
pembelajar atau mahasiswa, (3) kesiapan belajar berdasarkan kebutuhan, dan (4)
orientasi bahwa belajar itu adalah kehidupan.
d. Apa yang dimaksud dengan desain pelatihan? Desain pelatihan adalah
sistematika kegiatan pelatihan yang mengarah kepada sistematis guna
mengembangkan keefektifan pelatihan.
e. Sebutkan 3 prinsip-prinsip pelatihan?
- Semua manusia dapat belajar. Individu dari semua umur dengan
kapasitas intelektual yang bermacam-macam mempunyai kemampuan
untuk mempelajari perilaku-perilaku baru
- Seorang individu harus bermotivasi untuk aktualisasi diri, promosi,
insentif berupa uang.
- Belajar adalah aktif, bukan pasif. Pelatihan yang efektif menuntut aksi
dan melibatkan semua peserta pelatihan/pendidikan.
f. Apa saja tahapan-tahapan dalam pelatihan?
Yaitu: Menentukan kebutuhan pelatih, Menata tujuan pelatihan, Menyusun
program pelatihan untuk menentukan tingkat capaian, Melaksanakan pelatihan,
Evaluasi Pelatihan.

8
g. Apa saja langkah-langkah yang umum digunakan dalam pengembangan
program pelatihan?
Adapun langkah-langkahnya yaitu: (l) need assessment; (2) training and
development objective; (3) program content; (4) learning principles; (5) actual
program-, (6) skill knowledge ability of works; dan (7) evaluation

h. Hal-hal apa saja yang dapat digunakan untuk mengukur keefektifan


pelatihan atau diklat:1) reaksi-reaksi bagaimana perasaan partisipan terhadap
program; 2) belajar pengetahuan., keahlian, dan sikap-sikap yang diperoleh
sebagai hasil dari pelatihan; 3) perilaku perubahan-perubahan yang terjadi pada
pekerjaan sebagai akibat dari pekerjaan: dan 4) hasil-hasil dampak pelatihan pada
keseluruhan yaitu efektivitas organisasi atau pencapaian pada tujuan-tujuan
organisasional.

3. Desain Pelatihan Pengembangan Media Pembelajaran Daring Berbasis


Internet Menggunakan Model ADDIE. (Analisis - Desain- Pengembangan –
Implementasi – Evaluasi).

Terdapat beberapa tahapan dalam desain pelatihan dan pengembangan ini


yaitu: (1) Analisa (Analysis), tahapan ini dilakukan proses analisia kebutuhan
,identifikasi permasalahan, dan analisis tugas. Oleh sebab itu keluaran pada
tahapan ini merupakan latar belakang dari setiap peserta pelatihan , analisis tugas,
identifikasi kebutuhan dan identifikasi kesenjangan., (2) Desain (Design), pada
tahap ini sudah membuat rancangan, contohnya, sebelum mendirikan bangunan,
maka desain bangunannya harus digambar terlebih dahulu di kertas., (3)
Pengembangan (Development), pada tahap ini disiapkan suasana belajar yang
kedepannya mendukung proses pelatihan, hal yang penting dalam tahap ini yaitu
melakukan pengujian sebelum diterapkan., (4) Implementasi, pada tahap ini
merupakan penerapan dari rancangan pembelajaran/pelatihan yang kita buat pada
langkah sebelumnya. Di tahap ini rancangan tersebut dibuat sebaik mungkin agar
fungsi dan perannya dapat diimplementasikan dengan baik., dan (5) Evaluasi
(evaluation) tahap ini bisa disebut feedback. Tahap ini dilakukan agar dapat
mengetahui sistem yang telah dibuat berjalan sesuai rencana atau tidak. Evaluasi
juga dapat diterapkan pada empat tahap sebelumnya, namun tujuannya untuk
revisi dari tahapan tersebut, yaitu evaluasi formatif.

9
10
Referensi:
1. Handoko, H. T., (1995), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE,
Yogyakarta.
2.Soekidjo Notoatmojo.2003.Pengembangan sumber daya
manusia Jakarta: Rinikacipta,
3. Sujarwo. (2015). Strategi Pembelajaran Partisipatif Bagi Belajar Orang
Dewasa(Pendekatan Andragogi). Majalah Ilmiah Pembelajaran
4.

5. S. Choiriyah dan S. Riyanto, “Desain Pelatihan Pada Masa Pendemi Covid-19


(Studi Kasus Penerapan Metode Constructive Learning Pada Penyampaian
Pembelajaran Virtual Learning),” Vol. 2, no. 8, 2020.

6. Lia Ratnaningtyas, dkk., “Pentingnya Rancang Bangun Diklat Dan


Perumuskan Tujuan Yang Tepat Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Diklat,”
Vol. 5. 2021.

7. Hidayat, Nurasyiah, “Pengaruh Diklat (Pendidikan Dan Pelatihan) Terhadap


Prestasi Kerja Karyawan Di Bank Bpr Rokan Hulu”. Jurnal Ilmiah Cano
Ekonomos Vol. 6 No. 1. 2017

8. Adinda Rizqika Amalia, dkk. “Perencanaan Kebutuhan Diklat”. Vol. 5. 2021.

9. Yusnimar Yusri, “STRATEGI PEMBELAJARAN ANDRAGOGI”,. Al-Fikra:


Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 12, No. 1, 2013.

10. Heru Setiawan, “MANAJEMEN PELATIHAN”,. Jurnal Aktualita, Vol


9/1, 2018.

11

Anda mungkin juga menyukai