Anda di halaman 1dari 11

Pemeriksaan Akuntansi 2

Disusun Oleh :
Brian Fernando (11210010)

Davin Atira (11210081)

Johannes Pangestu (11210014)

Jovan Marsim (11210009)

Stefanus Cahyadi (11210050)

Vincent Andrew (11210060)

UNIVERSITAS BUNDA MULIA


FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2021
1. Enron Corp.
Enron didirikan pada tahun 1985 oleh Kenneth Lay dengan menggabungkan perusahaan
Houston Natural Gas dan Inter North, suatu perusahaan penyalur gas alam melalui pipa.
Pada tahun 1997 Enron membeli perusahaan power plant, “Portland General Electric
Corp” senilai US$ 2 milyar. Akhir tahun 1997 manajemen merubah menjadi Enron
Capital and Trade Resources – perusahaan Amerika terbesar yang memperjual belikan
gas alam serta listrik. Pendapatan meningkat drastis dari US$ 2 milyar menjadi US$ 7
milyar dengan karyawan yang juga tumbuh dari 200 orang menjadi 2.000 orang.
(Hadiyanti 2013)

Pada awal tahun 1990-an, Lay menginisiasi penentuan harga pasar untuk listrik serta
mendorong Kongres Amerika Serikat melakukan deregulasi terkait penjualan gas alam.
Hal ini memungkinkan Enron untuk menjual energi dengan harga yang lebih tinggi
sehingga berpengaruh positif terhadap keuntungan perusahaan.

Kesuksesan ini menempatkan Enron sebagai produsen gas alam terbesar di Amerika
Utara sejak 1992 dengan memiliki kontrak senilai 122 juta dollar Amerika Serikat.
Dalam perkembangan usahanya, Enron melakukan strategi diversifikasi dengan
merambah bisnis pembangkit tenaga listrik, pabrik pulp dan kertas, pengolahan air bersih,
dan layanan broadband di seluruh dunia.

1.1. Kasus Enron


Enron bersama kantor akuntan Arthur Andersen terbukti bersalah memperbesar hasil
kinerja keuangannya serta menyembunyikan hutangnya dari tahun 1998-2000. Karena
skandal Enron ini, Amerika Serikat mengalami krisis keuangan. Tidak hanya itu, dampak
dari krisis keuangan Amerika itu berefek domino terhadap perekonomian secara global.

Enron yang bekerja sama dengan kantor akuntan Arthur Andersen telah melanggar etika-
etika profesi akuntan. Mengacu pada teori fraud triangle, terdapat 3 penyebab terjadinya
tindakan kecurangan yang dilakukan seseorang yaitu motivasi (motive), kesempatan
(opportunity), dan rasionalisasi (rationalisation). Motivasi dalam konteks ini adalah
keinginan seseorang untuk mendapatkan sebanyak mungkin kekayaan. Motivasi untuk
melakukan fraud dalam konteks ini juga merupakan suatu keserakahan, rasa tidak puas
atas apa yang telah dimiliki (Khotimah 2021).

Karena kasus ini bersifat sangat merugikan, maka AS perlu menerbitkan Undang-Undang
Sarbanes-Oxley untuk menghindari kasus serupa. Michael Oxley (Ohio) dan Paul
Sarbanes (Maryland) merupakan orang dibalik penerbitan Undang-Undang Sarbanes-
Oxley Act of 2002 atau SOX 2002 ini dan telah ditandatangani oleh Presiden George W.
Bush.

Karena ditetapkannya Undang-Undang SOX 2002, maka terjadi banyak perubahan yang
terjadi dalam hal pengauditan eksternal guna mencegah hal yang sama terulang kembali.
Salah satunya adalah melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah
memberikan jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut
(Stephanus 2021). Berikut adalah poin-poin penting dari Undang-Undang SOX 2002
yang sudah penulis ringkas:

a. KAP dilarang memberikan jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit seperti
menjurnal, menjalankan jasa appraisal dan fungsi-fungsi manajemen lainnya
b. KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief
accounting officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP
tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
c. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi
investigasi pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut

Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke


pengadilan dan memecat 5000 pegawai. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor
enron pada pertengahan Juni 2002. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada
tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi masih dipertahankan posisinya di dewan direktur
perusahaan. Pada tanggal 4 Februari Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur
perusahaan.Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP
Andersen bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena
telah menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang diselidiki.

1.2. Proses Audit Enron (Arthur Andersen)


Perusahaan akuntan yang mengaudit laporan keuangan Enron, Arthur Andersen salah
satu dari 5 KAP besar “the big five” tidak berhasil melaporkan penyimpangan yang
terjadi dalam tubuh Enron serta dinilai penuh dengan kecurangan (fraudulent). Di
samping sebagai eksternal auditor, Arthur andersen juga bertugas sebagai konsultan
manajemen Enron.

Selama tahun 2000, Arthur Andersen memperoleh $ 25 juta untuk biaya audit dan $ 27
juta untuk biaya konsultasi (Gondokusumo 2020). Besarnya jumlah consulting fees yang
diterima Arthur Andersen menyebabkan KAP tersebut bersedia kompromi terhadap
temuan auditnya dengan Enron.

Selain itu KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak
menjadi bagian dari kertas kerja audit formal. Jika Arthur Andersen sedang memenuhi
panggilan pengadilan berkaitan dengan perjanjian audit tertentu, tidak boleh ada
dokumen yang dimusnahkan. Namun Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada
periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya
panggilan pengadilan.

Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur Andersen
pun ditutup. Penyebab kecurangan tersebut diantaranya dilatarbelakangi oleh sikap tidak
etis, tidak jujur, dan lemahnya pengendalian. (Stephanus 2021).
Dari kasus di atas, maka ditemukan hal yang melanggar hukum, yaitu

1. Kantor akuntan public Arthur Andersen memusnahkan dokumen-dokumen sejak


kasus Enron mulai menjadi bahan pembicaraan masyarakat, sampai dengan
munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut
sesuai dengan kebijakan internal Arthur Andersen, tetapi dalam kasus ini
dianggap melanggar hukum, karena telah dianggap menghilangkan barang bukti
dan menghambat jalannya pengadilan.
2. Selain itu, Kantor Akuntan Public Arthur Andersen juga dituntut oleh para
investor, karena masalah hukum tersebut, pihak Arthur Andersen menawarkan
ganti rugi sebesar $750 juta.
3. Sanksi hukum yang diberikan kepada Arthur Andersen adalah Kantor Akuntan
Publiknya ditutup.
2. Satyam Computer Services Limited
Satyam Computer Services Limited didirikan pada tahun 1987 oleh Ramalinga Raju
lulusan MBA Ohio University dan alumnus Harvard University di Hyderabad (India).
Satyam Satyam merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri ‘outsourced’ IT-
services di India yang sedang “naik daun”. Sebelum berkembang pesat menjadi
perusahaan global, Satyam hanya memiliki pegawai sebanyak 20 orang.

Satyam adalah salah satu perusahaan IT terbesar di India yang telah mencatatkan
perkembangan di bidang keuangan yang cukup pesat pada periode 2008. Perusahaan ini
akhirnya mempunyai 50 ribu karyawan yang tersebar di berbagai pusat pengembangan
IT-nya di negara-negara Asia, Amerika, Eropa, dan Australia. Bisnis jasa TI Satyam
mencakup sebanyak 13.120 teknisi yang melayani 300 pelanggan di seluruh dunia pada
tahun 2004. Pada saat itu, pasar jasa TI di seluruh dunia diestimasi sekitar $400 billion,
dengan tingkat pertumbuhan tahunan sekitar 6,4%.

Menjadi rekanan dari 654 perusahaan global, termasuk General Electric, Nestle,
Qantas Airways, Fujitsu, dan 185 perusahaan lainnya. Sahamnya tercantum di India’s
National Stock Exchange, The New York Stock Exchange dan Euronext di Eropa.

2.1. Kasus Satyam


Kasus ini merupakan kasus manipulasi laporan keuangan yang tergolong kecurangan
(fraud) yang dilakukan oleh Satyam atas laporan keuangannya yang diaudit oleh auditor
PWC. Kasus penipuan ini diperkirakan telah terjadi dalam kurun waktu 6 tahun (Hakim,
2017).

Satyam memanipulasi angka-angka di laporan keuangan mereka selama bertahun-tahun.


Pada tahun 2003-04, Satyam menghasilkan total pendapatan Rs 25,415.4 juta. Kemudian
pada bulan Maret 2008, pendapatan perusahaan bertumbuh lebih dari 3 kali lipat, dengan
rata-rata pertumbuhan 38%. Rata-rata tingkat pertumbuhan laba operasi 28%, laba bersih
33%, dan arus kas operasi perusahaan 35%. Laba per saham perusahaan juga memiliki
pertumbuhan sebesar 40%. Harga saham perusahaan mengalami peningkatan 300%
dalam periode 5 tahun, yaitu dari 138,08 INR menjadi 526,25 INR. Berdasarkan dari data
tersebut, nilai pemegang saham dan pertumbuhan perusahaan dapat dikatakan signifikan.
Namun, angka-angka dalam laporan keuangan yang disajikan tidak menunjukkan kondisi
perusahaan yang sebenarnya.

Pada tanggal 7 Januari 2009, Raju menyampaikan surat ke Board of Directors dari
Satyam yang menyatakan bahwa ia telah memanipulasi angka-angka di laporan keuangan
mereka selama bertahun-tahun. Raju menyatakan bahwa ia telah menyebabkan aset pada
laporan keuangan dicatat lebih sebesar $1,47 billion. Sejumlah $1,04 billion dari utang
bank dan kas sebenarnya tidak ada. Liabilitas perusahaan juga dicatat kurang pada
laporan keuangan perusahaan. Satyam mencatat lebih laba hampir di setiap kuartal
selama beberapa tahun untuk memenuhi ekspektasi analis. Perbedaan yang timbul antara
laba operasi aktual dan laba yang dicatat pada laporan keuangan akibat manipulasi
semakin bertambah bertahun-tahun sehingga perusahaan mengalami kesulitan dalam
mengelolanya.

2.2. Proses Audit Satyam (PwC)


Pada 14 Januari 2009, auditor Satyam selama 8 tahun terakhir – Price Waterhouse India
mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi tidak akurat dan tidak dapat dipercaya
karena dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari manajemen Satyam.

Satyam selama enam tahun terakhir melakukan pelaporan yang salah. Hal ini bermula
dari keinginan Ramalinga Raju untuk mendapatkan izin perolehan dana dari bank untuk
melakukan ekspansi Satyam. Sehingga Raju melakukan beberapa manipulasi, seperti
dijelaskan di bawah ini:
1. Saldo kas dan bank sebesar 50,40 miliar adalah fiktif jika dibandingkan dengan
RS 53,61 miliar dalam pembukuan
2. Piutang bunga fiktif sebesar RS 3,67 miliar.
3. Utang yang understated senilai RS 12,3 miliar
4. Piutang yang terlalu tinggi (overstated) senilai RS 4,90 miliar.
Dalam kasus fraud Satyam, pihak yang berwenang dalam hal melakukan audit tersebut
adalah PWC. Pricewaterhousecoopers India (PwC). Sebagai Akuntan Publik PwC dinilai
tidak memiliki kode etik menyangkut dengan beberapa hal sebagai berikut:
1. Independensi, dimana auditor mempertahankan sikap yang tidak memihak dalam
melaksanakan pekerjaannya. Namun dalam kenyataannya, PwC mengacuhkan
bukti-bukti penggelembungan dana. Misalnya dalam saldo kas dan bank itu fiktif
sebanyak Rs 50,40 miliar dibandingkan dengan Rs 53,61 miliar yang ditunjukkan
dalam pembukuan Satyam. Hal ini karena PwC memiliki hubungan istimewa
dengan Satyam, yakni kemitraan strategis hingga akhir tahun 2009 meski aturan
internasional U.S Securities and Exchange Commission dan standar audit India
melarang kemitraan semacam itu.
2. Integritas, auditor untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak
boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. PwC melanggar integritas, seperti
PwC yang meskipun mengetahui sistem pengendalian internal Satyam yang
lemah, tetapi tidak melakukan tindakan untuk melaporkan hasil temuannya itu.
3. Objektivitas, akuntan publik bebas dari benturan kepentingan dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material yang diketahuinya dan mengalihkan
pertimbangan kepada pihak lain. PwC jelas melanggar benturan kepentingan
karena tidak memperhatikan independensi penampilan dengan memiliki
hubungan kemitraan strategis dengan Satyam.
4. Professional Fees, besarnya fee anggota bervariasi tergantung risiko penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian, biaya yang bersangkutan dan
hal-hal lainnya. Tetapi ada kejanggalan dalam audit fee PwC yang dibayarkan
oleh Satyam, fee yang dibayarkan oleh Satyam tidak wajar dan berkali-kali lipat
dibanding pesaing Satyam.
Hasil investigasi kepolisian India kemudian menetapkan 2 orang auditor PwC menjadi
tersangka yaitu S. Gopalakrishnan dan Srinivas Talluri, dengan tuduhan melakukan
kecurangan akuntansi secara besar-besaran. Bersama auditornya, petinggi Satyam
Ramalinga Raju, Vadlamani Srinivas, G. Ramakrishna, D. Venkatapathi Raju, Srisailam
Chetkuru, Rama Raju, dan B. Suryanarayana Raju juga menjadi tersangka.
Berdasarkan undang-undang akuntan di India, perbuatan PwC dan Satyam disebutkan
telah melanggar tidak kurang dari 14 undang-undang berkaitan dengan kasus Satyam.
Mengingat banyaknya aturan yang dilanggar, maka berdasarkan undang-undang tersebut
menegaskan bahwa kasus Satyam bukan merupakan pelanggaran etika tetapi murni
pidana.
3. Hanson International Tbk. (MYRX)
PT. Hanson International Tbk. yang berdiri pada tanggal 7 Juli 1971 merupakan
perseroan yang didirikan oleh Benny Tjokrosaputro. Pada mulanya merupakan sebuah
perseroan yang bergerak di bidang tekstil. Kemudian perusahaan ini melebarkan
sayapnya di berbagai bidang industri lainnya. Salah satunya adalah industri properti yang
dimulai pada tahun 2013. Diawali dengan pembelian lahan seluas 3000 hektar. (hanson.id
2022)

Sebelum menyandang nama Hanson International, perusahaan sudah beberapa


kali mengganti namaya. Selama 6 tahun, hingga 1977, perusahaan bernama Mayertex
Indonesia . Kemudian, perusahaan merubah namanya kembali menjadi Hanson Industri
Utama hingga 2004. Setelah bergelut di bidang properti, perusahaan mulai menggeluti
bidang batu bara sejak tahun 2008 di bawah anak perusahaan bernama Hanson Energy,
yang kemudian dijual ke Atlas Resources pada tahun 2011.

3.1. Kasus Hanson International


Awal mula Kasus ini terjadi pada tahun 2019, dimana Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
mengendus perilaku perusahaan yang menimbun dana dalam jumlah triliunan. Dengan
dalih sebagai pinjaman individu yang akan dikembalikan dengan bunga yang menggoda.

Karena telah melanggar Peraturan Undang-Undang Perbankan, OJK memerintahkan


perusahaan untuk menghentikan aktivitas ilegal tersebut. Bukan hanya itu, ternyata
Hanson International sudah pernah disanksi oleh OJK karena adanya kesalahan dalam
laporan keuangan pada tahun 2016.

Imbas dari kedua kasus diatas, harga saham yang dimiliki oleh hanson International
akhirnya turun dengan drastis hingga menyentuh harga Rp50 per lembar.pada tahun 2019
di bulan November. Kemudian Benny Tjokrosaputro juga dinyatakan sebagai tersangka
dalam kasus jiwasraya. Perusahaan menerima konsekuensinya yaitu utang terhadap pihak
ketiga. Karena dana yang telah diterima, disamarkan menjadi investasi.

3.2. Proses Audit Hanson Internasional

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenakan sanksi kepada kantor akuntan publik partner
dari Ernst and Young (EY) karena dinilai tak teliti dalam penyajian laporan keuangan PT
Hanson International Tbk (MYRX). Atas kesalahan ini OJK memberikan sanksi
membekukan Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama satu tahun. Deputi Komisioner
Pengawas Pasar Modal I Djustini Septiana dalam suratnya mengatakan Sherly Jokom dari
Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Sungkoro dan Surja terbukti melanggar
undang-undang pasar modal dan kode etik profesi akuntan publik dari Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI).
Sherly terbukti melakukan pelanggaran Pasal 66 UUPM jis. paragraf A 14 SPAP SA 200
dan Seksi 130 Kode Etik Profesi Akuntan Publik - Institut Akuntan Publik Indonesia.
OJK menilai KAP ini melakukan pelanggaran karena tidak cermat dan teliti dalam
mengaudit laporan keuangan tahun PT Hanson International Tbk. (MYRX) untuk tahun
buku 31 Desember 2016.

Kesalahan yang dilakukan perusahaan adalah tidak profesional dalam pelaksanaan


prosedur audit terkait apakah laporan keuangan tahunan perusahaan milik Benny Tjokro
mengandung kesalahan material yang memerlukan perubahan atau tidak atas fakta yang
diketahui oleh auditor setelah laporan keuangan diterbitkan. Kesalahan yang dimaksud
OJK adalah adanya kesalahan penyajian (overstatement) dengan nilai mencapai Rp 613
miliar karena adanya pengakuan pendapatan dengan metode akrual penuh (full accrual
method) atas transaksi dengan nilai gross Rp 732 miliar.
Selain itu, dalam laporan keuangan tersebut juga tak mengungkapkan adanya Perjanjian
Pengikatan Jual Beli (PPJB) atas kavling siap bangun (KASIBA) tertanggal 14 Juli 2019
yang dilakukan oleh Hanson International sebagai penjual.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjatuhkan sanksi denda sebesar Rp5 miliar kepada
Benny Tjokrosaputro karena terbukti melakukan manipulasi laporan keuangan PT
Hanson International Tbk (MYRX) tahun 2016. Saat itu, ia menjabat sebagai Direktur
Utama Hanson International. Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I Djustini
Septiana menjelaskan perseroan terbukti melanggar Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan 44 tentang Akuntansi Aktivitas Real Estat (PSAK 44). Hal itu terutama dalam
penjualan Kavling Siap Bangun (Kasiba) senilai Rp 732 miliar. Ia menjelaskan
perusahaan properti itu mengakui pendapatan tersebut dengan metode akrual penuh pada
laporan keuangan tahun 2016. Namun, perseroan tidak mengungkapkan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli Kavling Siap Bangun di Perumahan Serpong Kencana tertanggal 14
Juli 2016 (PPJB 14 Juli 2016) terkait penjualan Kasiba pada laporan keuangan 2016.
Atas perbuatan itu, OJK menyatakan Benny Tjokrosaputro melanggar Pasal 107 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM).

Mengingat hal tersebut, maka koreksi atau penambahan terhadap prosedur audit adalah
sebagai berikut :
- Melakukan uji terhadap asersi balance akun, terutama terhadap existence, completeness,
dan accuracy.
- Uji terhadap existence bisa dilakukan dengan melakukan verifikasi terhadap aset,
liabilitas, dan ekuitas secara fisik.
- Uji terhadap completeness bisa melakukan rekonsiliasi terhadap pembayaran dari suatu
transaksi penjualan yang dilakukan agar mendapat keyakinan bahwa jumlah yang
dinyatakan lengkap.
- Uji terhadap accuracy bisa dilakukan dengan vouching terhadap perhitungan pengakuan
pendapatan tersebut. Serta melakukan konfirmasi kepada manajemen terhadap
perhitungan yang dilakukan untuk mengakui pendapatan tersebut.

Daftar Pustaka
Enron Corporation:

https://kumpulanstudi-aspirasi.com/skandal-akuntansi-terbesar-enron-2001/
https://danielstephanus.wordpress.com/2021/02/22/studi-kasus-audit-pada-perusahaan-
enron/

http://eprints.binadarma.ac.id/5403/1/KASUS%20BANGKRUTNYA%20ENRON
%20DAN%20RUNTUHNYA%20ARTHUR%20ANDERSON.pdf

https://lppm.unpam.ac.id/2021/11/02/kasus-enron-corporation-etika-profesi-akuntansi-
dan-stabilitas-ekonomi/

Satyam Computer Services Limited:

http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/eptkk/index.html#p=203

https://123dok.com/document/y6pdr1gq-kasus-satyam.html

Hanson International Tbk

https://hanson.id/sejarah-perusahaan/

https://id.wikipedia.org/wiki/Hanson_International

https://www.medcom.id/ekonomi/keuangan/GKdO0Vrk-sejarah-hanson-international-
yang-pailit-setelah-skandal-jiwasraya#:~:text=Pendiri%20Hanson%20International
%20Benny%20Tjokrosaputro,Bursa%20Efek%20Indonesia%20(BEI).

https://www.google.com/url?
sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0CAQQw7AJahcKE
wj4juDohaL9AhUAAAAAHQAAAAAQAw&url=https%3A%2F%2Fojk.go.id%2Fid
%2Fberita-dan-kegiatan%2Fpengumuman%2FDocuments%2FOJK%2520Tetapkan
%2520Sanksi%2520Administratif%2520terhadap%2520PT%2520Hanson
%2520Internasional
%2520Tbk.pdf&psig=AOvVaw2dwGQNdLkIV7vyYIhZbTMj&ust=1676910462041473

Anda mungkin juga menyukai