Anda di halaman 1dari 74

MODUL METODE PENELITIAN PARTISIPATIF

HENRI SITORUS, MSC. PHD

DEPARTEMEN SOSIOLOGI FISIP USU

UNTUK KALANGAN SENDIRI

1
Kata Pengantar

Dewasa ini partisipasi merupakan keniscayaan. Dalam program pembangunan, partisipasi sudah
menjadi aliran utama dan bahkan sering menjadi jargon. Metode penelitian partisipatif
dimaksudkan sebagai metode alternative penelitian yang tidak konvensional.

Modul ini merupakan bahan ajar untuk Mata Kuliah Metode Penelitian Partisipatif di
Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Modul dimaksudkan sebagai
panduan belajar bagi mahasiswa selama perkuliahan di kelas maupun perkuliahan praktek.

Sebagai tahap pertama, modul ini masih memiliki berbagai kelemahan dan untuk itu penulis akan
mengharapkan masukan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak sehingga modul ini dapat diterbitkan.

Medan, Juli 2016.

2
DAFTAR ISI

BAB 1 METODE PENELITIAN PARTISIPATIF ................................................................................................... 1


1.1. Penelitian Partisipatif Sebagai Bagian dari Metode Kualitatif ...................................................... 1
1.2. Pendekatan Kritis dalam Penelitian Sosial .................................................................................... 2
BAB 2 PARTISIPASI DAN PENDIDIKAN ORANG DEWASA .............................................................................. 4
2.1. Partisipasi dan Penelitian ................................................................................................................... 4
2.2. Pendidikan Orang Dewasa Sebagai Inti Proses Pemberdayaan......................................................... 6
2.3. Paulo Freire dan Pendidikan Orang Dewasa ...................................................................................... 9
BAB 3 PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL .................................................................................................. 12
3.1. Penerapan Metode RRA dan PRA .................................................................................................... 12
3.2 Tujuan penerapan metode PRA ........................................................................................................ 14
3.3. Prinsip-Prinsip PRA ........................................................................................................................... 14
3.4. Proses PRA ....................................................................................................................................... 18
3.5. Permasalahan PRA ........................................................................................................................... 19
3.6. Rangkaian Metode PRA.................................................................................................................... 19
BAB 4 METODE PARTISIPATIF DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: PEMBERDAYAAN DALAM BIDANG
KESEHATAN ................................................................................................................................................. 65
4.1. Pengantar ......................................................................................................................................... 65
4.2. Metode Partisipatif dalam Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Kesehatan ......................... 67

3
BAB 1
METODE PENELITIAN PARTISIPATIF

1.1. Penelitian Partisipatif Sebagai Bagian dari Metode Kualitatif

Menurut Lawrence Neuman (2006:157), penelitian kualitatif adalah: ―Qualitative researchers use
a language of case and contexts, employ bricolage, examine social processes and case in their
social context, and look at interpretations or the creation of meaning in spesific settings. They
look at social life from multiple points of view and explain how people construct identities. Only
rarely do they use variable or test hypotheses, or convert social life into numbers.‖

Berikut ini adalah urutan langkah dalam penelitian kualitatif menurut Neuman (2006).

1
1.2. Pendekatan Kritis dalam Penelitian Sosial
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian partisipatif adalah ini adalah pendekatan Critical
Social Science (CSS). Pendekatan Critical Social Science (CSS). Pendekatan ini dibangun oleh
Karl Max (1818-1883) dan Sigmund Freud (1856-1939), dan diuraikan oleh Theodor Adorno
(1903-1969), Eric Fromm (1900-1980), and Herbert Marcuse (1898-1979). Pada umumnya,
Critical Social Science (CSS) melihat ilmu sosial sebagai proses kritis penyelidikan yang
melampaui ilusi untuk mengungkap struktur nyata di dunia dengan materi untuk membantu
orang mengubah kondisi dan membangun dunia yang lebih baik bagi diri mereka sendiri
(Neuman, 2006:95).

Kincheloe dan McLaren dalam Neuman (2006:95) tentang Critical Social Science (CSS),
menyatakan bahwa:

―Penelitian kritis dapat dipahami dalam konteks pemberdayaan individu. Permintaan yang
beraspirasi untuk nama kritis harus terhubung dengan upaya untuk menghadapi ketidakadilan
masyarakat tertentu atau bola dalam masyarakat. Sehingga, penelitian tersebut menjadi suatu
usaha transformatif yang terkesan dengan label ―politik‖ dan tidak takut untuk mencapai
kesempurnaan hubungan dengan kesadaran emansipatoris‖

Pendekatan teori kritis awalnya dikembangkan oleh teoritisi mazhab Frankfurt. Tahun yang
dianggap sebagai tahun dimulainya Mazhab Frankfurt ini adalah tahun 1930 ketika Max
Horkheimerdiangkat sebagai direktur lembaga riset sosial tersebut. Mereka yang bekerja institut
penelitian ini diantaranya Theodor Adorno, Herbert Marcuse dan Erich Fromm di akhir tahun
20-an dan awal tahun30-an. Mazhab Frankfurt adalah teoritisi yang mengembangkan analisis
tentang perubahan dalam masyarakat kapitalis Barat yang merupakan kelanjutan dari teori
klasik Marx (Marxisme).

Setelah pindah ke Amerika Serikat karena tekanan Nazi, para anggota Mazhab
Frankfurt menyaksikan secara langsung budaya media yang mencakup film, musik, radio,
televisi, dan budaya massa lainnya. ―Di Amerika saat itu, produksi media hiburan dikontrol oleh
korporasi-korporasi besar tanpa ada campur tangan negara. Hal ini memunculkan budaya massa
komersial yang merupakan ciri masyarakat kapitalis dan kemudian menjadi fokus studi budaya
kritis‖. Horkheimer dan Adornomengembangkan diskusi tentang apa yang disebut ‖industri

2
kebudayaan‖ yang merupakan sebutan untuk industrialisasi dan komersialisasi budaya dibawah
hubungan produksi kapitalis.

Tokoh lain yang kemudian menjadi identik dengan teori kritis adalah Jurgen Habermas. Dia
bergabung dengan Institut Penelitian Sosial di Universitas Frankfurt yang didirikan kembali
oleh Horkheimer dan Adorno pada dekade pasca perang dunia ke-
dua. Horkheimer dan Adorno mewakili generasi pendiri teori kritissedangkan Jurgen
Habermas adalah penerus yang membaca dan mengkontekstualisasi ulang teori kritis di zaman
yang lazim di sebut posmodern.

3
BAB 2
PARTISIPASI DAN PENDIDIKAN ORANG
DEWASA
2.1. Partisipasi dan Penelitian

Menurut Chambers, penelitian sosial dengan metode survey, bersifat ekstraktif, mahal, lama, dan
hanya merupakan proses pengumpulan data yang kemudian dianalisa oleh orang luar tanpa
keterlibatan pendapat masyarakat.

Apa pun kegiatan orang luar, penelitian maupun program, seharusnya dilakukan dengan cara
yang menguntungkan dan bukan sebaliknya merugikan orang miskin. Untuk itu, dibutuhkan
adanya pembalikan (reversal) yang ditujukan kepada para orang luar tadi, antara lain meliputi:
pembalikan sudut pandang yaitu dari ethic ke emik, pembalikan cara berfikir yaitu dari
mengutamakan pengetahuan dan nilai orang luar ke pengetahuan dan nilai masyarakat,
pembalikan perlakuan yaitu dari menjadikan masyarakat sebagai objek penelitian menjadi
fasilitator proses pembelajaran, pembalikan cara kerja orang luar yaitu dari tergesa-gesa,
berjarak, dan „sok tahu‟, menjadi melebur, duduk bersama, mendengarkan, dan belajar dari
masyarakat. Pembalikan (reversal) inilah yang menjadi tema utama pemikiran Chambers yang
diaplikasikan dalam PRA. PRA (semula RRA) adalah aplikasi pemikiran Chambers berupa
proses pembelajaran masyarakat yang diharapkan mendorong masyarakat itu mengembangkan
rencana tindakan.

Partisipasi juga meningkatkan keberdayaan komunitas sehingga mereka dapat menentukan arah
pembangunan yang pasti akan mempengaruhi kehidupan mereka. Dalam kenyataannya suatu
perencanaan pembangunan sering diklaim sudah partisipatif, karena masyarakat sudah diundang
untuk pertemuan. Namun sesungguhnya proses partisipasi yang sesungguhnya sering tidak
terjadi. Di Indonesia, sejak bergulirnya reformasi, partisipasi sudah menjadi jargon. Semua
proses pembangunan sering diklaim sudah partisipatif, namun dalam pelaksanannya partisipasi
masih sering sebagai kiasan tanpa makna (lip service) dan menjadi slogan saja. Arnstein (1969)
sangat dikenal sebagai ilmuwan yang membedakan tingkatan partisipasi, yang disebut sebagai
tangga partisipasi. Tangga terendah berarti sesungguhnya belum ada partisipasi.

4
Tabel 1: Tingkatan Partisipasi

Leve Tingkatan Uraian Kategori


l

1. Manipulasi Dominasi total pengambilan Tidak ada


(Manipulation) keputusan oleh pemerintah partisipasi

2. Terapi (Therapy) Sekedar agar masyarakat


tidak marah/sosiali sasi

3. Pemberitahuan Sekedar pemberitahua n Tokenism/sekedar


(Informing) searah/sosiali sasi justifikasi agar
mengiyakan
4. Konsultasi Masyarakat didengar, tapi
(Consultation) tidak selalu dipakai sarannya

5. Penentraman Saran Masyarakat diterima


(Placation) tapi tidak selalu dilaksanakan

6. Kemitraan Timbal balik dinegosiasika n Tingkat kekuasaan


(Partnership) ada di masyarakat

7. Pendelegasian Masyarakat diberi kekuasaan


Kekuasaan (sebagian atau seluruh
(Delegated program)
Power)

8. Kontrol Sepenuhnya dikuasai oleh


Masyarakat masyarakat
Sumber: Arnstein, 1969; Rosyida, Isma. et. al. (2011).

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat


kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara
dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat
mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Oakley, 1991; dan Fatterman,

5
1996). Proses pemberdayaan masyarakat (community empowerment) merupakan upaya
membantu masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga bebas dan
mampu untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Proses
pemberdayaan tersebut dilakukan dengan memberikan kewenangan (power), aksesibilitas
terhadap sumberdaya dan lingkungan yang akomodatif (Zimmerman, 1996:18, Ress, 1991:42).
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam pembangunan secara partisipatif
kiranya sangat sesuai dan dapat dipakai untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-perubahan
dalam masyarakat beserta lingkungan strategisnya. Sebagai konsep dasar pembangunan
partisipatif adalah melakukan upaya pembangunan atas dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat
itu sendiri sehingga masyarakat mampu untuk berkembang dan mengatasi permasalahannya
sendiri secara mandiri, berkesinabungan dan berkelanjutan.

2.2. Pendidikan Orang Dewasa Sebagai Inti Proses Pemberdayaan


Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species"
mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi"
makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.

Asumsi-Asumsi Pokok
Malcolm Knowles dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok
asumsi sebagai berikut:

 Konsep Diri

Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang, bergerak dari


ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga
mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada
orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa
membutuhkan untuk mendapatkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu
menentukan dirinya sendiri (Self Determination) dan mampu mengarahkan dirinya
sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi
dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan,

6
maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Orang
dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis agar secara umum menjadi mandiri,
meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara.

Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pendidikan, khususnya yang
berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses
perencanaan pendidikan.

 Peranan Pengalaman

Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan
berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu
mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana
hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang kaya, dan pada saat
yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan
memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pembelajaran orang
dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan
dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu
pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses
Belajar Berdasarkan Pengalaman).

Hal ini menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik
pembelajaran. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi
kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapangan (field school), melakukan
praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peranserta
atau partisipasi peserta pelatihan.

 Kesiapan Belajar

Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan
waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik
ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan
perubahan tugas dan peranan sosialnya.

7
Hal ini berbeda pada seorang anak, umumnya seorang anak belajar karena adanya
tuntutan akademik atau biologisnya. Tetapi pada orang dewasa, kesiapan belajar
ditentukan oleh tingkatan perkembangan mereka yang harus dihadapi dalam peranannya
sebagai kader, pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi.

Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pendidikan
tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan
kebutuhan yang sesuai dengan peran sosialnya.

 Orientasi Belajar

Asumsinya, pada anak (yang belajar) orientasi belajarnya ‗seolah-olah‘ sudah ditentukan
dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran
(Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa, memiliki orientasi
belajar cenderung berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem
Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan
kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian,
terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.

Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif
waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau
dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari
masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada
kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan
memperoleh sekolah yang lebih tinggi.

Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi
orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis (menjawab
kebutuhan) dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.

8
2.3. Paulo Freire dan Pendidikan Orang Dewasa

Mempelajari pendidikan orang dewasa tidak dapat utuh kalau tidak mengenal Paulo Freire. Paulo
Freire lahir pada 19 september 1921 di Recife, kota pelabuhan diTimur Laut Brazil, dia berasal
dari keluarga kelas menengah, ayahnya bernama Joachim Themistocles Freire berprofesi sebagai
polisi militer di Pernambuco yang berasal dari Rio Grande de Norte.

Kehidupan orang tua Freire tergolong kelas menengah, namun sering mengalami kesulitan
financial. Situasi seperti itulah yang membuat Freire menyadari arti lapar bagi anak sekolah
dasar. Dan situasi itu juga membuat ia pada waktu kecil bersumpah untuk membaktikan hidunya
melawan kemiskinan dan kelaparan serta membela kaum miskin sehingga tidak ada anak lain
yang akan merasakan penderitaan seperti yang pernah ia alami. Situasi ini terjadi pada tahun
1929 dimana krisis ekonomi melanda hampir di seluruh kota di Brazil. Kendati demikian
semangat Freire tidak surut untuk tetap membela dan memperjuangkan kesejahteraan kaum
marginal dan minoritas. Optimisme Freire membuatnya tetap semangat meski hidup dalam
situasi pembuangan, pemenjaraan dan kemiskinan, dan memandang bahwa kehidupan adalah
sebuah optimisme, maka aksi yang ia lakukan adalah bagaimana memperjuangkan rakyatnya
agar tidak tertindas lagi. Kritik-kritiknya terhadap dehumanisasi melahirkan sebuah ide brilliant,
yaitu bagaimana agar masyarakat lebih bersifat humanis sebab hanya dengan semangat
humanisme yang mementingkan pembebasan dan pemerdekaan tiap orang-lah, maka penindasan
dapat dihapuskan. Sama seperti pendidikan tradisional pada masa Freire, penddikan bukan saja
tidak menampakkan unsur pemerdekaan, bahkan ia juga jauh dari humanisme.

Adapun karya Freire antara lain adalah:

a. Education As The Practice Of Freedom


Buku ini dibuat Freire atas hasil analisisnya terhadap kegagalan dalam melakukan
emansipasi di Brazil, buku ini ditulis didalam penjara sebab aktivitas subversive Freire ia
tertangkap oleh militer yang berhasil meruntuhkan rezim goulart, dan memerintahkan
untuk mengintimidasi seluruh geraka prograsif, termasuk salah satunya adalah gerakan
pemberantasan buta huruf Freire, maka Freire pun dipenjara selama 70 hari. Buku ini
kemudian diselesaikan di Cile dalam masa pembuangannya. Bbuku ini menjelaskan

9
tentang apa pandangan filosofis dari apa yang terwujud dari masyarakat untuk
mentransformasi sejarah menjadi subjek melalui suatu refleksi yang kritis.
b. Pedagogy of the Opressed (1970), salah satu karya Freire yang terkenal , dibuatnya ketika
Freire mulai menagkap realita kongkret yang terjadi atas kenyataan perang yang
dilancarkan Amerika terhadap Vietnam, dimana tekanan dan penindasan terhadap
kehidupan ekonomi dan politik dunia ketiga berlangsung secara tak terbatas. Berdsarkan
kenyataan tersebut Freire mulai memperluas definisinya tentang persoalan dunia ketiga
dari masalah geografis ke konsep politis, dalam buku ini tema kekerasan menjadi pokok
bahasan utama, menurut Freire pendidikan menjadi jalur permanen terwujudnya
pembebasan. Dalam buku ini Freire berusaha menyajikan pandangan filosofis dari apa
yang terwujud dari para laki-laki dan perempuan untuk mentransformasi sejarah dan
menjadi subjek melalui satu refleksi yang kritis.
c. Cultural Action for Freedom(1970), buku yang ditulis Freire pada tahun yang sama
pembuatan karya Pedagogy of the Oppressed. Dalam buku ini Freire membahas masalah
perubahan-perubahan kultural yang terjadi dalam reformasi agraria berjalan seiring
dengan pengajaran dan pembelajaran ketrampilan baru.

Seperti halnya terjadi di sekolah-sekolah Freire berusaha membongkar watak pasif dari
praktik pendidikan tradisional yang melanda dunia pendidikan, Dia menganggap bahwa
pendidikan pasif sebagaimana dipraktikkan pada umumnya pada dasarnya melanggengkan
―sistem relasi penindasan‖. Freire mengejek sistem dan praktik pendidikan yang menindas
tersebut, yang disebutnya sebagai pendidikan 'gaya bank' dimana guru bertindak sebagai
penabung yang menabung informasi sementara murid dijejali informasi untuk disimpan.
Freire menyusun daftar antagonisme pendidikan 'gaya bank' itu sebagai berikut:

- Guru mengajar murid belajar.


- Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa.
- Guru berpikir, murid dipikirkan.
- Guru bicara, murid mendengarkan.
- Guru mengatur, murid diatur.

10
- Guru memilih dan memaksakan pilihan¬nya, murid menuruti.
- Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan
tindakan gurunya.
- Guru memilih apa yang akan diajarkan, murid menyesuaikan diri.
- Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan wewenang
profesionalismenya, dan mempertentangkannya dengan kebebasan murid.
- Guru adalah subjek proses belajar, murid objeknya.

11
BAB 3
PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL

3.1. Penerapan Metode RRA dan PRA

Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan (PRA)
adalah pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama
menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara
nyata. Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya ketika paradigma
pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai landasan pembangunan di negara-negara
sedang berkembang. Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan
sebagai inti dalam proses pembangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak hanya
sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam perencanaa, pelaksanaan,
pengawasan dan menikmati hasil pembangunan. Metode dan pendekatan yang tampaknya sesuai
dengan tuntutan paradigma itu adalah metode dan pendekatan yang partisipatif.

Metode PRA mulai menyebar dengan cepat pada tahun 1990-an yang merupakan bentuk
pengembangan dari metode Pemahaman Cepat Kondisi Pedesaan (PCKP) atau Rapid Rural
Appraisal (RPA) yang menyebar pada tahun 1980-an. Kedua metode tersebut saling
berhubungan etar dan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya dan bisa saling
melengkapi. Namun dalam perkembangannya, metode PRA banyak digunakan dalam proses
pelaksanaan program pembangunan secara partisipatif, baik pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, maupun pengawasannya.

12
Secara umum terdapat beberapa perbedaan antara RRA dan PRA (Chambers, 1996), yaitu :

No KRITERIA RRA PRA

1 Kurun waktu perkembangan Akhir 1970-an Akhir 1980-an

2 Pihak yang mengembangkan Perguruan Tinggi Organisasi non-


pemerintah

3 Pengguna utama Lembaga Donor, Organisasi non-


Perguruan Tinggi pemerintah, organisasi
lapang pemerintah

4 Potensi sumber informasi Pengetahuan Kemampuan masyarakat


masyarakat setempat

5 Titik berat pengembangan Metodologi Perilaku

6 Titik berat pengguna Elicitif, penggalian Fasilitasi, partisipatif

7 Tujuan utama Belajar melalui orang Pemberdayaan


luar masyarakat setempat

8 Hasil jangka panjang Perencanaan, proyek, Kelembagaan dan


publikasi tindakan masyarakat
yang berkelanjutan

13
3.2 Tujuan penerapan metode PRA

Pada intinya PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinkan masyarakat
desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi
dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan nyata (Chambers, 1996). Beberapa
prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA anatar lain adalah : saliang belajar dan
berbagi pengalaman, keterlibatan semua anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai
fasilitator, konsep triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi praktis dan keberlanjutan
program (Rochdyanto, 2000). Metode tersebut dipandang telah memiliki teknis-teknis yang
dijabarkan cukup operasional dengan konsep bahwa keterlibatan masyarakat sangat diperlukan
dalam seluruh kegiatan. Pendekatan PRA memang bercita-cita menjadikan masyarakatmenjadi
peneliti, perencana, dan pelaksana pembangunan dan bukan sekedar obyek
pembangunan. Tekanan aspek penelitian bukan pada validitas data yang diperoleh, namun pada
nilai praktis untuk pengembangan program itu sendiri. Penerapan pendekatan dan teknik PRA
dapat memberi peluang yang lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain
itu melalui pendekatan PRA akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan program dengan
kebutuhan masyarakat sehingga keberlanjutan (sustainability) program dapat terjamin.

3.3. Prinsip-Prinsip PRA

Tujuan kegiatan PRA yang utama ialah untuk menghasilkan rancangan program yang gayut
dengan hasrat dan keadaan masyarakat. Terlebih itu, tujuan pendidikannya adalah untuk
mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaan mereka sendiri dan
melakukan perencanaan melalui kegiatan aksi.

Beberapa hal prinsip yang ditekankan dalam PRA ialah :

a. Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat

Prinsip dasar PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti bahwa PRA
dibangun dari pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuian tradisional
dan kemampuan masyarakat untuk memecahkan persoalannya sendiri. Prinsip ini merupakan
pembalikan dari metode pembelajaran konvensional yang bersifat mengajari
masyarakat. Kenyataan membuktikan bahwa dalam perkembangannya pengalaman dan

14
pengetahuan tradisional masyarakat tidak sempat mengejar perubahan yang terjadi, sementara itu
pengetahuan modern yang diperkenalkan orang luar tidak juga selalu memecahkan
masalah. Oleh karenanya diperlukan ajang dialog di antara ke duanya untuk melahirkan sesuatu
program yang lebih baik. PRA bukanlah suatu perangkat teknik tunggal yang telah selesai,
sempurna, dan pasti benar. Oleh karenanya metode ini selalu harus dikembangkan yang
disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Kesalahan yang dianggap tidak wajar, bisa saja
menjadi wajar dalam proses pengembangan PRA. Bukannya kesempurnaanpenerapan yang
ingin dicapai, namun penerapan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada dan
mempelajari kekurangan yang terjadi agar berikutnya menjadi lebih baik. Namun PRA bukan
kegiatan coba-coba (trial and error) yang tanpa perhitungan kritis untuk meminimalkan
kesalahan.

b. Keterlibatan semua anggota kelompok, menghargai perbedaan, dan informal

Masyarakat bukan kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang
mempunyai masalah dan kepentingan sendiri. Oleh karenanya keterlibatan semua golongan
masyarakat adalah sangat penting. Golongan yang paling diperhatikan justru yang paling sedikit
memiliki aksesdalam kehidupan sosial komunitasnya (miskin, perempuan, anak-anak,
dll). Masyarakat heterogen memiliki pandangan pribadi dan golongan yang berbeda. Oleh
karenanya semangat untuk saling menghargai perbedaan tersebut adalah penting artinya. Yang
terpenting adalah pengorganisasian massalah dan penyusunan prioritasmasalah yang akan
diputuskan sendiri oleh masyarakat sebagai pemiliknya. Kegiatan PRA dilaksanakan dalam
suasana yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan informal. Situasi santai tersebut akan
mendorong tumbuhnya hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai
anggota bukan sebagai tamu asing yang harus disambut secara protokoler. Dengan demikian
suasana kekeluargaan akan dapat mendorong kegiatan PRA berjalan dengan baik.

c. Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku

Konsekuensi dari prinsip pertama, peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai
pelaku, guru, penyuluh, instruktur, dll. Perlu bersikap rendah hati untuk belajar dari masyarakat
dan menempatkannya sebagai nara sumber utama. Bahkan dalam penerapannya, masyarakat

15
dibiarkan mendominasi kegiatan. Secara ideal sebaiknya penentuan dan penggunaan teknik dan
materi hendaknya dikaji bersama, dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat.

d. Konsep triangulasi

Untuk bisa mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep
triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and
recheck). Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin ilmu),
sumber informasi (latar belakang golongan masyarakat, tempat), dan variasi teknik.

 Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai teknik PRA, yaitu bersama masyarakat bisa
diputuskan variasi dan kombinasi teknik PRA yang paling tepat sesuai dengan proses
belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan
program.
 Menggali berbagai jenis dan sumber informasi, dengan mengusahakan kebenaran data
dan informasi (terutama data sekunder) harus dikaji ulang dan sumbernya dengan
menggunakan teknik lain.
 Tim PRA yang multidisipliner, dengan maksud sudut pandang yang berbeda dari anggota
tim akan memberi gambaran yang lebih menyeluruh terhadappenggalian informasi dan
memberi pengamatan mendalam dari berbagai sisi.
e. Optimalisasi hasil

Pelaksanaan PRA memerlukan waktu, tenaga narasumber, pelaksana yang terampil, partisipasi
masyarakat yang semuanya terkait dengan dana. Untuk itu optimalisasi hasil dengan pilihan
yang menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan. Oleh karenanya kuantitas dan akurasi
informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan yang berskala besar namun biaya yang
tersedia tidak cukup.

f. Berorientasi praktis

Orientasi PRA adalah pemecahan masalah dan pengembangan program. Dengan demikian
dibutuhkan penggalian informasi yang tepat dan benar agar perkiraan yang tepat akan lebih baik
daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau lebih baik mencapai perkiraan yang hampir
salah daripada kesimpulan yang hampir benar.
16
g. Keberlanjutan program

Masalah dan kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan


masyarakat itu sendiri. Karenanya, pengenalan masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian
selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut. Bagaimanapun juga program yang mereka
kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang digerakkan dari potensi masyarakat.

h. Mengutamakan yang terabaikan

Prinsip ini dimaksudkan agarmasyarakat yang terabaikan dapat memperoleh kesempatan untuk
berperan dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan. Keperpihakan pada
pihak atau golongan masyarakat yang terabaikan bukan berarti bahwa golongan masyarakat
lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat giliran untuk diabaikan atau tidak
diikutsertakan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan
terhadap berbagai golongan dan lapisan yang ada di masyarakat, dengan mengutamakan
golongan paling miskin agar kehidupannya dapat meningkat.

i. Pemberdayaan (Penguatan) masyarakat

Kemampuan masyarakat diitingkatkan melalui proses pengkajian keadaan, pengambilan


keputusan, penentuan kebijakan, peilaian dan koreksi terhadap kegiatan yang dilakukan. Dengan
demikian masyarakat memiliki akses 9peluang dan kesempatan) serta memiliki kemampuan
memberikan keputusan dan memilih berbagai keadaan yang terjadi. Dengan demikian mereka
dapat mengurangi ketergantungan terhadap bantuan 'orang luar'.

j. Santai dan informal

Penyelenggaraan kegiatan PRA bersifat luwes, tidak memaksa, dan informal sehingga antara
orang luar dan masyarakat setempat terjalin hubungan yang akarab, orang luar akan berproses
masuk sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian kedatangan orang luar tidak perlu
disambut atau dijamu secara adat oleh masyarakat dan tokohnya maupun oleh pemerintah
setempat. Orang luar yang masuk harus memperhatikan jadwal atau waktu kegiatan masyarakat,
sehingga penerapan PRA tidak mengganggu kegiatan rutin masyarakat.

17
k. Keterbukaan

PRA sebagai metode dan perangkat teknik pendekatan kepada masyarakat masih belum
sempurna, dan belum selesai. Berbagai teknik penerapannya di dalam praktik masih terus
dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat setempat. Oleh
karena itu berbagai pengalaman penerapan tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran untuk memperbaiki konsep dan pemikiran serta dalam merancang teknik-teknik baru
sehingga sangat berguna dalam memperkaya metode ini.

3.4. Proses PRA

Karena tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat,
penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan program. Gambaran umum
siklus tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut :

1. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi


tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas dasar masalah
dan potensi setempat.
3. Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas
berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat.
4. Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat
dan sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
5. Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar
implementasinya dapat secara mudah dipantau.
6. Penyajian rencana kegiatan guna menddapatkan masukan untuk penyempurnaannya di
tingkat yang lebih besar.
7. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangan masyarakat.
8. Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang
telah disusun.
9. Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah
yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan, dll.

18
3.5. Permasalahan PRA

Meningkatnya secara cepat popularitas PRA dikhawatirkan menyebabkan sedemikian terburu-


burunya menerima gagasan ini tanpa pemahaman yang cukup mendasar akan prinsip dasar yang
ada yang kemudian diikuti dengan harapan yang terlalu tinggi akan keampuhan PRA. Oleh
karenanya beberapa massalah yang timbul akibat merebaknya penggunaan metode PRA adalah :

1. Permintaan melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan dalam forum yang formal
tanpa cukup kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip yang mendasarinya.
2. Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang serampangan di lapangan
tanpa tujuan yang jelas.
3. Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat.
4. Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi petugas untuk
menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.
5. Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar konteks program
pengembangan masyarakat.
6. Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis, administratif).
7. Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak dalam
pekerjaan yang rutin dan membosankan.

3.6. Rangkaian Metode PRA

Fasilitator masyarakat akan berhadapan langsung dengan masyarakat yang bersifat


heterogen. Apabila kita mengharapkan hasil optimal dalam upaya memahami kondisi
masyarakat pedesaan yang akan kita fasilitasi dalam penyusunan rencana program
pengembangannya, fasilitator harus mampu melibatkan diri secara benar dalam masyarakat agar
informasi yang kita butuhkan dapat kita temukan secara mudah, bersifat komprehensif dan
representatif. Demikian halnya masyarakat yang kita dampingi agar tidak merasa jenuh, maka
diperlukan penerapan berbagai variasi teknik PRA.

Dalam bab ini akan dipaparkan teknik-teknik PRA yang berkembang pesat di masyarakat, yakni
teknik penelusuran sejarah desa, pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan; pembuatan
kalender musim; pembuatan peta desa; penelusuran lokasi /desa (transect); pembuatn gambar

19
kebun; pengkajian lembaga-lembaga desa; pengkajian mata pencaharian penduduk
desa; wawancara keluarga petani (wawancara semiterstruktur); pembuatan bagan alur; dan
pembuatan bagan urutan (matriks ranking).

Teknik-teknik PRA adalah alat-alat untuk melakukan kajian keadaan desa. Teknik-teknik ini
berupa alat visual (gambar atau bentuk yang dapat dilihat) yang dipergunakan sebagai media
diskusi masyarakat tentang keadaan diri mereka sendiri dan lingkungannya. Alat-alat visual ini
merupakan media belajar bersama yang dipergunakan baik untuk masyarakat (petani) yang buta
aksara ataupun melek aksara. Kajian desa dapat dilakukan sebagai penjajagan kebutuhan dan
perencanaan kegiatan, atau dapat juga untuk pemantauan dan evaluasi kegiatan. Teknik-teknik
kajian desa atau teknik-teknik PRA selama ini lebih banyak dipergunakan untuk perencanaan
kegiatan / program. Hal ini terjadi karena keterampilan untuk melakukan modifikasi
(penyesuaian) teknik-teknik PRA bagi kebutuhan lain, belum banyak dimiliki para pemandu.

1. Teknik Penelusuran Alur Sejarah Desa

Setiap kelompok masyarakat senantiasa memiliki sejarahnya sendiri yang menjadikannya


berbeda dari kelompok-kelompok masyarakat yang lain. Sejarah tersebut menjadi bagian dari
kebanggaan suatu masyarakat. Sejarah itu bukanlah sejarah tertulis, tetapi sejarah "lisan" yang
hidup di kalangan masyarakat, dalam ingatan warga yang mengalaminya dan diteruskan dari
generasi ke generasi melalui cerita-cerita.

Pengertian

Teknik penelusuran alur sejarah desa adalah teknik PRA yang dipergunakan untuk mengungkap
kembali sejarah masyarakat di suatu lokasi tertentu berdasarkan penuturan masyarakat
sendiri. Peristiwa-peristiwa dalam sejarah desa tersebut disusun secara beruntun menurut waktu
kejadiannya (secara kronologis), dimulai dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau
yang masih dapat diingat, sampai dengan peristiwa-peristiwa saat ini.

Jenis-jenis informasi yang seringkali muncul adalah:

20
 Sejarah terbentuknya pemukiman penduduk desa, asal-usul penduduk yang merintis pemukiman
tersebut, perkembangan jumlah penduduk, serta berbagai peristiwa yang berkenaan dengan hal
itu.
 Keberadaan dan pengelolaan sumberdaya alam, seperti lahan sawah, pekarangan, tegalan,
ladang penggembalaan, sumber air irigasi, dan sebagainya.
 Perubahan-perubahan yang terjadi dalam status kepemilikan, penguasaan, dan pemanfaatan
tanah/lahan.
 Pengenalan dan penanaman jenis-jenis tanaman baru, dan penerapan teknologi baru lainnya.
 Terjadinya wabah penyakit yang pernah melanda penduduk desa, kapan terjadinya, jenis wabah
penyakitnya, berapa orang yang terkena dan menjadi korban, dan sebagainya.
 Tanggapan masyarakat atas berbagai masukan dan kegiatan pembinaan yang telah diterima
masyarakat, serta masalah-masalah yang dihadapi dan berbagai alternatif pemecahannya,
pengalaman masyarakat dalam mengatasi permasalahan tersebut, tingkat keberhasilan dalam
mengatasi permasalahan tersebut, kendala-kendala yang dihadapi dalam mengatasi permasalahan
tersebut, dan sebagainya.
 Pembangunan sarana dan prasarana umum, seperti jalan, saluran irigasi, sekolah, peuskesmas,
tempat-tempat ibadah, lapangan olah raga, dan sebagainya. Kapan pembangunan dilakukan, dan
siapa yang memprakarsai pembangunan sarana-prasarana tersebut.
 Sejarah dan struktur organisasi pemerintahan desa, person-person yang menduduki jabatan
dalam organisasi desa, tahun berapa, efektivitas perkembangan sistem organisasi desa tersebut,
dan sebagainya.
 Topik-topik lainnya yang sesuai dengan kebutuhan program atau tujuan pelaksanaan PRA yang
direncanakan.

Kajian sejarah desa bertujuan untuk:

 Memfasilitasi masyarakat agar dapat mengungkapkan pemahamannya tentang keadaan


mereka di masa kini dengan mengkaji latar belakang atau peristiwa-peristiwa di desa
tersebut pada masa lalu.
 Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji latar belakang perubahan-perubahan
masyarakatnya dan masalah-masalah yang terjadi karena perubahan, serta bagaimana
cara mereka mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

21
 Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji hubungan sebab akibat antara berbagai
kejadian dalam sejarah kehidupan mereka.

Manfaat kajian sejarah desa

Beberapa manfaat kajian sejarah desa, antara lain:

1. Bagi 'orang dalam' (masyarakat): diskusi yang terjadi memiliki potensi untuk memperkuat
kesadaran masyarakat akan keberadaannya dirinya, karena diskusi tersebut mengajak
masyarakat untuk menceriterakan kembali sejarah dan perkembangan masyarakatnya.
2. Bagi 'orang luar': diskusi tersebut akan memberikan wawasan dan pemahaman tentang
masyarakat desa tersebut, baik sejarahnya maupun cara pandang masyarakat terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi. Dengan pemahaman sejarah, program yang
dikembangkan diharapkan akan mepertimbangkan keadaan yang telah berakar di masa
lampau.
3. Hasil diskusi teknik ini adalah gambaran umum keadaan desa sehingga dapat
dimunculkan topik-topik informasi yang masih perlu dikaji lebih lanjut dengan teknik-
teknik lainnya.

Langkah-langkah penerapan teknik penelusuran sejarah desa

Penerapan teknik penelusuran alur sejarah desa, dapat dilakukan melalui langkah-langkah
berikut:

(1) Jelaskan maksud dan proses pelaksanaan kegiatan. Mulailah diskusi dengan topik yang
ringan seperti asal-usul nama desa dan arti atau makna nama desa, serta asal-usul warga
masyarakat desa tersebut, misalnya suku dan pembauran antar suku yang terjadi.

(2) Ajaklah masyarakat untuk secara umum mendiskusikan kejadian-kejadian penting dalam
perkembangan desa dan berbagai perubahan penting yang terjadi.

(3) Setelah cukup tergambarkan, mintalah peserta untuk menuliskannya di atas kertas lebar
yang ditempelkan di dinding sesuai dengan keterangan yang diungkapkan warga peserta diskusi.

22
(4) Tetapkanlah titik waktu pertama sejarah desa yang akan dicantumkan, namun urutan
waktunya tidak mutlak benar pada proses diskusi tersebut sebab seringkali hal-hal yang diingat
tersebut waktunya melomcat-loncat.

(5) Lakukan diskusi sejarah desa lebih lanjut: (a) mengapa atau apa sebab-sebab kejadian
dianggap penting; (b) apa saja sebab dan akibat dari kejadian-kejadian yang dicacat; (c) apakah
terdapat hubungan sebab akibat diantara kejadian-kejadian tersebut.

(6) Catatlah seluruh masalah, potensi, dan informasi yang muncul dalam diskusi dengan
cermat, sebab hasil diskusi ini akan menjadi bahan bagi kegiatan penerapan teknik PRA yang
lain.

(7) Cantumkan nama-nama peserta diskusi (bila terlalu banyak dapat disebutkan beberapa
nama tokoh yang hadir, jumlah peserta laki-laki dan perempuan). Cantumkan pula nama
pemamndu diskusi, tempat dilalakukannya diskusi, dan waktu (tanggal) diskusi.

Contoh Sejarah Desa

23
Ada beberapa hal yang seringkali luput dari perhatian dari semua peserta diskusi maupun
fasilitator . Pertama, kadangkala terjadi pengungkapan informasi yang bersifat pemujaan
berlebihan terhadap peristiwa-peristiwa di masa lampau atau terhadap tokoh-tokoh pelaku
sejarah desa. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bias informasi. Informasi seperti itu
sebaiknya perlu dicek kembali. Kedua, seringkali masyarakat tidak mengetahui secara tepat
waktu terjadinya peristiwa-peristiwa masa lampau. Untuk itu, cukup diperkirakan waktu
kejadian tersebut, misalnya dengan mengajukan pertanyaan tidak langsung: "berapa umur
Saudara ketika kejadian itu berlangsung?". Dengan demikian pemandu dapat membantu
masyarakat untuk menemukan perkiraan waktu kejadian suatu peristiwa. Ketiga, kadangkala
timbul suasana yang tidak menyenangkan dalam diskusi karena munculnya pembahasan
mengenai individu-individu atau hal-hal tertentu yang bersifat peka (sensitif). Untuk
menghindari konflik, secara halus pemandu dapat mengajak agar diskusi membahas keadaannya,
bukan individu-individunya.

Contoh Lain Sejarah Desa

24
2. Teknik Pembuatan Bagan Kecenderungan dan Perubahan

Desa bukanlah suatu lingkungan yang statis atau tidak mengalami perubahan. Perubahan di
desa berasal dari dua arah, yaitu dari dalam desa itu sendiri dan dari luar desa.

Sudah menjadi hukum alam, bahwa setiap masyarakat akan mengalami perubahan-perubahan
keadaan dengan sendirinya, baik itu kearah kemajuan dtau kemunduran (kemerosotan). Hal
tersebut disebabkan oleh dinamika hidup masyarakat, seperti: berkembang biak; berlangsungnya
perang antar kelompok, antar suku, atau antar bangsa; menghabiskan sumberdaya alam;
membudidayakan tanaman dan hewan; penemuan teknologi baru yang bersifat lokal, dan
sebagainya.

Sejalan dengan perkembangan teknologi moderen, serta perkembangan jaringan transportasi dan
komunikasi, semakin hari perubahan yang terjadi di desa akan datang lebih cepat akibat
pengaruh dari luar (terutama dari kota). Arah perubahan tersebut juga dapat berakibat terjadinya
kemajuan atau kemunduran (kemerosotan) keadaan masyarakat suatu desa.

Memahami perubahan-perubahan yang terjadi di desa dan memahami kecenderungan perubahan


tersebut sangat berharga bagi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program pembangunan desa
dalam jangka panjang.

Pengertian

Teknik pembuatan bagan kecenderungan dan dan perubahan adalah teknik PRA yang dapat
menggambarkan perubahan-perubahan berbagai keadaan, kejadian, serta kegiatan masyarakat
dari waktu ke waktu. Dari besarnya perubahan hal-hal yang diamati, yang dapat
berarti berkurang, tetap, atau bertambah, kita dapat memperoleh gambaran adanya
kecenderungan umum perubahan yang akan berlanjut di masa depan.

Jenis-jenis informasi yang dikaji dalam pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan, antara
lain:

25
 Perubahan dan perkembangan keadaan berbagai sumberdaya seperti tingkat kesuburan
tanah, produktivitas lahan, curah hujan, ketersediaan air, ketersediaan kayu bakar dan
kayu bangunan.
 Perubahan dan perkembangan tata guna lahan (luas lahan untuk persawahan,
perladangan, permukiman, hutan, rata-rata luas kepemilikan, dan sebagainya).
 Perubahan dan perkembangan penanaman pepohonan (jenis-jenis pohon, jenis dan
jumlah hasil, dan sebagainya).
 Perubahan dan perkembangan penduduk (kelahiran, kematian, dan perpindahan
penduduk).
 Perubahan jenis dan jumlah ternak yang dipiara masyarakat desa setempat.
 Perubahan dan perkembangan aspek sosial, ekonomi dan budaya, politik, keamanan dan
ketertiban, dan sebagainya.

Kajian kecenderungan dan perubahan bertujuan untuk:

a. Memfasilitasi masyarakat untuk mengenali berbagai perubahan terpenting yang terjadi di


berbagai bidang kehidupannya, serta mengkaji hubungan antar berbagai perubahan tersebut.

b. Memfasilitasi masyarakat untuk 'membaca' atau memperkirakan arah kecenderungan dalam


jangka panjang dengan cara menggambar bagan. Bagan tersebut tersebut dapat kita jadikan
grafik kecenderungan.

Manfaat kajian kecenderungan dan perubahan

Beberapa manfaat kajian kecenderungan dan perubahan:

(1) Bagi 'orang dalam' (masyarakat) antara lain: diskusi tersebut akan memunculkan kesadaran
tentang peran diri mereka sebagai pelaku perubahan keadaan masyarakatnya sendiri; diskusi
tersebut juga memunculkan pemikiran-pemikiran mereka tentang sebab-sebab perubahan dan
akibat (dampak) perubahan yang baik dan yang buruk bagi mereka.

(2) Bagi 'orang luar' antara lain: diskusi tersebut akan memberikan pemahaman tentang
perubahan-perubahan dan cara pandang masyarakat tentang perubahan tersebut. Selain itu kita

26
dapat memfasilitasi masyarakat dalam menilai dan menemukan cara-cara mengatasi dan
mencegah perubahan yang buruk.

Hasil diskusi tersebut juga akan bermanfaat dalam menentukan topik kajian selanjutnmya, serta
sebagai bahan dalam penyusunan rencana kegiatan pembangunan.

Langkah-langkah penerapan

Penerapan teknik kajian kecenderungan dan perubahan dapat dilakukan dengan langkah-langkah
berikut:

 Terangkan maksud dan proses pelaksanaan kegiatan.


 Mulailah diskusi dengan topik yang ringan, biasanya bagi petani masalah tanaman atau ternak
menjadi perhatian utama. Apabila sebuah topik telah selesai dibahas, lanjutkan dengan topik
yang berikutnya.
 Ajak masyarakat untuk mendiskusikan: perubahan-perubahan penting yang terjadi di desa, dan
apa saja penyebab terjadinya perubahan-perubahan tersebut.
 Setelah cukup tergambarkan, ambillah kesepakatan bersama peserta: topik-topik utama
(perubahan-perubahan yang paling penting) yang akan dicantumkan ke dalam bagan serta perlu
didiskusikan lebih lanjut; simbol topik-topik bahasan yang dicantumkan ke dalam bagan, berupa
gambar-gambar sederhana yang mudah dikenali; simbol untuk memberikan nilai dengan bahan-
bahan lokal yang tersedia (misalnya biji jagung, kerikil, daun singkong, dan sebagainya); ttik-
titik waktu atau selang waktu yang akan dicantumkan.
 Mintalah masyarakat untuk membuatkan bagan di atas kertas lebar yang ditempelkan di dinding
beserta topik-topik informasi sesuai dengan hasil diskusi.
 Cantumkan pada sudut kertas, simbol-simbol beserta artinya, serta penjelasan lain untuk
memahami gambar.
 Lakukan diskusi bagan perubahan lebih lanjut, yakni: apa akibat dari perubahan-perubahan
(akibat yang sudah terjadi atau akibat yang mungkin terjadi di masa yang akan datang); apakah
terdapat hubungan sebab akibat di antara perubahan-perubahan tersebut; apakah perubahan
tersebut akan berlanjut terus di masa yang akan datang.
 Catatlah seluruh masalah, potensi, dan informasi yang muncul dalam diskusi dengan cermat,
sebab hasil penggalian ini akan menjadi bahan bagi kegiatan penerapan teknik PRA yang lain.

27
 Cantumkan nama-nama pserta diskusi (bila terlalu banyak dapat disebutkan beberapa nama
tokoh yang hadir, jumlah peserta laki-laki dan perempuan). Cantumkan pula nama pemamndu
diskusi, tempat dilalakukannya diskusi, dan waktu (tanggal) diskusi.

Beberapa hal yang seringkali lepas dari perhatian kita: jika masyarakat kurang terbiasa dengan
patokan tahun-tahun kejadian fasilitator dapat menyarankan dengan cara lain, misalnya dengan
berpatokan pada peristiwa-peristiwa masa lampau, seperti masa penjajahan, masa kemerdekaan,
pemberontakan, atau peristiwa spesifik yang dialami masyarakat seperti saat terjadinya gempa
bumi hebat, masuknya jalan aspal ke desa, dibangunnya masjid atau gereja, dan
sebagainya. Kesepakatan tentang waktu akan tergantung pada kemampuan peserta diskusi dalam
mengingat kembali kejadian masa lampau.

Contoh Kecenderungan Perubahan

3. Teknik Penyusunan Kalender Musim

Kegiatan-kegiatan dalam daur kehidupan masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh siklus musim,
seperti musim tanam menjelang musim hujan, musim panen setelah padi menguning, musim
paceklik jika kemarau panjang. Peristiwa sosial seringkali berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
musim tersebut, seperti pesta adat dan perkawinan setelah panen yang berhasil, merantau atau
migrasi ke kota atau tempat lain saat muism paceklik.

28
Dengan mengenali dan mengkaji pola-pola musiman ini akan terlihat 'pola' kehidupan
masyarakat yang merupakan informasi penting sebagai dasar pengembangan program.

Pengertian

Teknik penyusunan kalender musim adalah teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian kegiatan-
kegiatan dan keadaan-keadaan yang terjadi berulang dalam suatu kurun waktu tertentu
(musiman) dalam kehidupan masyarakat. kegiatan-kegiatan dan keadaan-keadaan itu dituangkan
ke dalam 'kalender' kegiatan atau keadaan-keadaan, biasanya dalam jarak waktu 1 tahun (12
bulan).

Informasi-informasi yang biasanya muncul adalah: penaggalan atau sistem kalender yang dipakai
oleh masyarakat; iklim, curah hujan, ketersediaan air; pola tanam/panen, biaya pertanian hasil
pertanian, dan produksi/produktivitas; ketersediaan pangan dan pakan ternak terutama pada
musim paceklik; ketersediaan tenaga kerja; musim bekerja ke kota atau tempat lain pada masa
paceklik; masalah hama dan penyakit tanaman/ ternak; kesehatan (musim wabah penyakit) dan
kebersihan lingkungan; pola pngeluaran (konsumsi, produksi, investasi); kegiatan sosial
(kemasyarakatan), adat, agama; dan sebagainya.

Tujuan kajian kalender musim adalah memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji:

Keadaan dan pola kegiatan masyarakat, sehingga diperoleh profil kegiatan utama mereka
sepanjang tahun.

profil kegiatan-kegiatan masyarakat, sehingga terlihat pola pemanfaatan waktu masyarakat yaitu
saat mereka sibuk bekerja, saat sibuk dengan kegiatan lain (sosial, agama, adat), dan saat mereka
memiliki waktu luang.

Tujuan utama kajian kalender musim adalah memfasilitasi diskusi mengenai masalah-masalah
yang terjadi pada suatu keadaan atau dalam menyelenggarakan suatu kegiatan.

29
Manfaat kajian kalender musim

Adapun manfaat kajian kalender musim adalah:

(1) Gambaran mengenai pola kegiatan dan pola pembagian kerja masyarakat memunculkan
berbagai pemikiran tentang keadaan usaha mereka sendiri terutama usaha pertanian. Melalui
teknik ini muncul pembahasan tentang masa-masa sulit dan masa-masa baik bagi usaha mereka,
serta keadaan-keadaan yang mempengaruhi terjadinya masa-masa tersebut.

(2) Informasi yang diperoleh melalui teknik kalender musim dapat menjadi masukan dalam
pembuatan perencanaan. Sebagai contoh, dalam merencanakan suatu program pertanian di desa
perlu diketahui keadaan pertanian yang sudah ada, misalnya pola tanam di desa yang
bersangkutan.

(3) Teknik ini juga berguna sebagai salah satu cara untuk menilai suatu tawaran pprogram,
misalnya tentang penanaman jenis tanaman baru, perbaikan varietas, perubahan pola tanam, atau
anjuran tanam serentak.

Langkah-langkah penerapan

Langkah-langkah kegiatan penerapan teknik kajian kalender musim adalah sebagai berikut:

a. Terangkan maksud dan proses pelaksanaan kegiatan

b. Ajak masyarakat untuk mendiskusikan secara umum: jenis-jenis kegiatan apa yang paling
sering terjadi pada bulan-bulan tertentu; apakah kegiatan itu selalu terulang dari tahun ke
tahun; selain kegiatan, keadaan apa yang juga sering terjadi pada bulan-bulan tertentu (misalnya
kekeringan, wabah penyakit).

c. Setelah cukup tergambarkan, sepakatilah bersama peserta: kegiatan-kegiatan utama yang


akan dicantumkan ke dalam kalender serta perlu didiskusikan lebih lanjut; keadaan-keadaan
kritis yang berakibat besar bagi masyarakat yang akan dicantumkan ke dalam kalender; simbol
topik-topik bahasan yang dicantumkan ke dalam bagan, berupa gambar-gambar sederhana yang
mudah dikenali; simbol-simbol untuk memberikan nilai dengan bahan-bahan lokal yang tersedia
(biji jagung, kerikil, daun singkong, dan sebagainya).

30
d. Mintalah masyarakat untuk membuatkan kalender di atas kertas lebar yang ditempelkan di
dinding dengan mencantumkan kolom dua belas bulan serta kolom topik-topik informasi sesuai
dengan hasil diskusi.

e. Cantumkan di sudut kertas, simbol-simbol beserta artinya serta penjelasan lain untuk
memahami gambar.

f. Lakukan analisis kalender musim, yaitu: apa sebab terjadinya masalah-masalah di dalam
pengelolaan kegiatan mereka; apa sebab terjadinya masa-masa kritis di masyarakat (kekeringan,
wabah, paceklik, dan sebaginya); apakah terdapat hubungan sebab akibat di masalah-masalah
dan keadaan-keadaan tersebut; apakah jalan keluar yang telah dilakukan masyarakat untuk
mengatasinya.

g. Catatlah seluruh masalah, potensi, dan informasi yang muncul dalam diskusi dengan cermat,
sebab hasil penggalian ini akan menjadi bahan bagi kegiatan penerapan teknik PRA yang lain.

h. Cantumkan peserta, pemandu, tanggal dan tempatpelaksanaa diskusi.

Contoh Kalender Musim

31
4. Teknik Pembuatan Peta Desa

Salah satu sumber informasi dan bahan perencanaan pembangunan yang umum dikenal adalah
peta. Hampir di setiap kantor lembaga pemerintah kita bisa menemukan peta-peta yang dipasang
di dinding. Ada peta topografi (peta yang menggambarkan bentuk permukaan wilayah), peta
geologi (peta yang menggambarkan susunan dan jenis batu-batuan), peta hidrologi (peta yang
menggambarkan keadaan sumber-sumber dan aliran air), peta rencana kawasan, dan
sebagainya. Ada pula peta-peta sosial, misalnya yang menunjukkan penyebaran penduduk dari
berbagai suku dan bahasa, serta ada juga peta yang menunjukkan batas-batas daerah
administratif pemerintahan.

Dengan penerapan PRA, peta lingkungan desa dibuat oleh masyarakat sendiri. Berikut ini akan
diuraikan mengenai teknik pemetaan yang tidak bertyujuan hanya sekedar membuat peta itu
sendiri, melainkan juga untuk penyadaran masyarakat akan kondisi lingkungannya.

Pengertian

Pemetaan adalah teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi diskusi mengenai keadaan
wilayah desa tersebut beserta lingkungannya. Keadaan-keadaan tersebut digambarkan ke dalam
peta atau sketsa desa. Ada peta yang menggambarkan keadaan sumberdaya umum desa, dan ada
peta dengan tema tertentu yang menggambarkan hal-hal yang sesuai dengan ruang lingkup tema
tersebut (misalnya peta desa yang menggambarkan jenis-jenis tanah, peta sumberdaya pertanian,
peta penyebaran penduduk, peta pola pemukiman, dan sebagainya).

Ada beberapa cara pemetaan keadaan desa:

A. Pemetaan di atas tanah

Pemetaan di atas tanah dapat dilakukan di halaman rumah atau tempat terbuka yang
memadai. Peralatan yang dipergunakan adalah peralatan yang sederhana, misalnya tongkat kayu
untuk menggaris, batu-batuan, biji-bijian, ranting-ranting, daun-daunan, pasir atau kapur
berwarna (bila ada). Bisa juga bahan-bahan lain yang tersedia untuk dapat menandai bagian-
bagian penting.

32
Keunggulan pemetaan di atas tanah adalah cara ini dapat dilakukann oleh banyak orang secara
cepat dan mudah. Kesalahan informasi mudah diperbaiki kembali dan lahan yang luas membuat
informasi yang digambarkan lebih jelas dan detail. Cara ini juga disukai oleh masyarakat serta
menimbulkan kegembiraan dan suasana santai. Hanya saja cara ini memiliki kelemahan, apabila
peserta terlalu banyak dan ramai agak sulit memfasilitasi diskusi. Selain itu, hasilnya harus
digambar kembali di atas kertas lebar untuk mendapatkan dokumentasinya.

B. Pemetaan di atas kertas

Cara ini mirip dengan cara pemetaan di atas tanah, hanya saja dilakukan di atas kerta dngan
menggunakan alat tulis (kalau bisa berwarna). Mula-mula dilakukan penandaan dengan simbol-
simbol seperti kacang-kacangan (biji-bijian), daun-daun kecil, kerikil, atau digambar dengan
pensil. Dengan demikian, mudah diperbaiki atau dihapus bila terdapat kesalahan. Setelah tanda-
tanda (simbol-simbol) tersebut diganti dengan menggunakan spidol bermacam warga agar
menarik dan mudah dikenali. Bisa juga diganti dengan kertas warna-warni yang dibentuk
menjadi berbagai simbol dan ditempelkan. Arti simbol-simbol informasi yang dicantumkan di
atas peta diberi keterangan di sudut kertas.

Keunggulan cara ini adalah hasil pemetaan dapat ditinggalkan di desa atau dibawa sebagai
dokumentasi. Kelemahannya terletak pada lebar kertas yang terbatas, sehingga menyulitkan
dalam menggambarkan keterangan yang lebih rinci. Selain itu, partisipasi masyarakat tidak
sebesar dengan pemetaan di atas tanah karena jumlah orang yang terlibat lebih sedikit.

C. Pembuatan model atau maket

Selain dalam bentuk gambar (dua dimensi), pemetaan dapat pula dibuat dengan model atau
maket (tiga dimensi). Pembuatan model merupakan pengembangan dari pemetaan di atas tanah,
yang berbeda adalah bhwa dalam kegiatan ini simbol-simbol dibuat dalam bentuk yang
menyerupai keadaan sebenarnya, meskipun dalam ukuran yang lebih kecil. Pembuatan model ini
meliputi bentuk rumah-rumahan, bentuk balai desa, bentuk rumah ibadah, tiang-tianglistrik,
sumber air, bentuk-bentuk manusia, ternak, dan sebagainya.

Untuk keperluan itu, masyarakat desa bersama tim PRA membuat berbagai model dengan
menggunakan peralatan seperti kertas karton untuk membuat model bangunan, tanah liat atau

33
lilin plastis untuk membuat model manusia dan ternak, lidi dan benang untuk membuat model
tiang listrik, dan sebagainya. Pembuatan model ini dapat juga menggunakan benda-benda dan
bahan lokal yang tersediadi lokasi kegiatan, misalnya batu, ranting, daun, dan sebagainya.

Keuntungan cara ini adalah bahwa model atau maket jauh lebih menarik dari segi
penampilan. Juga diharapkan mampu menimbulkan partisipasi peserta yang lebih baik, karena
kegiatan ini menyenangkan semua pihak yang terlibat. Cara ini sangat baik untuk menarik minat
masyarakat dan seringkali dianggap sebagai hiburan oleh masyarakat. Kekurangan cara
pembuatan model atau maket adalah membutuhkan persiapan yang lebih lama untuk membuat
model-modelnya, dan untuk membuatnya dibutuhkan keterampilan khusus. Apabila proses
terlalu lama, masyarakat dapat menjadi bosan karena menghabiskan waktu dan mengganggu
acara keseharian mereka.

Sebenarnya setiap teknik PRA dapat mengkaji jenis informasi apa saja. Secara garis besar, jenis
informasi yang biasa dikaji dengan pemetaan adalah:

a) Peta sumberdaya desa (umum). Peta dibuat untuk melihat keadaan umum desa dan
lingkungannya yang menyangkut sumberdaya dan sarana/prasarana yang ada di desa, keadaan
fisik lingkungan desa seperti kondisi topografis, luas dan tata letak lahan untuk kebun,
persebaran pemukiman, daerah berhutan, lahan-lahan kritis, mata air, sungai atau aliran air,
pasar, sekolah, posyandu, puskesmas, jalan raya, dan sebagainya.

b) Peta sumberdaya alam desa. Peta ini dilakukan untuk mengenal dan mengamati secara lebih
tajam mengenai potensi sumberdaya alam serta permasalahannya, etrutama sumberdaya
pertanian. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah kebun, hutan, sumber air pertanian, dan
sumberdaya pertanian lainnya. Seringkali lokasi kebun dan lahan pertanian lainnya milik
masyarakat berada di batas dan luar desa, sehingga peta sumberdaya alam ini dapat sampai ke
luar desa.

c) Peta khusus (topikal). Peta dibuat untuk menggali aspek tertentu dalam sebuah wilayah
seperti pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan, ekonomi, keagamaan, kemasyarakatan,
pendidikan, kesehatan (misalnya peta khusus penyebaran kebun dan lahan pertanian, peta khusus
pemukiman dan penyebaran penduduk berdasarkan kelas-kelas sosial, pemetaan penyebaran

34
hama tikus, pemetaan penyebaran penyakit tertentu, pemetaan rumah-rumah ibu hamil
/menyusui dan anak-anak balita, dan sebagainya. Yang dikaji antara lain adalah berbagai
sumberdaya yang ada, berbagai masalah, serta harapan-harapan masyarakat mengenai keadaan
tersebut.

Untuk kegiatan pemetaan yang bertujuan menggali informasi yang bersifat umum, akan lebih
baik bila dihadiri oleh anggota masyarakat dari berbagai lapisan, tua muda, laki-laki dan
perempuan, kaya dan miskin, penguasa dan rakyat biasa. Untuk kegiatan pemetaan yang
topiknya spesifik kadang-kadang perlu sumber informasi tertentu yang dianggap memiliki
pengetahuan tentang informasi yang bersangkutan. Berbagai jenis peta di kantor desa yang telah
ada dapat dimanfaatkan sebagai data sekunder.

Kajian pemetaan desa memiliki beberapa tujuan:

1. Memfasilitasi masyarakat untuk mengungkapkan keadaan desa dan lingkungannya sendiri,


seperti: (a) Lokasi sumber daya dan batas-batas suatu wilayah tertentu, misalnya dimana letak
kawasan hutan, kebun-kebun, dan sebagainya; (b). Keadaan jenis-jenis sumberdaya yang ada di
desa, baik masalah-masalah maupun potensi-potensinya.

2. Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji perubahan-perubahan keadaan yang terjadi dari


sumberdaya mereka, yaitu mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat dari perubahan tersebut.

Manfaat kajian pemetaan desa

Bagi 'orang dalam' (masyarakat). Masyarakat telah turun-temurun hidup dan bekerja di
wilayahnya, sehingga mereka jarang memikirkan kembali seluruh keadaan lingkungannya karena
telah terlalu terbiasa. Dengan membuat peta, masyarakat 'mengambil jarak' dari
lingkungannya. Mereka dapat merenungkan dan memikirkan kembali keadaan-keadaan yang
dipetakan itu, serta merencanakan arah perubahan.

Bagi 'orang luar', pemetaan bermanfaat untuk mengetahui gambaran tentang keadaan wilayah,
termasuk berbagai kejadian, masalah, hambatan, dan sumberdaya yang ada di
masyarakat. Selain itu pembuatan peta akan membantu orang luar untuk menyelami cara

35
berpikir masyarakat desa, prioritas-prioritas mereka, alasan-alasan mereka melakukan sesuatu,
cara mereka mengatasi masalah, dan sebagainya.

Manfaat-manfaat pemetaan yang lain adalah:

 Kegiatan pemetaan bersama masyarakat dapat menimbulkan partisipasi yang sangat baik karena
kegiatan ini cukup mudah dan mengasyikkan dilakukan oleh berbagai lapisan
masyarakat. dengan demikian, kegiatan pemetaan juga merupakan bagian dari proses
penyadaran masyarakat.
 Pemetaan untuk pengenalan tata batas dapat bermanfaat dalam usaha-usaha mengatasi
persengketaan mengenai tata batas yang sering terjadi dalam masyarakat.
 Dalam proses PRA secara umum, informasi yang diperoleh dari kegiatan pemetaan dapat
menjadi dasar bagi pemilihan dan penggalian informasi dengan teknik-teknik PRA lainnya.
 Biasanya pemetaan dilakukan sebagai dasar perencanaan program yang akan dilakukan. Juga
dapat dilakukan untuk keperluan evaluasi program di waktu-waktu mendatang. Hasil pencatatan
(dokumentasi) kegiatan pemetaan tersebut, bila dilakukan beberapa kali dengan selang waktu
yang cukup, merupakan salah satu media yang akan banyak membantu evaluasi perkembangan
program.

Langkah-langkah penerapan pemetaan desa

1) Jelaskan maksud dan proses pemetaan yang akan dilakukan.

2) Diskusikan tentang jenis-jenis sumberdaya yang ada di desa, dan lokasi-lokasi sumberdaya
tersebut. Setelah cukup tergambarkan, sepakatilah bersama peserta:

 Jenis-jenis sumberdaya penting yang akan dicantumkan ke dalam peta serta perlu didiskusikan
lebih lanjut
 Simbol setiap jenis sumberdaya yang dicantumkan ke dalam peta, baik berupa gambar-gambar
sederhana yang mudah dikenali maupun simbol dengan bahan-bahan lokal yang tersedia (biji
jagung, kerikil, daun singkong, dan sebagainya).

3) Mintalah masyarakat untuk mulai membuat peta baik di atas tanah maupun di atas kertas
lebar yang ditempelkan di dinding dengan cara berikut:

36
 Pembuatan peta ini dimulai dari tempat-tempat tertentu (titik awal) yang diinginkan
masyarakat. Titik awal ini biasanya berupa tempat-tempat yang mudah dikenal, seperti
rumah ibadah, sekolah, kantor desa, persimpangan jalan utama, lapangan, rumah kepala
desa, sungai utama, dan sebagainya.
 Setelah lokasi-lokasi utama dipetakan, kemudian peta itu dilengkapi dengan detail-detail
yang lain seperti jalan setapak, sungai-sungai kecil, batas dusun, dsb.
 Lengkapi peta tersebut dengan detail-detail khusus yang sesuai dengan jenis peta yang
akan dibuat, misalnya untuk pembuatan peta mengenai sumberdaya alam yang perlu
digambarkan dengan teliti adalah lahan-lahan pertanian, lahan-lahan kritis, hutan, ladang,
ladang penggembalaan, dan sebagainya.
 Perhatikan proses terjadinya peta/model. Apabila masih terdapat hal-hal yang
terlewatkan, ajukanlah pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghidupkan
diskusi. Pastikan bahwa informasi yang diperoleh melalui peta sudah cukup memadai.

4) Cantumkanlah di sudut peta, simbol-simbol beserta artinya atau penjelasan lain untuk
memahami gambar.

5) Setelah peta selesai, lakukan diskusi lebih lanjut, mengenai:

 Bagaimana keadaan sumberdaya dan apa masalah-masalah yang terjadi dengan sumberdaya
tersebut
 Apa akibat dari perubahan-perubahan dan masalah-masalah tersebut terhadap kehidupan
masyarakat
 Apakah terdapat hubungan sebab akibat diantara perubahan-perubahan tersebut.

6) Catatlah seluruh masalah, potensi, dan infromasi yang muncul dalam diskusi dengan cermat,
sebab hasil penggalian ini akan menjadi bahan bagi kegiatan penerapan teknik PRA yang lain.

7) Dokumentasi peta yang dihasilkan merupakan bahan acuan di kemudian hari. Jika peta
dibuat di atas tanah, maka perlu digambar kembali pada kertas. Pada saat menyalin peta, gambar
dapat dilengkapi dengan rincian tambahan, memberinya keterangan nama-nama tempat,
pemberian tanda untuk mata angain dan nama tempat /dusun.

37
8) Cantumkan pada sudut peta, peserta, pemandu, tempat dan tanggal dilangsungkannya
diskusi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan teknik pemetaan:

a. Waktu. Pemetaan di atas tanah membutuhkan waktu cukup lama (sebaiknya tidak lebih
3—4 jam), tergantung topik-topik yang didiskusikan. Pembuatan model/maket akan
membutuhkan waktu yang lebih lama jika bahan-bahan belum dipersiapkan oleh tim pemandu
sebelumnya.

b. Tempat. Persiapan yang lain adalah persiapan lokasi kegiatan. Untuk pemetaan di atas
tanah, siapkan tempat yang cukup luas, yang kira-kira dapat menampung jumlah peserta
diskusi. Tempat kegiatan sebaiknya cukup teduh dan datar, tidak berbatu agar mudah digambar
dan mudah diamati, dan tidak berair. Perlu dipertimbangkan juga bahwa pembuatan peta di luar
ruangan mungkin dapat terganggu oleh hujan, panas, dan angin. Jangan lupa mengikutsertakan
masyarakat dalam meilih lokasi.

c. Skala. Akan sangat baik jika peta yang dihasilkan dapat mendekati keadaan yang
sebenarnya. Namun, sebagai sarana diskusi, peta cukup dibuat sederhana saja. Skala hanya
diperkirakan saja, tidak perlu terlalu mutlak tetapi perbandingan cukup masuk akal.

38
Contoh Peta Desa

5. Teknik Penelusuran Desa/Lokasi (Transect)

Hubungan antara manusia dengan lingkungan alam bagi masyarakat pedesaan sangat erat. Mata
pencaharian mereka umumnya mengolah alam secara langsung, sehingga keadaan alam dan
sumberdaya akan sangat menentukan keadaan mereka. Tingkat kesuburan tanah, ketersediaan
air dan curah hujan sangat menentukan kegiatan pertanian masyarakat desa. Eratnya hubungan
timbal balik antara kehidupan masyarakat dan lingkungan alam menyebabkan hal ini perlu

39
dipahami dalam mengembangkan program bersama masyarakat. Dengan teknik pemetaan
diperoleh gambaran keadaan sumberdaya alam masyarakat beserta masalah-masalah, perubahan-
perubahan keadaan, potensi-potensi yang ada; sedangkan untuk mengamati secara langsung
keadaan lingkungan dan sumberdaya tersebut, dipergunakan teknik penelusuran lokasi (transect).

Pengertian

Secara harfiah, transek berarti gambar irisan muka bumi. Pada awalnya, transek dipergunakan
oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati wilayah-wilayah ekologi (pembagian
wilayah lingkungan alam berdasarkan sifat khusus keadaannya). Dalam pendekatan partisipatif,
teknik penelusuran lokasi (transek) merupakan teknik PRA untuk melakukan pengamatan
langsung lingkungan dan sumberdaya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa
mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan dan lintasan tersebut,
kemudian dituangkan ke dalam bagan atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih
lanjut.

Jenis-jenis transek

Berdasarkan jenis informasi (topik kajian), jenis transek mirip dengan pembuatan peta desa:

A. Transek sumberdaya desa (umum)

Penelusuran desa adalah pengamatan sambil berjalan melalui daerah pemukiman desa guna
mengamati dan mendiskusikan berbagai keadaan. Keadaan-keadaan yang diamati yaitu
pengaturan letak perumahan dan kondisinya, pengaturan halaman rumah, pengaturan air bersih
untuk keluarga, keadaan sarana MCK, sarana umum desa (sekolahan, toko, tiang listrik, gapura
desa, puskesmas, lapangan olah raga, dsb), juga lokasi kebun dan sumberdaya pertanian secara
garis besar. Kajian transek ini terarah terutama pada aspek-aspek umum pemukiman desa
tersebut dan sarana-sarana yang dimiliki desa; sedangkan keadaan sumberdaya alam dibahas
secara garis besarnya saja. Kajian ini akan sangat membantu dalam mengenal desa secara umum
dan beberapa aspek lainya dari wilayah pemukiman yang kurang diperhatikan.

40
B. Transek sumberdaya alam

Transek ini dilakukan untuk mengenal dan mengamati secara lebih tajam mengenai potensi
sumberdaya alam serta permasalahan-permasalahan-nya, terutama sumberdaya
pertanian. Seringkali, lokasi kebun dan lahan pertanian lainnya milik masyarakat berada di batas
dan luar desa, sehingga transek sumberdaya alam ini bisa sampai ke luar desa.

Informasi-informasi yang biasanya muncul antara lain:

 Bentuk dan keadaan permukaan alam (topografi), termasuk kedalamnya adalah kemiringan
lahan, jenis tanah dan kesuburannya, daerah tangkapan air dan sumber-sumber air (sungai, mata
air, sumur).
 Pemanfaatan sumberdaya tanah (tataguna lahan), yaitu untuk wilayah pemukiman, kebun, sawah,
ladang, hutan, bangunan, jalan, padang penggembalaan, dan sebagainya.
 Pola usahatani, mencakup jenis-jenis tanaman penting dan kegunaannya (tanaman pangan,
tanaman obat, pakan ternak, dsb), produktivitas lahan dan hasilnya, dan sebagainya.
 Teknologi setempat dan cara pengelolaan sumberdaya alam termasuk teknologi tradisional
misalnya teknologi penahan erosi dari batu, kayu; pemeliharaan ternak, budidaya tanaman,
sistem pengelolaan air, dan sebagainya.
 Pemilikan sumberdaya alam, biasanya terdiri dari milik perorangan, milik adat, milik desa, milik
pemerintah/negara.

Kajian lebih lanjut yang dilakukan antara lain: (a) Kajian mata pencaharian yang memanfaatkan
sumberdaya tersebut, baik oleh pemilik maupun bukan. (b) Kajian mengenai hal-hal lain yang
mempengaruhi pengelolaan sumberdaya, seperti perilaku berladang dan tatacara adat dalam
pengelolaan tanah, pengelolaan air, peraturan memelihara ternak, upacara panen, dan
sebagainya.

C. Transek topik-topik lain

Transek juga bisa dilakukan untuk mengamati dan membahas topik-topik khusus, seperti halnya
dengan pembuatan peta desa. Misalnya, transek yang dilakukan khusus untuk mengamati sarana
kesehatan dan kondisi kesehatan lingkungan desa, transek wilayah persebaran hama penyakit,

41
atau transek khusus untuk mengamati sumber air dan sistem pengelolaan aliran air irigasi, dan
sebagainya.

Berdasarkan Lintasan, transek dapat dibedakan menjadi:

A. Transek lintasan garis lurus

Di tempat dan masyarakat berkumpul untuk melakukan penelusuran lokasi, dibahas dan
ditetapkan lintasan yang akan dilakukan. Kegiatan penelusuran lokasi ini bisa dilakukan dengan
cara sebagai berikut:

(1) Berjalan mengikuti garis atau mengikuti jalan utama dan jalan-jalan di pemukiman, di
wilayah pertanian, dan di berbagai bagian wilayah yaang ingin diamati keadaannya (dengan
demikian, lintasan yang sebenarnya tentu saja tidak benar-benar berupa garis lurus).

(2) Berjalan mulai dari titik terendah sampai ke titik tertinggi atau sebaliknya dari titik tertinggi
ke titik terendah (biasanya dilakukan untuk membandingkan kondisi lahan dan jenis usaha
pertanian yang dilakukan pada tingkat ketinggian yang berbeda di wilayah dataran tinggi).

B. Transek lintasan bukan garis lurus

Kegiatan ini dilakukan dengan perjalanan yang mengabaikan lintasan jalan yang ada. Yang
menentukan adalah letak-letak atau lokasi pengamatan yang telah direncanakan
sebelumnya. Dengan demikian, perjalanan dimulai dari lokasi yang paling dekat ke paling
jauh. Arah perjalanan untuk mencapai lokasi-lokasi yang akan diamati tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa kemungkinan, yaitu: berkelak-kelok (zig-zag); bisa pulang pergi atau juga
berputar; atau menyapu semua arah. Berdasarkan pengalaman, cara ini memberikan suatu hasil
yang lebih menyeluruh daripada melintas lokasi mengikuti garis lurus.

C. Transek lintasan saluran air (sumber air)

Penelusuran ini dilakukan dengan berjalan mengikuti aliran air secara sistematis untuk
menyusuri aliran air atau tepian sungai. Pengamatan dilakukan terhadap daerah di sepanjang
saluran air atau tepian sungai untuk mengkaji penataan sumber air bagi pertanian dan
memperoleh informasi tentang pengelolaan daerah aliran sungai yang dilakukan oleh para petani.

42
Tujuan transek (penelusuran lokasi) adalah untuk memfasilitasi masyarakat agar mendiskusikan
keadaan sumberdaya-sumberdaya dengan cara mengamati langsung hal yang didiskusikan di
lokasinya. Hal-hal yang biasanya didiskusikan adalah:

 Masalah-masalah pemeliharaan sumberdaya pertanian, seperti erosi, kurangnya kesuburan


tanah, hama dan penyakit tanaman, pembagian air, penggundulan hutan, dan sebagainya.
 Potensi-potensi yang tersedia.
 Pandangan dan harapan-harapan para petani mengenai keadaan-keadaan tersebut.
 Hal lain yang disesuaikan dengan jenis transek dan topik bahasan yang dipilih untuk diamati.

Manfaat penelusuran lokasi (transek)

Bagi orang dalam (masyarakat) penelusuran lokasi akan menimbulkan perasaan senang karena
mereka dapat memperkenalkan langsung pekerjaan, keadaan, pengetahuan dan keterampilan
mereka kepada sesama petani dan orang luar.

Bagi orang luar, transek dapat membantu untuk melihat dengan jelas mengenai kondisi alam dan
rumitnya sistem pertanian dan pemeliharaan sumberdaya alam yang dijalankan oleh
masyarakat. Selain itu kita dapat belajar tentang cara masyarakat dalam memanfaatkan
sumberdaya alam.

Dalam perencanaan program, transek dipergunakan untuk observasi langsung bagi kegiatan
penjajagan kebutuhan dan potensi, sedangkan dalam evaluasi program teknik ini dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui fakta-fakta dan perubahan yang telah terjadi.

Langkah-langkah penerapan

A. Persiapan

Persiapan pelaksanaan kegiatan transek yang sebaiknya secara khusus diperhatikan adalah
mempersiapkan tim dan masyarakat yang akan ikut, termasuk menentukan kapan dan dimana
akan berkumpul. Juga dipersiapkan berbagai alat tulis, kertas lebar (kertas plano), karton warna-
warni, kertas berwarna, lem, spidol berwarna, dan bekal makanan minuman secukupnya.

43
Peserta terdiri dari tim PRA dan masyarakat, biasanya terdapat anggota masyarakat yang
menjadi penunjuk jalan. Tim PRA sebaiknya memiliki anggota atau narasumber yang
memahami hal-hal yang sudah diperkirakan akan dikaji dalam kegiatan transek ini, terutama
masalah-masalah teknis pertanian.

B. Pelaksanaan

 Sebelum berangkat, bahas kembali maksud dan tujuan kegiatan penelusuran lokasi serta proses
kegiatan yang akan dilakukan.
 Sepakati bersama peserta, lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta topik-topik kajian
yang akan dilakukan. Setelah itu sepakati lintasan penelusuran.
 Sepakati titik awal perjalanan (lokasi pertama), biasanya diambil dari titik terdekat dengan kita
berada pada saat itu.
 Lakukan perjalanan dan amati keadaan di sepanjang perjalanan. Biarkan petani (masyarakat)
menunjukkan hal0hal yang dianggap penting untuk diperlihatkan dan dibahas
keadaannya. Diskusikan keadaan sumberdaya tersebut dan amati dengan seksama.
 Buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap lokasi (tugas anggota tim PRA).

C. Setelah perjalanan

Bisa saja selama berhenti di lokasi-lokasi tertentu, gambar bagan transek dibuat untuk setiap
bagian lintasan yang sudah ditelusuri, namun yang sering terjadi adalah pembuatan bagan setelah
seluruh lintasan ditelusuri. Langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut:

Jelaskan cara dan proses membuat bagan.

Sepakati lambang atau simbol-simbol yang akan dipergunakan untuk menggambar bagan
transek. Catat simbol-simbol tersebut beserta artinya di sudut kerta. Pergunakan spidol
berwarna agar jelas dan menarik.

Mintalah masyarakat untuk menggambarkan bagan transek berdasarkan hasil lintasan yang telah
dilakukan. Buatlah dengan bahan atau cara yang mudah diperbaiki atau dihapus karena akan
banyak terjadi koreksi.

44
Selama penggambaran, tim PRA mendampingi karena pembuatan irisan ini cukup sulit terutama
mengenai: perkiraan ketinggian (naik turun permukaan bumi), perkiraan jarak antara satu lokasi
dengan lokasi lain.

Pergunakan hasil gambar transek tersebut untuk mendiskusikan lebih lanjut permasalahan,
potensi, serta harapan-harapan masyarakat mengenai semua informasi bahasan.

Buatlah catatan-catatan hasil diskusi tersebut (tugas anggota tim PRA).

Cantumkan nama-nama atau jumlah peserta, pemandu, tanggal dan tempat pelaksanaan diskusi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penelusuran lokasi
(transek). Pertama, masalah waktu. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada pagi hari supaya
cuaca masih sejuk dan segar, karenanya sebelum pelaksanaan dibuat kesepakatan dengan
masyarakat yang biasanya bekerja di lahannya pagi hari. Kegiatan ini memerlukan waktu 2—3
jam perjalanan, tergantung panjang lintasan yang ditelusuri dan kondisi lintasan, ditambah waktu
2—3 jam pembuatan bagan dan diskusi lanjutan. Waktu kegiatan yang cukup panjang
memerlukan kesepakatan dan persiapan; meskipun dapat juga diskusi dilakukan tidak langsung
atau pada pertemuan berikutnya. Kedua, kondisi cuaca (hujan) akan merupakan hambatan yang
cukup serius. Oleh karena itu faktor cuaca harus benar-benar diperhatikan sebelum
melaksanakan kegiatan penelusuran lokasi.

6. Pembuatan Sketsa Kebun

Usaha-usaha pengembangan masyarakat, terutama di daerah-daerah pertanian sering dimulai dari


kegiatan di lahan petani. Para ahli dari 'luar' umumnya menganjurkan penerapan berbagai jenis
tanaman baru dan perubahan pola tanam yang diyakini lebih baik hasilnya, tanpa
mempertimbangkan sisipandang dan pengetahuan petani. Pendekatan seperti ini banyak yang
kurang berhasil dan banyak menimbulkan masalah. Teknologi moderen ternyata belum tentu
cocok dengan kondisi dan kebutuhan petani di lokasi tertentu. Dengan demikian memahami
keadaan lahan (kebun) serta teknologi pertanian lokal secara cukup mendalam merupakan dasar
pertama dalam usaha pengembangan pertanian. Pembuatan sketsa kebun bersama petani
merupakan salah satu usaha ke arah itu.

45
Pengertian

Teknik pembuatan sketsa kebun merupakan teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian berbagai
aspek pengelolaan kebun di wilayah atau desa yang bersangkutan. Hasil kajian tersebut
digambarkan dalam bentuk sketsa atau peta kebun yang meperlihatkan berbagai aspek
pengelolaan kebun tersebut terutama pola tanam dan teknologi yang diterapkan.

Dari pembuatan sketsa kebun akan didapatkan berbagai informasi baik informasi fisik maupun
non fisik. Informasi fisik yang didapatkan antara lain pola tanam, luas lahan, jenis-jenis
tanaman, praktik konservasi, tata letak bangunan dan sarana prasarana, pembagaian lahan untuk
tanaman keras, tanaman pangan, dan sebagainya. Informasi non fisik yang kita dapatkan antara
lain: pendapatan yang diperoleh dari penjualan hasil kebun, pembinaan dan penyuluhan yang
diperlukan dan yang pernah didapatkan, teknologi pertanian yang bersifat lokal beserta hasilnya
dari masa lampau sampai sekarang, tenaga kerja dan pemasaran hasil, serta informasi
khsusus seperti masalah status tanah terutama yang menyangkut kepemilikan lahan oleh
lembaga adat dan pemerintah.

Tujuan dan manfaat kajian sketsa kebun

Teknik ini bertujuan untuk mengkaji keadaan dan pengelolaan kebun, antara lain mengenai: (a)
keadaan berbagai aspek kebun (misalnya, kesuburan tanahnya, ketersediaan airnya, pola
tanamnya, teknologi pengelolaannya, dsb; (b) masalah-masalah yang terjadi di dalam
pengelolaan kebun, apa penyebabnya dan apa akibatnya; (c) bagaimana cara petani mencari
jalan keluar.

Adapaun manfaat kajian sketsa kebun dapat dibedakan menjadi dua. Bagi orang dalam (petani):

 pembuatan sketsa kebun bersama pemandu dari luar dan rekan petani yang lain, merupakan
kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain;
 petani juga memiliki kesempatan untuk mengambil jarak dari kebun yang sudah begitu akrab
baginya, dan memikirkan kembali keadaan kebun itu untuk mempertimbangkan
penyempurnaan di kemudian hari;
 teknik ini dapat membantu menggerakkan proses penyadaran dan menumbuhkan motivasi
untuk lebih banyak belajar dari orang lain.
46
Bagi orang luar:

 teknik ini sangat membantu proses perencanaan kegiatan pertanian, baik untuk tingkat
keluarga atau yang lebih luas lagi, di tingkat dusun dan desa;
 sketsa kebun juga dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk kegiatan perencanaan kebun,
yaitu dengan menggambarkan kebun yang dicita-citakan oleh petani lalu menentukan
langkah-langkah kegiatan untuk mencapai cita-cita tersebut;
 teknik ini dapat dipakai untuk kegiatan pemantauan program pertanian, yaitu dengan
melakukan penggambaran di sebuah lokasi yang sama secara berkala dan membandingkan
sketsa-sketsa tersebut.

Langkah-langkah penerapan

A. Persiapan

Perisapan khsusus untuk kegiatan pembuatan sketsa kebun adalah pengamatan awal (observasi)
terhadap kebun-kebun yang terdapat di lokasi. Hal ini bisa dilakukan pada saat melakukan
pnelusuran lokasi (transek). Dalam persiapan ini, tim PRA bersama masyarakat menetapkan
kriteria lokasi/kebun yang akan dikaji. Kriteria yang sering dipergunakan dalam menetapkan
kebun-kebun yang akan diamati adalah:

 Kebun tersebut mewakili keadaan kebun-kebun lain pada umumnya di desa dan
menunjukkan adanya keanekaragaman cara pengelolaan;
 Kebun itu merupakan kebun terbaik yang ada di desa (karena adopsi teknologi) atau
sebaliknya kebun yang paling jelek (banyak masalah) yang ada di desa.

Proses pemilihan bersama juga akan memperkecil timbulnya bias dari pihak masyarakat atau
pemerintah desa yang mungkin akan memperlihatkan kebun-kebun percontohan saja.

B. Pelaksanaan

Sebelum berangkat ke kebun yang akan digambar, bahas kembali maksud dan tujuan kegiatan
pembuatan sketsa kebun serta proses kegiatan yang akan dilakukan.

47
Sepakati bersama peserta, kebun mana yang akan didatangi. Setelah sampai lokasi, peserta
kerkeliling kebun untuk mengamati dan membahas secara umum keadaan kebun.

Setelah selesai pengamatan, peserta berkumpul untuk memulai pembuatan sketsa


kebun. Sepakati dulu simbol-simbol yang akan dipergunakan di dalam sketsa. Catatlah simbol-
simbol tersebut beserta maknanya pada susdut kertas. Gunakan spidol berwarna agar lebih jelas.

Mintalah masyarakat untuk membuat sketsa kebun tersebut sambil mendiskusikannya. Pertama
kali adalah penentuan batas-batas lokasi kebun dan penentuan arah mata angin. Setelah itu baru
dilengkapi berbagai aspek kebun atau segala sesuatu yang yang terdapat di lokasi tersebut.

Dengan menggunakan hasil gambar gunakan sebagai alat bantu, analisis lebih mendalam
dilakukan.

Catatlah seluruh proses diskusi dan informasi yang dikaji selama diskusi berlangsung (oleh
anggota tim PRA).

Cantumkan nama-nam atau jumlah peserta, nama pemandu, tanggal dan tempat pelaksanaan
diskusi di sudut gambar.

7. Pembuatan Bagan Hubungan Kelembagaan (Diagram Venn)

Dalam setiap masyarakat pasti terdapat berbagai lembaga, baik lembaga adat/tradisional yang
tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat itu sendiri, maupun lembaga-lembaga dari 'luar',
seperti lembaga pemerintah atau swasta. Ada lembaga yang bersifat longgar (perkumpulan atau
kelompok), ada pula lembaga-lembaga yang organisasinya jelas (pemerintahan desa).

Salah satu hal yang penting dipertimbangkan dalam usaha pengembangan masyarakat adalah
pemanfaatan potensi lembaga-lembaga tersebut. Oleh karenanya, keberadaan dan tingkat
penerimaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga tersebut perlu diperhitungkan dalam setiap
usaha pengembangan masyarakat. Teknik diagram Venn merupakan teknik PRA yang sering
dipergunakan untuk melihat hubungan berbagai lembaga yang terdapat di desa, sehingga
diagram ini dikenal sebagai 'bagan hubungan kelembagaan'.

48
Pengertian

Teknik pembuatan bagan hubungan kelembagaan merupakan teknik PRA yang digunakan untuk
memfasilitasi kajian hubungan antara masyarakat dengan lembaga-lembaga yang terdapat di
lingkungannya. Hasil pengkajian dituangkan ke dalam diagram Venn (sejenis diagram
lingkaran, diadaptasi dari disiplin ilmu matematika), yang akan menunjukkan besarnya manfaat,
pengaruh dan dekatnya hubungan suatu lembaga dengan masyarakat.

Informasi yang dikaji dalam pembuatan bagan hubungan kelembagaan adalah:

a. Lembaga secara umum, yaitu informasi mengenai semua lembaga yang berhubungan
dengan masyarakat desa, baik yang berada di dalam desa tersebut, maupun yang berada di luar
desa, tetapi berhubungan dengan desa (misalnya puskesmas di kecamatan). Jenis lembaga yang
dikaji adalah: lembaga-lembaga lokal (tradisional), lembaga-lembaga pemerintah (misal
pemerintahan desa, puskesmas, KUD, dsb), lembaga-lembaga suasta, misalnya lembaga swadaya
masyarakat.

b. Lembaga-lembaga khusus, yaitu informasi mengenai lembaga-lembaga tertentu, misalnya


lembaga yang kegiatannya berhubungan dengan pertanian saja, kesehatan saja, lembaga adat,
dsb.

Sumber informasi utama adalah warga masyarakat, terutama mereka yang secara langsung atau
tidak langsung mempunyai pengalaman yang menyangkut lembaga-lembaga yang
bersangkutan. Informasi dari masyarakat dapat dicek silang dengan informasi dari pengelola
lembaga yang bersangkutan. Sementara itu, data sekunder dapat juga digunakan sebagai
perbandingan.

Tujuan dan manfaat kajian bagan hubungan kelembagaan

Kajian bagan hubungan kelembagaan bertujuan:

a. Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai keberadaan, manfaat dan peranan berbagai


lembaga di desa.

49
b. Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai saling hubungan diantara lembaga-lembaga
tersebut.

c. Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai keterlibatan berbagai kelompok masyarakat di


dalam kegiatan kelembagaan tersebut.

Adapun manfaat kajian bagan hubungan kelembagaan, dapat dibedakan menjadi dua:

a. Bagi orang dalam (masyarakat). Diskusi ini akan lebih memperkenalkan keberadaan
lembaga-lembaga di desa karena seringkali lembaga-lembaga luar hanya dikenal oleh sebagian
kecil masyarakat yang terlibat. Diskusiini juga berguna untuk membahas peningkatan berbagai
lembaga. Setelah mendiskusikan permasalahan dalam hubungan masyarakat dengan lembaga
tersebut, kemudian mengkaji harapan-harapan mereka mengenai kegiatan lembaga dan bentuk
hubungan yang sesuai dengan harapan tersebut.

b. Bagi orang luar. Kita bisa memahami cara masyarakat membuat urutan prioritas terhadap
kegiatan lembaga-lembaga tersebut dan penilaian mereka tentang sumbangan yang diberikannya
kepada masyarakat desa. Bagi lembaga luar yang telah menyelenggarakan program, informasi
yang terungkap dapat menjadi umpan balik yang bermanfaat dalam memperbaiki pelayanan
lembaganya pada masyarakat; sedangkan bagi yang sedang menjajagi kemungkinan
pengembangan program, kajian ini menjadi bahan acuan bagi kemungkinan kerjasama dalam
membuat kegiatan.

50
Contoh Diagram Venn

8. Kajian Mata Pencaharian

Dalam suatu masyarakat, pengambilan keputusan dalam meilih mata pencaharian atau prgantian
mata pencaharian terjadi berdasarkan pengaruh tata-nilai masyarakat. hal itu juga dipengaruhi
oleh keinginan baru yang terbentuk darai pertambahan wawasan dan pengalaman, dan usaha
untuk memeperbaiki keadaan.

Mata pencaharian atau pekerjaan merupakan kegiatan mendasar masyarakat manapun untuk
kelangsungan hidupnya, baik itu menghasilkan kebutuhan hidup sendiri, maupun untuk
pertukaran atau diperjualbelikan dengan orang lain. Bila suatu program menganggap bahwa
aspek mata pencaharian peserta akan dijadikan salah satu titik masuk untuk tujuan

51
pengembangan masyarakat, maka diperlukan suatu cara yang mampu menyerap pandangan
masyarakat tentang pengembangan mata pencaharian mereka. Hal ini akan mendasari bagi
pengembangan perencanaan program.

Pengertian

Teknik kajian mata pencaharian adalah teknik PRA yang digunakan memfasilitasi diskusi
mengenai berbagai aspek mata pencaharian masyarakat. jenis-jenis mata pencaharian beserta
aspek-aspeknya digambarkan di dalam sebuah bagan.

Informasi yang dikaji yaitu jenis-jenis kegiatan atau keterampilan masyarakat yang dapat/telah
menjadi sumber mata pencaharian, baik pertanian maupun bukan pertanian, ataupun bidang jasa.

Informasi tentang berbagai aspek mata pencaharian ini bisa didapatkan langsung dari warga
masyarakat, tetapi akan lebih baik bila dilakukan oleh para pelaku mata pencaharian yang
bersangkutan. Selain itu, analisis kita bisa dilengkapi dengan data sekunder dari kantor desa
setempat.

Tujuan dan manfaat

Tujuan kajian mata pencaharian adalah memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai berbagai
aspek dari mata pencaharian masyarakat, baik yang dilakukan di dalam desa maupun ke luar
desa. Tujuan khusus yang kadangkala perlu diperhatikan adalah perubahan-perubahan jenis
pekerjaan yang berkembang di masyarakat dengan terjadinya pembangunan.

Aspek-aspek kajian tersebut antara lain: jumlah orang yang melakukan setiap jenis pekerjaan,
keadaan-keadaan mata pencaharian tersebut memenuhi kebutuhan atau tidak, keadaan pasar dan
pemasaran, ketersediaan dan keadaan bahan baku untuk usaha, ketersediaan dan keadaan tenaga
kerja baik perempuan maupun laki-laki dan keterampilannya, serta tingkat pendapatan
masyarakat.

Adapun manfaat kajian mata pencaharian dapat ditinjau dari dua sisi:

52
a. Bagi orang dalam. Diskusi ini menjadi ajang tukar pemikiran tentang kelayakan kegiatan
atau mata pencahariannya pada saat ini. Diskusi ini dapatjuga memunculkan tentang jenis
kegiatan yang layak dan dapat dikembangkan di masa yang akan datang.

b. Bagi orang luar. Hasil kajian ini menjadi dasar yang penting bagi pengembangan kegiatan
yang sesuai dengan kebutuhan dasar masyarakat yaitu peningkatan pendapatan berdasarkan
potensi usaha yang ada.

Langkah-langkah penerapan

A. Persiapan

Pengetahuan awal pemandu tentang jenis-jenis mata pencaharian akan sangat membantu dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis yang tepat untuk memandu diskusi. Oleh karenanya
sebaiknya data sekunder tentang mata pencaharian dikaji juga akan membantu apabila pemandu
telah mengamati lingkungan dan kegiatan-kegiatannya.

B. Pelaksanaan

Jelaskan maksud dan proses pelaksanaan kegiatan.

Ajak masyarakat untuk mendiskusikan jenis-jenis pekerjaan atau mata pencaharian yang ada di
desa. Mintalah peserta untuk menuliskan semuanya di dalam kertas besar (plano) yang ditempel
di dinsing. Dapat juga dengan menuliskan setiap jenis pekerjaan kedalam kartu-kartu.

Bahaslah berbagai keadaan pekerjaan tersebut; misalnya pekerjaan-pekerjaan masyarakat yang


palin utama dan masalah-masalah di dalam pekerjaan-pekerjaan tersebut.

Setelah cukup tergambarkan, sepakatilah bersama peserta: tentang jenis-jenis pekerjaan yang
akan dicantumkan ke dalam bagan serta perlu didiskusikan lebih lanjut; aspek-aspek kajian yang
perlu dibahas tentang mata pencaharian; simbol topik-topik bahasan yang dicantumkan ke dalam
bagan; dan simbol untuk memberikan nilai.

53
Mintalah masyarakat untuk membuatkan bagan di atas kertas besar yang ditempelkan di dinding
beserta topik-topik informasi sesuai dengan hasil diskusi.

Cantumkan simbol-simbol dan artinya di sudut kerta, serta keterangan lain untuk memahami
bagan.

Jika bagan mata pencaharian selesai, hasilnya dibahas kembali untuk melihat kemungkinan
terjadi koreksi atau penyempurnaan. Diskusikan lebih lanjut bagan tersebut, terutama mengenai
masalah-masalah yang dihadapi serta potensi-potensi pengembangan usaha.

Catatlah seluruh masalah, potensi, dan informasi yang muncul dalam diskusi dengan cermat
(tugas tim PRA).

Cantumkan nama-nama atau jumlah peserta, nama pemandu, tempat dan tanggal pelaksanaan
diskusi.

9. Wawancara Keluarga Petani (Wawancara Semi Terstruktur)

Dalam metode penelitian ilmiah terdapat teknik penelitian yang paling umum dikenal yaitu
wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah kegiatan tanya jawab sistematis
dengan warga masyarakat yang dipilih. Dalam penelitian, kegiatan ini bertujuan untuk
mengumpulkan data dari masyarakat.

Dalam penerapan PRA, teknik wawancara semi terstruktur juga dapat dipergunakan. Bentuk dan
proses wawancara dapat dijadikan lebih partisipatif dengan memberikan kesempatan
seluasluasnya kepada masyarakat yang diwawancarai untuk mengemukakan
pendapatnya. Caranya dengan membuat pertanyaan-pertanyaan semi terbuka, artinya pertanyaan
tidak ditentukan pilihan jawabannya, dan pertanyaan dapat diubah dan dikembangkan berdasar
jawaban orang yang diwawancarai. Dalam PRA wawancara semi terstruktur lebih banyak
digunakan untuk mewawancarai keluarga petani, meskipun juga dapat diunakan untuk
wawancara kelompok dan individu.

54
Pengertian

Teknik wawancara keluarga petani adalah teknik PRA yang dipergunakan untuk mengkaji
sejumlah topik informasi mengenai aspek-aspek kehidupan keluarga petani, yang disusun dalam
pedoman wawancara. Pedoman ini sifatnya semi terbuka, karena hanya merupakan bahan acuan
wawancara; artinya isi kajian dapat diubah dan disesuaikan dengan proses diskusi untuntuk
mencapai tujuan kajian.

Jenis wawancara semi terstruktur dan tujuannya

A. Wawancara individu/perorangan

Wawancara individu dapat dilakukan dengan sasaran informan kunci atau wawancara
perorangan pilihan.

Wawancara informan kunci dilakukan jika dibutuhkan kajian dengan sumber informasi yang
dianggap dimiliki oleh sumber informasi khusus. Informan kunci biasanya adalah orang yang
dianggap memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas mengenai sesuatu. Bila kita
masuk ke dalam sesuatu masyarakat yang baru, orang seperti itu akan sangat berguna sebagai
narasumber pertama.

Warga masyarakat yang dapat dijadikan informan kunci adalah:

 Orang luar yang sudah lama tinggal di desa tersebut, misalnya guru, dokter, dsb.
 Penduduk yang memiliki kedudukan dalam masyarakat, misal sesepuh/tetua, perangkat desa,
dsb.
 Anggota masyarakat yang menonjol dan aktif terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi di
desa.

Wawancara perorangan pilihan dilakukan untuk memebrikan kesempatan kepada orang-orang


tertentu untuk menyampaikan keadaan dirinya, pendangan atau pemikirannya tentang
masyarakat dan lingkungannya. Hasilnya adalah berupa profil perorangan, yakni gambaran
keadaan seseorang yang dianggap mewakili suatu kelompok masyarakat, misalnya buruh tani,
petani penggarap, petani kaya (tuan tanah), pengrajin, dan sebaginya.

55
B. Wawancara keluarga/rumah tangga petani

Wawancara keluarga petani dilakukan untuk mengkaji berbagai aspek kehidupan keluarga
petani. Hasilnya berupa profil keluarga petani, yakni gambaran keadaan suatu keluarga sebagai
informasi untuk mengetahui taraf kesejahteraan, taraf kesehatan, pendidikan, serta harapan dan
rencananya di masa depan. Perlu diperhatikan, di pedesaan seringkali sebuah keluarga tinggal
bersama keluarga-keluarga lainnya dalam satu rumah. Yang disebut keluarga adalah hubungan
kerabat, yang berupa keluarga inti (bapak, ibu, anak-anak), atau keluarga besar (+ orang tua,
cucu, keponakan, dsb). Yang dimaksud rumah tangga adalah unit pengelolaan perekonomian di
dalam keluarga. Dalam satu keluarga dapat terdiri dari sejumlah rumah tangga yang masing-
masing mengelola perekonomiannya sendiri, misalnya anak atau menantu dan orang tua masing-
masing mengelola rumahtangganya sendiri meskipun tinggal bersama sebagai suatu keluarga.

C. Wawancara kelompok (petani)

Wawancara ini dilakukan untuk membahas sejumlah topik informasi yang telah ditetapkan di
dalam pedoman wawancara, tetapi dibahas dan didiskusikan di tingkat kelompok. Apabila
terjadi perbedaan pendapat, kelompok akan mendiskusikan jawaban yang disepakati
bersama. Hal-hal yang didiskusikan tergantung dari kebutuhan informasi. Biasanya
dipergunakan untuk mengecek silang informasi-informasi dari hasil wawancara infroman kunci
dan wawancara perorangan pilihan atau hasil kajian dengan teknik-teknik PRA yang lain.

Manfaat

Manfaat wawancara keluarga petani dapat dibedakan menjadi dua kelompok:

a. Manfaat bagi orang dalam. Wawancara ini merupakan proses pembelajaran bagi masyarakat
dengan 'orang luar', yang berkunjung ke rumah atau ke lahan usahatani dan berkenalan dengan
anggota keluarga untuk berdiskusi bersama tentang pengelolaan usahatani. Apabila yang
didatangi adalah petani yang hidup 'terpencil', kunjungan ini sekaligus untuk menyampaikan
informasi tentang kegiatan, sehingga mereka termotivasi untuk berpartisipasi.

b. Bagi orang luar. Wawancara ini dilakukan setelah teknik analisis mata pencaharian untuk
mengakaji lebih mendalam mengenai berbagai aspek pengelolaan pertanian, di tingkat keluarga

56
atau rumah tangga. Apabila teknik-teknik yang lain lebih banyak bersifat kualitatif, dengan
teknik ini dapat diupayakan pengambilan informasi yang bersifat kuantitatif (angka-angka),
terutama mengenai pendapatan keluarga, hal ini karena masyarakat biasanya agak tertutup untuk
menyampaikan nilai pendapatannya dalam forum diskusi yang lebih besar.

Langkah-langkah penerapan

A. Persiapan

1. Menyusun pedoman wawancara. Pedoman wawancara disusun sesuai dengan kebutuhan


kajian. Topik-topik informasi di dalam pedoman ini merupakan titik masuk ke pembicaraan
yang dapat dikembangkan di dalam proses wawancara. Daftar pertanyaan yang sesuai dengan
tema/topik bahasan harus dipersiapkan dahulu. Daftar topik dan pertanyaan itu hanya sebagai
bahan acuan, dan dalam proses wawancara dapat dikembangkan lagi.

2. Memilih keluarga / rumah tangga yang akan diwawancarai dilakukan untuk melihat
perbedaan ekonomi keluarga-keluarga yang diwawancarai, terutama perbedaan dalam
pengaturan ekonomi keluarga. Anggota masyarakat yang diwawancarai antara lain: keluarga
yang mewakili berbagai keadaan masyarakat, misalnya dari berbagai tingkat
ekonomi. Pemilihan keluarga sebaiknya yang masih lengkap anggotanya, yakni suami, istri dan
anak-anaknya, serta keluarga yang tidak lengkap misalnya janda atau duda atau salah satu suami
atau istri merantau.

B. Pelaksanaan wawancara

Menyepakati dan mengatur waktu bersama keluarga yang akan diwawancara. Kita bisa datang
secara spontan kepada responden, dan melakukan wawancara apabila situasinya memungkinkan.

Pada awal wawancara, pewawancara berkenalan dan menjelaskan maksud kegiatan dengan
sederhana namun jelas.

Amati keadaan sekitar, misalnya kondisi rumah, perabotan rumah tangga yang ada, hal ini sangat
membantu dalam pengenalan taraf kesejahteraannya. Bila wawancara dilakukan di lahan atau
kebun, amati keadaan sekitarnya.

57
Lakukan obrolan tentang berbagai kegiatan keluarga. Biasanya topik pertama adalah mengenai
keadaan usahataninya dan siapa saja yang terlibat dalam pengerjaannya.

Lanjutkan wawancara dari satu topik ke topik lain menggunakan pedoman wawancara sebagai
panduan. Wawancara dilakukan secara informal dengan sikap yang terbuka dan akrab, sehingga
pembahasan dari satu topik ke topik lain terjadi secara tidak menyolok.

Gunakan jawaban dari petani untuk mengembangkan topik obrolan selanjutnya. Biarkan petani
melanjutkan pembicaraan tentang hal-hal yang dianggapnya penting mengenai kehidupan
keluarganya.

Gunakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing pendapat mereka tentang berbagai


hal. Pewawancara sebaiknya memfasilitasi dengan baik agar tidak terjebak dalam diskusi
berkepanjangan mengenai satu topik tertentu. Buatlah catatan proes dan hasil wawancara secara
cermat (tugas anggota tim PRA).

Cantumkan nama responden, pewawancara, tempat, dan tanggal wawancara.

10. Teknik Pembuatan Bagan Arus Masukan dan Keluaran

Salah satu prinsip PRA adalah pendekatan yang menyeluruh, artinya dalam memahami keadaan
desa dimana kita tingga dan bekerja kita berusaha untuk melihat keseluruhan masalah dan tidak
hanya melihat sebagian saja. Salah satu cara untuk mendapatkan suatu pengertian yang
menyeluruh seperti itu adalah melihat hal-hal yang kita amati sebagai suatu sistem. Teknik ini
merupakan teknik kajian tentang istem-sistem yang ada di desa.

Teknik pemetaan, transek, pembuatan sketsa kebun, dan pembuatan bagan hubungan
kelembagaan sebenarnya telah merupakan bentuk umum dari suatu kajian sistem; namun teknik
ini akan memperlihatkan secara lebih rinci bagaimana setiap bagian dari keadaan saling
mempengaruhi. Kajian ini akan memperkaya pemahaman tentang keadaan desa yang perlu
untuk pembuatan kegiatan bersama.

58
Pengertian

Teknik pembuatan bagan arus masukan dan keluaran adalah teknik PRA untuk mengkaji sistem-
sistem yang ada di masyarakat desa. Sistem tersebut digambarkan ke dalam bagan yang
memperlihatkan bagaian-bagian dalam sistem, yaitu masukan (input) dan keluaran (aotput) serta
hubungan antara bagian-bagian dalam sistem itu. Masukan (input) adalah sumberdaya yang
membuat sistem berjalan dengan baik. Sumberdaya itu berupa tenaga kerja, waktu, uang, modal,
peralatan, keterampilan, dan sebagainya. Keluaran (output) adalah manfaat atau hasil yang
diperoleh setelah proses pengolahan sumberdaya-sumberdaya tersebut.

Dengan teknik ini kita dapat memahami cukup banyak sistem yang ada di tingkat desa; misalnya:
sistem pengelolaan perekonomian desa, sistem pengelolaan air desa, sistem pengelolaan usaha
rumah tangga/keluarga petani, sistem pengelolaan usahatani dan pemasaran, sistem pengelolaan
usaha kecil dan pemasaran.

Dengan memahami sistem rumah tangga /keluarga petani secara umum kita dapat
menggambarkan dan mendiskusikan sumberdaya yang dimiliki oleh rumahtangga petani, serta
hasil yang diperoleh dari setiap pengelolaan sumberdaya keluarga, baik yang dipergunakan
sendiri maupun untuk dijual.

Tujuan dan manfaat kajian bagan arus masukan dan keluaran

Kajian ini bertujuan untuk :

 Memfasilitasi diskusi masyarakat untuk mengakji suatu sistem, fungsi masing-masing bagian
dalam sistem itu, serta bagaimana hubungan antara bagian-bagian dalam sistem itu.
 Memfasilitasi masyarakat untuk mengakji kelayakan satu sistem usaha, apakah sistem usaha
masyarakat sebenarnya tidak layak lagi, apakah biaya pengelolaan lebih besar daripada
manfaat/hasil, dan sebagainya.

Adapun manfaat kajian bagan arus masukan dan keluaran dapat dibedakan menjadi dua
kelompok:

59
a. Bagi orang dalam (masyarakat), diskusi ini membentu mereka untuk melihat kembali
kondisi dan kehidupan mereka sendiri sebagai suatu keadaan yang saling berhubungan dalam
mekanisme tertentu. Diskusi ini memfasilitasi masyarakat untuk memikirkan bagaian-bagian
apa yang mungkin disempurnakan dalam sebuah sistem. Masyarakat juga menilai kelayakan
gagasan perubahan dalam sistem yang ada itu. Dengan penilaian yang memperhatikan
keseluruhan sistem itu, dicegah diadakannya perubahan yang kurang layak.

b. Bagi orang luar, kita dapat memahami bagaimana masyarakat mengelola sebuah sistem, baik
itu di tingkat keluarga maupun di tingkat masyarakat desa. Kita juga dapatmemahami
bagaimana cara masyarakat mengatasi masalah-masalah terhadap sistem di desanya.

Langkah-langkah penerapan

Jelaskan kepada masyarakat maksud, tujuan, dan proses diskusi.

Tentukan sistem yang penting untuk dikaji berdasarkan masalah dan kebutuhan yang sedang
dihadapi.

Diskusikan bagian-bagian dalam sistem itu. Akan lebih mudah bila peserta diminta untuk
mencatat setiap bagian dari sistem di atas kartu-kartu.

Diskusikan mana diantara bagian-bagian sistem tersebut yang menjadi masukan-masukan dalam
sistem itu. Masukan-masukan itu bisa digambar dengan simbol.

Diskusikan mana diantara bagian-bagian sistem tersebut yang menjadi keluaran-keluaran dalam
sistem itu. Keluaran-keluaran itu dapat digambar dengan simbol.

Diskusikan hubungan antara bagaian-bagian sistem. Hubungan-hubungan itu dapat digambarkan


dengan gambar panah, atau jika kita membuat bagan itu di atas tanah, kita dapat mempergunakan
benang atau tali yang kecil.

Mintalah masyarakat untuk mulai meletakkan setiap bagian dari sistem (kartu-kartu) ke atas
kerta lebar yang ditempel di dinding. Buat pula tanda panah (garis hubungan).

60
Bagan yang sudah jadi kemudian didiskusikan lagi. Dari kajian ini diharapkan muncul
pemahaman bersama akan ada tidaknya masalah dalam sistem itu.

Cantumkan tanda-tanda (simbol) dan artinya di sudut kerta, serta keterangan lain untuk
memahami bagan.

Jika sistem itu sudah dipahami bersama, dan memang ada masalah-masalah yang terjadi dalam
sistem itu, diskusikan gagasan-gagasan perbaikan sistem itu.

Jika muncul berbagai gagasan penyempurnaan sistem itu, kita dapat mencoba menilai kelayakan
sistem itu dengan menggambarkan perbaikan-perbaikan itu dalam gambar bagan yang telah
ada. Gambar baru itu dapat menjadi semacam simulasi (peniruan) sistem yang telah diperbaiki.

Dalam kajian sistem yang berkaitan dengan kegiatan usaha, apabila memungkinkan lakukan
penghitungan jumlah (angka) perkiraan untuk menilai keadaan usaha tersebut.

Catat seluruh hasil informasi dengan cermat (oleh anggota tim PRA).

Cantumkan nama-nama atau jumlah peserta, nama pemandu, tempat dan tanggal pelaksanaan
diskusi.

11. Teknik Pembuatan Bagan Peringkat (Teknik Matriks Ranking/ Teknik Kajian
Pilihan)

Salah satu teknik analisis yang bisa diterapkan secara luas adalah membanding-bandingkan
berbagai aspek dari sejumlah topik serta menyusun peringkatnya. Matriks rangking ini
dirancang khusus untuk melakukan pilihan-pilihan dari sejumlah hal secara lebih cermat,
terutama apabila melakukan pilihan-pilihan kegiatan program.

Pengertian

Teknik pembuatan bagan peringkat adalah teknik untuk mengkaji sejumlah topik dengan
memberi nilai pada masing-masing aspek kajian, berdasarkan sejumlah kriteria
perbandingan. Kriteria perbandingan tersebut berdasarkan pendapat masyarakat sehingga sesuai

61
dengan keadaan setempat. Biasanya yang dibandingkan adalah topik-topik bahasan terpenting
yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan kegiatan-kegiatan.

Teknik ini sesungguhnya lebih merupakan cara analisis daripada untuk mengumpulkan
informasi. Oleh karenanya, kegiatan ini biasanya dilakukan untuk melengkapi kajian oleh
teknik-teknik lainnya. Informasi-informasi yang dikaji ditentukan berdasarkan keperluan
tertentu.

Jenis-jenis informasi kajian yang seringkali dilakukan, antara lain:

 Pilihan teknologi pertanian, misalnya saat melakukan transek atau kunjungan usahatani.
 Pilihan jenis tanaman yang perlu dikembangkan , misal muncul saat melakukan transek atau saat
diskusi bagan KP.
 Pengurutan mata pencaharian utama, misal muncul saat melakukan dengan teknik kajian mata
pencaharian.
 Pengurutan kelas sosial atau urutan kekayaan seseorang.
 Pilihan masalah-masalah utama / prioritas yang perlu diatasi.
 Pilihan-pilihan kegiatan; dan sebagainya.

Sumber informasi utama tentang penilaian sejumlah keadaan biasanya adalah dari hasil teknik-
teknik PRA sebelumnya. Kriteria-kriteria penilaiannya dibahas bersama masyarakat, sedangkan
infromasi teknis tentang hal-hal yang dinilai dapat diperbandingkan antara teknologi lokal milik
masyarakat dengan pengetahuan atau pengalaman orang luar.

Tujuan dan manfaat

Teknik ini bertujuan untuk memfasilitasi pilihan masyarakat tentang sejumlah topik informasi
dengan cara memberikan penilaian sehingga bisa diperolehsuatu urutan atau peringkat
keadaan. Dalam melakukan penilaian, aspek-aspek yang dipertimbangkan antara lain: manfaat-
manfaat pilihan, ketersediaan potensi-potensi untuk mengembangkan keadaan, hambatan-
hambatan yang ada untuk mengembangkan sustu keadaan. Secara sederhana, pengurutan
biasanya dilakukan untuk memberikan urutan jumlah (volume) suatu keadaan.

62
Adapun manfaat utama yang dapat diperoleh dengan menggunakan teknik ini adalah dapat
mendorong dan merangsang pemikiran masyarakat dalam menentukan pilihan berdasarkan
keadaan setempat (potensi dan pembatasnya) dan memperoleh pengertian tentang pilihan
tersebut.

Langkah-langkah penerapan

Sampaikan kembali informasi-informasi yang pernah dibahas, sepakati topik kajian yang
memerlukan kajian menggunakan bagan peringkat.

Jelaskan tujuan dan proses membuat bagan peringkat (matriks ranking).

Sepakati hal-hal berikut: kriteria penilaian seperti manfaat pilihan, potensi yang tersedia, dan
faktor pembatas dari setiap pilihan; simbol-simbol yang dipergunakan; cara melakukan penilaian
serta skala nilai (1—10).

Mintalah masyarakat untuk membuat bagan tersebut. Pemandu PRA mendampingi masyarakat
dalam proses tersebut.

Sepakati pemberian nilai untuk masing-masing kriteria melalui proses diskusi. Penentuan nilai
dibuat berdasarkan kesepakatan peserta, bukan pendapat perorangan.

Jumlahkan nilai dari semua kriteria untuk masing-masing topik. Penjumlahan nilai tersebut
merupakan nilai total dari setiap topik.

Diskusikan lebih lanjut bagan atau matriks tersebut serta periksa kembali pilihan-pilihan yang
telah dilakukan. Seringkali muncul kriteria atau pertimbangan baru yang akan mengubah
keputusan penilaian.

Catat seluruh proses diskusi, pendapat, pertimbangan-pertimbangan dan keputusan-keputusan


yang dikemukakan oleh peserta (oleh anggota tim PRA).

Cantumkan nama-nama atau jumlah peserta, nama pemandu, tempat dan tanggal pelaksanaan.

63
Participatory Wealth Ranking (PWR)
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa salah satu prinsip PRA adalah keterbukaan terhadap
berbagai teknik baru atau pengembangan lainnya, sepanjang didalamnya terdapat semangat
partisipasi dan pemberdayaan. Participatory Wealth Ranking (PWR, diterjemahkan sebagai
―Pemeringkatan Kesejahteraan (Sosial-Ekonomi) Masyarakat secara Partisipatif‖ yakni sebuah
metode yang merupakan pengembangan dari teknik-teknik PRA sebelumnya.

PWR dilakukan dengan 4 langkah berikut:


a. Pemetaan desa
Setelah melakukan sosialisasi dengan desa yang disasar, fasilitator bersama warga melakukan
kegiatan pemetaan desa. Tujuannya untuk mengidentifikasi jumlah keluarga dan berbagai
karakteristik yang terkait dengan keluarga-keluarga tersebut.\

b. Diskusi penentuan definisi kemiskinan lokal


Setelah melakukan kegiatan pemetaan, fasilitator melibatkan beberapa warga yang dipandang
paling mengenal seluruh warga desa lainnya dan memahami kondisi kehidupan keluarga-
keluarga di desa tersebut. Mereka dibagi dalam minimal 3 kelompok referensi yang masing-
masing beranggotakan 5 orang. Dalam tiaptiap kelompok, mereka akan mendiskusikan tentang
karakter kemiskinan atau kesejahteraan berdasarkan perspektif mereka.

c. Diskusi pemeringkatan
Selanjutnya setiap kelompok referensi diajak membuat peringkat tingkat kesejahteraan seluruh
keluarga yang ada di desanya, dimana data-data mengenai kepala keluarga di desa telah
diperoleh melalui kegiatan pemetaan sebelumnya. Setiap kelompok sangat mungkin memperoleh
hasil pemeringkatan yang berbeda.

d. Analisis peringkat
Hasil dari pemeringkatan tersebut dianalisis oleh tim fasilitator dengan pendekatan kuantitatif.
Dengan demikian dapat diperoleh gambaran secara kuantitatif yang memberikan gambaran lebih
tajam mengenai pembedaan tingkat kesejahteraan dan kemiskinan masyarakat di desa tersebut.

64
BAB 4
METODE PARTISIPATIF DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT:
PEMBERDAYAAN DALAM BIDANG
KESEHATAN
4.1. Pengantar

Pada tahun 2013, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menerbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Dan
Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. Berdasarkan peraturan ini disebutkan
bahwa pembangunan kesehatan tidak semata menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga
harus melibatkan seluruh elemen masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat sehingga
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Oleh Peraturan tersebut dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan


kesehatan sangat penting. Hal ini dapat dijelaskan bahwa disamping ketentuan ini tercantum
dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga sebagai berikut 1) Dari hasil kajian
ternyata 70% sumber daya pembangunan nasional berasal kontribusi/partisipasi masyarakat; 2)
Pemberdayaan masyarakat/partisipasi masyarakat berazaskan gotong royong, merupakan budaya
masyarakat Indonesia yang perlu dilestarikan; 3) Perilaku masyarakat merupakan faktor
penyebab utama, terjadinya permasalahan kesehatan, oleh sebab itu masyarakat sendirilah yang
dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan pendampingan/bimbingan pemerintah; 4)
Pemerintah mempunyai keterbatasan sumber daya dalam mengatasi permasalahan kesehatan
yang semakin kompleks di masyarakat, sedangkan masyarakat mempunyai potensi yang cukup
besar untuk dapat dimobilisasi dalam upaya pencegahan di wilayahnya; 5) Potensi yang dimiliki
masyarakat diantaranya meliputi community leadership, community organization, community
financing, community material, community knowledge, community technology, community
decision making process, dalam upaya peningkatan kesehatan, potensi tersebut perlu
dioptimalkan; 6) Upaya pencegahan lebih efektif dan efisien dibanding upaya pengobatan, dan

65
masyarakat juga mempunyai kemampuan untuk melakukan upaya pencegahan apabila dilakukan
upaya pemberdayaan masyarakat terutama untuk ber-perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian community development


(pembangunan masyarakat) dan community-based development (pembangunan yang bertumpu
pada masyarakat). Tahap selanjutnya muncul istilah community driven development yang
diterjemahkan sebagai pembangunan yang diarahkan masyarakat atau pembangunan yang
digerakkan masyarakat. Pembangunan yang digerakkan masyarakat didefinisikan sebagai
kegiatan pembangunan yang diputuskan sendiri oleh warga komunitas dengan menggunakan
sebanyak mungkin sumber daya setempat. Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya
fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki,
merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek
sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan
(aspek tindakan atau practice). Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu
proses aktif, dimana sasaran/klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta aktif
(berpartisipasi) dalam kegiatan dan program kesehatan. Ditinjau dari konteks pembangunan
kesehatan, partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan dan kemitraan masyarakat dan fasilitator
(pemerintah, LSM) dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
penilaian kegiatan dan program kesehatan serta memperoleh manfaat dari keikutsertaannya
dalam rangka membangun kemandirian masyarakat. UKBM adalah wahana pemberdayaan
masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan
bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga
terkait lainnya.

66
4.2. Metode Partisipatif dalam Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang
Kesehatan

RAPID RURAL APPRAISAL

Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) atau penilaian desa secara partisipatif Merupakan teknik
penilaian yang relatif terbuka, cepat dan bersih dibanding dengan teknik kunjungan singkat
sebagai sebuah metode penilaian. RRA menggabungkan beberapa teknik yang terdiri dari: (a)
review atau telaah data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapangan, (b) observasi
lapangan secara langsung, (c) wawancara dengan informan kunci dan lokakarya, (d) pemetaan
dan pembuatan diagram/grafik, (e) studi kasus, sejarah lokal dan biografi, (f) pembuatan
kuesioner sederhana dan singkat, serta (g) pembuatan laporan lapangan secara cepat.

Metode PRA

Metode Participatory Rapid Appraisal (PRA) Merupakan metode pengkajian pemberdayaan


masyarakat desa yang lebih banyak melibatkan pihak dalam yang terdiri dari pihak stakeholder
(pemangku kepentingan kegiatan) dengan difasilitasi pihak luar yang berfungsi sebagai
narasumber atau fasilitator. PRA merupakan metode penilaian keadaan secara partisipatif yang
dilakukan pada tahapan awal perencanaan kegiatan. Dalam PRA terdapat 5 kegiatan pokok yaitu
penjajakan/pengenalan kebutuhan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan/pengorganisasian
kegiatan, pemantauan kegiatan dan evaluasi kegiatan. Adapun langkah-langkah metode PRA
meliputi :

1. Penelusuran sejarah desa

2. Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan

3. Penyusunan kalender musim dan profil perubahan

4. Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari)

5. Observasi langsung terhadap dinamika sosial

6. Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar lingkungan (pemetaan prasarana,


bangunan, ruangan, sumber daya alam dan lokasi)

67
7. Pembuatan diagram kajian lembaga desa

8. Pembuatan bagan alur input-output

9. Bagan hubungan antar pihak (diagram venn)

10. Mengkaji mata pencaharian masyarakat

11. Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan ditemukan masyarakat

12. Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok terarah

13. Analisis pola keputusan

14. Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi masyarakat.

15. Pengurutan potensi atau kekayaan

16. Pengorganisasian masalah

Metode Participatory Learning and Action (PLA)

Metode PLA merupakan penyempurnaan dari metode ―learning by doing‖. Persyaratan dasar
PLA adalah a) adanya kemauan dan komitmen untuk mendengarkan, menghormati dan
beradaptasi, b) tersedia banyak waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan atau pelatihan, c)
komunitas telah didampingi oleh organisasi yang paham dengan keadaan masyarakat, dan d)
perlu dibangun suasana/komunikasi yang mendorong masyarakat memiliki kepercayaan pada
pihak luar (fasilitator). Adapun proses PLA terdiri dari 1) pertukaran ide yang adil dan terbuka
antara masyarakat dan organisasi/fasilitator, 2) diawali dengan pelatihan/orientasi untuk staf
organisasi/fasilitator mengenai filisofi dan metode PLA, 3) sekurangnya ada 2 hari bekerja
bersama masyarakat, lebih baik lagi dapat tinggal/hidup bersama masyarakat, 4) perlu ada
dukungan lanjutan dalam melakukan tindakan masyarakat dari pihak pemerintah desa, dsb

68
Participatory Assessment and Planning (PAP)

PAP sejalan bahkan serupa dengan metode PRA. Metode ini diadopsi dari 2 sumber yaitu Field
Book WSLIC dan Partisipatory Analysis Techniques DFID. Metode PAP terdiri atas 4 langkah
yaitu:

Menemukan masalah Langkah ini dimaksudkan agar masyarakat mengidentifikasi kondisi,


situasi dan masalah sosial di sekitar masyarakat setempat. b. Menemu Kenali Potensi Potensi
yang dimiliki masyarakat ini merupakan sistem sumber yang dapat dikelola secara optimal guna
mengatasi permasalahan sosial maupun pemberdayaan masyarakat setempat. c. Menganalisis
masalah dan potensi Mengkaji berbagai masalah, penyebab, hubungan kausalitas serta fokus
masalah, mencari prioritas masalah, faktor pendukung maupun penghambat. d. Memilih solusi
pemecahan masalah Langkah ini merupakan upaya-upaya kongkrit untuk memecahkan masalah
melalui kegiatan 1) mencegah timbulnya masalah lebih jauh, 2) memobilisasi sistem sumber dan
potensi, 3) menentukan alternatif pemecahan masalah dan 4) pertemuan masyarakat untuk
menentukan skenario tindakan.

Participatory Hygiene and Sanitation Transformation (PHAST)

PHAST merupakan metode pembelajaran partisipatif dalam membangun kemampuan swadaya


masyarakat untuk memecahkan masalah masyarakat. Tujuan PHAST adalah untuk
memberdayakan masyarakat dalam mengelola air dan mengendalikan penyakit yang
berhubungan dengan sanitasi melalui peningkatan kesadaran terhadap kesehatan serta perbaikan
dan perilaku. Prinsip – prinsip pemberdayaan masyarakat pada PHAST adalah 1) warga
masyarakat menentukan prioritas pencegahan penyakit, 2) warga masyarakat secara kolektif
telah memiliki pengalaman dan pengetahuan kesehatan yang sangat hebat, dalam dan luas 3)
masyarakat mampu untuk mencapai kesepakatan mengenai perilaku-perilaku hygiene dan system
sanitasi yang lebih tepat dengan lingkungan ekologis dan budaya, 4) bila warga masyarakat
mengerti bahwa sanitasi itu menguntungkan, maka mereka akan bertindak, 5) warga masyarakat
dapat mengelola seperangkat penghalang atau barrier yang dapat membantu untuk menghambat
penularan penyakit, masyarakat dapat mengidentifikasi penghalang yang tepat berdasarkan pada
persepsi efektifitas dan menurut sumber daya setempat.

69
DAFTAR PUSTAKA

Chambers R. Rural development: putting the last first. Harlow, UK: Longman, 1983.

Djohani, Rianingsih. 1996a. Berbuat Bersama Berperan Setara. Driya


Media. Bandung.

Gito S, 2000. BukU Ajar PRA. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar
Lampung (Tidak Publikasi)

Grandin B. Wealth ranking in smallholder communities, a field manual. London, UK:


Intermediate Technology Publications, 1988.

Jamieson N. The paradigmatic significance of RRA. In: Rapid Rural Appraisal,


Proceedings of the 1985 International Conference, Rural Systems Research
and Farming Systems Research Projects. Khon Kaen, Thailand: Khon Kaen
University, 1987; 89-102.

Kashyap P. Young R. Rapid assessment of community nutrition problems: a case


study of Parbhani, India. Ottawa, Canada: International Development
Research Centre, 1989.

Khon Kaen. Rapid Rural Appraisal, Proceedings of the 1985 International


Conference, Rural Systems Research and Farming Systems Research Projects.
Khon Kaen, Thailand: Khon Kaen University, 1987.

Mascarenhas J. Participatory rural appraisal and participatory learning methods:


recent experiences from MYRADA and South India. In: Scrimshaw NS,
Gleason GR, eds. Rapid assessment procedures: Qualitative methodologies for
planning and evaluation of health related programmes. Boston, MA:
International Nutrition Foundation for Developing Countries, 1992: 307-322.

McCracken J. Participatory rapid rural appraisal in Gujarat: a trial model for the Aga
Khan rural support programme (India). London: IIED, November 1988.

McKracken J. Pretty J. Conway G. An introduction to rapid rural appraisal for


agricultural development. London: International Institute for Environment and
Development, 1989.

70
Mikkelsen, B. 2001. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya
Pemberdayaan

Moeliono, Ilya dan Djohani Rianingsih. 1996. Kebijakan dan strategi menerapkan
PRA dalam Pengembangan Program. Driya Media. Bandung.

Rhoades R. The coming revolution in methods for rural development research. User's
Perspective Network (UPWARD). Manila, Philippines: International Potato
Center (CIP), 1990.

Rochdyanto, Saiful. 2000. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode PRA. Makalah


ToT PKPI. Yogyakarta.

71

Anda mungkin juga menyukai