Praktikum Biomedik
Blok Gangguan
Sistem
Kardiovaskuler
Tahun Ajaran 2021/2022
2
PENGANTAR
Buku Panduan Skills Lab. Blok Kardiovaskuler ini berisi 2 (dua) ketrampilan utama yaitu
Anamnesis keluhan utama yang berhubungan dengan keluhan sistem kardiovaskuler, dimana
penggalian riwayat penyakit sudah lebih spesifik mengarah ke sistem kardiovaskuler. kemudian
ketrampiulan pemeriksaan fisik meliputi : pemeriksaan tekanan darah , nadi dan tekanan vena
jugularis serta pemeriksaan fisik jantung itu sendiri. Diharapkan setelah selesai mengikuti
kegiatan ketrampilan klinik ini, mahasiswa mampu melakukan anamnesis lengkap dan
pemeriksaan fisik kardiovaskuler normal maupun tidak normal secara berurutan.
Buku panduan skills lab. Ini selain memuat panduan belajar masing-masing ketrampilan
yang dilatihkan, juga memuat daftar tilik sebagai lembaran penilaian dari koordinator/instruktur
terhadap mahasiswa baik sebagai penilaian akhir maupun diapakai membantu dalam menilai
kemajuan tingkat ketrampilan yang dilatihkan. Untuk mahasiswa, penilaian pada waktu latihan
dapat dilakukan oleh temannya sendiri melalui petunjuk buku panduan belajar dan juga dapat
menggunakan daftar tilik yang ada.
Meskipun buku panduan ini belum di lengkapi ketrampilan medik pemeriksaan fisik
setiap keluhan/penyakit yang berhubungan dengan sistem kardiovaskuler, tetapi didalam
operasionalnya pemeriksaan fisik normal akan disertai dengan pengenalan dan penentuan variasi
abnormal bunyi jantung dan bunyi tambahan (bising).
Mengingat Buku Panduan Skills Lab. Blok Kardiovaskuler belum sempurna, maka demi
kemajuan dan kesempurnaan pendidikan ketrampilan klinik ini, maka kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan buku ini, dan untuk itu kami ucapkan
terima kasih.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan dan penyusunan buku panduan ini.
3
KETERAMPILAN ANAMNESIS
Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita yang paling signifikan
untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaaan yang harus diingat pada
komunikasi dokter dan pasien dalam mengelaborasi keluhan penderita agar hasilnya sesuai
dengan yang diharapkan. Pertanyaan tersebut meliputi:
A. DEWASA :
1. Dispnea
2. Nyeri dada atau chest discomfort
3. Sianosis
4. Sinkop (syncope)
5. Palpitasi
6. Edema
7. Batuk
8. Hemoptisis
TUJUAN UMUM
Setelah latihan ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan komunikasi dokter-pasien / keluarga
pasien (history taking) mengenai penyakit yang berhubungan dengan sistem kardiovaskuler
dengan baik dan benar.
TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Menerapkan teknik komunikasi dokter-pasien (history taking) dan berperilaku yang sesuai
dengan sosio-budaya.
2. Menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan.
3. Menelusuri keluhan utama dan hubungannya dengan penampilan klinis yang terdapat pada
pasien.
4. Mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan kondisi sosial ekonomi, gizi, pekerjaan,
aktifitas sehari-hari.
5. Mencatat dan meyimpulkan history taking yang diperoleh dari pasien serta menjelaskan
tindakan selanjutnya.
4
III. RUJUKAN
1. Audiovisual.
2. Pensil / pulpen
3. Formulir history taking
4. Pasien Simulasi
SKENARIO KASUS
Seorang laki-laki, usia 45 tahun, perawakan gemuk, pekerjaan supir bis kota, datang ke
poliklinik puskesmas sendirian dengan keluhan rasa sakit di dada sebelah kiri sejak 3 hari
yang lalu.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan keluhannya dan faktor
penyebab yang berhubungan dengan keluhannya sesuai dengan formulir anamnesis.
Tuliskankan kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab dari keluhannya
Seorang anak laki-laki, usia 12 tahun, murid SMP kelas 1, mengeluh mudah capek saat
melakukan kegiatan olahraga disekolahnya. Sewaktu usia 8 tahun ia pernah dirawat di rumah
sakit karena sakit tenggorokan, demam dan sakit pada sendi
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan keluhannya dan faktor
penyebab yang berhubungan dengan keluhannya sesuai dengan formulir anamnesis.
Tuliskankan kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab dari keluhannya.
Seorang ibu, usia 30 tahun, hamil 4 bulan, datang ke puskesmas, diantar suaminya dengan
keluhan jantung berdebar-debar. Saat usia 3 tahun ia pernah dirawat di rumah sakit karena
diare dan dikatakan menderita bocor jantung
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien dan keluarga pasien yang berhubungan dengan
keluhannya dan faktor penyebab yang berhubungan dengan keluhannya sesuai dengan
formulir anamnesis. Tuliskankan kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab dari
keluhannya
5
Seorang ibu, usia 60 tahun, diantar keluarganya, masuk UGD RS HAM dengan keluhan sesak
nafas disertai kaki bengkak. Sesak nafas terjadi sejak 10 hari sebelumnya dan diikuti kaki
bengkak.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien dan keluarga pasien yang berhubungan dengan
keluhannya dan faktor penyebab yang berhubungan dengan keluhannya sesuai dengan
formulir anamnesis. Tuliskankan kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab dari
keluhannya
Seorang guru laki usia 47 tahun dibawa ke UGD RS PM diantar guru dan murid-muridnya
karena pingsan saat mengikuti upacara penaikan bendera disekolah. Sebelum pingsan guru ini
mengeluh dada kirinya terasa nyeri disertai berkeringat dingin.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien dan keluarga pasien yang berhubungan dengan
keluhannya dan faktor penyebab yang berhubungan dengan keluhannya sesuai dengan
formulir anamnesis. Tuliskankan kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab dari
keluhannya
Seorang laki-laki usia 59 tahun diantar isterinya ke praktek seorang dokter dengan keluhan
sakit kepala yang hebat disertai muntah-muntah. Menurut isterinya selama ini suaminya
menderita hipertensi.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien dan keluarga pasien yang berhubungan dengan
keluhannya dan faktor penyebab yang berhubungan dengan keluhannya sesuai dengan
formulir anamnesis. Tuliskankan kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab dari
keluhannya
TEKNIK PELAKSANAAN
PERKENALAN
4. Telusuri /telaah keluhan penyerta, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan dan
pemakaian pemakaian obat. (Pada anak harus ditanyakan mengenai riwayat kehamilan,
riwayat kelahiran, proses tumbuh kembang dan penyakit yang diderita)
5. Telusuri / telaah kondisi sosial ekonomi, gizi, pekerjaan dan aktifitas sehari-hari.
6
DOKUMENTASI
PENGAMATAN
LANGKAH/TUGAS
Ya Tidak
A. PERKENALAN
D. DOKUMENTASI
REKAM MEDIK
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : (pria/wanita)
Umur / Tanggal lahir :
Alamat :
Agama :
Pekerjaan :
III.PEMERIKSAAN FISIK :
Sensorium : Keadaan umum : Keadaan Penyakit :
1. Kepala :
2. Leher :
3. Toraks :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi :
a) Jantung :
b) Paru :
4. Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi :
5. Ekstremitas
TERAPI :
8
Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik
kardiovaskuler normal maupun tidak normal secara berurutan.
Sasaran Pembelajaran
Indikasi
Metode Pembelajaran
Panduan Teori
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
Inspeksi
Voussure Cardiaque
Merupakan penonjolan setempat yang lebar di daerah precordium, di antara sternum dan apeks
codis. Kadang-kadang memperlihatkan pulsasi jantung . Adanya voussure Cardiaque,
menunjukkan adanya :
Pada orang dewasa normal yang agak kurus, seringkali tampak dengan mudah pulsasi yang
disebut ictus cordis pada sela iga V, linea medioclavicularis kiri. Pulsasi ini letaknya sesuai
dengan apeks jantung. Diameter pulsasi kira-kira 2 cm, dengan punctum maksimum di tengah-
tengah daerah tersebut. Pulsasi timbul pada waktu sistolis ventrikel. Bila ictus kordis bergeser ke
kiri dan melebar, kemungkinan adanya pembesaran ventrikel kiri. Pada pericarditis adhesive,
ictus keluar terjadi pada waktu diastolis, dan pada waktu sistolis terjadi retraksi ke dalam.
Keadaan ini disebut ictus kordis negatif.
Pulpasi yang kuat pada sela iga III kiri disebabkan oleh dilatasi arteri pulmonalis. Pulsasi pada
supra sternal mungkin akibat kuatnya denyutan aorta. Pada hipertrofi ventrikel kanan, pulsasi
tampak pada sela iga IV di linea sternalis atau daerah epigastrium. Perhatikan apakah ada pulsasi
arteri intercostalis yang dapat dilihat pada punggung. Keadaan ini didapatkan pada stenosis
mitralis. Pulsasi pada leher bagian bawah dekat scapula ditemukan pada coarctatio aorta.
Palpasi
Hal-hal yang ditemukan pada inspeksi harus dipalpasi untuk lebih memperjelas mengenai
lokalisasi punctum maksimum, apakah kuat angkat, frekuensi, kualitas dari pulsasi yang teraba.
Pada mitral insufisiensi teraba pulsasi bersifat menggelombang disebut ”vantricular heaving”.
Sedang pada stenosis mitralis terdapat pulsasi yang bersifat pukulan-pukulan serentak diseubt
”ventricular lift”.
Disamping adanya pulsasi perhatikan adanya getaran ”thrill” yang terasa pada telapak tangan,
akibat kelainan katup-katup jantung. Getaran ini sesuai dengan bising jantung yang kuat pada
waktu auskultasi. Tentukan pada fase apa getaran itu terasa, demikian pula lokasinya.
Perkusi
Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung. Pada penderita emfisema paru
terdapat kesukaran perkusi batas-batas jantung. Selain perkusi batas-batas jantung, juga harus
diperkusi pembuluh darah besar di bagian basal jantung.
Pada keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan pada daerah manubrium sterni terdapat
pekak yang merupakan daerah aorta. Bila daerah ini melebar, kemungkinan akibat aneurisma
aorta.
11
Auskultasi Jantung
- bunyi jantung
- bising jantung
- gesekan pericard
Bunyi Jantung
- ictus cordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup mitral
- sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal.
- Sela iga III kanan untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari aorta
- Sela iga IV dan V di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum untuk mendengar
bunyi jantung yang berasal dari katup trikuspidal.
Tempat-tempat auskultasi di atas adalah tidak sesuai dengan tempat dan letak anatomis dari
katup-katup yang bersangkutan. Hal ini akibat penghantaran bunyi jantung ke dinding dada.
- bunyi jantung I, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup mitral dan trikuspidal. Bunyi ini
adalah tanda mulainya fase sistole ventrikel.
- Bunyi jantung II, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup aorta dan pulmonal dan tanda
dimulainya fase diastole ventrikel.
Bunyi jantung I di dengar bertepatan dengan terabanya pulsasi nadi pada arteri carotis.
12
Kesimpulan : pada ictus cordis terdengar bunyi jantung I secara langsung sedang bunyi jantung
II hanya dirambatkan (tidka langsung)
Sebaliknya pada daerah basis jantung bunyi jantung ke 2 merupakan bunyi jantung langsung
sedang bunyi I hanya dirambatkan.
* orang gemuk
* emfisema paru
13
* efusi perikard
* demam
* hipertensi sistemik
* insufisiensi aorta
* stenose aorta
* emfisema paru
* orang gemuk
* Hipertensi Pulmonal
Intensitas bunyi jantung satu dengan yang lainnya (yang berikutnya) harus dibandingkan. Bila
intensitas bunyi jantung tidak sama dan berubah ubah pada siklus-siklus berikutnya, hal ini
merupakan keadaan myocard yang memburuk.
Pada keadaan splitting (bunyi jantung yang pecah), yaitu bunyi jantung I pecah akibat penutupan
katup mitral dan trikuspid tidak bersamaan. Hal ini mungkin ditemukan pada keadaan normal.
Bunyi jantung ke 2 yang pecah, dalam keadaan normal ditemukan pada waktu inspitasi di mana
P 2 lebih lambat dari A 2. Pada keadaan dimana splitting bunyi jantung tidak menghilang pada
respirasi (fixed splitting), maka keadaan ini biasanya patologis dan ditemukan pada ASD dan
Right Bundle branch Block (RBBB).
Bunyi jantung ke 3 dengan intensitas rendah kadang-kadang terdengar pada akhir pengisian
cepat ventrikel, bernada rendah, paling jelas pada daerah apeks jantung.
Dalam keadaan normal ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Dalam keadaan patologis
ditemukan pada kelainan jantung yang berat misalnya payah jantung dan myocarditis. Bunyi
jantung 1, 2 dan 3 memberi bunyi seperti derap kuda, disebut sebagai protodiastolik gallop.
14
Bunyi jantung ke 4 terjadi karena distensi ventrikel yang dipaksakan akibat kontraksi atrium,
paling jelas terdengar di apeks cordis, normal pada anak-anak dan pada orang dewasa didapatkan
dalam keadaan patologis yaitu pada A – V block dan hipertensi sistemik.
Irama dan frekuensi bunyi jantung harus dibandingkan dengan frekuensi nadi. Normal irama
jantung adalah teratur dan bila tidak teratur disebut arrhytmia cordis.
Frekuensi bunyi jantung harus ditentukan dalam semenit, kemudian dibandingkan dengan
frekuensi nadi. Bila frekuensi nadi dan bunyi jantung masing-masing lebih dari 100 kali per
menit disebut tachycardi dan bila frekuensi kurang dari 60 kali per menit disebut bradycardia.
Kadang-kadang irama jantung berubah menurut respirasi. Pada waktu ekspirasi lebih lambat,
keadaan ini disebut sinus arrhytmia. Hal ini disebabkan perubahan rangsang susunan saraf
otonom pada S – A node sebagai pacu jantung.
Jika irama jantung sama sekali tidak teratur disebut fibrilasi. Adakalanya irama jantung normal
sekali-kali diselingi oleh suatu denyut jantung yang timbul lebih cepat disebut extrasystole, yang
disusul oleh fase diastole yang lebih panjang (compensatoir pause). Opening snap, disebabkan
oleh pembukaan katup mitral pada stenosa aorta, atau stenosa pulmonal kadang-kadang
didapatkan sistolik .... dalam fase sistole segera setelah bunyi jantung I dan lebih jelas pada
hypertensi sistemik.
Disebabkan :
1. Lokalisasi Bising
Tiap-tiap bising mempunyai lokalisasi tertentu, dimana bising itu terdengar paling keras
(punctum maximum). Dengan menetukan punctum maximum dan penyebaran bising, maka
dapat diduga asal bising itu :
2. Penjalaran Bising
Bising jantung masih terdengar di daerah yang berdekatan dengan lokasi dimana bising itu
terdengar maksimal, ke suatu arah tertentu, misalnya :
3. Intensitas Bising
Levine membagi intensitas bising jantung dalam 6 tingkatan :
konsentrasi.
auskultasi.
Bising Sistole, terdengar dalam fase sistole (antara bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2)
- Bising sistole tipe ejection, timbul akibat aliran darah yang dipompakan melalui bagian
yang menyempit dan mengisi sebagian fase sistole. Didapatkanpada stenosis aorta,
punctum maximum di daerah aorta.
- Bising sistole tipe pansistole, timbul sebagai akibat aliran balik yang melalui bagian
jantung yang masih terbuka dan mengisi seluruh fase systole. Misalnya pada insufisiensi
mitral.
Bising Diastole, terdengar dalam fase diastole (antara bunyi jantung 2 dan bunyi jantung 1),
dikenal antara lain :
- Mid-diastole, terdengar pada pertengahan fase diastole misalnya pada stenosis mitral.
- Early diastole, terdengar segara setelah bunyi jantung ke 2. misalnya pada insufisiensi
sorta.
- Pre-sistole, yang terdengar pada akhir fase diastole, tepat sebelum bunyi jantung 1,
misalnya pada stenosis mitral. Bising sistole dan diastole, terdengar secara kontinyu baik
waktu sistole maupun diastole. Misalnya pda PDA
- demam
- anemia
- kehamilan
- kecemasan
- hipertiroidi
- beri-beri
- atherosclerosis.
Gerakan Pericard
Gesekan pericard merupakan gesekan yang timbul akibat gesekan antara pericard visceral dan
parietal yang keduanya menebal atau permukaannya kasar akibat proses peradangan (pericarditis
fibrinosa). Gesekan ini terdengar pada waktu sistole dan diastole dari jantung, namun kadang-
kadang hanya terdengar waktu sistole saja. Gesekan pericard kadang-kadang hanya terdengar
pada satu saat saja (beberapa jam) dan kemudian menghllang.
Gesekan pericard sering terdengar pada sela iga 4-5 kiri, di tepi daerah sternum. Sering
dikacaukan dengan bising jantung.
1. Observasi :
Memperhatikan pasien saat masuk ruang periksa, cara berjalan, penampilan wajah,
penampilan fisik.
- meraba nadi di keempat ekstremitas : arteri radialis dan arteri dorsalis pedis atau di pangkal
paha
- toraks : meletakkan kedua telapak tangan di dinding dada depan dan belakang sambil
menyuruh pasien menyebut angka 77 (blok respirasi ?)
- abdomen : palpasi di seluruh regio abdomen, apakah ada pembesaran hati dan limfa
- ekstremitas : menilai apakah ada pembengkakan (oedem) pre tibial dengan menekan daerah
yang membengkak (pitting oedem)
18
Auskultasi jantung secara sistematis dan paru dengan cara meletakkan stetoskop di tempat
yang standar untuk auskultasi jantung :
TUJUAN KEGIATAN
TUJUAN UMUM
Setelah latihan ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik jantung (kardiovaskuler)
secara sistematis dengan baik dan benar.
TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
RUJUKAN
2. pasien
3. pensil / pulpen
5. tempat tidur
TEKNIK PELAKSANAAN
- raba nadi di keempat ekstremitas : arteri radialis dan arteri dorsalis pedis atau di pangkal
paha
- raba nadi leher : di sebelah kanan dan kiri
- toraks : letakkan kedua telapak tangan di dinding dada depan dan belakang sambil
menyuruh pasien menyebut angka 77
- tetapkan lokasi ictus cordis dan tentukan intensitas dan regularitas
- abdomen : raba seluruh regio abdomen, apakah ada pembesaran hati dan limfa
- ekstremitas : nilai apakah ada pembengkakan (oedem) pretibial dengan menekan daerah
yang membengkak (pitting oedem)
7. Auskultasi jantung dan paru dengan cara meletakkan stetoskop di tempat yang standar untuk
auskultasi jantung :
- Mitral : linea midklavikularis dan intercostal IV
- Trikuspid : linea parasternal sinistra di intercostalis IV
- Pulmonal : linea parasternal sinistra dan intercostalis II
- Aorta : linea parasternal dextra dan intercostal II
10. Buat diagnosis utama / diagnosis banding berdasarkan keluhan utama dan pemeriksaan
kardiovaskuler yang dilakukan
21
CONTOH KASUS
Seorang laki-laki, usia 45 tahun, perawakan gemuk, pekerjaan supir bis kota, datang ke
poliklinik puskesmas sendirian dengan keluhan rasa sakit didada sebelah kiri sejak 3 hari yang
lalu.
Tugas : lakukan pemeriksaan fisik kardiovaskuler yang berhubungan dengan keluhannya dan
faktor penyebab yang berhubungan dengan keluhannya sesuai dengan formulir pemeriksaan
fisik. Tuliskankan hasil pemeriksaan fisik yang didapati secara lengkap dan terperinci.
PENGAMATAN
No LANGKAH / TUGAS
Ya Tidak
I. PERKENALAN
II. INSPEKSI
III. PALPASI
IV. PERKUSI
V. AUSKULTASI
VII. DOKUMENTASI
1 Mencatat hasil pemeriksaan kardiovaskuler pada rekam medik
KETERAMPILAN KLINIK
PENDAHULUAN
stetoskop : Suara jantung pertama dan kedua di lokasi katub mitral dan trikuspid
5. Mendiskripsi suara jantung tambahan, derajat bising dan penjalaran : murmur (skala Levine),
irama gallop
TUJUAN KEGIATAN
TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan auskultasi jantung
dan mendeskripsikan suara jantung yang normal dan abnormal dengan benar
TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui cara melakukan pemeriksaan auskutasi jantung secara sistematis dengan benar
2. Mendeskripsikan suara jantung yang normal dan yang abnormal secara sistematis dengan benar.
3. Menelusuri keluhan fisik dan hubungannya dengan auskultasi jantung yang didapat.
4. Membuat laporan auskultasi jantung dengan benar.
5. Menegakkan diagnosis dan diagnosis banding sehubungan dengan kelainan auskultasi yang
didapat.
24
RUJUKAN
1. Stetoskop
2. Audiovisual
3. Pasien Simulasi
4. Pensil / pulpen
5. Formulir laporan auskultasi jantung
6. Contoh-contoh suara jantung normal dan abnormal
TEKNIK PELAKSANAAN
2. Posisikan pasien sesuai dengan kondisinya dan pemeriksa berada di sebelah kanan
3. Tempatkan stetoskop pada dinding dada sesuai dengan lokasi suara katup jantung :
a. Mitral
b. Trikuspid
c. Pulmonal
d. Aorta
6. Deskripsikan suara jantung pertama dan kedua sesuai dengan lokasi stetoskop : suara
jantung pertama dan kedua di lokasi katub mitral dan trikuspid
7. Deskripsikan suara jantung tambahan, derajat bising dan penjalaran : murmur (skala
Levine), irama gallop
25
SKENARIO KASUS
Kasus : Seorang laki-laki, usia 18 tahun, baru diterima sebagai mahasiswa melakukan
pemeriksaan kesehatan di Puskesma dilakukan pemeriksaan auskultasi jantung
PENGAMATAN
No LANGKAH/ TUGAS
Ya Tidak
I. PERKENALAN
II. PELAKSANAAN
III. DOKUMENTASI
ELEKTROKARDIOGRAFI
Pendahuluan
Elektrokardiografi (EKG) adalah pemantulan aktivitas listrik dari serat-serat otot jantung
secara goresan. Dalam perjalanan abad ini, perekaman EKG sebagai cara pemeriksaan tidak
invasif, sudah tidak dapat lagi dihilangkan dari klinik. Sejak di introduksinya galvanometer
berkawat yang diciptakan oleh EINTHOVEN dalam tahun 1903, galvanometer berkawat ini
merupakan suatu pemecahan rekor perangkat sangat peka dapat merekam setiap perbedaan
tegangan yang kecil sebesar milivolt.
Perbedaan tegangan ini terjadi pada luapan dan imbunnan dari serat-serat otot jantung.
Perbedaan tegangan ini dirambatkan ke permukaan tubuh dan diteruskan ke sandapan-sandapan
dan kawat ke perangkat penguat EKG. Aktivitas listrik mendahului penguncupan sel otot.
Tidak ada perangkat pemeriksaan sederhana yang begitu banyak mengajar pada kita
mengenai fungsi otot jantung selain daripada EKG.
Dengan demikian masalah-masalah diagnostik penyakit jantung dapat dipecahkan dan
pada gilirannya pengobatan akan lebih sempurna.
Namun kita perlu diberi peringatan bahwa EKG itu walaupun memberikan banyak
masukkan, tetapi hal ini tak berarti tanpa salah. Keluhan dan pemeriksaan klinik penderita tetap
merupakan hal yang penting.
EKG seorang penderita dengan Angina Pectoris dan pengerasaan pembuluh darah
koroner dapat memberikan rekaman yang sama sekali normal oleh karena itu EKG harus selalu
dinilai dalam hubungannya dengan keluhan-keluhan dan keadaan klinis penderita.
Pada waktu sekarang, EKG sebagai perangkat elektronis sederhana sudah digunakan
secara luas pada praktek-praktek dokter keluarga, rumah-rumah perawatan, dalam perusahaan,
pabrik- pabrik atau tempat-tempat pekerjaan lainnya. Dengan demikian pemeriksaan EKG dapat
secara mudah dan langsung dilakukan pada penderita-penderita yang dicurigai menderita
penyakit jantung dan pembuluh darah yang banyak ditemukan dan banyak menyebabkan
kematian. Didalam bab ini akan dibicarakan beberapa aspek penggunaan EKG umum dalam
bidang kardiovaskuler.
Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu
jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung, IMA,
iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti digitalis,
kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan, korpulmonale,
emboli paru, mixedema.
Kertas EKG mempunyai garis-garis baik vertikal maupun horisontal berjarak 1 mm.
Garis yang lebih tebal mempunyai jarak 5 mm.
Mengenai “waktu” diukur sepanjang garis horisontal 1 mm = 0,04 detik atau 40 milidetik,
5 mm = 0,2 detik. “Voltage” listrik diukur sepanjang garis vertikal dan dinyatakan dalam
milimeter (10 mm = imV). Untuk praktisnya kecepatan pencatatan adalah 25 mm/detik.
27
Huruf besar QRS menunjukkan gelombang-gelombang yang relatif besar (5mm) ; huruf
kecil (qrs) menunjukkan gelombang-gelombang kecil (dibawah 5 mm).
Gelombang R (r) atau R wave : defleksi positif pertama dari depolarisasi ventrikel.
Gelombang S (s) atau S wave : defleksi negatif pertama dari depolarisasi ventrikel setelah
defleksi positif pertama R. Gelombang T (T wave) defleksi yang dihasilkan sesudah gelombang
QRS oleh repolarisasi ventrikel.
Contoh : bila 20 gelombang yang dihitung dalam suatu interval 10 detik, maka frekwensi
jantung adalah 120 per menit.
Interval P-P : pada sinus ritme interval P-P akan sama dengan interval R-R. Tetapi bila
irama ventrikel tidak teratur atau bila kecepatan atrium dan venrikel berbeda tetapi teratur, maka
interval P-P diukur dari titik yang sama pada 2 gelombang P berturut-turut dan frekwensi atrial
per menit dihitung seperti halnya frekwensi ventrikel.
Interval P-R : Pengukuran interval ini untuk mengetahui waktu konduksi atrio ventrikel.
Termasuk disini waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan sebagian depolarisasi
atrium, tambah perlambatan eksitasi daripada nodus atrio ventrikuler. Diukur mulai dari
permulaan gelombang P sampai permulaan kompleks QRS.
Sebenarnya lebih tepat interval ini disebut P-Q. Nilai normalnya : 0,12 - 0,20 detik.
Interval QRS : Interval ini adalah pengukuran seluruh waktu depolarisasi ventrikel.
Diukur dari permulaan gelombang Q (R bila tidak terlihat Q) sampai akhir gelombang S. Batas
atas nilai normalnya adalah 0,1 detik. Kadang-kadang pada sandapan prekordial V2 atau V3,
interval ini mungkin 0,11 detik.
28
Interval Q-T : Interval ini diukur dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang
T. Dengan ini diketahui lamanya sistole elektrik. Interval Q-T normal tidak melebihi 0,42 detik
pada pria dan 0,43 detik pada wanita.
Interval Q-U : pengukuran ini mulai dari awal gelombang Q sampai akhir gelombang U.
Tidak diketahui arti kliniknya.
Segmen P-R : adalah bagian dari akhir gelombang P sampai permulaan kompleks QRS.
Segmen ini normal adalah isoelektris.
RS-T junction (J) : adalah titik akhir dari kompleks QRS dan mulai segmen RS-T.
Segmen RS-T (segmen S-T), diukur mulai dari J sampai permulaan gelombang T. Segmen ini
biasanya isoelektris tetapi dapat bervaraisi antara 0,5 sampai + 2 mm pada sandapam prekordial.
Elevasi dan depresinya dibandingkan dengan bagian garis dasar (base line) antara akhir
gelombang T dan permulaan gelombang P (segmen T-P).
Pada dasarnya bagi yang berpengalaman, tidaklah sulit membedakan antara kompleks
EKG normal dan yang ada kelainan. Tetapi kadang-kadang ditemukan adanya gambaran EKG
yang tidak khas dan membingungkan kita. Oleh karena itu sebagai patokan, maka berikut ini
disajikan kelainan kompleks P-QRS-T pada beberapa penyakit.
29
2.1.Kelainan gelombang P.
Kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang dapat berupa kelainan
tunggal gelombang P misalnya “atrial premature beat” yang bisa ditemukan pada penyakit
jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis. Selain itu dapat ditemukan kelainan pada semua
gelombang P disertai kelainan bentuk dan iramanya misalnya fibrilasi atrium yang dapat
disebabkan oleh penyakit jantung rematik (PJR), pada infark miokard.
Kelainan gelombang P lainnya berupa tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-T
timbul lebih cepat dari pada biasanya.
Misalnya “ AV nodal premature beat” pada PJK, intoksikasi digitalis, dimana bentuk
kompleks QRS normal, dan terdapat masa istirahat kompensatoir. Kelainan lain berupa
ekstrasistole ventrikel pada PJK, intoksikasi digitalis.
Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya kompleks QRS adalah
normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV, atrial takikardi yang timbul akibat
intoksikasi digitalis, infark miokard, penyakit jantung hipertensi (PJH). Gelombang P seluruhnya
tidak tampak dengan kelainan bentuk dan lamanya kompleks QRS. Misalnya ventrikel takikardi,
fibrilasi atrium yang dapat timbul pada PJR. Penyakit jantung hipertensi (PJH).
2.2.1. Interval P-R panjang menunjukkan adanya keterlambatan atau blok konduks Misalnya pada
blok AV tingkat I dimana tiap gelombang P diikuti P-R > 0,22 detik yang bersifat tetap atau
sementara, ditemukan pada miokarditis, intoksikasi digitalis, PJK, idiopatik. Pada AV blok
tingkat II yaitu gelombang P dalam irama dan kecepatan normal, tetapi tidak diikuti kompleks
QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S - T dan T.
Interval P-R pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi tetap jaraknya.
Blok jantung A-V2 : 1 atau 3 : 1., berarti terdapat 2 P dan hanya 1 QRS atau 3P&1QRS. Tipe
lain dari blok jantung ini ialah fenomena Wenkebach. Pada blok jantung tingkat III atau blok
jantung komplit irama dan kecepatan gelombang P normal, irama kompleks QRS teratur tetapi
lebih lambat (20-40 kali per menit) dari gelombang P. jadi terdapat disosiasi komplit antara
atrium dan ventrikel. Gambaran diatas ini dapat ditemukan pada PJK, intoksikasi digitalis, IMA.
30
2.2.2. Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau tanpa kelainan bentuk
QRS. Ditemukan pada PJK intoksikasi digitalis, sindroma WPW.
Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik dan dalamnya >2 mm (lebih 1/3 dari
amplitudo QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan adanya miokard yang nekrosis. Adanya
gelombang Q di sandapan III dan aVR merupakan gambaran yang normal.
Dengan membandingkan gelombang R dan S disandapan I dan III yaitu gelombang S di I dan R
di III menunjukkan adanya “right axis deviation”. Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi
ventrikel kanan, stenosis mitral, penyakit jantung bawaan, korpulmonale.
Sedangkan gelombang R di I dan S di III menunjukkan adanya “ left axis deviati on”. Kelainan
ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Biasanya dengan menjumlahkan voltase
(kriteria voltasi) dari gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 + R V6 > 35 mm atau
gelombang R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH.
2.5.1. Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya kompleks QRS lebar dan atau
“notched” dengan gelombang P dan interval P-R normal. Ditemukan pada PJK, PJR (Penyakit
Jantung Rematik).
2.5.2. Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk tetapi iramanya
teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1, blok komplit terutama pada PJK, PJR,
penyakit jantung bawaan.
2.5.3. Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk, yaitu pada sinus
takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi, fibrilasi atrium, takikardi ventrikel. Ditemukan pada
PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH (Penyakit Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit Jantung
Rematik), infark miokard, intoksikasi digitalis.
Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari biasa, misalnya “ AV nodal premature
beat”, “ventricular premature beat”.
Irama kompleks QRS sama sekali tidak teratur yaitu pada fibrilasi atrium dimana sering
ditemukan pada PJH, PJR, infark miokard dan intoksikasi digitalis.
31
Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu, sebaiknya dianggap
normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu seri perekaman. Bukanlah suatu
kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi 1 mm atau depresi tidak melebihi 0,5 mm,
paling kurang pada sandapan standar. Secara klinik elevasi atau depresi segmen S-T pada 3
sandapan standar, biasanya disertai deviasi yang sama pada sandapan yang sesuai, menunjukkan
adanya insufisiensi koroner. Adanya elevasi segmen S-T merupakan petunjuk adanya infark
miokard akut atau perikarditis. Elevasi segmen S-T pada sandapan prekordial menunjukkan
adanya infark dinding anterior, sedangkan infark dinding inferior dapat diketahui dengan adanya
elevasi segmen S-T pada sandapan II, III, dan aVF. Untuk perikarditis biasanya tidak dapat
dipastikan tempatnya dan akan tampak elevasi di hampir semua sandapan. Elevasi segmen S-T
pada V4R ditemukan pada infark ventrikel kanan
Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel. Untuk itu
dikemukakan beberapa patokan yaitu :
Kadang-kadang gelombang T sangat tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan dimana
defleksi QRS positif pada sandapan I, sedangkan gelombang T pada sandapan I terbalik atau
lebih rendah dari gelombang T di sandapan III menunjukkan adanya insufisiensi koroner.
Gelombang T yang tinggi dan tajam pada semua sandapan kecuali aVR dan aVL menunjukkan
adanya hiperkalemi. Gelombang T yang tinggi dan simentris dengan depresi segmen S-T
menunjukkan adanya infark dinding posterior.
Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari gelombang T pada sandapan yang sama
terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi.
32
Untuk membaca EKG secara mudah dan tepat, sebaiknya setiap EKG dibaca mengikuti urutan
petunjuk di bawah ini
IRAMA
Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks QRS didahului oleh
sebuah gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak, maka berarti bukan irama sinus.
Bukan irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang mungkin fibrilasi, blok AV derajat dua atau
tiga, irama jungsional, takikardia ventrikular, dan lain lain.
Pada irama sinus, laju QRS normal berkisar antara 60 - 100 kali/min, kurang dari 60 kali disebut
bradikardia sinus, lebih dari 100 kali disebut takikardia sinus. Laju QRS lebih dari 150 kali/min
biasanya disebabkan oleh takikardia supraventrikular (kompleks QRS sempit), atau takikardia
ventrikular (kompleks QRS lebar). Pada blok AV derajat tiga, selain laju QRS selalu harus
dicantumkan juga laju gelombang P (atrial rate).
EKG normal selalu regular. Irama yang tidak regular ditemukan pada fibrilasi atrium, atau pada
keadaan mana banyak ditemukan ekstrasistol (atrium maupun ventrikel), juga pada sick sinus
syndrome.
AKSIS.
Aksis normal selalu terdapat antara -30° sampai +110°. Lebih dari -30° disebut deviasi aksis kiri,
lebih dari +110° disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari +180° disebut aksis superior.
Kadang kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka ditulis undeterminable, misalnya pada EKG
dimana defleksi positif dan negatif pada kompleks QRS di semua sandapan sama besarnya.
INTERVAL –PR
Interval PR normal adalah kurang dari 0,2 detik. Lebih dari 0.2 detik disebut blok AV derajat
satu. Kurang dari 0,1 detik disertai adanya gelombang delta menunjukkan Wolff-Parkinson-
White syndrome.
MORFOLOGI
Gelombang P
Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah ada P-pulmonal atau P-mitral.
Kompleks QRS
Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial infarction (tentukan bagian jantung
mana yang mengalami infark melalui petunjuk sandapan yang terlibat).
Bagaimana amplitudo gelombang R dan S di sandapan prekordial. Gelombang R yang tinggi di
sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan (atau infark dinding posterior).
33
Gelombang R yang tinggi di sandapan V5 dan V6 dengan gelombang S yang dalam di sandapan
V1 dan V2 menunjukkan hipertofi ventrikel kiri.
Interval QRS yang lebih dari 0,1 detik harus dicari apakah ada right bundle branch block, left
bundle branch block atau ekstrasistol ventrikel.
segmen ST
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian mana dari jantung yang
Gelombang T
Gelombang T yang datar (flat 7) menandakan iskemia. Gelombang T terbalik (T-inverted)
menandakan iskemia atau mungkin suatu aneurisma. Gelombang T yang runcing menandakan
hiperkalemia.
Gelombang U
Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan hipokalemi
Gelombang U yang terbalik menunjukkan iskemia miokard yang
berat.
KESIMPULAN
Pemeriksaan EKG memegang peranan yang sangat penting dalam membantu menegakkan
diagnosis penyakit jantung. EKG disamping mampu mendeteksi kelainan jantung secara pasti,
juga keadaan (kelainan) diluar jantung, mis. Adanya gangguan elektrolit terutama kalium dan
kalsium.
Disamping kemampuannyadalam mendeteksi secara pasti dari kelainan jantung tetapi EKG harus
diakui mempunyai banyak kelemahan juga. EKG tidak dapat mendeteksi keparahan dari
penyakit jantung secara menyeluruh, misalnya tingkat kerusakan otot jantung dari serangan IMA.
EKG juga tidak dapat mendeteksi gangguan hemodinamik akibat suatu penyakit jantung.
Dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung kita tidak dapat hanya menggantungkan
pemeriksaan EKG saja.
34
Sebelum melakukan pemasangan EKG, harus lebih dahulu kita tahu mengenaialat EKG,
prinsip kerja alat, penggunaan tombol yang terdapat pada alat EKG, cara mengganti kertas,
cara menggunakankan alat (dalam hal ini dijelaskan oleh narasumber dan instruktur).
2. Pemasangan kabel dari alat EKG ke sumber listrik, pemasangan kabel dari alat EKG ke pasien
Untuk ekstremiti lead dan chest lead sebelum dilekatkan harus diberi jelly EKG (disesuaikan
dengan masing-masing alat yang digunakan)
sternum)
anterior kiri)
5. Mencatat hasil pemeriksaan EKG dan pemberian simbol rekaman secara baik dan benar
35
TUJUAN KEGIATAN
TUJUAN UMUM
Setelah latihan ini mahasiswa mampu melakukan prosedur pemasangan EKG secara
mandiri dengan baik dan benar.
TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Melakukan pemasangan EKG.
2. Mengoperasikan alat EKG.
3. Menempatkan lead EKG.
4. Melakukan perekaman EKG.
5. Menilai hasil rekaman EKG.
RUJUKAN
1. Audiovisual
2. Pasien simulasi
4. Pensil / pulpen
5. Perangkat elektrokardiografi
TEKNIK PELAKSANAAN
4. Lakukan perekaman EKG dengan benar (Standard kecepatan 25 mm/sec dan Voltase 10
mm 1 mV)
PENGAMATAN
No LANGKAH/TUGAS
YA TIDAK
2. Memperkenalkan diri
III. DOKUMENTASI
KETERAMPILAN KLINIK
PEMBACAAN ELEKTROKARDIOGRAM
TUJUAN KEGIATAN
TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu melakukan pembacaan EKG yang
normal dan abnormal dengan benar
TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui cara melakukan pembacaan EKG yang normal secara sistematis dengan
benar
2. Mengetahui cara melakukan pembacaan EKG yang abnormal secara sistematis
dengan benar
3. Menelusuri keluhan fisik dan hubungannya dengan gambaran EKG yang didapatinya
4. Membuat laporan pembacaan EKG dengan benar
5. Membuat diagnosis dan diagnosis banding sehubungan dengan kelainan EKG yang
didapatinya.
RUJUKAN :
TEKNIK PELAKSANAAN
1. Tentukan Irama.
4. Tentukan Gelombang P.
SKENARIO KASUS
Kasus : Seorang laki-laki, usia 18 tahun, baru diterima sebagai mahasiswa FK-USU, melakukan
pemeriksaan kesehatan di Puskesma USU dan dilakukan pemeriksaan EKG.
Tugas : Lakukan pembacaan EKG. Tuliskan hasilnya pada formulir pembacaan EKG.
Tuliskankan kesimpulan pembacaan EKG dan kemungkinan-kemungkinan diagnosis dan
diagnosis banding sehubungan dengan kelainan EKG yang didapat.
40
PENGAMATAN
No. LANGKAH /TUGAS
Ya Tidak
I. TEKNIK PELAKSANAAN
1. Menentukan Irama.
4. Menentukan Gelombang P.
II. DOKUMENTASI
Nama : ……………………………
Umur : …………………………..
1 Irama
2 Rate gelombang P
4 Gelombang P
5 Durasi Interval PR
7 Aksis gelombang P
10 Segmen ST
11 Durasi QT
12 Gelombang T
13 Gelombang U
14 Kesimpulan / Diagnosis
: 1.
2.
3
42
Pemantauan terapi
Spesimen untuk tes yang membutuhkan darah dalam jumlah yang banyak diperoleh
dengan teknik flebotomi.
Flebotomi (phlebotomy) berasal dari bahasa Yunani yang berarti insisi vena
(phlebos : vena dan tome : insisi)
variasi diurnal
puasa
diet
alcohol
merokok
obat-obatan
postur
Tusukan Vena
Vena sefalika
Vena basilica
2. Jelaskan tujuan prosedur dan minta ijin persetujuan pasien (inform consent)
3. Buat label
4. Cocokkan identitas pasien dan label di formulir. Jangan pernah mengambil spesimen
apapun tanpa identitas pasien yang jelas
5. jika dibutuhkan spesimen dalam keadaan puasa, tanyakan apakah sudah pasien
6. informasikan pasien apa yang akan dilakukan dan jangan sampai terlalu tegang
7. posisikan pasien (duduk atau baring) agar lebih mudah mendapatkan fossa antekubiti
8. atur / persiapkan alat dan bahan yang diperlukan mulai dari tabung, torniket, dll
12. Pasang torniket beberapa inci diatas tempat penusukan, jgn biarkan terpasang lebih dari 1
menit
44
13. Fiksasi vena di atas dan di bawah tempat penusukan dengan ibu jari dan jari tengah atau
ibu jari dan telunjuk
15. Lepaskan torniket ketika darah mulai mengalir, jangan mencabut jarum dalam keadaan
torniket masih terpasang
16. Setelah spesimen darah yang diperlukan cukup, kepalan tangan dilepaskan
17. Letakkan kapas steril di atas tempat penusukan, tarik jarum lalu kapas ditekan
18. pasang plester di atas kapas atau gauze tadi untuk menghentikan perdarahan dan
mencegah hematom
19. Campur spesimen dan antikoagulan dengan membalik tabung; jangan dikocok
20. Perhatikan kondisi pasien apakah pucat atau perdarahan sudah terkontrol.
MeBiHiLeA
45
- Sternum
- SIAS
- SIPS
- Proc. Spinosus
Komplikasi
pasien sincope
perdarahan berlebihan
Tusukan Arteri tidak boleh digunakan apabila terdapat iritasi, udem dekat luka
atau pada daerah di mana terdapat arteriovenous (AV) shunt atau fistel
2. Apabila memilih arteri radialis maka penting menilai sirkulasi kolateral tangan dengan
tes allen
3. Arteri yang akan ditusuk diidentifikasi dari denyutannya dan disterilkan dengan
alcohol 70% diikuti dengan yodium
5. Persiapkan spoit
6. Pulsasi darah kedalam spoit menunjukkan bahwa darah tersebut berasal dari arteri
7. Setelah spesimen darah diperoleh spoit diputar sehingga darah tercampur dengan heparin
8. Setelah tusukan arteri dilakukan pada tempat tusukan harus ditekan dengan gauze steril
minimal 2 menit (dianjurkan 5 menit)
Tusukan Kulit
Henti Jantung
Perdarahan
Trombosis
46
Bahaya infeksi
Hangatkan tempat penusukan dengan handuk atau tissue dengan suhu tidak boleh 42o C
Buat tusukan dengan lancet steril hampir tegak lurus terhadap permukaan kulit
Label tabung spesimen dengan tanggal & jam pengampilan serta nama pasien
Tuliskan pada laporan hasil bahwa spesimen diperoleh dari tusukan kulit