Makalah Ekonomi Internasional Kelompok 12
Makalah Ekonomi Internasional Kelompok 12
Disusun oleh:
Afry Yanti Sitompul A1A120031
Muhammad Zulfi Alhabsy A1A120038
Dosen Pengampu:
Novia Sri Dwijayanti, S.Pd., M.Pd.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Ekonomi Internasional yang berjudul
“Teori Dan Kebijakan Balance Of Payment” Adapun tujuan dari penulisan ini
adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Novia Sri Dwijayanti, S.Pd., M.Pd., pada
mata kuliah Ekonomi Internasional. Selain itu, Tugas ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang “Teori Dan Kebijakan Balance Of
Payment” bagi saya dan juga pembaca.
Kami mengucapkan Terimakasih kepada Ibu Novia Sri Dwijayanti, S.Pd.,
M.Pd., selaku dosen mata kuliah Ekonomi Internasional yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni. Saya juga berharap Tugas ini dapat dipahami dan dimengerti
oleh pembaca. Saya menyadari Tugas yang saya tulis masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan tugas ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
apa yang terjadi di dalam teori moneter pada umumnya (untuk ekonomi tertutup).
Tulisan ini merupakan suatu survei daripada teori neraca pembayaran. Di dalamnya
dibahas permasalahan yang menjadi pokok analisa teori neraca pembayaran serta
perkembangan dari teori tersebut yang selama ini telah muncul dalam berbagai
bentuk pendekatan. Tulisan ini tidak akan mem bahas secara tuntas segala teori
neraca pembayaran, tetapi akan dikemuka kan pokok-pokok yang lazim
dimasukkan ke dalam teori neraca pem bayaran. Penyajiannya akan ditekankan
pada uraian mengenai konsep dasar dari masing-masing pendekatan secara kritis.
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana teori balance of payment
2. Untuk Mengetahui Bagaimana kebijakan dalam balance of payment
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
biasanya dua belas bulan (Jackson,2009). Ketidakseimbangan pada neraca
pembayaran, bisa terjadi surplus ataupun defisit. Ketidakseimbangan berupa
surplus yang memiliki nilai valas yang relatif tinggi bisa dikatakan ideal, sedangkan
yang dianggap kurang baik adalah posisi neraca pembayaran yang defisit dan
memiliki nilai valas yang rendah sehingga diusahakan untuk diperbaiki melalui
mekanisme penyesuaian (effendi, 2014). Ada beberapa faktor yang dapat
memengaruhi perubahan keseimbangan neraca pembayaran menurut pendekatan
moneter, diantaranya yaitu pendapatan domestik riil, tingkat harga domestik,
tingkat suku bunga domestik, dan kredit domestik. Dengan mengkondisikan negara
perekonomian terbuka kecil dengan sistem kurs mengambang (floating exchange
rate) dan dasar teori Purchasing Power Parity (PPP), yang berarti semua tingkat
harga (gabungan harga-harga semua komoditi) dari seluruh negara sama besarnya
bila diukur dalam satuan mata uang yang sama Krugman dalam Sakuntala. Aplikasi
serta interpretasi dari neraca pembayaran berpokok pda dua hal : Pertama, neraca
pembayaran mencangkup baik barang dan jasa akhir maupun antara (intermediate).
Kedua, ketidak seimbangan dalam neraca pembayaran mencerminkan surplus dan
defisit , bukannya untung dan rugi. Hal ini ukuran neraca pembayaran mencatat
arus masuk keluar barang, jasa dan kapital untuk satu negara.
6
Analisis jangka pendek melihat dinamika perubahan menuju keseimbangan baru.
Dalam analisis jangka pendek juga dimungkinkan untuk melihat jangka waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan baru jika terjadi shok yang
menyebabkan terjadinya gejolak cadangan devisa. Pemangku kebijakan ekonomi
tentu membutuhkan range waktu yang jelas guna memantau efektifitas kebijakan
ekonomi yang dipilihnya. Sementara analisis jangka Panjang menganalisis proses
perubahan dari keseimbangan lama menuju keseimbangan baru. Macam-macam
teori payment of balance adalah sebagai berikut:
7
abad ke- XVII, berkembanglah suatu paham merkantilisme yang mempunyai
pengaruh cukup besar di Eropa khususnya di Portugis, Spanyol, Inggris,
Perancis, dan Belanda. Menurut paham merkantilisme, setiap negara yang
berkeinginan untuk maju harus melakukan perdagangan dengan negara lain.
Sumber kekayaan negara akan diperoleh melalui surplus perdagangan luar
negeri yang akan diterima dalam bentuk emas dan perak.
8
diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut. Untuk mengukur tenaga kerja
yang dicurahkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa tidak bisa hanya
diukur dari jam atau hari kerja saja. Hal itu karena ketrampilan setiap orang
tidak sama. Untuk itu, Smith menggunakan harga tenaga kerja sebagai alat
ukur, yaitu upah yang diterimanya dalam menghasilkan barang. Perbedaan
tenaga kerja yang dicurahkan dalam menghasilkan barang, digunakan Smith
untuk mematok harga. Harga seperti itu disebut sebagai harga alami (natural
price). Pada zaman modern ini disebut harga keseimbangan jangka panjang.
Boediono (1999) menunjukkan perbedaan pandangan David Ricardo
(1772- 1823) dengan Adam Smith. Perbedaan pandangan tersebut dijelaskan.
Melalui teori keunggulan komparatif (comparative advantage). Melalui
karyanya yang berjudul The Principles of Political Economy and Taxation
(1817) Ricardo menjelaskan beberapa teori yaitu: land rent, labor theory of
value, natural wages dan comparative advantage theory. Dengan teori
comparative advantage David Ricardo mampu menjelaskan terjadinya
kegiatan perdagangan antarnegara walaupun negara tersebut efisien dalam
memproduksikan semua jenis barang (yang menurut teori keunggulan mutlak
tidak mungkin terjadi). Menurut David Ricardo suatu negara hanya akan
mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan
mengimpor barang yang mempunyai keunggulan komparatif rendah. Dengan
adanya keunggulan komparatif bisa menimbulkan manfaat perdagangan
(gain from trade) bagi kedua belah pihak, dan selanjutnya akan mendorong
timbulnya perdagangan antarnegara. Keunggulan komparatif ditemukan dari
perbandingan biaya per unit nominal dari masing-masing barang. Pandangan
David Ricardo inilah yang dianggap sebagai arsitek utama perdagangan
bebas.
9
meyakini adanya mekanisme pasar yang bekerja secara otomatis atau fleksibel.
Keynes berpendapat bahwa NPI tidak secara otomatis mencapai keseimbangan
melainkan diperlukan intervensi pemerintah. Berbeda dengan asumsi Klasik,
Keynes justru berpendapat bahwa tingkat upah dan harga memiliki sifat yang
kaku dan negara selalu berhadapan dengan persoalan pengangguran. Dalam
perkembangannya teori NPI kelompok Keynesian terbagi dalam beberapa
pendekatan yakni:
• Pendekatan Elastisitas
Menurut Nopirin (1998) bahwa pendekatan elastisitas atau the elastisity’s
approach yang dikemukakan oleh Robinson pada tahun 1950 menerapkan
analisis Marshallian tentang elastisitas penawaran dan permintaan
komoditas individual pada analisis ekspor dan impor secara keseluruhan.
Ditambahkan oleh Kavous (2003) bahwa penekanan utama dari Robinson
adalah efek dari devaluasi valuta asing terhadap NPI. Menurut pendekatan
ini devaluasi akan memperbaiki NPI. Dalam konteks ini, umumnya
diasumsikan bahwa ekspor tergantung pada harga ekspor dan impor
tergantung pada harga impor. Menurut pendekatan ini efek kebijakan
devaluasi terhadap neraca perdagangan tergantung pada empat elastisitas
yaitu: elastisitas luar negeri permintaan ekspor, elastisitas dalam negeri dari
penawaran, elastisitas luar negeri dari penawaran impor dan elastisitas
dalam negeri dari permintaan impor. Untuk kasus khusus apabila
diasumsikan bahwa semula neraca perdagangan adalah nol dan skedul dua
penawaran adalah elastis secara infinitif maka kondisi elastis dari pengaruh
devaluasi terhadap perbaikan neraca perdagangan adalah merupakan jumlah
dari elastisitas permintaan yang sama dengan satu. Hal ini disebut Marshall
Lerner Condition. Dengan asumsi Keynesian tentang kekakuan upah dan
tingkat harga (sticky wages and prices), Nwaobi (2003) mengemukakan
bahwa devaluasi dapat mengubah tingkat harga barang domestik secara
relatif terhadap harga barang luar negeri. Selanjutnya akan ada perubahan
dalam dasar penukaran (terms of trade), pada pasar luar negeri dan
domestik. Kemudian hal itu berpengaruh pada produksi dan konsumsi, yang
pada gilirannya berpengaruh pada neraca perdagangan.
10
• Pendekatan Absorbsi
Menyadari kelemahan yang ada pada pendekatan elastisitas, Nopirin (1998)
menulis bahwa S.Alexander pada tahun 1952 memperkenalkan pendekatan
baru yakni pendekatan absorpsi atau absorption approach. Lebih lanjut
Nwaobi (2003) menyatakan bahwa Alexander melihat NPI dari sudut
pandang perhitungan Pertumbuhan Ekonomi. Menurut pendekatan ini efek
devaluasi terhadap NPI tergantung dari dampak devaluasi terhadap
pendapatan dan absorpsi. Alexander mendefinisikan pendapatan sebagai
suatu nilai hasil penjumlahan dari absorpsi yang terdiri dari konsumsi,
investasi dan pengeluaran pemerintah dan ekspor dikurangi impor.
Devaluasi akan memperbaiki NPI apabila kenaikan output lebih besar
daripada absorpsinya.
• Pendekatan Kebijakan
Pendekatan kebijakan ekonomi atau the economic policy approach = policy
mix yang dikemukakan oleh James Meade dan Tinbergen pada tahun 1951
merupakan upaya untuk menggabungkan pendekatan elastisitas dan
absorpsi. Menurut Nopirin (1998) bahwa teori ini merupakan kombinasi
dari expenditure reducing dan expenditure switching (lihat juga Mankiw,
2003; Dornbusch, et al., 2004 dan Kavous, 2005). Expenditure reducing
dapat dilakukan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang ketat, sedangkan
expenditure switching dapat dicapai melalui pengaturan langsung
perdagangan dan kurs. Kedua kebijakan tersebut untuk mencapai
keseimbangan.
• Pendekatan IS-LM
Perkembangan selanjutnya teori NPI dikemukakan oleh Robert Mundell dan
Marcus Fleming pada tahun 1960-an. Era ini adalah era sistem nilai tukar
tetap. Modelnya merupakan variasi dari model IS-LM untuk ekonomi yang
sudah terbuka. Menurut Dornbusch, et al. (2004) anggapan yang digunakan
untuk teori ini adalah negara kecil, sehingga negara tersebut tidak dapat
mempengaruhi harga dan pendapatan dunia. Ada 3 persamaan yang
dibangun dalam rangka menurunkan persamaan NPI. Ketiga persamaan
tersebut adalah: persamaan untuk kurva IS, persamaan untuk kurva LM dan
11
persamaan untuk kurva NPI. Menurut Soediyono (2000) persamaan kurva
IS diturunkan dari keseimbangan pasar barang. Lebih lanjut Dornbusch, et
al. (2004) mengutip pandangan J.M.Keynes bahwa keseimbangan tersebut
terjadi apabila Pendapatan Nasional (National Income = Y) sama dengan
pengeluaran agregat (Agregat Expenditure = AE). Pengeluaran agregat
terdiri dari pengeluaran konsumsi (Consumption Expenditure = C),
pengeluaran investasi (Investment = I), pengeluaran pemerintah
(Government Expenditure = G), selisih ekspor (Export = X) dengan impor
(Import = M).
12
kebijakan fiskal dalam rangka menjaga keseimbangan eksternal. Hal itu
menurutnya disebabkan oleh kebijakan moneter dapat memperbaiki baik
neraca transaksi berjalan (current account) maupun neraca modal (capital
account) pada NPI. Dengan bantuan mahasiswa pascasarjana di Universitas
Chicago, Mundell, dan Johnson mengembangkan pendekatan moneter
modern sebagai alternatif pendekatan tradisional.
13
murah). Kemudian karena produksi dalam negeri mampu menyaingi barang
impor maka diharap impor barang menjadi turun. Ada tiga macam
penentuan Tarif dan hea masuk, yaitu:
➢ Bea ekspor (export duties) merupakan pajak /bea yang dikenakan kepada
barang yang diangkut menuju negara lain (diluar costum area)
➢ Bea impor (import duties) merupakan pajak bea yang dikenakan kepada
barang-barang yang masuk dalam suatu negara (tom area)
➢ Bea transito (transit duties) merupakan pajak/bea yang dikenakan kepada
barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan
akhir barang tersebut ke negara lain.
b. Subsidi
Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu mengurangi
sebagian biaya produksi per unit barang produksi dalam negeri. Sehingga
produsen dalam negeri bisa memasarkan barangnya lebih murah dan dapat
bersaing dengan barang impor. Subsidi yang diberikan dapat berupa tenaga
ahli. mesin-mesin, peralatan, fasilitas kredit, keringanan pajak, dll.
Kebijakan subsidi biasanya juga diberikan untuk menurunkan biaya
produksi barang yang menjadi komoditas ekspor, sehingga diharapkan
harga jual produk dapat lebih murah dan dapat bersaing di pasar
internasional. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong jumlah
ekspor, karena eksportir dapat memasarkan produknya dengan harga yang
lebih rendah. Harga jual dapat diturunkan sebesar subsidi tadi. Namun
tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat
menjurus kea rah perang subsidi. Hal ini karena semua negara ingin
mendorong ekspornya dengan cara memberikan subsidi.
c. Dumping
Dumping merupakan kebijakan pemerintah untuk mengadakan
diskriminasi harga, yakni produsen menjual barang di luar negeri dengan
harga yang lebih murah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya
produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume perdagangan
14
dan menguntungkan negara pengimpor, terutama menguntungkan
konsumen mereka. Namun, negara pengimpor kadang mempunyai industri
yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong
pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan anti dumping
(dengan tarif impor yang lebih tinggi). atau sering disebut counterveiling
duties hal tersebut dilakukan untuk melindungi industri yang sejenis di
negara pengimpor
Kebijakan dumping sendiri biasanya hanya berlaku sementara, harga
produk akan dinaikkan sesuai dengan harga pasar setelah berhasil merebut
dan menguasai pasar internasional. Biasanya kebijakan dumping dilakukan
dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar negeri. Setelah
persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan
untuk menutup kerugian sewaktu melakukan kebijakan dumping. Namun,
pelaksanaan politik dumping dalam praktik perdagangan internasional
dianggap sebagai tindakan yang tidak terpuji (unfair trade) karena dapat
merugikan negara lain.
15
e. Pelarangan Impor
Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk
asing ke dalam pasar domestik. Kebijakan ini biasanya dilakukan karena
alasan politik dan ekonomi, untuk alasan ekonomi pelarangan impor
biasanya bertujuan untuk melindungi produksi dalam negeri dan
meningkatkan produksi dalam negeri. Dampak pelaksanaan kebijakan
larangan impor diantaranya adalah sebagai berikut:
➢ Menghindari/mengurai defisit neraca pembayaran
➢ Melindungi perusahan dalam negri dari kebangkrutan
16
adalah serangkaian koordinasi kebijakan fiskal dan moneter ketat yang
bertujuan untuk mengurangi inflasi, memangkas defisit anggaran dan
memperbaiki neraca pembayaran.
Ada empat komponen dasar dari program stabiliasi IMF diantaranya
adalah sebagai berikut:
➢ Penghapusan atau liberalisasi atas kendali pihak pemerintah terhadap
pertukaran valuta asing dan impor
➢ Devaluasi nilai tukar resmi mata uang domestik
➢ Pemberlakuan program-program antiinflasi domestik ketat yang terdiri
dari (a) pengendalian kredit perbankan untuk menaikan tingkat bunga
dan cadangan minimum, (b) pengendalian defisit pemerintah melalui
pembatasan belanja negara, termasuk pada bidang layanan sosial bagi
penduduk miskin dan subsidi bahan pangan pokok, bersama dengan
peningkatan pajak dan harga-harga produk yang dihasilkan oleh BUMN,
(e) pengendalian peningkatan upah, terutama menghapus indeks upah,
(d) mencabut beragam pengendalian harga dan mendorong pasar yang
lebih bebas.
➢ Lebih terbuka terhadap investasi asing dan membuka diri pada
perekonomian internasional.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neraca pembayaran suatu negara merupakan catatan sistematis mengenai
semua transaksi ekonomi antara penduduk dari negara yang melaporkan dan
penduduk dari semua negara asing. Masalah-masalah tertentu harus diselesaikan
untuk menentukan siapa penduduk, dan apa yang disebut sebagai transaksi. Akan
tetapi, setiap cara pelaporan konsisten sesuai dengan tujuannya, selama hal ini
disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai-mana dimaksudkan.
Penggunaan neraca pembayaran yang paling penting pada kebanyakan negara
adalah untuk menggambarkan secara ringkas keadaan hubungan ekonomi
internasional dari suatu negara sebagai suatu panduan bagi kebijakan moneter,
fiskal, nilai tukar, dan kebijakan lainnya Neraca kedua dan terpenting di dalam
neraca pembayaran itu adalah transaksi berjalan, yang memisahkan semua arus
barang dan jasa serta hadiah yang berada di atas garis, dari semua arus modal dan
cadangan yang berada di bawah garis.
3.2 Saran
Dari makalah ini, penulis mempunyai saran Untuk meningkatkan surplus
neraca pembayaran Indonesia, maka pemerintah harus mampu mendorong kinerja
perekonomian dalam hal ini PDB agar lebih baik lagi dengan memberikan regulasi
dan kemudahan-kemudahan kepada investor baik dalam maupun luar negeri,
menciptakan suasana kondusif, serta menumbuhkan kreatifitas untuk menemukan
sumber-sumber pendapatan lain serta mulai berupaya untuk mengurangi
ketergantungan akan arus modal asing berupa utang luar negeri sehingga dapat
mengurangi defisit neraca modal secara perlahan
18
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Lia. (2007). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Eitman, David K., Arthur I. Stonehill, and Michael H. Moffet. (1998).
Multinational Business Finance. Reading. Massachssets: Addison-
Wesley.
Hady, Hamdy. (1997). Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Hanafi, Mamduh. (2008). Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Jeff Madura. (2006). Corporate Finance International.Edisi 8. Jilid 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Krugman, Paul R. & Obstfeld, Maurice. (2000). International Economis, Theory
and Policy. New York, USA: Addison–Wesley Publishing Company
Laporan Neraca Pembayaran Bank Indonesia. (2011). www.bi.go.id,Jakarta 2011
Lindert, Peter H. (1991). International Economics. USA: Richard D.Irwin Inc
Lindert, Peter H., & Kindleberger, Charles P. (1993). Ekonomi Internasional Alih
Bahasa, Ir. Burhanuddin Abdullah. Jakarta: Erlangga.
Salvatore, Dominick. (1993). International Economics. New York: MacMillan
Publishing Company. Tucker, Alan L. (1991).
19