Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI DAN KEBIJAKAN BALANCE OF PAYMENT


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ekonomi Internasional

Disusun oleh:
Afry Yanti Sitompul A1A120031
Muhammad Zulfi Alhabsy A1A120038

Dosen Pengampu:
Novia Sri Dwijayanti, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Ekonomi Internasional yang berjudul
“Teori Dan Kebijakan Balance Of Payment” Adapun tujuan dari penulisan ini
adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Novia Sri Dwijayanti, S.Pd., M.Pd., pada
mata kuliah Ekonomi Internasional. Selain itu, Tugas ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang “Teori Dan Kebijakan Balance Of
Payment” bagi saya dan juga pembaca.
Kami mengucapkan Terimakasih kepada Ibu Novia Sri Dwijayanti, S.Pd.,
M.Pd., selaku dosen mata kuliah Ekonomi Internasional yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni. Saya juga berharap Tugas ini dapat dipahami dan dimengerti
oleh pembaca. Saya menyadari Tugas yang saya tulis masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Jambi, 16 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i

Daftar isi ...................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................. 4

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Teori Balance Of Payment ..................................................... 5
2.2 Kebijakan Balance Of Payment ............................................. 13
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................ 18


3.2 Saran ...................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah pembayaran internasional atau lebih umum lagi moneter inter
nasional, merupakan aspek kembar dari masalah perdagangan internasional,
sehingga sudah sewajarnya seseorang akan mengharapkan bahwa perkembangan
teoretis dari keduanya berada dalam taraf yang sejajar. Akan tetapi ke- nyataannya
tidaklah demikian, teori perdagangan internasional jauh lebih maju dari pada teori
pembayaran intemational. Demikian pula sebagai bagian dari teori moneter, teart
pembayaran internasional juga jauh ketinggalan di dalam perkembangannya. Teori
perdagangan internasional merupakan teori yang sangat pesat perkembangannya
seperti nampak di dalam tulisan-tulisan mengenai bidang ini di dalam berkala
ilmiah, buku dan disertasi. Sayangnya studi mengenal aspek moneter daripada
ekonomi terbuka atau moneter internasional tidak sebanyak studi daripada
perdagangan internasional. Pendekatan yang melihat neraca pembayaran sebagai
suatu phenomenon moneter belum lama muncul kembali dalam bentuk yang
dikenal dengan pendekatan moneter neraca pembayaran (monetary approach to the
balance of payments).
Kebiasaan untuk melihat neraca pembayaran sebagai phenomenon moneter
sebenarnya telah mempunyai tradisi yang sangat lama, dimulai dengan tulisan-
tulisan David Hume dan berbagai penulis yang tergolong kaum Classic pada abad
ke 18. Akan tetapi pendekatan ini tenggelam ber- sama-sama dengan teori-teori
moneter dan pendekatan ekonomi Classic pada umumnya setelah pengalaman
depresi tahun tiga puluhan dan muncul. nya analisa Keynes yang dianggap lebih
dapat diterapkan pada masa-masa depresi dan setelah itu. Sejak periode tersebut,
teori neraca pembayaran khilangan aspek moneternya seperti nampak di dalam
pendekatan elastisitas dan pendekatan absorpsi. Kembalinya pendekatan yang
mengemukakan aspek moneter neraca pembayaran dimulai dalam sifat yang masih
sangat elementer dengan munculnya "payment approach' pada akhir tahun lima
puluhan, yang kemudian diperbaiki menjadi bentuk yang sekarang dikenal pada
akhir tahun enam puluhan. Perkembangan ini mengikuti, meskipun secara lambat,

3
apa yang terjadi di dalam teori moneter pada umumnya (untuk ekonomi tertutup).
Tulisan ini merupakan suatu survei daripada teori neraca pembayaran. Di dalamnya
dibahas permasalahan yang menjadi pokok analisa teori neraca pembayaran serta
perkembangan dari teori tersebut yang selama ini telah muncul dalam berbagai
bentuk pendekatan. Tulisan ini tidak akan mem bahas secara tuntas segala teori
neraca pembayaran, tetapi akan dikemuka kan pokok-pokok yang lazim
dimasukkan ke dalam teori neraca pem bayaran. Penyajiannya akan ditekankan
pada uraian mengenai konsep dasar dari masing-masing pendekatan secara kritis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teori balance of payment?
2. Bagaimana kebijakan dalam balance of payment?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana teori balance of payment
2. Untuk Mengetahui Bagaimana kebijakan dalam balance of payment

1.4 Manfaat Penulisan


Sebagai referensi bagi masyarakat Indonesia untuk bagaimana teori balance
of payment dan kebijakan balance of payment.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Balance Of Payment (Neraca Pembayaran)


Peranan neraca pembayaran dalam keseimbangan perekonomian domestik
terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar di
suatu negara. Kondisi neraca pembayaran suatu negara selalu menjadi pusat
perhatian bagi para pembuat kebijakan, karena defisit dan surplus pada neraca
pembayaran yang terus menerus akan mengakibatkan arus perubahan arus masuk
dan arus keluar devisa. Koskuensi nya cadangan internasional suatu negara akan
mengalami perubahan. Sedangkan perubahan pada cadangan devisa internasional
akan mempengaruhi komponen uang primer yang selanjutnya melalui proses
transmisi akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan mempengaruhi
keseimbangan internal suatu negara. Teori neraca pembayaran internasional
merupakan teori ekonomi makro terbuka atau ekonomi internasional. Dimana
dalam teori ini menjelaskan suatu negara harus memiliki hubungan ekonomi
dengan negara lain, karena dengan melakukan hubungan tersebut, maka suatu
negara dapat memperoleh sejumlah valuta asing yang kemudian akan membentuk
cadangan devisa sebagai bagian dari modal pembangunan suatu negara (Hady,
2009). balance of payment (BOP) adalah suatu catatan yang disusun secara
sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan
barang/jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk (resident) suatu
negara dan penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode waktu
tertentu, biasanya satu tahun (Hady, Ekonomi Internasional, Teori dan kebijakan
keuangan internasional, 2001) Neraca pembayaran (balance of payment)
merupakan dokumen sistematis dari semua transaksi ekonomi antara penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu. Transaksi
yang dicatat dalam neraca pembayaran hanyalah transaksi ekonomi internasional,
transaksi bantuan militer tidak termasuk ke dalamnya, karena bantuan tersebut
hanyalah merupakan bantuan yang sifatnya tidak imbal beli (Apridar,2009).
Dengan kata lain neraca pembayaran mencatat nilai barang dan jasa serta volume
modal netto yang masuk dan keluar dari suatu negara untuk suatu periode tertentu,

5
biasanya dua belas bulan (Jackson,2009). Ketidakseimbangan pada neraca
pembayaran, bisa terjadi surplus ataupun defisit. Ketidakseimbangan berupa
surplus yang memiliki nilai valas yang relatif tinggi bisa dikatakan ideal, sedangkan
yang dianggap kurang baik adalah posisi neraca pembayaran yang defisit dan
memiliki nilai valas yang rendah sehingga diusahakan untuk diperbaiki melalui
mekanisme penyesuaian (effendi, 2014). Ada beberapa faktor yang dapat
memengaruhi perubahan keseimbangan neraca pembayaran menurut pendekatan
moneter, diantaranya yaitu pendapatan domestik riil, tingkat harga domestik,
tingkat suku bunga domestik, dan kredit domestik. Dengan mengkondisikan negara
perekonomian terbuka kecil dengan sistem kurs mengambang (floating exchange
rate) dan dasar teori Purchasing Power Parity (PPP), yang berarti semua tingkat
harga (gabungan harga-harga semua komoditi) dari seluruh negara sama besarnya
bila diukur dalam satuan mata uang yang sama Krugman dalam Sakuntala. Aplikasi
serta interpretasi dari neraca pembayaran berpokok pda dua hal : Pertama, neraca
pembayaran mencangkup baik barang dan jasa akhir maupun antara (intermediate).
Kedua, ketidak seimbangan dalam neraca pembayaran mencerminkan surplus dan
defisit , bukannya untung dan rugi. Hal ini ukuran neraca pembayaran mencatat
arus masuk keluar barang, jasa dan kapital untuk satu negara.

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis neraca


pembayaran internasional, yaitu: pendekatan elastisitas, pendekatan absorpsi dan
pendekatan moneter. Ketiga pendekatan tersebut dikelompokkan lagi dalam dua
pendekatan besar, yaitu pendekatan Keynes (pendekatan elastisitas dan pendekatan
absorbsi) dan pendekatan moneteris. Pendekatan elastisitas berpusat pada
perubahan nilai tukar rupiah sebagai alat pengubah untuk memperbaiki
ketidakseimbangan neraca pembayaran Pendekatan absorbsi merupakan gabungan
kombinasi perubahan pendapatan, pengeluaran dan kurs untuk memulihkan
keseimbangan eksternal neraca pembayaran (Jamli, 2001). Sedangkan pendekatan
moneter adalah pendekatan yang menganggap bahwa neraca pembayaran adalah
fenomena moneter, dimana ada hubungan antara neraca pembayaran dan jumlah
uang beredar suatu negara (Chacoliades dalam Adamu dan Otsede, 2009). Ekonom
Keynesian menekankan aspek jangka pendek, sementara Moneteris menekankan
aspek jangka panjang.

6
Analisis jangka pendek melihat dinamika perubahan menuju keseimbangan baru.
Dalam analisis jangka pendek juga dimungkinkan untuk melihat jangka waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan baru jika terjadi shok yang
menyebabkan terjadinya gejolak cadangan devisa. Pemangku kebijakan ekonomi
tentu membutuhkan range waktu yang jelas guna memantau efektifitas kebijakan
ekonomi yang dipilihnya. Sementara analisis jangka Panjang menganalisis proses
perubahan dari keseimbangan lama menuju keseimbangan baru. Macam-macam
teori payment of balance adalah sebagai berikut:

a. Pemikiran Teori NPI Pra_Klasik


Pemikiran tentang ekonomi pada waktu itu sering dikaitkan dengan rasa
keadilan, kelayakan atau kepatutan yang perlu diperhatikan dalam rangka
penciptaan suatu masyarakat adil dan makmur secara merata. Salah seorang
murid Plato yaitu Aristoteles (384-322 SM) yang meletakkan pemikiran dasar
tentang teori nilai (value) dan harga (price). Kontribusi paling besar terhadap
ilmu ekonomi ialah pemikirannya tentang pertukaran barang (exchange of
commodities) dan kegunaan uang dalam pertukaran barang tersebut. Pemikiran
inilah yang selanjutnya mendorong negara (kota) pada waktu itu melakukan
perdagangan antara negara (kota). Berdagang adalah aktivitas yang tidak
didorong oleh motif faedah (use) saja tetapi juga oleh motif laba (gain). Masih
menurut Landreth, et al. (2002) bahwa pandangan Aristoteles tersebut semakin
dipertegas oleh Xenophon (440-355 SM) melalui karya utamanya yaitu On the
Means of Improving the Revenue of the State of Athens. Xenophon
menguraikan bahwa negara Athena yang mempunyai beberapa kelebihan dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan negara. Xenophon melihat
bahwa Athena sangat potensial untuk menarik para pedagang dan pengunjung
dari daerah-daerah lain. Untuk itu perlu pelayanan yang baik agar makin
banyak orang yang mau datang berdagang dan berkunjung. Dengan demikian
makin besar pula pendapatan negara dan masyarakat. Hal ini menunjukkan
bahwa spirit merkantilisme sudah ada sejak masa Yunani Kuno. Spirit yang
menganjurkan orang melakukan perdagangan dengan negara-negara lain.
Nopirin (1998) menyatakan bahwa seiring dengan terjadinya perkembangan
yang sangat pesat dalam organisasi kegiatan ekonomi dan masyarakat pada

7
abad ke- XVII, berkembanglah suatu paham merkantilisme yang mempunyai
pengaruh cukup besar di Eropa khususnya di Portugis, Spanyol, Inggris,
Perancis, dan Belanda. Menurut paham merkantilisme, setiap negara yang
berkeinginan untuk maju harus melakukan perdagangan dengan negara lain.
Sumber kekayaan negara akan diperoleh melalui surplus perdagangan luar
negeri yang akan diterima dalam bentuk emas dan perak.

b. Pemikiran Teori NPI Klasik


Deliarnov (2005) menulis bahwa Adam Smith (1729-1790) merupakan tokoh
utama dari aliran ekonomi Klasik. Alirannya disebut mashab Klasik sebab
gagasan-gagasan yang ditulis Adam Smith sebetulnya sudah banyak dibahas
dan dibicarakan oleh pakar-pakar ekonomi jauh sebelumnya. Melalui karyanya
yang berjudul The Wealth of Nations (1776) Adam Smith menganjurkan agar
pemerintah melakukan campur tangan seminimal mungkin dalam
perekonomian (laissez faire laissez passer). Pendapat ini memang sudah
dibicarakan Francis Quesnay (1694-1774) dari aliran Fisiokrat sebelumnya.
Lebih lanjut Deliarnov (2005) mengatakan bahwa walaupun Adam Smith
sejalan dengan kaum Fisiokrat tentang keyakinan mereka bahwa kemakmuran
suatu negara bukanlah melalui perdagangan luar negeri, namun Adam Smith
tetap memiliki kontribusi pemikiran dalam perkembangan perdagangan luar
negeri itu sendiri. Kontribusinya berkaitan dengan adanya perdagangan bebas
atau free trade yang akan memberikan manfaat tambahan maksimal bagi suatu
negara. Menurut Adam Smith bahwa perdagangan internasional timbul
terutama sekali karena suatu negara bisa menghasilkan barang tertentu secara
lebih efisien. Negara mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa
menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada
negara lain yaitu karena mempunyai keunggulan mutlak (absolute advantege)
dalam produksi barang tersebut. Menurut Landreth, et al. (2002) dasar yang
mendukung pandangan tersebut adalah teori Adam Smith yang dikenal dengan
sebutan Teori Nilai (Value Theory). Menurut Smith, barang mempunyai dua
nilai. Pertama, nilai guna (value in use); kedua, nilai tukar (value in exchange).
Nilai tukar atau harga suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga (labor) yang

8
diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut. Untuk mengukur tenaga kerja
yang dicurahkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa tidak bisa hanya
diukur dari jam atau hari kerja saja. Hal itu karena ketrampilan setiap orang
tidak sama. Untuk itu, Smith menggunakan harga tenaga kerja sebagai alat
ukur, yaitu upah yang diterimanya dalam menghasilkan barang. Perbedaan
tenaga kerja yang dicurahkan dalam menghasilkan barang, digunakan Smith
untuk mematok harga. Harga seperti itu disebut sebagai harga alami (natural
price). Pada zaman modern ini disebut harga keseimbangan jangka panjang.
Boediono (1999) menunjukkan perbedaan pandangan David Ricardo
(1772- 1823) dengan Adam Smith. Perbedaan pandangan tersebut dijelaskan.
Melalui teori keunggulan komparatif (comparative advantage). Melalui
karyanya yang berjudul The Principles of Political Economy and Taxation
(1817) Ricardo menjelaskan beberapa teori yaitu: land rent, labor theory of
value, natural wages dan comparative advantage theory. Dengan teori
comparative advantage David Ricardo mampu menjelaskan terjadinya
kegiatan perdagangan antarnegara walaupun negara tersebut efisien dalam
memproduksikan semua jenis barang (yang menurut teori keunggulan mutlak
tidak mungkin terjadi). Menurut David Ricardo suatu negara hanya akan
mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan
mengimpor barang yang mempunyai keunggulan komparatif rendah. Dengan
adanya keunggulan komparatif bisa menimbulkan manfaat perdagangan
(gain from trade) bagi kedua belah pihak, dan selanjutnya akan mendorong
timbulnya perdagangan antarnegara. Keunggulan komparatif ditemukan dari
perbandingan biaya per unit nominal dari masing-masing barang. Pandangan
David Ricardo inilah yang dianggap sebagai arsitek utama perdagangan
bebas.

c. Pemikiran Teori NPI Keynesian


Menurut Duasa (2000) bahwa pemikiran Kelompok Keynesian tentang NPI
didasari pada teori makro ekonomi John Maynard Keynes (1883-1946).
Berbeda dengan para ekonom Klasik, melalui karyanya yang berjudul The
General Theory of Employment, Interest and Money (1936) Keynes tidak

9
meyakini adanya mekanisme pasar yang bekerja secara otomatis atau fleksibel.
Keynes berpendapat bahwa NPI tidak secara otomatis mencapai keseimbangan
melainkan diperlukan intervensi pemerintah. Berbeda dengan asumsi Klasik,
Keynes justru berpendapat bahwa tingkat upah dan harga memiliki sifat yang
kaku dan negara selalu berhadapan dengan persoalan pengangguran. Dalam
perkembangannya teori NPI kelompok Keynesian terbagi dalam beberapa
pendekatan yakni:
• Pendekatan Elastisitas
Menurut Nopirin (1998) bahwa pendekatan elastisitas atau the elastisity’s
approach yang dikemukakan oleh Robinson pada tahun 1950 menerapkan
analisis Marshallian tentang elastisitas penawaran dan permintaan
komoditas individual pada analisis ekspor dan impor secara keseluruhan.
Ditambahkan oleh Kavous (2003) bahwa penekanan utama dari Robinson
adalah efek dari devaluasi valuta asing terhadap NPI. Menurut pendekatan
ini devaluasi akan memperbaiki NPI. Dalam konteks ini, umumnya
diasumsikan bahwa ekspor tergantung pada harga ekspor dan impor
tergantung pada harga impor. Menurut pendekatan ini efek kebijakan
devaluasi terhadap neraca perdagangan tergantung pada empat elastisitas
yaitu: elastisitas luar negeri permintaan ekspor, elastisitas dalam negeri dari
penawaran, elastisitas luar negeri dari penawaran impor dan elastisitas
dalam negeri dari permintaan impor. Untuk kasus khusus apabila
diasumsikan bahwa semula neraca perdagangan adalah nol dan skedul dua
penawaran adalah elastis secara infinitif maka kondisi elastis dari pengaruh
devaluasi terhadap perbaikan neraca perdagangan adalah merupakan jumlah
dari elastisitas permintaan yang sama dengan satu. Hal ini disebut Marshall
Lerner Condition. Dengan asumsi Keynesian tentang kekakuan upah dan
tingkat harga (sticky wages and prices), Nwaobi (2003) mengemukakan
bahwa devaluasi dapat mengubah tingkat harga barang domestik secara
relatif terhadap harga barang luar negeri. Selanjutnya akan ada perubahan
dalam dasar penukaran (terms of trade), pada pasar luar negeri dan
domestik. Kemudian hal itu berpengaruh pada produksi dan konsumsi, yang
pada gilirannya berpengaruh pada neraca perdagangan.

10
• Pendekatan Absorbsi
Menyadari kelemahan yang ada pada pendekatan elastisitas, Nopirin (1998)
menulis bahwa S.Alexander pada tahun 1952 memperkenalkan pendekatan
baru yakni pendekatan absorpsi atau absorption approach. Lebih lanjut
Nwaobi (2003) menyatakan bahwa Alexander melihat NPI dari sudut
pandang perhitungan Pertumbuhan Ekonomi. Menurut pendekatan ini efek
devaluasi terhadap NPI tergantung dari dampak devaluasi terhadap
pendapatan dan absorpsi. Alexander mendefinisikan pendapatan sebagai
suatu nilai hasil penjumlahan dari absorpsi yang terdiri dari konsumsi,
investasi dan pengeluaran pemerintah dan ekspor dikurangi impor.
Devaluasi akan memperbaiki NPI apabila kenaikan output lebih besar
daripada absorpsinya.
• Pendekatan Kebijakan
Pendekatan kebijakan ekonomi atau the economic policy approach = policy
mix yang dikemukakan oleh James Meade dan Tinbergen pada tahun 1951
merupakan upaya untuk menggabungkan pendekatan elastisitas dan
absorpsi. Menurut Nopirin (1998) bahwa teori ini merupakan kombinasi
dari expenditure reducing dan expenditure switching (lihat juga Mankiw,
2003; Dornbusch, et al., 2004 dan Kavous, 2005). Expenditure reducing
dapat dilakukan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang ketat, sedangkan
expenditure switching dapat dicapai melalui pengaturan langsung
perdagangan dan kurs. Kedua kebijakan tersebut untuk mencapai
keseimbangan.
• Pendekatan IS-LM
Perkembangan selanjutnya teori NPI dikemukakan oleh Robert Mundell dan
Marcus Fleming pada tahun 1960-an. Era ini adalah era sistem nilai tukar
tetap. Modelnya merupakan variasi dari model IS-LM untuk ekonomi yang
sudah terbuka. Menurut Dornbusch, et al. (2004) anggapan yang digunakan
untuk teori ini adalah negara kecil, sehingga negara tersebut tidak dapat
mempengaruhi harga dan pendapatan dunia. Ada 3 persamaan yang
dibangun dalam rangka menurunkan persamaan NPI. Ketiga persamaan
tersebut adalah: persamaan untuk kurva IS, persamaan untuk kurva LM dan

11
persamaan untuk kurva NPI. Menurut Soediyono (2000) persamaan kurva
IS diturunkan dari keseimbangan pasar barang. Lebih lanjut Dornbusch, et
al. (2004) mengutip pandangan J.M.Keynes bahwa keseimbangan tersebut
terjadi apabila Pendapatan Nasional (National Income = Y) sama dengan
pengeluaran agregat (Agregat Expenditure = AE). Pengeluaran agregat
terdiri dari pengeluaran konsumsi (Consumption Expenditure = C),
pengeluaran investasi (Investment = I), pengeluaran pemerintah
(Government Expenditure = G), selisih ekspor (Export = X) dengan impor
(Import = M).

d. Teori Portofolio Modern


Teori NPI portofolio dikembangkan berdasarkan konsep model
keseimbangan umum untuk ekonomi terbuka. Hal ini menurut Nopirin
(1998) sesuai pernyataan McKinnon, Branson, Myhrman, Kouri & Porter.
Ciri utama teori ini adalah memasukkan konsep pemilihan portofolio
sebagai bagian dari analisis NPI. Dalam analisisnya keseimbangan aset dan
pendapatan dianalisis secara simultan. Branson menggunakan model seleksi
portofolio Markowitz-Tobin untuk menjelaskan alokasi kekayaan antara
aset luar negeri dan aset domestik. Nilai aset luar negeri sama dengan
proporsi tertentu aset luar negeri terhadap stok kekayaan individu. Menurut
Branson bahwa nilai proporsi aset luar negeri dipengaruhi oleh tingkat
bunga domestik, tingkat bunga luar negeri, dan risiko yang diperhitungkan.

e. Teori NPI Monetaris


Paralel dengan perkembangan teori Portofolio, Mundell pada tahun 1968
dan Johnson pada tahun 1971 dan 1972 mengembangkan pendekatan
moneter terhadap NPI. Nwaobi (2003) menyatakan bahwa aslinya
pendekatan ini dikembangkan oleh Polak dan rekannya di Lembaga
Keuangan Internasional (International Monetary Fund = IMF) pada tahun
1950. Kemudian pendekatan ini dikembangkan pada era awal 1960-an dan
1970-an oleh Mundell (1968) dan Jonhson (1972). Mundell dalam Blejer
(1995) mengemukakan bahwa kebijakan moneter lebih efektif daripada

12
kebijakan fiskal dalam rangka menjaga keseimbangan eksternal. Hal itu
menurutnya disebabkan oleh kebijakan moneter dapat memperbaiki baik
neraca transaksi berjalan (current account) maupun neraca modal (capital
account) pada NPI. Dengan bantuan mahasiswa pascasarjana di Universitas
Chicago, Mundell, dan Johnson mengembangkan pendekatan moneter
modern sebagai alternatif pendekatan tradisional.

2.2 Kebijakan Payment Of Balance


A. Kebijakan Proteksi
Kebijakan proteksi merupakan kebijakan pemerintah untuk melindungi
industri dalam negeri yang sedang tumbuh (infant industry) dari persaingan
persaingan barang-barang impor. Tujuan Kebijakan proteksi adalah:
❖ Mengoptimalkan produksi dalam negeri
❖ Memelihara tradisi nasional
❖ Memperluas lapangan kerja
❖ Menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan dapat terganggu jika
bergantung pada negara lain.
❖ Menghindari risiko yang mungkin terjadi jika hanya menggantungkan
diri pada satu komoditi andalan.

Kebijakan proteksi dalam kebijakan perdagangan internasional dapat


dilakukan melalui kebijakan sebagai berikut:
a. Tarif dan Bea Masuk
Tarif adalah sebuah pembebanan atas barang-barang yang melintasi
daerah pabean (costum arca). Sementara itu, barang-barang yang masuk ke
wilayah negara dikenakan bea masuk. Dengan penerapan bea masuk yang
besar atas barang-barang dari luar negeri, memiliki tujuan untuk
memproteksi industri dalam negeri sehingga diperoleh pendapatan negara.
Bentuk umum kebijakan tarif adalah penetapan pajak impor dengan
prosentase tertentu dari harga barang yang diimpor. Akibat dan pengenaan
tarif dan bea masuk barang impor adalah: Harga barang impor naik.
Sehingga produksi dalam negeri menjadi lebih bisa bersaing (karena lebih

13
murah). Kemudian karena produksi dalam negeri mampu menyaingi barang
impor maka diharap impor barang menjadi turun. Ada tiga macam
penentuan Tarif dan hea masuk, yaitu:
➢ Bea ekspor (export duties) merupakan pajak /bea yang dikenakan kepada
barang yang diangkut menuju negara lain (diluar costum area)
➢ Bea impor (import duties) merupakan pajak bea yang dikenakan kepada
barang-barang yang masuk dalam suatu negara (tom area)
➢ Bea transito (transit duties) merupakan pajak/bea yang dikenakan kepada
barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan
akhir barang tersebut ke negara lain.

b. Subsidi
Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu mengurangi
sebagian biaya produksi per unit barang produksi dalam negeri. Sehingga
produsen dalam negeri bisa memasarkan barangnya lebih murah dan dapat
bersaing dengan barang impor. Subsidi yang diberikan dapat berupa tenaga
ahli. mesin-mesin, peralatan, fasilitas kredit, keringanan pajak, dll.
Kebijakan subsidi biasanya juga diberikan untuk menurunkan biaya
produksi barang yang menjadi komoditas ekspor, sehingga diharapkan
harga jual produk dapat lebih murah dan dapat bersaing di pasar
internasional. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong jumlah
ekspor, karena eksportir dapat memasarkan produknya dengan harga yang
lebih rendah. Harga jual dapat diturunkan sebesar subsidi tadi. Namun
tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat
menjurus kea rah perang subsidi. Hal ini karena semua negara ingin
mendorong ekspornya dengan cara memberikan subsidi.

c. Dumping
Dumping merupakan kebijakan pemerintah untuk mengadakan
diskriminasi harga, yakni produsen menjual barang di luar negeri dengan
harga yang lebih murah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya
produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume perdagangan

14
dan menguntungkan negara pengimpor, terutama menguntungkan
konsumen mereka. Namun, negara pengimpor kadang mempunyai industri
yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong
pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan anti dumping
(dengan tarif impor yang lebih tinggi). atau sering disebut counterveiling
duties hal tersebut dilakukan untuk melindungi industri yang sejenis di
negara pengimpor
Kebijakan dumping sendiri biasanya hanya berlaku sementara, harga
produk akan dinaikkan sesuai dengan harga pasar setelah berhasil merebut
dan menguasai pasar internasional. Biasanya kebijakan dumping dilakukan
dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar negeri. Setelah
persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan
untuk menutup kerugian sewaktu melakukan kebijakan dumping. Namun,
pelaksanaan politik dumping dalam praktik perdagangan internasional
dianggap sebagai tindakan yang tidak terpuji (unfair trade) karena dapat
merugikan negara lain.

d. Kuota Atau Pembatasan Impor


Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang
yang masuk dari luar negeri. Akibat dari kebijakan kuota dan pembatasan
impor biasanya akan terjadi: Jumlah barang di pasar turun. Harga barang
naik. Produksi dalam negeri meningkat, dan Impor harang turun. Tujuan
diberlakukannya kebijakan kuota impor atau pembatasan impor di antaranya
adalah:
➢ Untuk mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna
mencapai stabilitas harga di dalam negeri.
➢ Untuk menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam
proporsi yang cukup.
➢ Melindungi produksi dalam negeri dari serbuan produk luar negeri.

15
e. Pelarangan Impor
Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk
asing ke dalam pasar domestik. Kebijakan ini biasanya dilakukan karena
alasan politik dan ekonomi, untuk alasan ekonomi pelarangan impor
biasanya bertujuan untuk melindungi produksi dalam negeri dan
meningkatkan produksi dalam negeri. Dampak pelaksanaan kebijakan
larangan impor diantaranya adalah sebagai berikut:
➢ Menghindari/mengurai defisit neraca pembayaran
➢ Melindungi perusahan dalam negri dari kebangkrutan

B. Program Stabilisasi IMF


Salah satu tindakan penanggulangan tetapi seting kali ragu untuk
dilakukan aleh negara-negara yang sedang mengadapi instabilitas
makroekonomi (inflasi tinggi serta defisit anggaran pemerintah dan
pembayaran luar negeri yang parah) bersama dengan meningkatnya
kewajiban utang luar negeri adalah dengan menegosiasikan kembali utang
dengan bank swasta internasional. Instabilitas makroekonomi adalah situasi
dimana suatu negara mengalami inflasi yang tinggi dan dibarengi dengan
peningkatan defisit anggaran dan perdagangan serta peningkatan pesat dari
jumlah uang yang beredar (Todaro, 2011).
Gagasan dasarnya adalah untuk memperpanjang periode pelunasan utang
pokok dan bunga atau untuk memperoleh tambahan pembiayaan dengan
ketentuan yang lebih ringan. Tetapi biasanya negara-negara peminjam ini
harus berhadapan dengan IMF sebelum konsorsium bank internasional
menyetujui pembiayaan ulang atau penangguhan skema utang lama.
Dengan menggantungkan diri pada IMF untuk mengenakan kebijakan
stabilisasi yang sangat ketat, proses yang disebut dengan ketentuan sebelum
menyetujui pemberian dana pinjaman melebihi kuota legal IMF mereka,
bank-bank swasta ini menafsirkan keberhasilan negosiasi dengan IMF
sebagai indikasi bahwa negara peminjam melakukan upaya serius untuk
mengurangi defisit neraca pembayaran dan mendapatkan valuta asing yang
dibutuhkan untuk melunasi pinjaman sebelumnya. Kebijakan stabilisasi

16
adalah serangkaian koordinasi kebijakan fiskal dan moneter ketat yang
bertujuan untuk mengurangi inflasi, memangkas defisit anggaran dan
memperbaiki neraca pembayaran.
Ada empat komponen dasar dari program stabiliasi IMF diantaranya
adalah sebagai berikut:
➢ Penghapusan atau liberalisasi atas kendali pihak pemerintah terhadap
pertukaran valuta asing dan impor
➢ Devaluasi nilai tukar resmi mata uang domestik
➢ Pemberlakuan program-program antiinflasi domestik ketat yang terdiri
dari (a) pengendalian kredit perbankan untuk menaikan tingkat bunga
dan cadangan minimum, (b) pengendalian defisit pemerintah melalui
pembatasan belanja negara, termasuk pada bidang layanan sosial bagi
penduduk miskin dan subsidi bahan pangan pokok, bersama dengan
peningkatan pajak dan harga-harga produk yang dihasilkan oleh BUMN,
(e) pengendalian peningkatan upah, terutama menghapus indeks upah,
(d) mencabut beragam pengendalian harga dan mendorong pasar yang
lebih bebas.
➢ Lebih terbuka terhadap investasi asing dan membuka diri pada
perekonomian internasional.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Neraca pembayaran suatu negara merupakan catatan sistematis mengenai
semua transaksi ekonomi antara penduduk dari negara yang melaporkan dan
penduduk dari semua negara asing. Masalah-masalah tertentu harus diselesaikan
untuk menentukan siapa penduduk, dan apa yang disebut sebagai transaksi. Akan
tetapi, setiap cara pelaporan konsisten sesuai dengan tujuannya, selama hal ini
disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai-mana dimaksudkan.
Penggunaan neraca pembayaran yang paling penting pada kebanyakan negara
adalah untuk menggambarkan secara ringkas keadaan hubungan ekonomi
internasional dari suatu negara sebagai suatu panduan bagi kebijakan moneter,
fiskal, nilai tukar, dan kebijakan lainnya Neraca kedua dan terpenting di dalam
neraca pembayaran itu adalah transaksi berjalan, yang memisahkan semua arus
barang dan jasa serta hadiah yang berada di atas garis, dari semua arus modal dan
cadangan yang berada di bawah garis.

3.2 Saran
Dari makalah ini, penulis mempunyai saran Untuk meningkatkan surplus
neraca pembayaran Indonesia, maka pemerintah harus mampu mendorong kinerja
perekonomian dalam hal ini PDB agar lebih baik lagi dengan memberikan regulasi
dan kemudahan-kemudahan kepada investor baik dalam maupun luar negeri,
menciptakan suasana kondusif, serta menumbuhkan kreatifitas untuk menemukan
sumber-sumber pendapatan lain serta mulai berupaya untuk mengurangi
ketergantungan akan arus modal asing berupa utang luar negeri sehingga dapat
mengurangi defisit neraca modal secara perlahan

18
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Lia. (2007). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Eitman, David K., Arthur I. Stonehill, and Michael H. Moffet. (1998).
Multinational Business Finance. Reading. Massachssets: Addison-
Wesley.
Hady, Hamdy. (1997). Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Hanafi, Mamduh. (2008). Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Jeff Madura. (2006). Corporate Finance International.Edisi 8. Jilid 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Krugman, Paul R. & Obstfeld, Maurice. (2000). International Economis, Theory
and Policy. New York, USA: Addison–Wesley Publishing Company
Laporan Neraca Pembayaran Bank Indonesia. (2011). www.bi.go.id,Jakarta 2011
Lindert, Peter H. (1991). International Economics. USA: Richard D.Irwin Inc
Lindert, Peter H., & Kindleberger, Charles P. (1993). Ekonomi Internasional Alih
Bahasa, Ir. Burhanuddin Abdullah. Jakarta: Erlangga.
Salvatore, Dominick. (1993). International Economics. New York: MacMillan
Publishing Company. Tucker, Alan L. (1991).

19

Anda mungkin juga menyukai