MONETER
MAKALAH
Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2019
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Permintaan Uang, Tingkat Bunga Ekuilibrium dan Kebijakan Moneter”. Makalah ini
kami susun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro, diharapkan
dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Kami memohon maaf apabila banyak kekurangan, karena kami menyadari dalam
penyusunan makalah masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun sebagai evaluasi menjadi lebih baik
kedepannya.
Penyusun
i
Halaman
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Permintaan Uang ............................................................................ 3
B. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang ................................................ 4
C. Permintaan Total atas Uang ............................................................................. 7
D. Volume Transaksi dan Tingkat Harga.............................................................. 7
E. Tingkat Bunga Ekuilibrium .............................................................................. 8
F. Bank Sentral dan Kebijakan Moneter .............................................................. 9
G. Analisis Kasus ................................................................................................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud permintaan uang ?
b. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan uang ?
c. Apa yang dimaksud permintaan total atas uang ?
d. Bagaimana volume transaksi dan tingkat harga dapat mempengaruhi permintaan
uang ?
e. Bagaimana menentukan tingkat bunga ekuilibrium ?
f. Apa yang dimaksud bank sentral dan kebijakan moneter ?
1
C. Tujuan
a. Memahami pengertian permintaan uang
b. Mengetahui apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan uang
c. Memahami pengertian dari permintaan total atas uang
d. Memahami pengaruh volume transaksi dan tingkat bunga terhadap permintaan uang
e. Dapat menentukan tingkat bunga ekuilibrium
f. Memahami pengertian bank sentral dan kebijakan moneter
2
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep permintaan uang pada dasarnya mengandung makna sebagai suatu keinginan
masyarakat agar dapat mewujudkan sebagian dari pendapatannya dalam bentuk uang
kas. Kemampuan uang sebagai alat tukar terhadap suatu barang dapat memberikan
gambaran terkait laju peredaran uang dalam masyarakat. Sedangkan laju peredaran uang
merukapan bagian penting dari kelancaran suatu kegiatan ekonomi. Permintaan uang
adalah jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat dan perusahaan secara
keseluruhan. Permintaan uang merupakan total permintaan uang dari seluruh rumah
tangga dan perusahaan dalam sebuah perekonomian.
Menurut pandangan ekonom klasik, uang hanya berfungsi sebagai alat tukar. Oleh
karena itu, jumlah uang yang diminta berbanding secara proporsional dengan tingkat
pendapatan masyarakat dalam suatu perekonomian. Artinya, jika tingkat pendapatan
masyarakat meningkat, maka permintaan uang juga meningkat, begitu juga sebaliknya.
Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka semakin tinggi pula permintaan terhadap uang.
Jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat tidak semata-mata menunjukkan nilai
nominalnya, tetapi juga mencerminkan nilai daya belinya. Daya beli adalah nilai nominal
dibandingkan dengan tingkat harga atau real money balances. Karena uang hanya
berfungsi sebagai alat tukar, maka uang bersifat netral (money neutrality). Ini artinya
uang hanya berpengaruh terhadap tingkat harga. Pernyataan ini dikemukakan oleh
ekonom bernama Irving Fisher. Pendapat Irving Fisher dikenal dengan teori kuantitas
uang klasik atau classical quality of money. Persamaan teori kuantitas uang klasik dapat
diformulasikan dengan persamaan sebagai berikut :
MV = PT
3
P = harga (Price)
Salah satu motif masyarakat untuk memegang uang adalah agar dapat melakukan
transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut berjalan secara
terus-menerus, sedangkan penerimaan pendapatannya terjadi secara berkala, misalnya
seminggu sekali, atau sebulan sekali. Terdapat perbedaan waktu antara penerimaan dan
pengeluaran merupakan alasan atau pertimbangan masyarakat untuk meminta atau
memegang atau memiliki uang setiap saat. Motif transaksi yaitu motif untuk melakukan
kegiatan transaksi perdagangan seperti tukar menukar barang atau membeli barang
kebutuhan pokok. Besarnya permintaan uang dengan motif transaksi sangat tergantung
pada tingkat pendapatan seseorang. Artinya semakin besar tingkat pendapatan yang
dihasilkan, maka jumlah uang diminta untuk transaksi juga mengalami peningkatan
demikian sebaliknya. Dengan demikian fungsi permintaannya adalah :
MDt = f(Y)
Mt = kebutuhan transaksi
Alasan utama memegang uang ketimbang aset berbunga adalah uang bermanfaat
untuk membeli berbagai hal. Para ekonom menyebut hal ini motif transaksi. Logika
memegang uang memerlukan beberapa asumsi penyederhanaan. Pertama, diasumsikan
hanya ada dua jenis aset yang tersedia bagi rumah tangga yaitu obligasi dan uang.
“Obligasi” berarti surat berharga berbunga dari segala jenis. “Uang” berarti uang kartal
yang beredar dan dalam simpanan, dan tidak ada yang menghasilkan bunga. Kedua,
4
diasumsikan bahwa pendapatan rumah tangga sudah ditumpuk. Pendapatan datang satu
kali dalam satu bulan, yaitu pada awal bulan. Belanja, sebaliknya yaitu tersebar dari
waktu ke waktu yang berarti belanja terjadi pada tingkat yang sepenuhnya seragam
sepanjang bulan, yakni jumlah yang sama dibelanjakan setiap hari. Ketidak sepadanan
antara waktu aliran uang masuk pada rumah tangga dan waktu uang keluar untuk belanja
rumah tangga disebut ketidaksinkronan pendapatan dan belanja.
Motif berjaga-jaga yaitu motif menyimpan uang untuk kegiatan berjaga-jaga atau
untuk membiayai sesuatu yang tidak terencana atau terduga. Motif tersebut terjadi akibat
terdapatnya ketidakpastian di waktu yang akan datang. Ketidakpastian ini dapat dianggap
sebagai suatu kondisi darurat atau munculnya kesempatan-kesempatan lainyang tidak
dapat diperkirakan sebelumnya. Masyarakat menjadi perlu memegang sejumlah uang
agar selalu dapat menghadapi ketidakpastian tersebut. Kebutuhan untuk berjaga-jaga ini
cenderung meningkat dengan meningkatnya pendapatan. Dengan tingkat pendapatan
yang lebih tinggi, masyarakat dapat menghadapi kemungkinan timbulnya kesempatan-
kesempatan lain yang lebih besar, walaupun dengan resiko yang lebih besar juga. Oleh
sebab itu, bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi, kebutuhan memegang uang
untuk memenuhi motif berjaga-jaga cenderung lebih tinggi. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa permintaan untuk motif transaksi maupun tuk berjaga-jaga merupakan
fungsi yang berkorelasi positif terhadap pendapatan, yaitu bahwa jumlahnya tergantung
5
kepada tingkat pendapatan masyarakat. Jadi dapat diformulasikan dengan persamaan
sebagai berikut :
3. Motif Spekulasi
MDs = f(i)
Dari ketiga motif diatas, maka formula untuk permintaan uang menurut Keynes
adalah:
MD = MDt + MDp + MDs
6
C. Permintaan Total Atas Uang
Pada tiap waktu tertentu ada permintaan uang, atas tunai dan saldo rekening cek,
meskipun rumah tangga dan perusahaan perlu memegang saldo untuk transaksi sehari-
hari, permintaannya memiliki batas. Pada rumah tangga maupun perusahaan, kuatitas
uang yang diminta pada tiap saat tergantung pada biaya peluang memegang uang, biaya
yang ditentukan oleh tingkat bunga. Keynes berpendapat bahwa meskipun permintaan
akan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga adalah fungsi stabil, tetapi ada
kemungkinan bahwa permintaan total akan uang didominasi oleh permintaan akan uang
untuk spekulasi sehingga posisi fungsi permintaan total ini tidak bisa dianggap stabil.
7
E. Tingkat Bunga Ekuilibrium
Suku bunga adalah persentase tertentu yang diperhitungkan dari pokok pinjaman yang
harus dibayarkan oleh debitur dalam periode tertentu, dan diterima oleh kreditur sebagai
imbal jasa. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman
(kreditur) karena telah merelakan debitur (peminjam dana) untuk mendapatkan manfaat
dari dana yang dimilikinya. Masyarakat yang meminjam dana dibebankan bunga sebagai
"harga" dari dana yang dipinjam. Jadi, suku bunga adalah biaya atas pinjaman.
Dalam pasar uang, ekuilibrium ditunjukkan dengan titik di mana kuantitas uang yang
diminta sama dengan kuantitas uang yang ditawarkan menentukan tingkat bunga
ekuilibrium dalam perekonomian.
Hanya pada tingkat bunga tertentu untuk dapat terjadi ekulibrium, diperlukan
penyesuaian jika tingkat bunga tidak sesuai. Ketika kuantitas uang yang ditawarkan
melibihi kuantitas uang yang diminta, tingkat bunga akan turun. Saat kuantitas uang yang
diminta melebihi kuantitas yang ditawarkan, tingkat bunga akan naik agar ekuilibrium
tercapai. Jika tingkat bunga pada awalnya cukup tinggi sehingga menciptakan penawaran
uang berlebih, tingkat bunga akan segera turun untuk menurunkan niat orang berpindah
dari memegang uang ke obligasi. Jika tingkat bunga awal cukup rendah sehingga
menciptakan permintaan uang berlebih, tingkat bunga kan segera meningkat untuk
menurunkan niat orang berpindah dari memegang obligasi ke uang.
8
peningkatan Y menggeser kurva permintaan uang ke kanan. Kenaikan tingkat harga
serupa dengan peningkatan Y dengan hasil kenaikan tingkat bunga ekuilibrium.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi
yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian
terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan
stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor
perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil. Untuk mencapai tujuan tersebut,
Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan
uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja
penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Pengaturan jumlah uang yang
beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang
yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
9
Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)
Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy)
10
Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit
untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang
lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang
Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah
kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka
kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation
Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free
floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan
sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai
tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk
mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
11
DASAR
Kebijakan Fiskal Kebijakan Moneter
PERBANDINGAN
Instrument Tarif pajak dan pengeluaran Suku bunga dan rasio kredit
Kebijakan pemerintah
G. Analisis Kasus
1. Paparan Kasus
Kenaikan Suku Bunga The Fed Tidak Untungkan Ekonomi Global
Rina Anggraeni
Rabu, 20 Maret 2019 - 15:33 WIB
JAKARTA - Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) pada pekan ini
sedang menggelar rapat untuk menentukan kebijakan moneter. Beberapa investor
berharap The Fed kembali menaikkan suku bunga seperti tahun kemarin.
Sepanjang tahun ini, The Fed memilih tetap mempertahankan suku bunga di 2,50%.
Dalam beberapa kesempatan, The Fed memilih bersikap dovish--seperti burung merpati
yang lembut--tidak seagresif (hawkish), mengingat data ekonomi AS yang belakangan
tidak cantik.
Dan kenaikan tingkat suku bunga The Fed pada tahun lalu telah tidak menguntungkan
kondisi ekonomi secara global. "Sebelumnya Amerika Serikat merasa nyaman atas
pertumbuhan ekonomi mereka yang kuat. Namun sekarang mulai merasakan dampak
12
global, mulai tidak menguntungkan bagi perekonomian mereka sendiri," terang Sri
Mulyani di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Sri Mulyani menambahkan, perlambatan kenaikan suku bunga The Fed belakangan ini
sangat disambut. Bukan hanya oleh AS sendiri juga oleh dunia.
Seiring rapat The Fed pekan ini, kata Sri Mulyani, Indonesia akan terus mencermati
keputusan suku bunga AS. Sejauh ini, Bank Indonesia dinilai bisa mengatasi dengan
baik, dimana juga secara agresif menaikkan suku bunga hingga 6 kali sejak Mei-
Desember 2018, dari semula 4,50% menjadi 6%.
2. Analisis
Dalam perekonomian Indonesia, permasalahan suku bunga (domestik) merupakan
indikator makro yang sangat penting. Di Indonesia sendiri, masyarakat menginginkan
tingkat suku bunga yang rendah. Pada kasus ini tingginya tingkat suku bunga The Fed
membuat ekonomi global tidak diuntungkan. Salah satu penyebabnya yaitu karena The
Fed adalah Bank Sentral AS dan mata uang AS merupakan mata uang dunia, sehingga
Indonesia secara tidak langsung harus mengikuti tingkat suku bunga yang ditetapkan
oleh The Fed. Selain itu, akibat dari perang dagang AS dan China yang menimbulkan
tergerusnya produk domestik bruto (PDB) dunia. Menurut IMF, hampir 90% negara di
dunia akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Dampaknya permintaan uang
di Indonesia berkurang, karena permintaan uang sendiri adalah jumlah uang yang ingin
dipegang oleh masyarakat dan perusahaan secara keseluruhan membuat kurva
permintaan uang menurun. Hubungan antara tingkat bunga dengan permintaan uang
berbanding terbalik. Penggerusan produk domestik bruto (PDB) mempengaruhi
permintaan uang, karena volume transaksi yang menurun.
13
Dari penyebab masalah tersebut, cara mengatasi tingkat suku bunga yang tinggi di
Indonesia melalui kebijakan moneter Bank Indonesia. Upaya yang dilakukan untuk
mengimbangi langkah Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed dengan menggunakan
kebijakan moneter ekspansif (longgar) yaitu meningkatkan jumlah uang yang beredar
melalui instrumen kebijakan moneter yaitu fasilitas diskonto yang menurunkan tingkat
bunga bank sentral sehingga membuat jumlah uang beredar bertambah.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa uang
sangat diperlukan oleh masyarakat dan perusahaan. Oleh karena itu, timbulah permintaan
uang. Permintaan uang merupakan total permintaan uang dari seluruh rumah tangga dan
perusahaan dalam sebuah perekonomian yang digunakan untuk tiga tujuan, yaitu tujuan
transaksi, tujuan berjaga-jaga, dan tujuan spekulasi. Permintaan uang juga dipengaruhi
oleh volume transaksi dan tingkat harga dalam suatu perekonomian. Dalam pasar uang,
ekuilibrium ditunjukkan dengan titik di mana kuantitas uang yang diminta sama dengan
kuantitas uang yang ditawarkan menentukan tingkat bunga ekuilibrium dalam
perekonomian. Tingkat bunga ekuilibrium dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan
di pasar uang, permintaan uang yang bergantung pada tingkat bunga maupun volume
transaksi dengan pemahaman tentang ekuilibrium dapat mengubah penawaran uang
untuk mempengaruhi tingkat bunga, dan dapat meningkatan Y sehingga menyebabkan
pergeseran kurva permintaan yang menghasil kenaikan tingkat bunga ekuilibrium.
Kebijakan moneter adalah seperangkat kebijakan ekonomi yang mengatur ukuran dan
tingkat pertumbuhan pasokan uang dalam suatu perekonomian negara, yang berhak
mengatur dan bertanggung jawab serta merumuskan kebijakan moneter adalah Bank
sentral.
B. Saran
Dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak kekurangan dalam penulisannya,
harapan kedepannya penulis dapat lebih mempersiapkan diri dengan mengkaji berbagai
literatur yang berhubungan dengan bab karya tulis yang diangkat sehingga karya tulis
memiliki nilai yang baik.
15
DAFTAR RUJUKAN
Case, Karl E. & Fair Ray C. 2007. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, Edisi Kedelapan. Jakarta:
PT Gelora Aksara Pratama.
https://www.academia.edu/29067561/Makalah_Permintaan_Uang_Jumlah_Uang_Beredar_.
Diakses pada 5 oktober 2019.
https://ekbis.sindonews.com/read/1388428/33/kenaikan-suku-bunga-the-fed-tidak-untungkan-
ekonomi-global-1553070806. Diakses pada 8 Oktober 2019.
https://m.liputan6.com/bisnis/read/3643506/bi-terapkan-kebijakan-moneter-ketat-pada-2019.
Diakses pada 8 Oktober 2019.
https://katadata.co.id/berita/2019/10/09/imf-hitung-kerugian-akibat-perang-dagang-setara-
ekonomi-swiss. Diakses pada 8 Oktober 2019.
16