Anda di halaman 1dari 2

ALLAH ADALAH KEBUTUHAN

Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya
Allah (Mazmur 42:2).

Betapa seringnya kita membaca ayat ini. Kesimpulan apakah yang kita peroleh dari ayat-ayat
dalam mazmur ini. Dikuatirkan kita tidak mencapai sasaran pengertian ayat ini. Kita
memahaminya dengan baju kita atau pengertian kita yang masih dangkal. Walaupun kita bisa
begitu mudah berkata: “ Sperti rusa merindukan sungai yang berair demikianlah jiwaku
merindukan Engkau Tuhan…Yesus, Yesus kau berarti bagiku. Perlu dipersoalkan oleh kita
sekarang adalah “seberapa perlunya kita terhadap-Nya”. Lalu juga harus dipersoalkan “mengapa
kita memerlukannya?”. Ini bukan pertanyaan konyol, tetapi pertanyan prinsip yang sangat
menentukan mutu atau kwalitas relasi kita dengan Tuhan. Seberapa dalam hubungan kita dengan
Tuhan sangat ditentukan oleh jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kita harus
mempersoalkan ini dengan serius kalau kita mau sungguh-sungguh bertuhan dengan benar dan
memiliki kehidupan secara benar.

Dari pernyataan-pernyataan pemazmur kita dapat menangkap betapa kuatnya “rasa butuhnya”
pribadi pemazmur terhadap Tuhan. Seperti rusa merindukan sungai yang berair. Perhatikan kata
“sungai” dalam ayat ini. Dalam teks ibraninya “awfeek”, aliran air. Bukan sungai mati, tetapi
sungai yang mengalir. Hal ini menunjukkan rusa membutuhkan air secara berlimpah dan
berkesinambungan. Baginya sungai itu adalah kehidupannya. Aliran air tersebut bukan sekedar
hobi, alat penunjang dan pelengkap hidup tetapi kehidupan itu sendiri. Ia tidak dapat hidup tanpa
aliran sungai tersebut.

Dari Mazmur 42: 1-5 kita memperoleh kesimpulam penting: Bahwa tidak ada yang kita perlukan
dalam hidup ini seperti kita memerlukan Tuhan. Kita merasa memerlukan Tuhan bukan sekedar
karena kita orang beragama maka kita datang ke gereja dan melakukan syariatnya agama kita, ke
gereja adalah bagian syariat agama yang dianggap penting. Hampir semua agama berpendirian
bahwa datang ke rumah ibadah adalah syariat penting dan sering dianggap utama. Jadi bisa
dimengerti kalau banyak orang berpikir, kalau sudah datang ke gereja berarti sudah memenuhi
panggilannya bersekutu dengan Tuhan. Kita Harus memeriksa diri dengan jujur yaitu “kita butuh
Tuhan karena Tuhan sendiri, atau hanya karena suatu kebutuhan kita” . Kalau kita butuh Tuhan
karena didesak persoalan hidup duniawi atau suatu kebuituhan maka kita telah menjadikan
Tuhan alat atau sarana semata-mata bukan tujuan.

Bila seseorang bersikap demikian terhadap Tuhan, yaitu datang ke gereja atau bertuhan memang
karena ia harus beragama, maka pada umumnya orang akan menjadikan Tuhan sekedar
pelengkap kehidupan. Kita hanya menjadikan Tuhan sebagai tambahan dalam hidup kita.
Sesungguhnya Tuhan bukanlah pelengkap atau tambahan.

Dia adalah kehidupan itu sendiri. Kita tidak memiliki kehidupan tanpa Tuhan atau hidup ini
bukanlah sebuah kehidupan bila tanpaTuhan. Tuhan lebih penting dari nafas kita. Dia lebih
berharga dari jantung kita. Dia kita butuhkan lebih dari kita membutuhkan darah. Apalagi harta
dalam bentuk uang dan fasilitas yang lain. Tentu Tuhan kita butuhkan lebih dari kita
membutuhkan apapun dan siapapun. Tuhan adalah kehidupan kita sendiri. Bagi yang belum
menikah jodoh bukan jawaban yang utama. Bagi yang belum punya anak, keturunan bukanlah
jawaban kebutuhan kita. Bagi yang dalam problem ekonomi uang bukanlah jawaban. Bagi yang
dalam persoalan rumah tangga, Tuhanlah jawabannya. Bagi yang sakit Tuhanlah jawabannya.
Memiliki Tuhan berarti memiliki kehidupan. Cukuplah hidup ini kalau kita memiliki Tuhan dan
bersekutu dengan benar. Bila bersik
ap demikian maka kita benar-benar memuliakan Tuhan dan bersikap sepantasnya. Selanjutnya
sikap seperti inilah yang menciptakan keintiman hubungan yang luar biasa dengan Tuhan.

Kebenarnnya ini sukar dikenakan, karena ketidak dewasaan kita. Kedengarannya enak, mudah
kita mengamininya, tetapi sukar melakukannya. Namun demikian kita harus melatih diri untuk
mengenakan kebenaran tersebut. Di rumah petak kecilmu hadirkanlah Tuhan. Maka itu lebih dari
tinggal diistana raja-raja. Semarakkan hidupmu dengan hadirat Tuhan walau tanpa celoteh anak-
anak di rumahmu. Sukacitakan jiwa kita dengan berjalan bersama Tuhan ditengah tikaman
kesunyian tanpa teman hidup. Bahkan ketika maut mengancam karena sakit penyakit atau yang
lain nikmati kabut kemuliaanNya yang menyertai kita yaitu pendampinganNya atas kita.

Hendaknya kita ke gereja atau datang kepada Tuhan bukan hanya karena kita menghadapi suatu
masalah atau suatu kebutuhan. Tuhan menjadi sumber pertolongan dan kekuatan yang memenuhi
segala kebutuhan kita. Dalam hal ini Tuhan menjadi pendukung kehidupan kita, penopang
kehidupan kita. Kedengarannya benar tetapi ini juga belum tepat. Ini bukan berarti salah. Tuhan
memang sumber pertolongan kita. Tetapi sikap seperti ini masih sikap orang Kristen second
grade. Masih orang-orang Kristen kelas dua. Kalau mau kelas satu, harus menjadikan Tuhan
sebagai kebutuhan satu-satunya dan yang paling utama. Kita datang ke gereja atau mencari
Tuhan bukan ketika sedang ada dalam persoalan atau kebutuhan semata-mata. Tuhan bukan
sekedar seperti supermarket yang kita kunjungi karena ada suatu kebutuhan yang daripadanya
kita dapat memperolehnya. Dalam segala keadaan kita membutuhkan Tuahan, sebab Dialah
kehidupan kita.

Kebutuhan kita sebenarnya adalah Tuhan sendiri. Bukan karena ada kebutuhan lalu kita
membutuhkan Tuhan. Tetapi Tuhan sendirilah kebutuhan kita. Bila demikian maka kita akan
merasa puas dengan apapun yang kita miliki hari ini. Sama seperti hubungan kita dengan
pasangan hidup. Bagaimana kita memperlakukan pasangan hidup kita selama ini ?. Kita
membutuhkan dia karena untuk sesuatu hal atau karena memang kita membutuhkan dia. Coba
perhatikan, kalau sepasang manusia sudah dihanyutkan oleh cinta, maka hasrat mereka untuk
membangun rumah tangga tidak didorong oleh apapun tetapi oleh cinta itu semata. Cinta itulah
yang membangun sikap hati merasa membutuhkan pasangannya, Biarpun tinggal di gubug
derita, sepiring berdua, tidur diatas tikar tetapi itu bukan menjadi masalah karena didasari cinta
yang tulus. Berbeda dengan wanita yang mau menikah dengan seorang pria karena pria
mengendarai mobil mewah atau karena fasilitas lain. Wanita seperti itu sukar setia dalam arti
yang sebenarnya. Pada hakekatnya ia tidak menikah dengan pria itu tetapi menikah dengan harta
pria itu. Nah sama seperti hidup kita dengan Tuhan, kita harus betul-betul mencintai Tuhan
dengan sepenuh hati, bukan mencintai Tuhan dengan setengah hati, kita harus setia kepadanya.

Pada akhirnya kalau kita mencari Tuhan bukan karena berkatNya bukan pula karena sorgaNya
tetapi karena Tuhan sendiri. Tuhan itulah sorga kita. Tuhan itulah berkat bagi kita. Dalam hal ini
kita mengerti mengapa pemazmur berkata: “…tidak ada yang kuingini di bumi selain Engkau
(Maz 73:25-26). Seorang penginjil India yang hebat bernama Sadhu Sundar Sigh berkata” Aku
rela masuk neraka asal Tuhan ada disana. Jelas kalau Tuhan ada di Neraka maka Neraka menjadi
sorga.

Tuhan adalah kehidupan kita, adalah pernyataan penting yang melandasi seseorang membangun
hubungan dengan Tuhan. Melandasi orang bertuhan dengan benar. Kefanatikan seperti ini adalah
kefanatikan sehat yang tidak melukai orang lain, kecuali orang yang mau binsa. Kefanatikan
seperti ini harus digelorakan dalam jiwa kita. Harus dikobarkan dalam jiwa kita. Hal ini akan
menyembuhkan segala penyakit jiwa yang menggrogoti kehidupan kita. Dengan sikap hati
seperti ini bisa dipastikan jiwa kita akan menjadi sehat sempurna. Inilah jalan kesembuhan bagi
jiwa yang sakit. Haleluya Amin.

Anda mungkin juga menyukai