Anda di halaman 1dari 1

RENUNGAN HARIAN : JUWITA TANDO (BP LITBANG)

MENGASIHI ALLAH DENGAN SEGENAP HATI Tetapi seperti ada tertulis : Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Korintus 2 : 9) TRUE LOVE IS SACRIFICE Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3 : 16)

Seorang sosiolog menulis buku tentang berbagai kesulitan perkembangan anak di keluarga besar. Ia pun mewawancarai ibu yang memiliki 13 anak. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan, ia bertanya lagi, "Apakah semua anak patut mendapatkan kasih serta perhatian penuh dan tidak terbagi dari seorang ibu?" "Tentu," jawab ibu itu. "Anak manakah yang paling Anda kasihi?" tanyanya, berharap mendapat jawaban yang bertentangan dengan pernyataan tadi. Ibu itu menjawab, "Anak yang sedang sakit sampai ia sembuh, dan anak yang pergi sampai ia pulang." Jika seorang ibu di dunia saja mampu untuk mengasihi anaknya dengan tulus, demikian juga kasih Bapa Sorgawi yang mampu menyediakan segala yang tak mampu diberikan oleh dunia ini. Dia mengasihi kita dengan kasihnya yang sempurna dan tak menuntut balas. Mampukah kita mengasihi Allah sama seperti Dia yang telah mengasihi kita? Mengasihi Allah memang bukan hal yang mudah. Mengasihi dengan sepenuh hati dan ketulusan. Tidak jarang kita tergoda untuk melayani sesama dengan motivasi yang lain. Tidak jarang kita berdoa hanya karena kita memiliki sejuta kebutuhan yang harus Tuhan penuhi. Dan tidak jarang kita berkata kita mengasihi Allah hanya karena berkat-berkat jasmani yang kita peroleh. Lalu, seperti apakah orang yang sungguh-sungguh mengasihi Allah? Orang yang dalam keadaan apa pun, akan tetap mengakui bahwa Allah adalah Allah. Sama seperti Daniel ketika akan dilemparkan ke gua singa, yang akan tetap menyembah Tuhan sebagai satu-satunya Allah sekalipun saat itu Tuhan tak menolongnya. Untuk itu mari kita sama-sama belajar mengasihi Allah dengan segenap hati kita. Mengasihi Allah bukan karena dan untuk mendapatkan berkat jasmani. Tetapi mengasihi Allah karena memang kita mengasihi Dia dan berkat-berkat jasmani maupun rohani akan menjadi bonusnya.

Dalam menentukan pasangan hidup ada begitu banyak hal yang menjadi pertimbangan. Baik itu dari segi iman, kepribadian, status sosial, bahkan sampai keadaan finansial. Kita menuntut untuk memiliki pasangan hidup yang kalau bisa sempuna, dan hal itu memang wajar mengingat kondisi setengah perjalanan hidup kita kedepan, akan ditentukan oleh dengan siapa kita menjalaninya. Tak salah memang ketika kita menginginkan pasangan hidup yang cinta Tuhan, dan merupakan pribadi yang banyak dicari-cari oleh orang lain. Tetapi pernahkah kita mempertimbangkan kualifikasi kita sendiri untuk calon pasangan hidup kita kedepan? Ternyata pertanyaan ini sangat jarang ada di dalam pikiran kita. Cinta yang sesungguhnya adalah cinta yang tidak egois dan membutuhkan pengorbanan. Berani berkorban untuk memberikan yang terbaik bagi orang dikasihi. Cinta sejati memirkan kepentingan orang dikasihi. Belajar untuk menerima dan tidak hanya menuntut. Belajar untuk mengampuni dan tidak mendendam. Belajar untuk memahami dan tidak menghakimi. Demikian pula ketika kita berkata mau mengasihi Allah dengan cinta yang sejati. Kita belajar berkorban untuk mau ditempa dan dibentuk menjadi pribadi yang semakin serupa denganNya dan menyenangkan hati-Nya, sekalipun itu harus melalui proses yang panjang dan pasti menyakitkan. Menjalani hidup dengan penuh ketaatan kepada firman-Nya sekalipun tidak mudah. Mari belajar mencintai Tuhan dan sesama kita manusia dengan dasar cinta sejati Tuhan yang telah lebih dahulu Ia nyatakan. Karena hanya oleh kasih-Nya yang begitu besar akan dunia ini, Ia mau berkorban dan memberikan anak-Nya yang tunggal sebagai penebus dosa kita.

Anda mungkin juga menyukai