Anda di halaman 1dari 2

Baacaan I : Allah mengingat perbuatan jahat (tidak adil manusia)

Bacaan II : Paulus berharap agar umat mendoakan penguasa dan pemerintah supaya dapat
membawa rakyat pada situasi yang aman dan tentram
Injil : bendahara yang tidak jujur, Penyembahan berhala, Mengabdi 2 tuan –Allah dan
Mamon

Baru-baru ini kita sering kali dihebohkan dengan kasus-kasus yang menyangkut pemimpin
dan penguasa, misalnya kasus Ferdi Sambo, atau juga kasus peretasan oleh hacker Biorka. Kita juga
sering mendengar berita bahwa para pemimpin korupsi. Dalam hati beberapa orang mungkin ada
kekesalan dan marah. Akan tetapi coba kita berpikir apakah kita pernah berdoa agar mereka tidak
masuk dalam jerat korupsi. Pernahkah kita mendoakan secara pribadi dan dalam waktu yang khusus
kepada pemerintah kita. Jangankan dulu pemerintah pusat pemerintah daerah saja mungkin tidak.
Bacaan kedua hari ini menyampaikan maksud dan tujuan Paulus, yaitu agar umat beriman
juga mendoakan penguasa atau pemerintah. Dalam beberapa rumusan doa permohonan ada memang
doa untuk pemerintah dan penguasa tetapi kita juga diminta untuk senantiasa mendoakan
pemerintah dan penguasa agar mereka bisa membawa kita pada kesejahteraan. Akan tetapi kita
perlu lebih dahulu berbenah diri. Jangan hanya mengharapkan orang lain menjadi baik sedangkan
kita tidak pernah berusaha menjadi baik.
Dalam bacaan injil hari ini telah disampaikan bagaimana bendahara yang tidak jujur.
Terkadang kita bisa menjadi bendahara yang tidak jujur bagi diri kita sendiri. Bendahara yang
dimaksud bukan hanya menyangkut uang tetapi juga perilaku dan iman. Sebagai orang beriman
jelas bahwa Allah berkehendak agar kita percaya seutuhnya kepadanya tetapi lebih sering kita
percaya pada diri sendiri. Kita merasa tau segalanya sehingga menjadi tidak bergantug lagi pada
Allah. Kita merasa bahwa kita yang lebih mengerti sehingga kita tidak butuh Allah. Akan tetapi
ketika kita mengalami kesulitan dan kegagalan, sering kali kita menyalahkan Allah. Hal ini bukan
hanya terjadi pada orang yang tidak pernah ke gereja atau yang timbul tenggelam imannya, tetapi
juga pada kita semua termasuk saya dan anda.
Kita menjadi bendahara yang tidak jujur dengan melimpahkan semua kegagalan pada Allah
dan keberhasilan pada diri sendiri. Sikap bendahara yang tidak jujur alah sikap yang penuh dengan
trik untuk menutupi kesalahan, maka sering kali terjadi bukan aku yang salah tetapi dia. Mari coba
kita tanya pada diri kita masing-masing apakah kita adalah bendahara yang tidak jujur, bendahara
yang tidak mau mengakui kesalahan. Bendahara yang tidak jujur ketika tidak bisa lagi mengelak
karena Tuannya sudah mengetahui ketidakjujurannya, berusaha untuk membuka peluang lain. Kalau
aku dipecat Tuanku aku bisa mendapat bantuan dari orang lain. Tindakan bendahara tersebut sangat
baik, tetapi caranya sangat buruk. Kuhapus utangmu tetapi nanti bantu aku ya, katanya.
Dalam bendahara yang tidak jujur jelas tidak ada kejujuran lagi. Kita juga sering kali hidup
dalam ketidakjujuran itu. Kita mungkin rajin pergi ke gereja tetapi terkadang lebih rajin lagi kita
menggosipi orang. Kita mungkin rajin berdoa tetapi lebih rajin lagi iri pada orang lain. Kalau sikap-
sikap demikian masih ada, maka tidak ada kejujuran dan ketentraman yang kita harapkan. Kita
sendiri belum mampu membangun ketentraman dalam lingkungan kita sendiri apa lagi dalam
lingkungan negara. Perjuangan kita bukan hanya marminggu tetapi menunjukkan kepada sesama
bahwa kita rajin marminggu. Menunjukkan bukan dengan baju marminggu, tetapi dengan tindakan
kita setelah pulang marminggu. Sering kali kita mengenal orang yang baru pulang marminggu dari
bajunya yang cantik, bukan dari senyumnya yang membawa suka cita, bukan dari tindakannya yang
membawa kegembiraan, bukan dari perkataannya yang menyampaikan sabda Allah.
Nabi amos telah berkata Allah mengingat segala perbuatan kita. Kita mungkin akan berkata
Allah maharahim, tetapi ingat juga bahwa kerahiman Allah hanya terbuka bagi mereka yang mau
menyambutnya. Memang kerahiman Allah bagi semua orang tetapi kalau kita menutupnya, maka
kita tidak akan menerimanya. Kita seperti kertas, pensil dan penghapus. Kita adalah kertas yang
ditulis oleh pensil, setiap kali kita salah tulis ada penghapus yang menghilangkan kesalahan itu,
tetapi ingat bahwa meskipun noda itu hilang, tetapi tetap ada bekasnya. Maka marilah kita mulai
dari sekarang untuk lebih memfokuskan diri kita pada Allah, termasuk juga tindakan kita. Kita pergi
kegereja tetapi melakukan perintah iblis. Itulah tanda kalau kita sudah dan sedang menjadi
bendahara yang tidak jujur.
Mari saudara-saudari kita bekerja sebagai bedahara yang jujur dengan menyesuaikan hidup
menggereja dan hidup bermasyarakat. Jadilah orang katolik yang sungguh katolik artinya terbuka
pada sabda Allah dan mau melaksanakannya. Jangan mendengarkan sabda Allah, tetapi
melaksanakan sabda iblis. Itulah kalau mardua dalan.

Anda mungkin juga menyukai