Anda di halaman 1dari 2

Pada suatu malam di tahun 1861, saat Jendral Garibaldi pulang ke rumah, dia bertemu dengan seorang

gembala Sardinia yang sedang meratapi seekor dombanya yang hilang. Garibaldi segera menoleh kepada
staf dan mengumumkan keinginannya untuk menjelajahi gunung itu guna mencari domba yang hilang.
Sebuah tim pencarian yang besar diorganisir. Lentera-lentera dibawa, dan jendral yang sudah malang
melintang di banyak pertempuran itu dengan penuh semangat ikut mencari domba yang lari dari
kelompoknya. Tetapi domba itu tidak kunjung ditemukan sehingga para prajurit diperintahkan kembali ke
tenda mereka masing-masing dan tidur. Keesokan harinya, pembantu Jendral mendapati tuannya masih
berada di ranjangnya dan tertidur dengan lelap. Pelayannya terkejut karena tuannya tidak biasa bangun
siang, tetapi selalu bangun lebih dulu daripada orang lain. Pelayan itu meninggalkan tuannya yang sedang
tidur lelap dengan pelan-pelan agar tidak membangunkannya dan kembali setengah jam kemudian.
Garibaldi masih tidur nyenyak, Setelah beberapa saat tuannya tetap tidak bangun juga, pelayan itu
membangunkan Garibaldi, Jenderal itu mengusap matanya, dan begitu juga pelayannya ketika melihat
jenderal tua itu mengeluarkan domba yang hilang itu dari selimutnya. Rupanya, jenderal itu terus mencari
domba itu semalaman sampai berhasil menemukannya. Kisah mengenai Jendral Garibaldi mengingatkan
kita akan kisah domba yang hilang dalam perumpamaan di injil Lukas bacaan kita hari ini. Yesus,
Gembala Agung, adalah Tuhan yang mencari domba-Nya yang hilang sampai Dia menemukannya.

Perumpamaan dalam Lukas 15: 1 – 10 mengenai domba yang hilang dan dirham yang hilang hendak
mengatakan kepada kita bahwa setiap pribadi, termasuk saya dan Saudara, sangat berharga dan
mempunyai nilai penting di mata Allah. Oleh sebab itu, Ia senantiasa mencari dan menemukan kita.
KasihNya mengalahkan dosa kita. Walaupun kita selalu berbuat dosa Ia tetap mengasihi. Ia mencari dan
mendapatkan kita. Jadi, benarlah apa yang dikatakan oleh seorang bijak yang tidak dikenal namanya yang
pernah berkata: “Anda dapat lari dari hadapan Tuhan. Anda dapat mengutuki Tuhan. Anda dapat
membenci Tuhan. Tetapi Anda tidak dapat mencegah Tuhan untuk mencari dan mengasihi Anda.”  Di
dalam hidup ini mungkin Anda pernah merasa kecewa karena beban hidup yang berat, karena kegagalan
yang pernah Anda alami, dan sebagainya. Kemudian Anda ingin lari dari Tuhan. Lari dari persekutuan
jemaat. Mulai meragukan kasih dan pertolongan Tuhan. Di dalam keadaan seperti itu Yesus, yang penuh
kasih, tidak menjauhi kita. Ia tetap mengasihi kita.

Selanjutnya, kita perlu memerhatikan bahwa pembaruan hidup terjadi apabila dari pihak kita, sang
domba, juga ada kesediaan untuk dijumpai dan mau dibawa kembali oleh sang gembala pada tempat yang
seharusnya. Domba yang hilang bisa saja menolak untuk dibawa oleh sang gembala. Domba yang hilang
bisa saja melarikan diri ketika melihat sang gembala yang sedang mencarinya. Tetapi itu tidak
dilakukannya. Ia membiarkan dirinya ditemui. Ia membiarkan dirinya dibawa ke tempat yang seharusnya
bersama dengan kawanan domba yang ada di padang gembalaan. Inilah yang namanya sikap pertobatan.

Apa yang dimaKsud dengan bertobat? Bertobat adalah sebuah sikap yang membalikkan arah kehidupan.
Dari yang semula tidak baik, tidak benar, tidak sempurna; menjadi benar, baik, dan sempurna di hadapan
Tuhan dan sesama. Bertobat juga berarti kita meninggalkan sifat-sifat lama yang menghambat kita untuk
dapat menjalin hubungan yang baik dan benar dengan Tuhan dan sesama.

Mudahkah bertobat? Tidak! Mengapa? Karena mengakui bahwa kita mempunyai kelemahan, kesalahan,
dan telah melakukan sesuatu yang buruk pada diri sendiri dan orang lain bukan hal yang mudah.
Diperlukan kebesaran hati dan jiwa untuk mengakui itu semua.

Di dalam kehidupan ini, dalam kaitannya dengan dosa dan pengampunan, terdapat dua tipe manusia. Tipe
yang pertama ialah mereka yang menyadari dirinya bersalah dan kemudian memperbaiki dirinya. Tipe
yang kedua ialah mereka yang tidak menyadari atau pura-pura tidak tahu kalau dirinya mempunyai
kesalahan. Oleh sebab itu, mereka yang berada pada tipe kedua ini akan tetap hidup dalam kekekliruan,
amarah, dan kebencian terhadap sesama bahkan kepada Tuhan. Mereka merasa dirinya tidak bersalah dan
tidak membutuhkan pengampunan.

Agar kita menjadi manusia yang menyadari keberdosaan kita dan kemudian memperbaiki kehidupan ini,
maka di dalam kehidupan kita sehari-hari kita jangan mengembangkan “perasaan bersalah” melainkan
“kesadaran akan kesalahan”. Dimanakah letak perbedaannya?
Perasaan Bersalah Kesadaran akan kesalahan
1. Hidup yang senantiasa dikejar 1. Melahirkan sikap pengakuan iman
kesalahan masa lalu sehingga bahwa Allah itu penuh kasih dan
melumpuhkan sikap iman, pengampunan.
pengharapan, dan kasih. 2. Menyadari kesalahan yang telah
2. Tidak mampu melihat kebaikan Allah diperbuat serta mempunyai tekad yang
yang senantiasa menolong dan kuat untuk memerbaiki diri dan hidup
memperhatikan kita. secara baru.
3. Dapat menyebabkan penyakit psikis 3. Tidak hidup dalam masa lalu tetapi
yang membuatnya menderita secara menciptakan masa kini dan masa
batin. depan.
4. Menjadkan hidupnya sebagai sebuah
kesempatan untuk melayani Tuhan di
dalam ketidaksempurnaannya.

Tuhan tidak pernah merasa berputus asa kepada manusia yang berdosa, termasuk kepada kita sekarang
ini.  Tuhan akan meraih dan mengeluarkan kita dari masa lalu yang tidak sempurna
serta memberikan kita peluang dan kesempatan yang baru agar kita memiliki hidup yang baru. Allah tidak
melihat masa lalu kita asalkan kita mau jujur untuk mengakui dosa atau kesalahan yang telah kita
lakukan. Seberapa buruknya masa lalu kita Allah tetap mengasihi kita. Allah yang kita kenal adalah Allah
yang suka mengampuni dosa daripada menghukum. Allah yang senantiasa memberi kesempatan baru
bagi kita untuk memulai hidup baru sebagai manusia baru.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka ada empat hal penting yang perlu kita renungkan, yaitu:

1.      Kita tidak bisa mengubah masa lalu tetapi kita bisa memohon pengampunan atas masa lalu kita pada
Tuhan seberapapun buruknya kita di masa lalu.

2.      Kasih Tuhan melampaui pemberontakan kita kepadaNya.

3.      Kembangkan kesadaran akan kesalahan yang akan membawa kita pada sikap pertobatan, dan bukan
hanya perasaan bersalah.

4.      Pertobatan mengembalikan martabat kita sebagai manusia yang sadar diri di hadapan Tuhan dan
sesama.

Kasih dan pengampunan Kristus Yesus berserta dengan kita sekarang dan selamanya.

Have a blessed day,

Anda mungkin juga menyukai