Bacaan II: Paulus hamba yang paling berdosa mendapat karunia yang paling banyak Injil : Allah dan surga bersukacita ketika seorang pendosa bertobat, Anak bungsu berdosa dan bertobat, menerima pengampunan Anak sulung baik, tetapi iri hati, artinya kebaikannya tidak murni.
Bertobat, Belum Terlambat
Saat membuka media sosial, facebook (yang biasa untuk ibu-ibu) dan Instagram (untuk orang muda), sering kali saya melihat berita ada orang hilang dengan ciri-ciri berikut:….. Di jalanan ketika di siantar juga sering kali saya melihat ada brosur orang hilang. Saya merenungkan bahwa orang-orang dalam brosur orang hilang itu pasti sangat penting bagi keluarganya sehingga mereka bersedia menghabiskan banyak uang untuk mencari orang hilang tersebut. Ada satu pepatah dalam masyarakat batak “anakkhonkhi arga do diau”. Semua orang batak merasa anaknya berharga baginya dan anak juga merupakan salah satu bentuk kesuksesan. Anak juga sering kali menjadi identitas dan pembawa atau penerus marga. Anak-anak juga sebagai penerus harta warisan. Dalam bacaan injil hari ini kita mendengarkan bahwa ada perumpamaan tentang anak yang hilang. Seorang anak yang bisa dikatakan durhaka, karena meminta harta warisan sebelum waktunya. Dalam tradisi harta warisan orang tua dibagi ketika kedua orang tua sudah meninggal, tetapi anak bungsu ini meminta harta warisan sebelum bapanya meninggal. Artinya dia sudah menganggap bapaknya mati. Kalau peristiwa ini yang terjadi pada kita mungkin anak itu sudah dihajar dan diusir. Akan tetapi apa yang terjadi, anak itu menerima harta warisan dan bapanya terima akan perlakuan anak itu. Di sinilah tampak perkataan “molo I suan hasang, hasang do natubu”. Karena anak sudah dari awal tidak baik, maka hidupnya pun tidak baik. Ia menghambur-hamburkan harta sempai menjadi orang miskin dan melarat. Maka harta tidak menjamin kebahagiaan, melainkan hanya kesenangan sementara yang menyakitkan. Si anak yang durhaka itu menyesal dan kembali kepada bapanya. Apa yang terjadi, bapanya tetap menerima dan memaafkannya. Bahkan dibuat pesta yang luar biasa untuk menyambut anak yang sudah dianggap hilang itu. Hilang dalam konteks ini adalah mati. Kenapa? Karena tindakan si anak pergi dengan harta warisan, berarti ia sudah memisahkan diri keluarga, memutuskan hubungan dengan orang tua. Oleh sebab itu ia dianggap mati dan tidak ada harapan untuk kembali. Akan tetapi saat anak itu kembali bapaknya tetap menerimanya. Di sinilah wujud nyata dari kebaikan bapa. Bapa dalam bacaan injil menjadi gambaran nyata dari Allah. Allah senantiasa menunggu kita untuk pulang kembali kepada-Nya. Ia senantiasa memanggil kita pada jalan pertobatan. Maka tidak ada alasan menolak panggilan Allah. Kita mungkin beralasan tidak mau ke gereja karena berdosa. Padahal karena berdosalah kita menjadi sangat wajib berdosa. Allah senantiasa menunggu pertobatan kita. Kerap kali orang yang bertobat, menjadi orang yang sungguh memberi diri kepada Gereja. Salah satu contohnya adalah Paulus. Ia adalah orang yang paling membenci gereja pada awalnya, bahkan sampai membunuh beberapa orang. Akan tetapi setelah pertobatan ia menjadi rasul, bahkan bermisi ke berbagai tempat. Ia betobat. Bertobat artinya berbalik. Berbalik bukan hanya dari yang tidak baik menjadi baik, tetapi juga dari baik menjadi lebih baik. Anak sulung dalam bacaan injil menggambarkan orang yang tidak bertobat dan juga bisa menjadi gambaran kita. Kita yang sering kali aktif ke gereja, rajin doa lingkungan, sering doa, bisa mejadi anak sulung yang tidak bertobat. Kita merasa bahwa kita sudah layak masuk surga, kita layak menerima kesenangan, kesehatan. Tetapi kita sering kali iri pada orang-orang yang jarang ke gereja tetapi bisa sukses, bisa menjadi orang hebat, atau kita iri pada orang yang baru bergereja tetapi mendapat perhatian lebih. Di saat kita iri pada orang lain, maka menjadi sia-sialah usaha kita dan kedekatan kita selama ini dengan Allah. Kita sudah diberi Allah kebebasan untuk dekat dengan Dia, tetapi sering kali kita tidak tahu karena kita belum seutuhnya mampu berbicara dengan Allah. Sedangkan pendosa yang baru bertobat langsung berbicara dengan Allah dari hati ke hati. Kita mungkin hanya berbicara melalui pikiran kita sendiri bukan sampai ke hati. Mari kita bertobat dari yang buruk ke yang baik, dari yang baik menuju ke yang lebih baik. Ingat ada Allah yang senantiasa menunggu kita untuk bertobat, maka jangan katakan terlambat, karena pintu surga selalu terbuka bagi mereka yang mau.