1 SM
1 SM
ABSTRACT
The purpose of this research is to empirically analyze the stability and predictability
of beta of common stocks in the Jakarta Stock Exchange (JSX). This is accomplished by
first correcting the bias of beta using four-lead and four-lag versions of the Fowler and
Rorke method.
This study used the weekly returns of 95 stocks traded in the JSX from the first week
of January 1994 to the last week of December 1996. The weekly Composite Index of the
JSX was used as the proxy for market return. The stability and predictability of beta
were studied over three 52-week periods by using the matrix transition test and
correlation test.
The result indicates that there is stability and predictability of common stocks
during this research period. There is also an indication that portfolio betas are more
stable and predictable than individual betas.
Keywords: beta coefficient, beta stability and predictability, beta bias, four lead and
four lag Fowler and Rorke method.
juga bisa diprediksikan (predictable) - (Nassir harga saham bulanan. Beta yang digunakan
dan Shamser, 1996). Penggunaan beta yang adalah beta yang sebelumnya telah dikoreksi
tidak bias akan mampu meningkatkan lebih dahulu dengan metode koreksi Fowler
kehandalan beta masa lalu untuk memprediksi dan Rorke tiga lead dan tiga lag. Hasil
beta di masa datang (Elton dan Gruber, 1995; penelitian mereka menunjukkan bahwa, beta
Nassir dan Shamser, 1996). portofolio di pasar modal Malaysia cukup
Pendekatan yang paling umum dilakukan stabil dan bisa diprediksi dengan hasil yang
untuk mengukur stabilitas beta adalah dengan signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien
menghitung koefisien korelasi beta selama korelasi yang cenderung meningkat seiring
periode yang berurutan (Blume, 1971). dengan semakin banyaknya jumlah saham
Pendekatan lainnya adalah dengan mengguna- yang dimasukkan dalam portofolio. Ukuran
kan matriks transisi untuk melihat perubahan lainnya juga ditunjukkan oleh makin menge-
estimasi beta selama periode berurutan (Sharpe cilnya standar deviasi beta portofolio saham
dan Cooper, 1972). seiring dengan penambahan jumlah saham ke
dalam portofolio.
Van Horne (1991), menyatakan bahwa
beberapa hasil penelitian sebelumnya tentang Penelitian tentang stabilitas beta di pasar
stabilitas beta menunjukkan bahwa beta masa modal Indonesia juga pernah dilakukan oleh
lalu (past beta) berguna dalam memprediksi Husnan dan Pudjiastuti (1993). Mereka
beta di masa datang. Menurut Klemkosky dan melakukan pengujian terhadap 25 saham
Martin (1975), kemampuan beta masa lalu teraktif di BEJ, dengan data harga saham dan
untuk memprediksi beta masa depan terlihat IHSG mingguan, selama periode 1990-1992.
bervariasi tergantung dari ukuran portofolio Hasil penelitian mereka menunjukkan adanya
yang dilakukan. Semakin besar jumlah saham korelasi positif yang cukup tinggi pada beta
dalam portofolio semakin besar stabilitas beta saham-saham di pasar modal Indonesia. Hasil
portofolio tersebut selama beberapa periode. penelitian ini membuktikan adanya stabilitas
beta saham di pasar modal Indonesia.
Penelitian sebelumnya tentang stabilitas
beta saham pernah dilakukan antara lain oleh Isu stabilitas dan prediktabilitas beta
Blume (1971), dan Levy (1971), yang saham di pasar modal Indonesia kiranya
menemukan bahwa stabilitas beta dipengaruhi menarik untuk diteliti lebih lanjut, dengan
oleh jumlah saham yang dimasukkan dalam terlebih dahulu mengurangi bias beta saham
portofolio. Mereka menemukan bahwa beta dengan menggunakan metode koreksi beta
portofolio saham lebih stabil dibanding beta saham Fowler dan Rorke empat lead dan
saham individual. Temuan tersebut ditunjuk- empat lag. Dengan demikian, penelitian ini
kan oleh koefisien korelasi baik korelasi bertujuan untuk membuktikan secara empiris
product moment (PM) maupun rank-order stabilitas dan prediktabilitas beta saham di
(RO) yang cenderung semakin meningkat Bursa Efek Jakarta, dengan terlebih dahulu
seiring dengan semakin banyaknya jumlah melakukan koreksi terhadap bias estimasi beta,
saham yang dimasukkan dalam portofolio. dengan menggunakan metode koreksi beta
saham Fowler dan Rorke empat lead dan
Nassir dan Shamser (1996), juga pernah empat lag. Metode koreksi bias beta ini dipilih
melakukan penelitian tentang stabilitas beta karena merupakan metode koreksi bias beta
saham di pasar modal Malaysia selama periode yang terbukti secara empiris paling mampu
waktu 15 tahun (terdiri dari 3 periode waktu 5- mengurangi bias beta di Bursa Efek Jakarta
tahunan). Data yang digunakan adalah data (Hartono dan Surianto, 1999).
166 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April
struktural yang cukup berarti pada perusahaan beta koreksi berdasar metode tersebut adalah
penerbit saham (Husnan dan Pudjiastuti, sebagai berikut (Ariff dan Johnson, 1990;
1993). Hartono dan Surianto, 1999):
Rit= i + 4 Rmt-4 + 3 Rmt-3 + 2 Rmt-2 +
Metode Analisis Data
1 Rmt-1 + 0 Rmt + 4 Rmt-4 +
Langkah pertama yang dilakukan dalam -3 Rmt+3 + -2 Rmt+2 + -1 Rmt+1 + it
penelitian ini adalah menghitung return saham
dan return pasar dengan formulasi berikut: i = W4i-4 + W3i-3 + W2i-2 +W1i-1 +
Pt - Pt -1 0 + W1i+1 + W2i+2 + W3i+3 +
Rt
Pt -1 W4i+4
dimana: Dalam persamaan diatas, W melambang-
Rt = return saham dan atau indeks pasar kan bobot yang dipakai untuk menghitung
pada minggu ke-t koefisien beta yang telah dikoreski. Bobot
Pt = harga saham dan atau indeks pasar yang digunakan untuk mengalikan koefisien-
pada minggu ke-t koefisien regresi untuk empat lead dan empat
Pt-1 = harga saham dan atau indeks pasar lag dihitung dengan rumus sebagai berikut
pada minggu ke t-1. (Ariff dan Johnson, 1990; Hartono dan
Surianto, 1999):
Return saham dan return pasar yang telah
dihitung tersebut selanjutnya dipakai untuk 1 21 2 2 23 4
W1
menghitung beta untuk masing-masing saham 1 21 2 2 23 2 4
perusahaan yang termasuk dalam sampel, 1 21 2 2 3 4
dengan menggunakan regresi OLS, berdasar- W2
1 21 2 2 23 2 4
kan model indeks tunggal sebagai berikut ini
(Elton dan Gruber, 1995): 1 21 2 3 4
W3
1 21 2 2 23 2 4
Rit = i + i RMt + it
1 1 2 3 4
dimana: W4
1 21 2 2 23 2 4
Rit = return saham perusahaan i pada
minggu t Sedangkan, 1, 2, 3 diperoleh dari
i = intersep dari regresi untuk masing- persamaan regresi sebagai berikut (Hartono
masing perusahaan i dan Surianto, 1999):
i = beta untuk masing-masing perusa-
Rmt = i + 1 Rmt-1 + 2 Rmt-2 + 3 Rmt-3 + t
haan i
RMt = return indeks pasar pada minggu t Beta yang telah dikoreksi dengan metode
it = kesalahan residu untuk persamaan koreksi Fowler dan Rorke empat lead dan
regresi perusahaan i pada minggu t. empat lag tersebut selanjutnya diuji stabili-
tasnya dengan menggunakan alat uji matriks
Beta yang diperoleh dari persamaan transisi, untuk melihat pergerakan beta saham
regresi OLS tersebut, diakui masih mengan- dalam kelas risikonya dari satu sub periode ke
dung bias. Oleh karena itu, beta tersebut perlu sub periode berikutnya. Sebelumnya, hasil
dikoreksi dari bias terlebih dahulu dengan estimasi beta saham-saham dengan mengguna-
menggunakan metode koreksi beta beta Fowler kan metode koreksi Fowler dan Rorke terlebih
dan Rorke dengan empat lead dan empat lag. dahulu dikelompokkan berdasarkan kelas
Secara matematis, rumus untuk menghitung risikonya (0,2; 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; dan 2,0).
2001 Tandelilin & Lantara 169
Kemudian, dilihat berapa persentase dari dibanding jika banyaknya n yang diuji yang
saham-saham tersebut yang tetap berada dalam berjumlah kecil.
kelas risikonya masing-masing pada periode Beta yang stabil, secara implisit bisa
berurutan. Pengujian stabilitas beta saham diartikan bahwa beta tersebut bisa dipredik-
dalam penelitian ini dilakukan terhadap beta sikan. Pengujian prediktabilitas beta saham
saham individual maupun terhadap beta maupun portofolio saham dilakukan dengan
portofolio saham. alat uji korelasi product-moment dan rank-
Metode pembentukan portofolio saham order. Semakin signifikan korelasi beta
dilakukan dengan menggunakan metode simu- portofolio dalam periode berurutan, semakin
lasi random (Tandelilin, 1996). Pembentukan tinggi prediktabilitas beta saham maupun
portofolio berdasarkan metode simulasi portofolio saham tersebut.
random dilakukan dengan memilih secara
random saham-saham yang akan dimasukkan
HASIL PENELITIAN
ke dalam portofolio sesuai dengan besarnya
ukuran portofolio, berkali-kali sebanyak Deskripsi Beta Saham Individual
jumlah sampel, sehingga bisa dibentuk Beta saham yang belum dikoreksi
portofolio dalam jumlah yang banyak (95 diperoleh dari hasil regresi sederhana (OLS)
portofolio). Kelebihan metode ini jika diban- antara variabel return saham terhadap return
dingkan dengan metode pembentukan porto- pasar. Sedangkan beta saham yang terkoreksi
folio secara random biasa adalah diperolehnya dihitung dengan menggunakan metode koreksi
jumlah portofolio yang lebih banyak (n yang Fowler dan Rorke, empat lead dan empat lag.
besar), sehingga hasil pengujian yang Deskripsi hasil perhitungan beta saham-saham
diperoleh mungkin menjadi lebih baik, terkoreksi yang diuji dalam penelitian ini bisa
dilihat dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Deskripsi Beta Saham-Saham Individual Perusahaan Sampel yang Telah Dikoreksi
rata-rata beta saham individual untuk sub empat lag, yang ditandai oleh beta pasar yang
periode II sebesar 1,115 dengan standar deviasi mendekati nilai 1,0.
1,608. Untuk sub periode III, nilai rata-rata Untuk melengkapi hasil uji deskripsi beta
beta saham individual yang telah dikoreksi saham individual yang telah dikoreksi, beta
adalah 1,226 dengan standar deviasi sebesar saham-saham individual tersebut selanjutnya
1,441. Hasil koreksi beta saham seperti dalam dikelompokkan ke dalam enam kelas risiko,
Tabel 1 di atas juga konsisten dengan hasil dari kelas risiko rendah sampai kelas risiko
penelitian Hartono dan Surianto (1999) di yang tinggi (0,2; 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; dan 2,0).
pasar modal Indonesia yang menemukan Tabel distribusi frekuensi berdasarkan kelas
bahwa metode yang paling mampu risiko beta saham bisa dilihat dalam Tabel 2
mengurangi bias beta saham adalah metode berikut ini.
koreksi Fowler dan Rorke empat lead dan
Tabel 2. Distribusi Beta Saham Individual yang telah dikoreksi Perusahaan Sampel (N=95)
Dari tabel di atas terlihat bahwa distribusi Uji Stabilitas Beta Saham
beta saham individual yang telah dikoreksi,
Pengujian terhadap stabilitas beta saham
sebagian besar berada pada kelas risiko yang
selama tiga sub periode pengamatan bertujuan
paling rendah (0,2) maupun yang paling tinggi
untuk melihat apakah beta saham di Bursa
(2,0). Pada ketiga sub periode pengamatan,
Efek Jakarta stabil, sehingga bisa diprediksi
persentase beta saham individual yang berada
(predictable). Pengujian stabilitas beta saham
pada kelas risiko tersebut rata-rata antara 23%-
dilakukan dengan alat uji matriks transisi
39%. Sedangkan untuk kelas risiko menengah
untuk melihat apakah beta saham yang
lainnya, persentase distribusi beta saham
termasuk dalam suatu kelas risiko pada suatu
individual hanya mencapai 4%-13% dari total
sub periode akan tetap berada pada kelas risiko
jumlah sampel saham. Hal ini berarti bahwa
yang sama pada sub periode berikutnya. Hasil
selama tiga sub periode tersebut, sebagian
pengujian matriks transisi terhadap beta
besar saham merupakan saham-saham yang
saham-saham individual yang telah dikoreksi
memiliki beta saham yang rendah (lebih kecil
bisa dilihat dalam Tabel 3 berikut ini.
dari 0,4) dan sebagian besar lainnya merupa-
kan saham dengan beta yang tinggi (lebih
tinggi dari 2,0).
2001 Tandelilin & Lantara 171
Tabel 3. Matriks Transisi Beta Saham Individual Perusahaan Sampel yang Telah Dikoreksi
(N=95)
Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa 15 saham individual. Koefisien beta portofolio yang
saham (40,54%) dari 37 saham yang termasuk telah dihitung tersebut, selanjutnya diperlakukan
dalam kelas risiko 0,2 pada sub periode I tetap sama dengan pengujian stabilitas beta saham
berada dalam kelas risiko yang sama pada sub individual. Beta portofolio saham yang telah
periode II, dan 18 (48,65%) tetap berada pada dihitung sebelumnya dikelompokkan dalam enam
sub periode III. Sedangkan diantara 32 saham kelas risikonya masing-masing berdasarkan
yang termasuk dalam kelas risiko 0,2 pada koefisien betanya dan diamati pergerakan
periode II, 13 saham (40,62%) diantaranya tetap kelasnya selama tiga sub periode pengamatan.
berada pada kelas risiko yang sama untuk sub Distribusi beta portofolio saham yang terdiri dari
periode III. Untuk kelas risiko 0,4 sampai 15 saham bisa dilihat pada Tabel 4 berikut.
dengan 1,6, terlihat bahwa persentase saham- Distribusi beta portofolio saham seperti
saham yang berada pada kelas risiko yang sama dalam tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian
sampai dengan sub periode berikutnya, berada besar beta portofolio saham berada dalam kelas
pada kisaran 20%-30%. Sedangkan, untuk kelas risiko 0,4 sampai dengan kelas risiko 1,6. Beta
risiko 2,0, sebanyak 53,57% tetap berada pada portofolio saham yang berada pada kelas risiko
sub periode I-II, 45,45% untuk sub periode II-III tersebut rata-rata sebesar 10%-38% selama tiga
dan 35,71% untuk sub periode I-III. Dari hasil sub periode pengamatan. Sedangkan beta
tersebut, secara keseluruhan bisa disimpulkan portofolio saham yang berada pada kelas risiko
bahwa terdapat indikasi adanya stabilitas beta terendah (0,2) dan kelas risiko tertinggi (2,0)
saham individual selama tiga sub periode rata-rata hanya mencapai kurang dari 5%. Hasil
pengamatan tersebut. Jika dihitung dengan rata- ini menunjukkan pola distribusi yang berbeda
rata tertimbang, persentase keanggotaan kelas dengan beta saham individual, dimana beta
risiko beta saham selama tiga sub periode saham individual kebanyakan berada pada kelas
pengamatan rata-rata berada di atas 30%. Di risiko paling rendah (0,2) dan atau paling tinggi
samping itu, temuan di atas juga memperlihatkan (2,0), sedangkan beta portofolio saham
adanya indikasi bahwa stabilitas beta saham kebanyakan berada dalam kelas risiko 0,4 sampai
cenderung semakin berkurang jika diuji dalam dengan kelas risiko 1,6. Hal ini mungkin
sub periode yang lebih panjang, misalnya dalam disebabkan karena pengaruh saling meniadakan
hal ini antara sub periode I-III. (cancelling out) diantara beta saham-saham
Pengujian stabilitas beta saham juga individual yang membentuk portofolio
dilakukan terhadap beta portofolio saham yang (Blume,1975; dan Levy, 1971), sehingga beta
terdiri dari 15 saham. Hal ini dilakukan untuk portofolio cenderung berada dalam kelas risiko
membuktikan apakah stabilitas beta portofolio menengah antara 0,4 dan 1,6.
saham lebih tinggi dibanding stabilitas beta
172 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April
Untuk menguji stabilitas beta portofolio sub periode pengamatan beta portofolio saham
saham bisa juga dilakukan dengan matriks yang tergolong dalam kelas risiko 0,4 sampai
transisi beta portofolio saham, dengan melihat dengan 1,6. Disamping itu, beta portofolio
pergerakan kelas risiko beta portofolio saham saham terlihat lebih stabil dibanding stabilitas
dari satu sub periode ke sub periode beta saham individual, terutama pada beta
berikutnya. Dari Tabel 5 di bawah ini terlihat portofolio saham dalam kelas risiko 0,4 sampai
bahwa rata-rata lebih dari 30% beta portofolio 1,6. Jika dihitung dengan rata-rata tertimbang,
saham yang masuk dalam empat kelas risiko persentase keanggotaan kelas risiko beta
(0,4; 0,8; 1,2; dan 1,6) tetap berada pada kelas portofolio saham rata-rata berada di atas 40%.
risikonya masing-masing pada sub periode Di samping itu, hasil pengujian matriks transisi
berikutnya (I-II, II-III, dan I-III). Sedangkan terhadap beta portofolio saham di atas juga
untuk beta portofolio saham yang termasuk memperlihatkan fenomena yang sama dengan
dalam kelas risiko 0,2 dan 2,0, sama sekali hasil pengujian stabilitas beta saham indivi-
tidak terdapat portofolio saham yang termasuk dual, di mana terdapat kecenderungan berku-
dalam kelas risiko tersebut yang tetap berada rangnya stabilitas beta portofolio saham jika
dalam kelas risikonya, kecuali untuk kelas diamati dalam sub periode yang lebih panjang
risiko 2,0 pada sub periode I-II, dan II-III (I-III). Temuan ini juga mendukung hasil
(masing-masing 25% dan 50%). Hasil ini penelitian Husnan dan Pudjiastuti (1993) di
secara umum mengindikasikan adanya pasar modal Indonesia, dan temuan Nassir dan
stabilitas beta portofolio saham pada ketiga Shamser (1996), di pasar modal Malaysia.
Uji Prediktabilitas Beta Saham korelasi yang signifikan di antara beta saham
Prediktabilitas beta suatu saham diten- selama tiga sub periode pengamatan pada
tukan oleh stabilitas beta saham tersebut. tingkat kepercayaan 0,01 dan 0,05. Hasil ini
Kehandalan (reliability) koefisien beta saham mengindikasikan adanya prediktabilitas beta
sebagai suatu alat dalam penentuan keputusan saham antar sub periode pengamatan, yang
investasi bisa dibuktikan jika suatu beta saham juga berarti bahwa koefisien beta sub periode
saat ini bisa diestimasikan secara akurat dari saat ini bisa diprediksikan dari informasi beta
informasi beta masa lalu (Nassir dan Shamser, sub periode sebelumnya. Hasil ini juga
1996). Untuk membuktikan prediktabilitas beta konsisten dengan hasil penelitian yang
saham, alat uji yang bisa dipakai adalah dilakukan oleh Blume (1971) di New York
dengan alat uji statistik korelasi product Stock Exchange (NYSE), Murray (1995) di
moment dan korelasi rank-order (Blume, 1971; Dublin Stock Exchange; Husnan dan
Levy, 1971; Murray, 1995; Nassir dan Pudjiastuti (1993) di pasar modal Indonesia,
Shamsher, 1996). Kedua alat uji ini bisa serta Nassir dan Shamser (1996) di pasar
dipakai untuk mengukur derajat asosiasi antara modal Malaysia.
beta masa lalu dengan beta saat ini. Semakin Disamping pengujian terhadap predikta-
besar derajat asosiasi antara beta masa lalu bilitas beta saham individual, dalam penelitian
dengan beta saat ini, berarti semakin besar ini juga dilakukan pengujian terhadap
stabilitas dan prediktabilitas beta saham. prediktabilitas beta portofolio saham yang
terdiri dari 15 saham, untuk membuktikan
Pengujian prediktabilitas beta saham
apakah stabilitas beta portofolio saham lebih
dalam penelitian ini dilakukan dengan
kuat dibanding stabilitas beta saham indivi-
melakukan uji korelasi product moment dan
dual. Beta portofolio saham dihitung dengan
rank-order atas beta saham dari suatu sub
merata-ratakan 15 koefisien beta saham yang
periode terhadap beta saham bersangkutan
termasuk dalam portofolio. Setelah beta
pada sub periode berikutnya (sub periode I-II,
portofolio dihitung untuk ketiga sub periode,
sub periode II-III, dan sub periode I-III).
selanjutnya dilakukan uji korelasi product
Hasil pengujian korelasi product moment dan
moment dan rank-order antar sub periode.
rank-order terhadap beta saham individual
Hasil pengujian prediktabilitas beta portofolio
yang telah dikoreksi, bisa dilihat dalam Tabel
saham yang terdiri dari 15 saham bisa dilihat
6 di bawah ini.
dalam Tabel 7 berikut ini.
Berdasarkan hasil pengujian seperti dalam
Tabel 6 di atas, terlihat bahwa terdapat
Hasil pengujian korelasi product-moment portofolio saham, dalam Tabel 8 berikut ini
dan rank-order terhadap beta portofolio saham disajikan hasil uji korelasi beta portofolio
seperti yang terlihat dalam Tabel 6 di atas, saham yang terdiri dari 5, 10, 15 dan 20
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan saham. Pengujian ini dilakukan untuk melihat
pada beta portofolio saham antar periode apakah stabilitas dan prediktabilitas beta
pengamatan (sub periode I-II; sub periode II- portofolio saham meningkat seiring dengan
III, maupun sub periode I-III). Hasil ini semakin banyaknya saham yang dimasukkan
mengindikasikan adanya prediktabilitas beta dalam portofolio.
portofolio saham antar sub periode Dari hasil temuan seperti dalam Tabel 8 di
pengamatan. Hal ini juga berarti bahwa atas, terlihat bahwa koefisien korelasi product-
koefisien beta portofolio saham masa lalu bisa moment maupun rank-order cenderung sema-
dipakai untuk memprediksi beta portofolio saat kin meningkat dan signifikan seiring dengan
ini (beta masa depan). penambahan jumlah saham dalam portofolio.
Dengan membandingkan hasil uji korelasi Temuan ini mengindikasikan bahwa stabilitas
beta saham individual pada Tabel 6 dengan dan prediktabilitas beta portofolio saham
hasil uji korelasi beta portofolio saham pada selama tiga sub periode pengamatan tersebut
Tabel 7, maka akan terlihat bahwa beta cenderung meningkat seiring dengan semakin
portofolio saham pada Tabel 7 cenderung banyaknya jenis saham yang dimasukkan
mempunyai korelasi yang lebih tinggi dalam portofolio. Hasil temuan ini mendukung
dibanding korelasi beta saham individual. Hal kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh
ini juga mengindikasikan bahwa beta Blume (1971), dan Nassir dan Shamser (1996).
portofolio saham lebih stabil dan bisa Di samping itu, dalam tabel di atas secara
diprediksikan (predictable) dibanding beta umum juga terlihat bahwa koefisien korelasi
saham individual. Hasil ini konsisten dengan product-moment maupun rank-order cende-
hasil penelitian Blume (1971), Levy (1971), rung mengalami peningkatan secara berarti
dan Nassir dan Shamsher (1996), yang sampai mencapai portofolio yang terdiri dari
menemukan bahwa stabilitas beta portofolio 15 jenis saham, dan kemudian cenderung
saham cenderung lebih kuat dibanding beta menurun pada saat portofolio terdiri dari 20
saham individual. jenis saham.
Untuk melengkapi hasil pengamatan
terhadap stabilitas dan prediktabilitas beta
2001 Tandelilin & Lantara 175
dari 15 jenis saham, dan selanjutnya cenderung Fowler, D.J., dan C.H. Rorke, 1983, "The Risk
menurun pada saat beta portofolio terdiri dari Measurement When Shares are Subject to
20 jenis saham. Infrequent Trading," Journal of Financial
Sampel yang digunakan dalam penelitian Economics, 12, hal. 279-289.
ini hanya terdiri dari 95 jenis saham terpilih. Grinold, R.C., 1992, “Is Beta Dead Again?”,
Jumlah sampel sebesar ini masih tergolong BARRA Newsletter, Research Publication,
sedikit jika dibanding jumlah total saham yang http://www.barra.com/reserach_library/Bar
terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode raPub/ibda-n.asp
pengamatan yang dipakai dalam penelitian ini Hartono, J., dan Surianto, 1999, “Bias Di Beta
(sekitar 181 jenis saham). Penelitian Sekuritas dan Koreksinya Untuk Pasar
selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel Modal Yang Sedang Berkembang: Bukti
yang lebih banyak yang mungkin bisa Empiris Di Bursa Efek Jakarta,” Makalah
dilakukan dengan meniadakan kriteria bahwa Seminar, pada Seminar Nasional Hasil-
perusahaan yang akan dimasukkan sebagai hasil Penelitian, Forum Komunikasi
sampel tidak boleh melakukan company action Penelitian Manajemen dan Bisnis, UNDIP
(stock split, stock dividend maupun right issue) Semarang .
selama periode pengamatan. Jika kriteria ini Husnan, S., dan Pudjiastuti E., 1993,
dihilangkan, sebaiknya perlu dilakukan “Konsistensi Beta: Pengamatan di Bursa
penyesuaian (adjustment) terlebih dahulu Efek Jakarta”, Usahawan, 12, hal. 2–5.
terhadap return saham-saham yang melakukan Klemkosky, R. C., dan Martin. J. D., 1975,
company action. “The Adjustment of Beta Forecasts”,
Journal of Finance, 4, hal. 1123-1128.
DAFTAR PUSTAKA Levy, R. A., 1971, “On the Short-Term
Stationarity of Beta Coeficients”, Financial
Ariff, M., dan L. W. Johnson, 1990,
Analysts Journal, 25, hal. 55-62.
“Securities Markets & Stock Pricing:
Evidence From a Developing Capital Murray, L., 1995, “An Examination of Beta
Market in Asia”, Longman Singapore Estimation Using Daily Irish Data”,
Publisher Ltd., Singapore. Journal of Business Finance & Accounting,
22, hal 893-905.
Blume, E. M., 1971, “On the Assessment of
Risk”, Journal of Finance, 1, hal. 1-10. Nassir, A. Md., dan Shamsher, M., 1996,
“Stock Pricing in Malaysia”, Longman
______, 1975, "Betas and Their Regression
Singapore Publisher Ltd., Singapore.
Tendencies," Journal of Finance, 30, hal.
785-795. Scholes, M. dan J. Williams, 1977,
“Estimating Betas from Nonsynchronous
Brigham E. F., L. C. Gapenski, dan P. R.
Trading,” Journal of Financial Economics,
Daves, 1999, “Intermediate Financial
5, 309-327.
Management” 6th ed. The Dryden Press,
Harcourt Brace College Publishers, New Tandelilin, E. 1996, “Gains from International
York. Diversification: Indonesia and Philippines
Perspectives”, Disertasi, (unpublished).
Dimson, E., 1979, “Risk Measurement When
Shares are Subject to Infrequent Trading,” Van Horne, J. C., 1991, “Financial Manage-
Journal of Financial Economics, 7, 197- ment and Policy”, 8th ed., New Delhi.
226. Varian, V. R., 1993, “A Portfolio of Nobel
Elton, E. J., dan M. J. Gruber, 1995, “Modern Laureates: Markowitz, Miller, and Sharpe”,
Portfolio Theory and Investment Analysis”, Journal of Economic Perspectives, 1, hal.
5 ed., John Wiley & Sons, New York. 159-169.
2001 Tandelilin & Lantara 177