Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Vol. 16, No. 2, 2001, 164 - 176

STABILITAS DAN PREDIKTABILITAS BETA SAHAM:


STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK JAKARTA
Eduardus Tandelilin
I Wayan Nuka Lantara
Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT
The purpose of this research is to empirically analyze the stability and predictability
of beta of common stocks in the Jakarta Stock Exchange (JSX). This is accomplished by
first correcting the bias of beta using four-lead and four-lag versions of the Fowler and
Rorke method.
This study used the weekly returns of 95 stocks traded in the JSX from the first week
of January 1994 to the last week of December 1996. The weekly Composite Index of the
JSX was used as the proxy for market return. The stability and predictability of beta
were studied over three 52-week periods by using the matrix transition test and
correlation test.
The result indicates that there is stability and predictability of common stocks
during this research period. There is also an indication that portfolio betas are more
stable and predictable than individual betas.
Keywords: beta coefficient, beta stability and predictability, beta bias, four lead and
four lag Fowler and Rorke method.

PENDAHULUAN investasi di masa depan. Dengan melihat


perilaku koefisien beta dari waktu ke waktu,
Penelitian stabilitas beta saham merupa-
investor akan bisa memperkirakan besarnya
kan salah satu topik penelitian yang cukup
risiko sitematis di masa depan. Oleh karena itu,
banyak dilakukan dalam penelitian keuangan.
secara implisit bisa diartikan bahwa jika beta
Penelitian stabilitas beta pada dasarnya
bersifat stabil, maka beta saham juga bisa
ditujukan untuk meneliti perilaku risiko
diprediksikan. Selanjutnya, beta yang stabil
sistematis saham dari waktu ke waktu secara
dan bisa diprediksikan akan meingkatkan
berurutan. Disamping itu, penelitian tentang
kehandalan beta sebagai suatu komonen
stabilitas beta juga untuk membuktikan apakah
penting untuk penentuan return dan strategi
informasi beta masa lalu (beta historis) bisa
investasi (Nassir dan Shamsher, 1996).
digunakan untuk memprediksi beta masa
depan (Blume, 1975; Levy, 1971; Nassir dan Isu stabilitas beta terkait dengan
Shamsher, 1996). kehandalan informasi beta masa lalu (beta
Dalam pembuatan keputusan investasi, historis) untuk menaksir beta masa datang.
investor memerlukan ukuran risiko sistematis Sedangkan prediktabilitas beta saham tergan-
yang akurat dan tidak bias. Hal ini sangat tung pada stabilitas koefisien beta antara
penting bagi investor, sebagai dasar untuk periode yang digunakan untuk estimasi dan
memperkirakan besarnya risiko maupun return periode untuk prediksi. Dengan kata lain, jika
beta saham stabil maka beta saham tersebut
2001 Tandelilin & Lantara 165

juga bisa diprediksikan (predictable) - (Nassir harga saham bulanan. Beta yang digunakan
dan Shamser, 1996). Penggunaan beta yang adalah beta yang sebelumnya telah dikoreksi
tidak bias akan mampu meningkatkan lebih dahulu dengan metode koreksi Fowler
kehandalan beta masa lalu untuk memprediksi dan Rorke tiga lead dan tiga lag. Hasil
beta di masa datang (Elton dan Gruber, 1995; penelitian mereka menunjukkan bahwa, beta
Nassir dan Shamser, 1996). portofolio di pasar modal Malaysia cukup
Pendekatan yang paling umum dilakukan stabil dan bisa diprediksi dengan hasil yang
untuk mengukur stabilitas beta adalah dengan signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien
menghitung koefisien korelasi beta selama korelasi yang cenderung meningkat seiring
periode yang berurutan (Blume, 1971). dengan semakin banyaknya jumlah saham
Pendekatan lainnya adalah dengan mengguna- yang dimasukkan dalam portofolio. Ukuran
kan matriks transisi untuk melihat perubahan lainnya juga ditunjukkan oleh makin menge-
estimasi beta selama periode berurutan (Sharpe cilnya standar deviasi beta portofolio saham
dan Cooper, 1972). seiring dengan penambahan jumlah saham ke
dalam portofolio.
Van Horne (1991), menyatakan bahwa
beberapa hasil penelitian sebelumnya tentang Penelitian tentang stabilitas beta di pasar
stabilitas beta menunjukkan bahwa beta masa modal Indonesia juga pernah dilakukan oleh
lalu (past beta) berguna dalam memprediksi Husnan dan Pudjiastuti (1993). Mereka
beta di masa datang. Menurut Klemkosky dan melakukan pengujian terhadap 25 saham
Martin (1975), kemampuan beta masa lalu teraktif di BEJ, dengan data harga saham dan
untuk memprediksi beta masa depan terlihat IHSG mingguan, selama periode 1990-1992.
bervariasi tergantung dari ukuran portofolio Hasil penelitian mereka menunjukkan adanya
yang dilakukan. Semakin besar jumlah saham korelasi positif yang cukup tinggi pada beta
dalam portofolio semakin besar stabilitas beta saham-saham di pasar modal Indonesia. Hasil
portofolio tersebut selama beberapa periode. penelitian ini membuktikan adanya stabilitas
beta saham di pasar modal Indonesia.
Penelitian sebelumnya tentang stabilitas
beta saham pernah dilakukan antara lain oleh Isu stabilitas dan prediktabilitas beta
Blume (1971), dan Levy (1971), yang saham di pasar modal Indonesia kiranya
menemukan bahwa stabilitas beta dipengaruhi menarik untuk diteliti lebih lanjut, dengan
oleh jumlah saham yang dimasukkan dalam terlebih dahulu mengurangi bias beta saham
portofolio. Mereka menemukan bahwa beta dengan menggunakan metode koreksi beta
portofolio saham lebih stabil dibanding beta saham Fowler dan Rorke empat lead dan
saham individual. Temuan tersebut ditunjuk- empat lag. Dengan demikian, penelitian ini
kan oleh koefisien korelasi baik korelasi bertujuan untuk membuktikan secara empiris
product moment (PM) maupun rank-order stabilitas dan prediktabilitas beta saham di
(RO) yang cenderung semakin meningkat Bursa Efek Jakarta, dengan terlebih dahulu
seiring dengan semakin banyaknya jumlah melakukan koreksi terhadap bias estimasi beta,
saham yang dimasukkan dalam portofolio. dengan menggunakan metode koreksi beta
saham Fowler dan Rorke empat lead dan
Nassir dan Shamser (1996), juga pernah empat lag. Metode koreksi bias beta ini dipilih
melakukan penelitian tentang stabilitas beta karena merupakan metode koreksi bias beta
saham di pasar modal Malaysia selama periode yang terbukti secara empiris paling mampu
waktu 15 tahun (terdiri dari 3 periode waktu 5- mengurangi bias beta di Bursa Efek Jakarta
tahunan). Data yang digunakan adalah data (Hartono dan Surianto, 1999).
166 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

KAJIAN LITERATUR DAN Shamser, 1996). Berbagai metode koreksi


PERUMUSAN HIPOTESIS estimasi beta untuk menghilangkan bias beta
Konsep beta hingga saat ini merupakan saham pernah dikemukakan antara lain oleh
konsep yang sangat penting dalam manajemen Scholes dan William (1977), Dimson (1979),
portofolio (Grinold, 1992; Varian, 1993). Beta serta Fowler dan Rorke (1983).
merupakan suatu mekanisme kontrol terhadap Ariff dan Johnson (1990), mengadakan
risiko yang masih banyak dipakai oleh para pengujian terhadap berbagai metode estimasi
manajer portofolio, karena sesuai dengan beta dengan membandingkan hasil estimasi
konsep hubungan risiko dan return dalam OLS serta ketiga metode koreksi beta Scholes
CAPM, beta mempunyai hubungan yang kuat dan William (1977), metode koreksi Dimson
dengan return suatu investasi. Peran beta (1979), dan metode koreksi Fowler dan Rorke
dalam menajemen portofolio pada dasarnya (1983), untuk menentukan metode manakah
bisa dibagi menjadi tiga peran utama (Barra, yang menghasilkan estimasi beta yang paling
1988), yaitu: (1) meramalkan risiko sistemastis baik. Penelitian tersebut dilakukan di pasar
portofolio, (2) ukuran risiko sistematis yang modal Singapura, menggunakan data bulanan
terjadi (realized market risk), dan (3) selama periode Januari 1975 sampai dengan
meramalkan return yang diharapkan dari suatu Maret 1988. Hasil penelitian tersebut menyim-
portofolio. pulkan bahwa metode koreksi Fowler dan
Rorke dengan tiga lead dan tiga lag merupakan
Estimasi beta yang akurat sangat diper-
metode yang menghasilkan estimasi beta
lukan investor untuk membuat keputusan
paling akurat.
investasi yang tepat. Jika estimasi beta saham
mengandung bias, maka informasi yang bias Penelitian yang sama juga pernah
tersebut akan bisa menjerumuskan investor dilakukan Hartono dan Surianto (1999) di
pada keputusan investasi yang salah. Bursa Efek Jakarta. Penelitian tersebut juga
dilakukan untuk melihat metode estimasi beta
Meskipun kelihatannya sederhana,
yang paling tepat untuk pasar modal Indonesia.
pengukuran beta merupakan pengukuran yang
Hasil yang diperoleh adalah bahwa metode
kompleks, disebabkan oleh dua hal utama yaitu
koreksi beta yang paling baik untuk pasar
(Nassir, dan Shamser, 1996): (1) periode saat
modal Indonesia adalah metode Fowler dan
beta tersebut dihitung, dan (2) frekuensi
Rorke dengan empat lead dan empat lag. Di
perdagangan yang tidak sinkron
samping itu, ditemukan pula bahwa dengan
(nonsynchronous trading). Sebab pertama
menormalkan distribusi data terlebih dahulu,
berkaitan dengan isu stabilitas beta saham,
periode koreksi dari beta yang bias akan bisa
sedangkan sebab kedua berkaitan dengan isu
dipercepat, yaitu hanya dibutuhkan satu
bias beta saham.
periode mundur (lag) dan satu periode maju
Isu bias beta saham pada pasar modal (lead) saja.
yang berkembang sangat perlu diperhatikan,
karena beta yang bias bisa mengurangi Penggunaan beta sebagai ukuran risiko
keakuratan hasil estimasi return yang dalam penentuan tingkat return yang
diharapkan dari suatu investasi. Oleh karena disyaratkan investor akan lebih berguna jika
itu, untuk meningkatkan keakuratan estimasi beta tersebut relatif stabil. Beta dikatakan
return suatu investasi, investor tentu saja stabil jika misalnya A>B tahun ini tetap
memerlukan estimasi ukuran risiko sistematis terjadi untuk tahun depan, meskipun bukan
yang tidak bias. Hal ini mendorong berarti bahwa A tahun ini harus sama dengan
dikembangkannya berbagai metode untuk A tahun depan (Husnan dan Pudjiastuti,
mengurangi bias beta yang terjadi (Nassir dan 1993). Elton dan Gruber (1995), dan Blume
(1975), menyatakan bahwa beta stabil jika
2001 Tandelilin & Lantara 167

mempunyai kecenderungan kearah satu. Berdasarkan argumentasi diatas, bisa


Artinya, jika beta saham pada suatu periode dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
>1, maka pada tahun berikutnya beta tersebut
H2: Beta saham-saham di Bursa Efek Jakarta
akan turun mendekati satu, demikian pula
bisa diprediksikan (predictable).
sebaliknya.
Secara teoritis stabilitas beta saham
dipengaruhi oleh jumlah saham yang METODOLOGI PENELITIAN
dimasukkan dalam portofolio. Semakin besar Data dan Sampel
jenis saham dalam portofolio, semakin besar
stabilitas beta portofolio tersebut, demikian Data yang digunakan dalam penelitian ini
sebaliknya (Levy, 1971; Blume, 1975; adalah data harga penutupan saham mingguan
Klemkosky dan Martin, 1975; Van Horne, (closing price) untuk menghitung return saham
1991; Nassir dan Shamser, 1996). dan indeks harga pasar gabungan (IHSG)
mingguan sebagai proksi untuk menghitung
Penelitian sebelumnya tentang stabilitas return pasar.
beta pernah dilakukan antara lain oleh Blume
(1971), Levy (1971); Fabozzi dan Francis Sampel yang digunakan dalam penelitian
(1977); Scott dan Brown (1980) di pasar modal ini didasarkan pada tiga kriteria pemilihan
Amerika, Dimson dan Marsh (1983) di pasar sampel, yaitu: (1) saham-saham yang dipilih
modal Inggris, serta Nassir dan Shamser harus sudah terdaftar sebelum tanggal 1
(1996) di pasar modal Malaysia. Mereka Januari 1994; (2) saham-saham tersebut harus
menemukan bahwa terdapat stabilitas beta tetap terdaftar di Bursa Efek Jakarta sampai
selama beberapa periode tertentu pada saham- tanggal 31 Desember 1996; dan (3) saham-
saham di pasar modal tersebut. Di samping itu saham yang dipilih, tidak melakukan company
mereka juga menemukan bahwa stabilitas beta action (stock split, stock dividend, dan right
portofolio saham cenderung lebih stabil issue) selama periode 1 Januari 1994 sampai
dibanding beta saham individual. Sedangkan, 31 Desember 1996. Jumlah saham yang
untuk pasar modal Indonesia, penelitian memenuhi kriteria tersebut dan sekaligus
stabilitas beta pernah dilakukan oleh Husnan sebagai sampel dalam penelitian ini sebanyak
dan Pudjiastuti (1993), dengan menggunakan 95 saham.
data harga saham mingguan dan IHSG Pengamatan terhadap stabilitas dan
mingguan. Mereka menemukan bahwa prediktabilitas saham dalam penelitian ini
terdapat stabilitas beta saham di pasar modal dilakukan selama tiga sub periode 52
Indonesia yang ditunjukkan oleh korelasi mingguan: 52 minggu pertama, 52 minggu
positif yang cukup tinggi. Dari tinjauan kedua dan 52 minggu ketiga. Periode
literatur dan hasil penelitian diatas, bisa pengamatan dimulai dari minggu pertama
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: bulan Januari 1994 sampai dengan minggu
terakhir bulan Desember 1996 (156 minggu).
H1 : Beta saham-saham di Bursa Efek Jakarta
Penggunaan data mingguan memungkinkan
stabil.
perhitungan beta bagi perusahaan yang baru
Nassir dan Shamser (1996), secara implisit masuk bursa, sehingga tidak perlu menunggu
mengasumsikan bahwa jika beta stabil maka waktu yang terlalu lama (misalnya 5 tahun
beta tersebut bisa diprediksikan (predictable). untuk data bulanan 60 bulan)– (Nassir,
Beta yang stabil dan bisa diprediksikan akan Shamser, 1996). Disamping itu, periode
meningkatkan validitas beta sebagai dasar pengamatan yang terlalu lama (jika mengguna-
untuk pengambilan keputusan investasi. kan data bulanan) juga membuka peluang yang
makin besar untuk terjadinya perubahan
168 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

struktural yang cukup berarti pada perusahaan beta koreksi berdasar metode tersebut adalah
penerbit saham (Husnan dan Pudjiastuti, sebagai berikut (Ariff dan Johnson, 1990;
1993). Hartono dan Surianto, 1999):
Rit= i + 4 Rmt-4 + 3 Rmt-3 + 2 Rmt-2 +
Metode Analisis Data
1 Rmt-1 +  0 Rmt + 4 Rmt-4 +
Langkah pertama yang dilakukan dalam -3 Rmt+3 + -2 Rmt+2 + -1 Rmt+1 + it
penelitian ini adalah menghitung return saham
dan return pasar dengan formulasi berikut: i = W4i-4 + W3i-3 + W2i-2 +W1i-1 +
Pt - Pt -1 0 + W1i+1 + W2i+2 + W3i+3 +
Rt 
Pt -1 W4i+4
dimana: Dalam persamaan diatas, W melambang-
Rt = return saham dan atau indeks pasar kan bobot yang dipakai untuk menghitung
pada minggu ke-t koefisien beta yang telah dikoreski. Bobot
Pt = harga saham dan atau indeks pasar yang digunakan untuk mengalikan koefisien-
pada minggu ke-t koefisien regresi untuk empat lead dan empat
Pt-1 = harga saham dan atau indeks pasar lag dihitung dengan rumus sebagai berikut
pada minggu ke t-1. (Ariff dan Johnson, 1990; Hartono dan
Surianto, 1999):
Return saham dan return pasar yang telah
dihitung tersebut selanjutnya dipakai untuk 1  21  2 2  23   4
W1 
menghitung beta untuk masing-masing saham 1  21  2 2  23  2 4
perusahaan yang termasuk dalam sampel, 1  21  2 2  3   4
dengan menggunakan regresi OLS, berdasar- W2 
1  21  2 2  23  2 4
kan model indeks tunggal sebagai berikut ini
(Elton dan Gruber, 1995): 1  21   2  3   4
W3 
1  21  2 2  23  2 4
Rit = i + i RMt + it
1  1   2  3   4
dimana: W4 
1  21  2 2  23  2 4
Rit = return saham perusahaan i pada
minggu t Sedangkan, 1, 2, 3 diperoleh dari
i = intersep dari regresi untuk masing- persamaan regresi sebagai berikut (Hartono
masing perusahaan i dan Surianto, 1999):
i = beta untuk masing-masing perusa-
Rmt = i + 1 Rmt-1 + 2 Rmt-2 + 3 Rmt-3 + t
haan i
RMt = return indeks pasar pada minggu t Beta yang telah dikoreksi dengan metode
it = kesalahan residu untuk persamaan koreksi Fowler dan Rorke empat lead dan
regresi perusahaan i pada minggu t. empat lag tersebut selanjutnya diuji stabili-
tasnya dengan menggunakan alat uji matriks
Beta yang diperoleh dari persamaan transisi, untuk melihat pergerakan beta saham
regresi OLS tersebut, diakui masih mengan- dalam kelas risikonya dari satu sub periode ke
dung bias. Oleh karena itu, beta tersebut perlu sub periode berikutnya. Sebelumnya, hasil
dikoreksi dari bias terlebih dahulu dengan estimasi beta saham-saham dengan mengguna-
menggunakan metode koreksi beta beta Fowler kan metode koreksi Fowler dan Rorke terlebih
dan Rorke dengan empat lead dan empat lag. dahulu dikelompokkan berdasarkan kelas
Secara matematis, rumus untuk menghitung risikonya (0,2; 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; dan 2,0).
2001 Tandelilin & Lantara 169

Kemudian, dilihat berapa persentase dari dibanding jika banyaknya n yang diuji yang
saham-saham tersebut yang tetap berada dalam berjumlah kecil.
kelas risikonya masing-masing pada periode Beta yang stabil, secara implisit bisa
berurutan. Pengujian stabilitas beta saham diartikan bahwa beta tersebut bisa dipredik-
dalam penelitian ini dilakukan terhadap beta sikan. Pengujian prediktabilitas beta saham
saham individual maupun terhadap beta maupun portofolio saham dilakukan dengan
portofolio saham. alat uji korelasi product-moment dan rank-
Metode pembentukan portofolio saham order. Semakin signifikan korelasi beta
dilakukan dengan menggunakan metode simu- portofolio dalam periode berurutan, semakin
lasi random (Tandelilin, 1996). Pembentukan tinggi prediktabilitas beta saham maupun
portofolio berdasarkan metode simulasi portofolio saham tersebut.
random dilakukan dengan memilih secara
random saham-saham yang akan dimasukkan
HASIL PENELITIAN
ke dalam portofolio sesuai dengan besarnya
ukuran portofolio, berkali-kali sebanyak Deskripsi Beta Saham Individual
jumlah sampel, sehingga bisa dibentuk Beta saham yang belum dikoreksi
portofolio dalam jumlah yang banyak (95 diperoleh dari hasil regresi sederhana (OLS)
portofolio). Kelebihan metode ini jika diban- antara variabel return saham terhadap return
dingkan dengan metode pembentukan porto- pasar. Sedangkan beta saham yang terkoreksi
folio secara random biasa adalah diperolehnya dihitung dengan menggunakan metode koreksi
jumlah portofolio yang lebih banyak (n yang Fowler dan Rorke, empat lead dan empat lag.
besar), sehingga hasil pengujian yang Deskripsi hasil perhitungan beta saham-saham
diperoleh mungkin menjadi lebih baik, terkoreksi yang diuji dalam penelitian ini bisa
dilihat dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Deskripsi Beta Saham-Saham Individual Perusahaan Sampel yang Telah Dikoreksi

Rata- Standar Standar Varia


Periode Minimum Maksimum
rata Deviasi Error ns
Sub periode I 1,070 -4,284 7,979 1,857 0,191 3,448
Sub periode II 1,115 -3,366 5,094 1,608 0,165 2,586
Sub periode III 1,227 -1,174 6,028 1,441 0,148 2,077

Deskripsi beta saham-saham individual Beta saham secara keseluruhan atau


yang telah dikoreksi dengan metode koreksi disebut juga sebagai beta pasar merupakan
Fowler dan Rorke empat lead dan empat lag, nilai rata-rata tertimbang masing-masing beta
seperti terlihat pada Tabel 1 di atas menun- saham individual. Dalam penelitian ini, beta
jukkan bahwa terdapat beta saham negatif pada pasar ditunjukkan oleh nilai rata-rata beta
ketiga sub periode pengamatan. Beta terendah saham individual yang telah terkoreksi. Beta
pada sub periode I adalah –4,248 dan tertinggi saham yang telah terhindar dari bias akibat
sebesar 7,979, sedangkan untuk sub periode perdagangan yang tidak sinkron diindikasikan
II, beta terendah sebesar -3,366 dan tertinggi oleh nilai rata-rata saham yang mendekati nilai
sebesar 5,094. Untuk sub periode III, beta 1,0 (Arif dan Johnson , 1990; Hartono dan
terendah sebesar –1,174 dan beta tertinggi Surianto, 1999). Beta saham yang telah
sebesar 6,028. terkoreksi untuk sub periode I sebesar 1,070
dengan standar deviasi 1,856. Sedangkan nilai
170 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

rata-rata beta saham individual untuk sub empat lag, yang ditandai oleh beta pasar yang
periode II sebesar 1,115 dengan standar deviasi mendekati nilai 1,0.
1,608. Untuk sub periode III, nilai rata-rata Untuk melengkapi hasil uji deskripsi beta
beta saham individual yang telah dikoreksi saham individual yang telah dikoreksi, beta
adalah 1,226 dengan standar deviasi sebesar saham-saham individual tersebut selanjutnya
1,441. Hasil koreksi beta saham seperti dalam dikelompokkan ke dalam enam kelas risiko,
Tabel 1 di atas juga konsisten dengan hasil dari kelas risiko rendah sampai kelas risiko
penelitian Hartono dan Surianto (1999) di yang tinggi (0,2; 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; dan 2,0).
pasar modal Indonesia yang menemukan Tabel distribusi frekuensi berdasarkan kelas
bahwa metode yang paling mampu risiko beta saham bisa dilihat dalam Tabel 2
mengurangi bias beta saham adalah metode berikut ini.
koreksi Fowler dan Rorke empat lead dan

Tabel 2. Distribusi Beta Saham Individual yang telah dikoreksi Perusahaan Sampel (N=95)

Sub periode I Sub periode II Sub periode III


Kelas
Risiko Jumlah % terhadap Jumlah % terhadap Jumlah % terhadap
Saham total sampel Saham total sampel Saham total sampel
0,2 37 38,95% 32 33,68% 32 33,68%
0,4 13 13,68% 10 10,53% 8 8,42%
0,8 8 8,42% 13 13,68% 13 13,68%
1,2 5 5,26% 9 9,47% 10 10,53%
1,6 4 4,21% 9 9,47% 9 9,47%
2,0 28 29,47% 22 23,16% 23 24,21%
TOTAL 95 100% 95 100% 95 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa distribusi Uji Stabilitas Beta Saham
beta saham individual yang telah dikoreksi,
Pengujian terhadap stabilitas beta saham
sebagian besar berada pada kelas risiko yang
selama tiga sub periode pengamatan bertujuan
paling rendah (0,2) maupun yang paling tinggi
untuk melihat apakah beta saham di Bursa
(2,0). Pada ketiga sub periode pengamatan,
Efek Jakarta stabil, sehingga bisa diprediksi
persentase beta saham individual yang berada
(predictable). Pengujian stabilitas beta saham
pada kelas risiko tersebut rata-rata antara 23%-
dilakukan dengan alat uji matriks transisi
39%. Sedangkan untuk kelas risiko menengah
untuk melihat apakah beta saham yang
lainnya, persentase distribusi beta saham
termasuk dalam suatu kelas risiko pada suatu
individual hanya mencapai 4%-13% dari total
sub periode akan tetap berada pada kelas risiko
jumlah sampel saham. Hal ini berarti bahwa
yang sama pada sub periode berikutnya. Hasil
selama tiga sub periode tersebut, sebagian
pengujian matriks transisi terhadap beta
besar saham merupakan saham-saham yang
saham-saham individual yang telah dikoreksi
memiliki beta saham yang rendah (lebih kecil
bisa dilihat dalam Tabel 3 berikut ini.
dari 0,4) dan sebagian besar lainnya merupa-
kan saham dengan beta yang tinggi (lebih
tinggi dari 2,0).
2001 Tandelilin & Lantara 171

Tabel 3. Matriks Transisi Beta Saham Individual Perusahaan Sampel yang Telah Dikoreksi
(N=95)

Sub periode I - II Sub periode II - III Sub periode I - III


Kelas
Risiko Jumlah Jumlah (%) yang Jumlah Jumlah (%) yang Jumlah Jumlah (%) yang
saham tetap dalam kelas saham tetap dalam kelas saham tetap dalam kelas
0,2 37 15 (40,54%) 32 13 (40,62%) 37 18 (48,65%)
0,4 13 3 (23,08%) 10 4 (40%) 13 3 (23,08%)
0,8 8 2 (25%) 13 2 (15,38%) 8 3 (37,50%)
1,2 5 1 (20%) 9 1 (11,11%) 5 0 (0%)
1,6 4 1 (25%) 9 3 (33,33%) 4 1 (25%)
2,0 28 15 (53,57%) 22 10 (45,45%) 28 10 (35,71%)

Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa 15 saham individual. Koefisien beta portofolio yang
saham (40,54%) dari 37 saham yang termasuk telah dihitung tersebut, selanjutnya diperlakukan
dalam kelas risiko 0,2 pada sub periode I tetap sama dengan pengujian stabilitas beta saham
berada dalam kelas risiko yang sama pada sub individual. Beta portofolio saham yang telah
periode II, dan 18 (48,65%) tetap berada pada dihitung sebelumnya dikelompokkan dalam enam
sub periode III. Sedangkan diantara 32 saham kelas risikonya masing-masing berdasarkan
yang termasuk dalam kelas risiko 0,2 pada koefisien betanya dan diamati pergerakan
periode II, 13 saham (40,62%) diantaranya tetap kelasnya selama tiga sub periode pengamatan.
berada pada kelas risiko yang sama untuk sub Distribusi beta portofolio saham yang terdiri dari
periode III. Untuk kelas risiko 0,4 sampai 15 saham bisa dilihat pada Tabel 4 berikut.
dengan 1,6, terlihat bahwa persentase saham- Distribusi beta portofolio saham seperti
saham yang berada pada kelas risiko yang sama dalam tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian
sampai dengan sub periode berikutnya, berada besar beta portofolio saham berada dalam kelas
pada kisaran 20%-30%. Sedangkan, untuk kelas risiko 0,4 sampai dengan kelas risiko 1,6. Beta
risiko 2,0, sebanyak 53,57% tetap berada pada portofolio saham yang berada pada kelas risiko
sub periode I-II, 45,45% untuk sub periode II-III tersebut rata-rata sebesar 10%-38% selama tiga
dan 35,71% untuk sub periode I-III. Dari hasil sub periode pengamatan. Sedangkan beta
tersebut, secara keseluruhan bisa disimpulkan portofolio saham yang berada pada kelas risiko
bahwa terdapat indikasi adanya stabilitas beta terendah (0,2) dan kelas risiko tertinggi (2,0)
saham individual selama tiga sub periode rata-rata hanya mencapai kurang dari 5%. Hasil
pengamatan tersebut. Jika dihitung dengan rata- ini menunjukkan pola distribusi yang berbeda
rata tertimbang, persentase keanggotaan kelas dengan beta saham individual, dimana beta
risiko beta saham selama tiga sub periode saham individual kebanyakan berada pada kelas
pengamatan rata-rata berada di atas 30%. Di risiko paling rendah (0,2) dan atau paling tinggi
samping itu, temuan di atas juga memperlihatkan (2,0), sedangkan beta portofolio saham
adanya indikasi bahwa stabilitas beta saham kebanyakan berada dalam kelas risiko 0,4 sampai
cenderung semakin berkurang jika diuji dalam dengan kelas risiko 1,6. Hal ini mungkin
sub periode yang lebih panjang, misalnya dalam disebabkan karena pengaruh saling meniadakan
hal ini antara sub periode I-III. (cancelling out) diantara beta saham-saham
Pengujian stabilitas beta saham juga individual yang membentuk portofolio
dilakukan terhadap beta portofolio saham yang (Blume,1975; dan Levy, 1971), sehingga beta
terdiri dari 15 saham. Hal ini dilakukan untuk portofolio cenderung berada dalam kelas risiko
membuktikan apakah stabilitas beta portofolio menengah antara 0,4 dan 1,6.
saham lebih tinggi dibanding stabilitas beta
172 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

Tabel 4. Distribusi Beta Portofolio Saham Perusahaan Sampel


(Portofolio 15 saham; N=95)
Sub periode I Sub periode II Sub periode III
Kelas
Risiko Jumlah % terhadap Jumlah % terhadap Jumlah % terhadap
Portofolio total sampel Portofolio total sampel Portofolio total sampel
0,2 1 1,05% 0 0% 0 0%
0,4 10 10,53% 11 11,58% 9 9,47%
0,8 32 33,68% 31 32,63% 26 27,37%
1,2 36 37,89% 29 30,53% 28 29,47%
1,6 12 12,63% 22 23,16% 27 28,42%
2,0 4 4,21% 2 2,11% 5 5,26%
TOTAL 95 100% 95 100% 95 100%

Untuk menguji stabilitas beta portofolio sub periode pengamatan beta portofolio saham
saham bisa juga dilakukan dengan matriks yang tergolong dalam kelas risiko 0,4 sampai
transisi beta portofolio saham, dengan melihat dengan 1,6. Disamping itu, beta portofolio
pergerakan kelas risiko beta portofolio saham saham terlihat lebih stabil dibanding stabilitas
dari satu sub periode ke sub periode beta saham individual, terutama pada beta
berikutnya. Dari Tabel 5 di bawah ini terlihat portofolio saham dalam kelas risiko 0,4 sampai
bahwa rata-rata lebih dari 30% beta portofolio 1,6. Jika dihitung dengan rata-rata tertimbang,
saham yang masuk dalam empat kelas risiko persentase keanggotaan kelas risiko beta
(0,4; 0,8; 1,2; dan 1,6) tetap berada pada kelas portofolio saham rata-rata berada di atas 40%.
risikonya masing-masing pada sub periode Di samping itu, hasil pengujian matriks transisi
berikutnya (I-II, II-III, dan I-III). Sedangkan terhadap beta portofolio saham di atas juga
untuk beta portofolio saham yang termasuk memperlihatkan fenomena yang sama dengan
dalam kelas risiko 0,2 dan 2,0, sama sekali hasil pengujian stabilitas beta saham indivi-
tidak terdapat portofolio saham yang termasuk dual, di mana terdapat kecenderungan berku-
dalam kelas risiko tersebut yang tetap berada rangnya stabilitas beta portofolio saham jika
dalam kelas risikonya, kecuali untuk kelas diamati dalam sub periode yang lebih panjang
risiko 2,0 pada sub periode I-II, dan II-III (I-III). Temuan ini juga mendukung hasil
(masing-masing 25% dan 50%). Hasil ini penelitian Husnan dan Pudjiastuti (1993) di
secara umum mengindikasikan adanya pasar modal Indonesia, dan temuan Nassir dan
stabilitas beta portofolio saham pada ketiga Shamser (1996), di pasar modal Malaysia.

Tabel 5. Matriks Transisi Beta Portofolio Saham Perusahaan Sampel


(Portofolio 15 saham; N=95)
Sub periode I - II Sub periode II - III Sub periode I - III
Kelas
Risiko Jumlah Jumlah (%) yang Jumlah Jumlah (%) yang Jumlah Jumlah (%) yang
Portofolio tetap dalam kelas Portofolio tetap dalam kelas Portofolio tetap dalam kelas
0,2 1 0 (0%) 0 0 (0%) 1 0 (0%)
0,4 10 4 (40%) 11 1 (9,09%) 10 4 (30%)
0,8 32 15 (46,88%) 31 9 (29,03%) 32 9 (28,13%)
1,2 36 14 (38,89%) 29 9 (31,03%) 36 10 (27,78%)
1,6 12 6 (50%) 22 9 (40,91%) 12 6 (50%)
2,0 4 1 (25%) 2 1 (50%) 4 0 (0%)
2001 Tandelilin & Lantara 173

Uji Prediktabilitas Beta Saham korelasi yang signifikan di antara beta saham
Prediktabilitas beta suatu saham diten- selama tiga sub periode pengamatan pada
tukan oleh stabilitas beta saham tersebut. tingkat kepercayaan 0,01 dan 0,05. Hasil ini
Kehandalan (reliability) koefisien beta saham mengindikasikan adanya prediktabilitas beta
sebagai suatu alat dalam penentuan keputusan saham antar sub periode pengamatan, yang
investasi bisa dibuktikan jika suatu beta saham juga berarti bahwa koefisien beta sub periode
saat ini bisa diestimasikan secara akurat dari saat ini bisa diprediksikan dari informasi beta
informasi beta masa lalu (Nassir dan Shamser, sub periode sebelumnya. Hasil ini juga
1996). Untuk membuktikan prediktabilitas beta konsisten dengan hasil penelitian yang
saham, alat uji yang bisa dipakai adalah dilakukan oleh Blume (1971) di New York
dengan alat uji statistik korelasi product Stock Exchange (NYSE), Murray (1995) di
moment dan korelasi rank-order (Blume, 1971; Dublin Stock Exchange; Husnan dan
Levy, 1971; Murray, 1995; Nassir dan Pudjiastuti (1993) di pasar modal Indonesia,
Shamsher, 1996). Kedua alat uji ini bisa serta Nassir dan Shamser (1996) di pasar
dipakai untuk mengukur derajat asosiasi antara modal Malaysia.
beta masa lalu dengan beta saat ini. Semakin Disamping pengujian terhadap predikta-
besar derajat asosiasi antara beta masa lalu bilitas beta saham individual, dalam penelitian
dengan beta saat ini, berarti semakin besar ini juga dilakukan pengujian terhadap
stabilitas dan prediktabilitas beta saham. prediktabilitas beta portofolio saham yang
terdiri dari 15 saham, untuk membuktikan
Pengujian prediktabilitas beta saham
apakah stabilitas beta portofolio saham lebih
dalam penelitian ini dilakukan dengan
kuat dibanding stabilitas beta saham indivi-
melakukan uji korelasi product moment dan
dual. Beta portofolio saham dihitung dengan
rank-order atas beta saham dari suatu sub
merata-ratakan 15 koefisien beta saham yang
periode terhadap beta saham bersangkutan
termasuk dalam portofolio. Setelah beta
pada sub periode berikutnya (sub periode I-II,
portofolio dihitung untuk ketiga sub periode,
sub periode II-III, dan sub periode I-III).
selanjutnya dilakukan uji korelasi product
Hasil pengujian korelasi product moment dan
moment dan rank-order antar sub periode.
rank-order terhadap beta saham individual
Hasil pengujian prediktabilitas beta portofolio
yang telah dikoreksi, bisa dilihat dalam Tabel
saham yang terdiri dari 15 saham bisa dilihat
6 di bawah ini.
dalam Tabel 7 berikut ini.
Berdasarkan hasil pengujian seperti dalam
Tabel 6 di atas, terlihat bahwa terdapat

Tabel 6. Korelasi Product-Moment dan Rank-Order Saham-saham Individual Perusahaan Sampel


(N=95)

Product-Moment Correlation Rank-Order Correlation


Periode
Sub periode II Sub periode III Sub periode II Sub periode III
Sub periode I 0,472 0,236 0,413 0,269
0,000* 0,021** 0,000* 0,008*
Sub periode II 0,317 0,214
0,002* 0,038**
* Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed)
** Korelasi signifikan pada tingkat 0,05 (2-tailed)
174 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

Tabel 7. Korelasi Product-Moment dan Rank-Order Portofolio Saham Perusahaan Sampel


(Portofolio 15 saham, N=95)

Product-Moment Correlation Rank-Order Correlation


Periode
Sub periode II Sub periode III Sub periode II Sub periode III
Sub periode I 0,518 0,305 0,482 0,287
0,000* 0,003* 0,000* 0,005*
Sub periode II 0,407 0,380
0,000* 0,000*
* Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed)

Hasil pengujian korelasi product-moment portofolio saham, dalam Tabel 8 berikut ini
dan rank-order terhadap beta portofolio saham disajikan hasil uji korelasi beta portofolio
seperti yang terlihat dalam Tabel 6 di atas, saham yang terdiri dari 5, 10, 15 dan 20
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan saham. Pengujian ini dilakukan untuk melihat
pada beta portofolio saham antar periode apakah stabilitas dan prediktabilitas beta
pengamatan (sub periode I-II; sub periode II- portofolio saham meningkat seiring dengan
III, maupun sub periode I-III). Hasil ini semakin banyaknya saham yang dimasukkan
mengindikasikan adanya prediktabilitas beta dalam portofolio.
portofolio saham antar sub periode Dari hasil temuan seperti dalam Tabel 8 di
pengamatan. Hal ini juga berarti bahwa atas, terlihat bahwa koefisien korelasi product-
koefisien beta portofolio saham masa lalu bisa moment maupun rank-order cenderung sema-
dipakai untuk memprediksi beta portofolio saat kin meningkat dan signifikan seiring dengan
ini (beta masa depan). penambahan jumlah saham dalam portofolio.
Dengan membandingkan hasil uji korelasi Temuan ini mengindikasikan bahwa stabilitas
beta saham individual pada Tabel 6 dengan dan prediktabilitas beta portofolio saham
hasil uji korelasi beta portofolio saham pada selama tiga sub periode pengamatan tersebut
Tabel 7, maka akan terlihat bahwa beta cenderung meningkat seiring dengan semakin
portofolio saham pada Tabel 7 cenderung banyaknya jenis saham yang dimasukkan
mempunyai korelasi yang lebih tinggi dalam portofolio. Hasil temuan ini mendukung
dibanding korelasi beta saham individual. Hal kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh
ini juga mengindikasikan bahwa beta Blume (1971), dan Nassir dan Shamser (1996).
portofolio saham lebih stabil dan bisa Di samping itu, dalam tabel di atas secara
diprediksikan (predictable) dibanding beta umum juga terlihat bahwa koefisien korelasi
saham individual. Hasil ini konsisten dengan product-moment maupun rank-order cende-
hasil penelitian Blume (1971), Levy (1971), rung mengalami peningkatan secara berarti
dan Nassir dan Shamsher (1996), yang sampai mencapai portofolio yang terdiri dari
menemukan bahwa stabilitas beta portofolio 15 jenis saham, dan kemudian cenderung
saham cenderung lebih kuat dibanding beta menurun pada saat portofolio terdiri dari 20
saham individual. jenis saham.
Untuk melengkapi hasil pengamatan
terhadap stabilitas dan prediktabilitas beta
2001 Tandelilin & Lantara 175

Tabel 8. Uji Korelasi Beta Portofolio Saham


Perusahaan Sampel (N=95)

Jumlah Saham dalam Korelasi Product


Interval Estimasi Korelasi Rank- Order
Portofolio Moment
Sub Periode I-II 5 0,496* 0,553*
10 0,508* 0,531*
15 0,518* 0,482*
20 0,484* 0,426*
Sub Periode II-III 5 0,362* 0,317*
10 0,301* 0,270*
15 0,407* 380*
20 0,246** 0,279*
Sub Periode I-III 5 0,239** 0,238**
10 0,291* 0,276*
15 0,305* 0,287*
20 0,264* 0,219**
* Korelasi signifikan pada tingkat keyakinan 0,01 (2-tailed)
** Korelasi signifikan pada tingkat keyakinan 0,05 (2-tailed)

KESIMPULAN adanya indikasi prediktabilitas beta saham,


yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi beta
Hasil penelitian stabilitas beta saham
saham antar sub periode yang cukup
individual terhadap 95 beta saham-saham yang
signifikan. Disamping itu, pembandingan
termasuk dalam sampel penelitian ini
koefisien korelasi beta saham individual
menunjukkan adanya indikasi stabilitas beta
dengan beta portofolio saham, mengindikasi-
saham di Bursa Efek Jakarta selama tiga sub
kan bahwa prediktabilitas beta portofolio
periode pengamatan. Hal ini ditunjukkan oleh
saham cenderung lebih kuat dibanding
hasil pengujian matriks transisi yang
prediktabilitas beta saham individual. Hal ini
menunjukkan relatif banyaknya beta saham-
ditunjukkan oleh koefisien korelasi beta
saham perusahaan sampel yang tetap berada
portofolio saham yang lebih kuat dibanding
pada kelas risikonya masing-masing selama
koefisien korelasi beta saham individual.
sub periode berurutan. Hasil uji matriks
transisi terhadap beta portofolio saham, juga Pengujian stabilitas dan prediktabilitas
menunjukkan adanya indikasi stabilitas beta beta portofolio saham dalam penelitian ini juga
portofolio saham yang lebih kuat dibanding dilakukan terhadap beta portofolio saham yang
stabilitas beta saham individual, yang terdiri dari berbagai ukuran portofolio (5; 10;
ditunjukkan oleh keanggotaan kelas risiko beta 15; dan 20 jenis saham). Hasil penelitian
portofolio saham yang cenderung lebih kuat dengan menggunakan indikator koefisien
dibanding beta saham individual selama sub korelasi mengindikasikan bahwa koefisien
periode berurutan. korelasi beta portofolio saham cenderung
Adanya stabilitas beta saham, secara meningkat seiring dengan semakin banyaknya
implisit berarti beta saham tersebut juga bisa jenis saham yang dimasukkan dalam
diprediksikan. Pengujian prediktabilitas beta portofolio. Tetapi, secara umum terlihat
saham terhadap 95 saham yang termasuk adanya kecenderungan bahwa koefisien
dalam sampel penelitian ini, menunjukkan korelasi beta portofolio saham terus meningkat
sampai mencapai beta portofolio yang terdiri
176 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

dari 15 jenis saham, dan selanjutnya cenderung Fowler, D.J., dan C.H. Rorke, 1983, "The Risk
menurun pada saat beta portofolio terdiri dari Measurement When Shares are Subject to
20 jenis saham. Infrequent Trading," Journal of Financial
Sampel yang digunakan dalam penelitian Economics, 12, hal. 279-289.
ini hanya terdiri dari 95 jenis saham terpilih. Grinold, R.C., 1992, “Is Beta Dead Again?”,
Jumlah sampel sebesar ini masih tergolong BARRA Newsletter, Research Publication,
sedikit jika dibanding jumlah total saham yang http://www.barra.com/reserach_library/Bar
terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode raPub/ibda-n.asp
pengamatan yang dipakai dalam penelitian ini Hartono, J., dan Surianto, 1999, “Bias Di Beta
(sekitar 181 jenis saham). Penelitian Sekuritas dan Koreksinya Untuk Pasar
selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel Modal Yang Sedang Berkembang: Bukti
yang lebih banyak yang mungkin bisa Empiris Di Bursa Efek Jakarta,” Makalah
dilakukan dengan meniadakan kriteria bahwa Seminar, pada Seminar Nasional Hasil-
perusahaan yang akan dimasukkan sebagai hasil Penelitian, Forum Komunikasi
sampel tidak boleh melakukan company action Penelitian Manajemen dan Bisnis, UNDIP
(stock split, stock dividend maupun right issue) Semarang .
selama periode pengamatan. Jika kriteria ini Husnan, S., dan Pudjiastuti E., 1993,
dihilangkan, sebaiknya perlu dilakukan “Konsistensi Beta: Pengamatan di Bursa
penyesuaian (adjustment) terlebih dahulu Efek Jakarta”, Usahawan, 12, hal. 2–5.
terhadap return saham-saham yang melakukan Klemkosky, R. C., dan Martin. J. D., 1975,
company action. “The Adjustment of Beta Forecasts”,
Journal of Finance, 4, hal. 1123-1128.
DAFTAR PUSTAKA Levy, R. A., 1971, “On the Short-Term
Stationarity of Beta Coeficients”, Financial
Ariff, M., dan L. W. Johnson, 1990,
Analysts Journal, 25, hal. 55-62.
“Securities Markets & Stock Pricing:
Evidence From a Developing Capital Murray, L., 1995, “An Examination of Beta
Market in Asia”, Longman Singapore Estimation Using Daily Irish Data”,
Publisher Ltd., Singapore. Journal of Business Finance & Accounting,
22, hal 893-905.
Blume, E. M., 1971, “On the Assessment of
Risk”, Journal of Finance, 1, hal. 1-10. Nassir, A. Md., dan Shamsher, M., 1996,
“Stock Pricing in Malaysia”, Longman
______, 1975, "Betas and Their Regression
Singapore Publisher Ltd., Singapore.
Tendencies," Journal of Finance, 30, hal.
785-795. Scholes, M. dan J. Williams, 1977,
“Estimating Betas from Nonsynchronous
Brigham E. F., L. C. Gapenski, dan P. R.
Trading,” Journal of Financial Economics,
Daves, 1999, “Intermediate Financial
5, 309-327.
Management” 6th ed. The Dryden Press,
Harcourt Brace College Publishers, New Tandelilin, E. 1996, “Gains from International
York. Diversification: Indonesia and Philippines
Perspectives”, Disertasi, (unpublished).
Dimson, E., 1979, “Risk Measurement When
Shares are Subject to Infrequent Trading,” Van Horne, J. C., 1991, “Financial Manage-
Journal of Financial Economics, 7, 197- ment and Policy”, 8th ed., New Delhi.
226. Varian, V. R., 1993, “A Portfolio of Nobel
Elton, E. J., dan M. J. Gruber, 1995, “Modern Laureates: Markowitz, Miller, and Sharpe”,
Portfolio Theory and Investment Analysis”, Journal of Economic Perspectives, 1, hal.
5 ed., John Wiley & Sons, New York. 159-169.
2001 Tandelilin & Lantara 177

Anda mungkin juga menyukai