Anda di halaman 1dari 11

Edumaspul: Jurnal Pendidikan – Vol 3 No. 2 (2019) page 11-21 DOI: https://doi.org/10.33487/edumaspul.v3i2.

131

p-ISSN 2548-8201 | e-ISSN 2580-0469


https://ummaspul.e-journal.id/maspuljr/

Filsafat Pendidikan Alfred North Whitehead


(Membangun Pengetahuan yang Menyeluruh Mengenai
Realitas)

Suherman1, Rahma Nabila Shafira2


1Program Studi PGSD, STKIP Muhammadiyah Enrekang, Indonesia
2Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

Corresponding email: 1suhermankasumba@gmail.com*;


2nabilashafira961@gmail.com

Receive: 19-09-2019 Accepted: 30-09-2019 Published: 02-10-2019

Abstrak. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menciptakan spesialisasi dan
subspesialisasi ilmu. Ilmu pengetahuan kini tidak lagi saling menyapa karena masing-masing memiliki
otonomi sendiri. Secara positif memang kemajuan itu dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia, namun sisi negatifnya, juga dan sangat membahayakan kehidupan manusia.
Sebagai dampak lanjutnya, kurikulum pendidikan kini lebih diarahkan pada projek-projek yang mendukung
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, yang pada gilirannya akan menciptakan manusia yang
mekanistis dan materialistis. Artikel ini menjelaskan tentang tugas filsafat dalam mengatasi profesionalitas
ilmu-ilmu, dan sekaligus tentang konsep pendidikan yang mendukungnya, dengan menggunakan konsep
atau pemikiran filsuf Alfred North Whitehead sebagai pisau analisisnya. Hasil yang dicapai dalam artikel ini
menunjukkan bahwa yang perlu dikembangkan dalam membangun pandangan yang menyeluruh mengenai
realitas adalah pendidikan yang progresif, yang memperhatikan aspek kebudayaan dan sains. Kemudian
dalam proses pembelajaran, aspek aktivitas dan kreativitas peserta didik harus diberi kebebasan agar
tumbuh kemandirian dalam belajar, dengan tetap memperhatikan aspek kedisiplinan. Di samping itu, perlu
pula mengembangkan tahap-tahap ritmis dalam pendidikan yang meliputi tiga tahap yaitu romance,
presecion, dan generalization.

Kata Kunci: Filsafat, Pendidikan, Alfred North Whitehead

Abstract. The rapid development of science and technology creates specializations and subspecialties of
science. Science now no longer addresses each other because each has its own autonomy. Positively this
progress can be utilized to improve the welfare of human life, but the negative side, as well and very
dangerous to human life. As a further impact, the education curriculum is now more directed at projects
that support the advancement of science and technology, which in turn will create mechanistic and
materialistic human beings. This article describes the task of philosophy in overcoming the
professionalism of the sciences, and at the same time about the educational concepts that support it, using
the concept or thought of the philosopher Alfred North Whitehead as the knife of his analysis. The results
achieved in this article show that what needs to be developed in building a holistic view of reality is
progressive education, which takes into account cultural and scientific aspects. Then in the learning
process, aspects of the activity and creativity of students must be given the freedom to grow independence
in learning, while still paying attention to the disciplinary aspects. In addition, it is also necessary to
develop rhythmic stages in education which include three stages namely romance, precision, and
generalization.
Keywords: Philosophy, Education, Alfred North Whitehead

Copyright@2019 -Edumaspul: Jurnal Pendidikan, (ISSN 2548-8201 (print); (ISSN 2580-0469 (online)
Published by STKIP Muhammadiyah Enrekang
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3 (2), 2019 - 12
Suherman & Rahma Nabila Shafira

PENDAHULUAN Adanya spesialisasi dan subspesialisasi


Upaya untuk mewariskan ilmu dalam ilmu pengetahuan semacam itu pada
pengetahuan telah dilakukan sejak lama akhirnya membuat ilmu-ilmu semakin
oleh nenek moyang. Kemunculan ilmu tidak saling menyapa. Mereka berdiri
pengetahuan tersebut merupakan respon sendiri, otonom pada diri mereka sendiri,
atas kebutuhan hidup dan masalah yang sehingga bidang kehidupan ini pun
dihadapi manusia itu sendiri. Seiring semakin sempit karena setiap bagian
dengan meningkatnya kebutuhan, dan sudah ada ahlinya sendiri. Inilah yang
ditambah dengan kompleksitas masalah menyebabkan cepatnya perkembangan
yang muncul dalam kehidupan manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi dimana
semakin maju pula ilmu pengetahuan yang setiap bidang telah digarap oleh bidang
dihasilkan manusia. ilmu pengetahuan tersendiri.
Setelah revolusi ilmu pengetahuan, Sejak ilmu-ilmu ini mengalami
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi spesialisasi dan subspesialisasi,
semakin pesat perkembangannya. Bahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
manusia sebagai penciptanya kewalahan teknologi pun mengalami kemajuan yang
dalam mengimbangi hasil temuannya signifikan. Pada dasarnya, memang banyak
tersebut. Kemajuan ini dicapai berkat segi positif yang dapat dimanfaatkan untuk
usaha keras manusia untuk menemukan meningkatkan kesejahteraan hidup
metode dan pendekatan yang sesuai manusia. Akan tetapi, juga tidak luput dari
dengan bidang masalahnya. Metode yang segi-segi yang membahayakan dunia
sudah ditemukan itu pun bukanlah kehidupan manusia, misalnya polusi udara,
merupakan hasil yang final. Metode itu terkurasnya sumber daya alam tanpa
setiap waktu akan mengalami perubahan kompromi, gangguan iklim. Bahkan
dan perkembangan karena selalu beberapa anggapan ekstrim mengatakan
disesuaikan dengan masalah yang bahwa hal tersebut juga memicu terjadinya
dihadapi. dekadensi di segala aspek sosial-budaya
Sampai saat ini metode yang digunakan manusia itu sendiri yang kemudian pada
oleh para ilmuwan menunjukkan gilirannya akan menciptakan suatu bangsa
kompleksitas. Bahkan dalam satu bidang dan negara yang karut-marut. Hal inilah
pengetahuan tidak jarang digunakan hanya yang kemudian harus diperhatikan
satu metode saja. Ini menunjukkan bahwa terutama dalam dunia pendidikan.
ilmu pengetahuan dalam bidangnya sendiri Pasalnya, kemajuan suatu bangsa dan
telah mengalami apa yang disebut negara sangat ditentukan oleh kualitas
spesialisasi dan subspesialisasi. Akan atau mutu pendidikannya, dengan
tetapi, sebelum ilmu-ilmu ini mengalami mengelola dan menata secara efektif dan
spesialisasi semacam itu, semua cabang efisien sistem pendidikan guna
ilmu menginduk pada filsafat. Itulah mennggapai cita-cita luhur yaitu bangsa
sebabnya banyak cendekia yang dan negara yang “ideal” (Suherman dkk,
beranggapan bahwa induk segala ilmu 2019:193).
pengetahuan adalah filsafat, filsafat adalah Akan tetapi, melihat kemajuan ilmu
mather of science. Tetapi karena semakin pengetahuan dan teknologi yang juga
kompleksnya masalah, maka cabang- semakin mengalami spesialisasi dan
cabang ilmu mulai memisahkan diri dari subspesialisasi, dunia pendidikan pun ikut
induknya dan menjadi ilmu yang otonom. mengalami suatu perpecahan. Di satu sisi
pendidikan diarahkan untuk mendukung

Copyright@2019 -Edumaspul: Jurnal Pendidikan


Published by STKIP Muhammadiyah Enrekang
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3 (2), 2019 - 13
Suherman & Rahma Nabila Shafira

kemajuan ini, dan di sisi lain diarahkan pendidikan visi tersebut dapat
untuk mengimbangi kemajuan ilmu dikembangkan oleh filsafat. Pertanyaannya
pengetahuan dan teknologi yang semakin kemudian adalah bagaimana tugas filsafat
menjerumuskan manusia menjadi manusia sebagai induk ilmu untuk mengatasi
yang mekanistis dan materialistis. profesionalitas ilmu-ilmu tersebut?; dan
Persoalannya di sini adalah, yang konsep pendidikan yang bagaimanakah
disebutkan terakhir terkadang tidak begitu yang mendukung upaya atau visi tersebut?.
diperhatikan, sehingga sapek seni atau Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan
estetika, moral atau etika, dan religiusitas dijawab dalam tulisan ini, dengan
pun mulai dikesampingkan. Program- menggunakan atau berdasar pada konsep
program pendidikan lebih banyak atau pemikiran filsuf Alfred North
mengarah pada projek-projek yang Whitehead.
mendukung kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang free values itu. Sekilas tentang Riwayat Hidup
Sebagai dampak akutnya, kurikulum Whitehead
pendidikan diarahkan pada pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknolgi untuk Alfred North Whitehead selanjutnya
menghasilkan output yang dapat bekerja disebut Whitehead adalah salah satu filsuf
secara mekanis. Seperti pernah disinggung kelahiran Inggris pada tanggal 15 Februari
Sugiharto (2015:9) bahwa masalah paling 1861. Ia wafat pada tanggal 30 Desember
dasar dalam dunia pendidikan saat ini 1947 di Cambridge, Massachusettes,
adalah bahwa kemajuan ilmu pengetahuan Amerika Serikat. Masa antara kelahiran
dan teknologi yang dibawa oleh semangat dan kematiannya adalah masa yang penuh
modernisme membuat sebagian besar dengan gejolak, yaitu masa terjadinya
kurikulum didominasi oleh penalaran perang dunia I dan II. Di saat itu juga
teknis dan keterampilan praktis. Hasilnya, ditandai dengan penemuan-penemuan
sekolah menjadi layaknya lembaga yang penting dalam dunia ilmu
pelatihan pertukangan belaka yang pengetahuan, serta beberapa gagasan
mekanistik, pendidikan hanya melatih revolusioner tumbuh dan berkembang
manusia menjadi pekerja. menciptakan paradigma baru yang pada
Sebenarnya, kemajuan tersebut gilirannya mengubah sejarah. Misalnya,
memang tidak disanksikan lagi Charles Darwin yang mengemukakan teori
manfaatnya, akan tetapi alangkah evolusinya dan Albert Einstein yang
bijaksananya jika diimbangi dengan sikap kemudian mencetuskan teori relativitas.
apresiatif terhadap bidang-bidang lain Pada masa itu juga William James
seperti seni, etika, estetika, dan religius. memberikan kuliah-kuliah psikologinya
Sehingga, nilai-nilai kemanusiaan yang ada yang memulai paradigma baru dalam
pada diri manusia itu sendiri tidak bidang psikologi karena tidak lagi hanya
kehilangan maknanya yang paling dalam. mendasarkan diri pada introspeksi tetapi
Sekiranya, inilah tugas pokok filsafat juga mengacu pada data-data empiris. Di
sebagai induk segala ilmu untuk samping itu, ada pula Henry Bergson yang
memberikan visi yang integratif atas menunjukkan keterbatasan pemikiran
profesionalitas ilmu-ilmu tersebut. Dan ilmiah sebagai abstraksi atas kenyataan
tentunya, tugas mulia ini perlu didukung yang hanya bisa ditangkap secara utuh
oleh pendidikan untuk mengembangkan oleh intuisi. Gagasan-gagasan yang baru
visi integratif itu. Artinya, melalui tersebut kemudian mempengaruhi

Copyright@2019 -Edumaspul: Jurnal Pendidikan


Published by STKIP Muhammadiyah Enrekang
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3 (2), 2019 - 14
Suherman & Rahma Nabila Shafira

pemikiran Whitehead (Sudarminta, menghadiri perkuliahan formal lainnya


2002:3-4). selain bidang matematika. Tetapi walau
Whitehead hidup dalam rumpun demikian Ia juga aktif dalam diskusi-
keluarga yang diantaranya terdapat guru diskusi kelompok. Dari diskusi-diskusi ini
dan pendeta. Sejak tahun 1815, sudah ada Ia kemudian banyak memperoleh
keluarga Whitehead yang menduduki pengetahuan tentang filsafat.
jabatan kepala sekolah swasta khususnya Kemudian pada tahun 1885 Whitehead
di Ramsgate. Ayahnya Alfred North mengajar di Trinity College. Lima tahun
Whitehead, yang bernama Alfred kemudian, Ia menikahi seorang perempuan
Whitehead, pun kemudian menduduki asal Irlandia yang mendapatkan
jabatan kepala sekolah swasta tersebut kesempatan melanjutkan pendidikan di
sejak 1852. Pada waktu mulai menduduki Prancis, dan mulai hidup di Inggris sejak
jabatan itu Alfred Whitehead masih umur 17 tahun. Dari istrinya ini Whitehead
berumur 25 tahun. Pada tahun 1867 banyak memperoleh makna keindahan,
jabatan itu terpaksa dilepaskannya karena seni, dan moral yang merupakan tujuan
ayah Whitehead lebih memilih untuk hidupnya. Padatahun 1910, keluarga
memusatkan diri dan perhatian pada Whitehead kemudian berpindah ke
tugasnya sebagai pendeta. London, dan Ia pun mulai mengajar di
Sejak kecil Whitehead sudah diajari universitas College pada tahun berikutnya
bahasa Yunani dan bahasa Latin oleh dengan mengampuh mata kuliah
ayahnya. Di sisi lain, sejak kecil minat akan matematika. Selama tahun 1914 sampai
ilmu sejarah dan pendidikan pun sudah 1924 Ia menjabat sebagai Profesor di
tumbuh dalam dirinya. Pada tahun 1875 Ia Imperial College of Science and
dikirim untuk sekolah di Sherborne, Technology. Selain itu Whitehead juga
Dorsetshire bagian selatan Inggris. Di bekerja di Universitas London sebagai
sekolah itu Whitehead melanjutkan belajar administrator. Kemudian Ia diangkat
Bahasa Yunani dan Latin, dan juga sebagai Ketua Dewan Dosen di saat masa
memperdalam sejarah khususnya sejarah jabatannya segera berakhir. Pada tahun
Yunani dan Romawi. Minatnya pada 1924, Whitehead pindah ke Amerika
matematika, yang kemudian menjadi salah Serikat untuk mengajar filsafat di
satu bidang yang didalami dalam karier Unversitas Harvard. Di sini kariernya
intelektualnya yang pertama, pun sebagai filsuf sudah mulai dibangun.
kemudian tumbuh di sekolah tersebut. Di Sebelum ini Whitehead hanya menekuni
sekolah ini pula Whitehead mulai senang bidang matematika dan logika
terhadap puisi. Dua penulis puisi Romantik (Woodhouse, 2012:3). Alhasil, banyak
yang cukup mempengaruhi pandangan kemudian karya filsafatnya yang muncul
hidupnya adalah William Wordsworth dan setelah Ia pindah ke Amerika Serikat.
Mary Shelley.
Pada tahun 1880 Whitehead Filsafat Whitehead
melanjutkan studinya di Trinity College,
Cambridge, Inggris. Di sana Ia Filsafat yang dibawa oleh Whitehead
memfokuskan diri pada pendalaman dan merupakan pemikiran filosofis yang khas
pengembangan intelektualnya di bidang pada dirinya. Ia merupakan filsuf yang
matematika baik yang murni maupun yang memperkenalkan filsafat proses atau
terapan (Grattan, 2010:250). Whitehead filsafat organis, yang menganggap bahwa
jarang dan bahkan hampir tidak pernah semua kenyataan yang ada di dunia ini

Copyright@2019 -Edumaspul: Jurnal Pendidikan


Published by STKIP Muhammadiyah Enrekang
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3 (2), 2019 - 15
Suherman & Rahma Nabila Shafira

dapat diterangkan dengan berdasarkan oleh bagaimana ia kemudian


prinsip organis. Artinya, segala sesuatu menampakkan diri dalam proses menjadi
atau realitas bukan merupakan sesuatu dirinya, realitas bukanlah sesuatu yang
yang pasif tetapi merupakan realitas yang statis, tetapi terus bergerak dan berubah
"menjadi" atau “berproses”. dalam suatu proses evolusi yang tak
Filsafat proses ini berpusat pada kunjung henti (Whitehead, 1969:28).
kategori eksistensi dasariah yang Whitehead membedakan dua aspek
disebutnya actual entities atau actual proses, tetapi bukan dua jenis proses yang
occasions. Whitehead (1969:23) berbeda, yakni proses mikroskopis dan
menyatakan bahwa actual entities also makroskopis (Sudarminta, 2002:37).
term actual occasion are the fJinal real Proses mikroskopis disebutnya sebagai
thungs of which the world is made up proses “subjektifikasi”, yang merupakan
(satuan-satuan aktual adalah unsur proses menjadi. suatu actual entitie, suatu
terakhir yang terbayangkan yang unit individual dengan aktualitas tertentu
membentuk dunia). Hal inilah yang dari data obyektif yang diwariskan oleh
kemudian menjadi titik-tolak Whitehead masa lalu yang kemudian mengkondisikan
untuk menjelaskan relitas. Baginya, tidak proses itu sendiri. Proses ini dapat pula
ada sesuatu pun yang lebih mendasar dan dikatakan sebagai proses “konkresi”
jelas nyata daripada apa yang disebut (concrescence), yaitu satu kesatuan baru
actual entitie. Jadi, dasar ontologisnya yang diperoleh dari unsur-unsur (data-
adalah segala sesuatu yang ada atau data) masa lalu yang diwarisinya, yang
katakanlah dengan sendirinya merupakan kemudian menjadi proses pertumbuhan
suatu satuan aktual, atau paling tidak, secara kolektif.
menjadi derivasi dari suatu satuan aktual Adapun yang disebut Whitehead sebagai
itu sendiri. proses makroskopis adalah proses
Setiap penjelasan tentang kenyataan “obyektifikasi”. Proses ini merupakan
(realitas) selalu mencari keterangan pada proses perubahan (transition) satuan
suatu satuan aktual. Lepas dari satuan aktual yang telah mencapai kepenuhan diri
aktual tidak ada suatu pun yang ada. Setiap sebagaimana adanya (satisfuction) menuju
satuan aktual merupakan suatu proses proses menjadi datum bagi timbulnya
organis yang aktif dan bergiat actual entitie yang baru. Proses yang kedua
menampakkan dirinya menjadi seseuatu ini sesuai dengan prinsip universal yang
yang baru dengan bersumber dari masa lainnya, yang kemudian disebutnya sebagai
lalu yang diwarisinya secara obyektif, dan prinsip “relativitas”. Prinsip relativitas ini
menjadi suatu entitas ditengah entitas- menganggap bahwa setiap pengada (being)
entitas lain. merupakan suatu sumber daya (a
Walaupun ada gradasi kepentingan dan potential) bagi suatu proses “menjadi”
keanekaragaman fungsi, tetapi semua (becoming) satu actual entitie yang baru
satuan aktual mempunyai struktur dasar (Whitehead, 1969:27). Setiap satuan aktual
yang sama. Ada prinsip-prinsip universal atau actual entitie yang sudah menggapai
yang berlaku untuk semua satuan aktual, kepenuhan diri sebagaimana adanya
baik itu Tuhan, manusia, binatang, (satisfaction), walaupun proses menjadi
tumbuhan, maupun benda-benda mati. dirinya sendiri sudah mencapai garis finish
Prinsip universal tersebut adalah prinsip atau selesai, dalam kenyataannya, secara
“proses”. Prinsip ini beranggapan bahwa obyektif justru menjadi sumber daya lagi
setiap pengada secara hakiki ditentukan dan kemudian mempengaruhi proses

Copyright@2019 -Edumaspul: Jurnal Pendidikan


Published by STKIP Muhammadiyah Enrekang
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3 (2), 2019 - 16
Suherman & Rahma Nabila Shafira

kehidupan yang baru. Sehingga, pada titik analisis satuan aktual sebagai perwujudan
akhir setiap satuan aktual mendapatkan yang diciptakannya.
objective immorality dengan menjadi
datum dan faktor yang hadir dan Konsep Pendidikan Whitehead
berpengaruh pada proses konkresi yang
baru. Pemikiran Whitehead tentang
Demikianlah, seluruh alam semesta pendidikan secara eksplisit dapat dilihat
secara dinamis terus berevolusi melalui dalam bukunya yang berjudul The Aims Of
proses kelahiran dan kematian yang terus Education yang terbit pada tahun 1955.
berkesinambungan. Satuan-satuan aktual Tetapi untuk memperoleh gambaran yang
yang baru mengaprosiasikan (mengambil menyeluruh mengenai pandangannya
dan memanfaatkan) yang lama, atau tentang pendidikan maka usaha yang
dengan kata lain, satuan-satuan aktual dilakukan adalah menempatkan
yang masih aktif dan hidup pemikirannya dalam kerangka pikir
mengaprosiasikan yang telah mati menjadi kosmologi atau metafisisnya (Sudarminta,
unsur yang ikut membentuk dirinya. 2002:100).
Prinsip proses yang merupakan prinsip Sebagai salah satu filsuf yang sempat
universal yang mendasari satuan-satuan menyinggung soal pendidikan, Whitehead
aktual berproses menjadi dirinya sendiri, (1955:13) pernah menyatakan bahwa
maka mutlak diperlukan prinsip tujuan pokok pendidikan adalah
“kreativtas” (creativity). Prinsip kreativitas membentuk manusia-manusia yang baik,
merupakan prinsip yang melandasi yaitu berbudaya dan berkeahlian dalam
terciptanya proses konkresi yang salah satu cabang pengetahuan. Berbudaya
melahirkan satu entitas aktual yang baru berarti mempunyai wawasan yang luas,
dari banyak entitas aktual yang lain yang karena orang yang berbudaya mempunyai
sudah mencapai kepenuhan diri secara kepekaan dan keterbukaan akan
komplit. Dengan kata lain, prinsip keindahan dan perasaan, atau nilai-nilai
kreativitas ini merupakan prinsip kemanusiaan. Sedangkan keahlian dalam
“kebaruan” (novelty) (Whitehead, bidang pengetahuan tertentu membuat
1969:26), suatu daya dalam alam semesta orang menjadi produktif dan efektif dalam
yang memungkinkan terjadinya suatu pemenuhan kebutuhan hidup. Berikut
proses perubahan secara terus menerus diuraikan secara garis besar gagasan dan
atau dinamis). Kreativitas bukanlah satu pemikiran Whitehead tentang pendidikan.
satuan aktual, melainkan suatu daya yang
memperoleh wujud, dalam dilahirkannya 1. Sumbangan Filsafat Spekulatif pada
satu satuan aktual dari banyak satuan Pendidikan
aktual lain sebelumnya. Sebagai suatu daya
Filsafat spekulatif Whitehead ini penting
dinamis yang tidak mempunyai
untuk memberi suatu pandangan yang
karakterisasi tersendiri, kreativitas dalam
bersifat sintetis dan komprehensif atas
sistem pemikiran Whitehead tidak dapat
realitas, yang dewasa ini cenderung
dipahami jika dilepaskan dari
semakin terpetak-petakkan dan
perwujudannya dalam proses terciptanya
terfragmentasi. Kecenderungan ini secara
suatu satuan aktual. Kreativitas menjadi
harfiah muncul sebagai efek dari
prinsip penciptaan atau suatu daya cipta
spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin ketat,
yang dipahami dan secara logis
yang diilhami oleh arus profesionalisme,
keberadaaannya dituntut dari suatu

Copyright@2019 -Edumaspul: Jurnal Pendidikan


Published by STKIP Muhammadiyah Enrekang
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3 (2), 2019 - 17
Suherman & Rahma Nabila Shafira

serta sebagai efek dari sulitnya komprehensif (Sudarminta, 2002:101).


membangun komunikasi antar berbagai Dengan demikian, seorang pendidik dalam
disiplin ilmu. menghadapi peserta didiknya dihadapkan
Filasafat spekulatif dirumuskan sebagai pada penilaian atasnya. Pendidik
is the endeavour to frame a coherent, dihadapkan pada pertanyaan mengenai
logocal, necessary system of general ideas in apa dan siapa manusia. yang akan dibentuk
terms of which every element of our dalam proses pendidikan, tentang
experience can be interpreted (Whitehead, pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan
1969:5). Sifat “koheren” dimaksudkan mana yang mestinya diberikan dan
sebagai pemikiran atau gagasan-gagasan dilatihkan pada peserta didik, serta sikap-
sentral dalam sistem tersebut, saling sikap mana yang sebaiknya ditumbuhkan
berkaitan atau saling mengandaikan; dalam diri peserta didik itu sendiri.
seluruh sistem bersifat organis, sehingga Adanya tuntutan profsionalisme dalam
bagian-bagiannya tidak bisa dimengerti ilmu-ilmu dewasa ini juga mengalami dan
sepenuhnya lepas dari bagian yang lain. mengandaikan spesialisasi. Seseorang baru
Sifat “logis” dimaksudkan sebagai sistem dapat dikatakan ahli atau pakar dalam
itu seluruhnya bersifat konsisten, tunduk bidang tertentu jika orang tersebut tahu
pada hukum-hukum penalaran, dan banyak dan mendalam mengenai bidang
bersifat rasional. Sehingga, sistem ini spesialisasinya, kendati Ia dikatakan “buta
bersifat pasti, dalam arti berlaku secara huruf” atau tidak tahu menahu mengenai
universal. Setiap unsur pengalaman mesti bidang lain. Kecenderungan ini
dapat diterangkan atas dasar sistem mengakibatkan komunikasi antar ilmuwan
pemikiran tersebut. yang berbeda bidang spesialisasinya
Whitehead (1967:98) berpendapat menjadi semakin sulit. Bahasa ilmiah
bahwa .jika pada puncak-puncak semakin teknis dan esoteris, bahkan orang
peradaban tidak ada filsafat yang dapat dalam bidang spesialisasi yang sama pun
menawarkan suatu visi yang integrative kalau Ia tidak mengikuti perkembangan
dan komprehensif mengenai realitas, maka ilmunya, akan segera menjadi ‘orang asing
kebosanan dan kemerosotan, serta dalam negerinya sendiri’. Bahaya yang
berkurangnya kegairahan usaha pun akan terkandung dalam kecenderungan ini
tercipta. Adanya visi integratif dan adalah bahwa ilmuwan tinggal dalam
komprehensif, kemudian dapat pula menara gading, mereka bersibuk diri
memberi arti bagi kegiatan-kegiatan dalam dengan perkara-perkara yang tidak
kehidupan sosial-budaya masyarakat, dan berguna atau tidak menjawab kebutuhan
terpenting adalah dapat pula memberi orang banyak atau masyarakat secara
arah bagi perkembangan sejarah. umum.
Pemikiran Whitehead mengenai Selain itu realitas hidup juga akan
pendidikan, sebagaimana menurut Dunkel, dipandang secara sempit dan sektoral
terletak dalam filsafat spekulatifnya, yang berdasarkan bidang keahlilan. Inilah
kemudian bisa memenuhi dua hal pokok bahaya reduksionisme, bahaya
yang dibutuhkan oleh pendidik dan mengebirikan realitas demi kesesuaiannya
diharapkan bisa dipenuhi oleh filsafat, dengan tuntutan metodik dan sistematik
yaitu kebutuhan terhadap suatu kriteria bidang keahlian seseorang. Berhadapan
atau tolok ukur penilaian dan kebutuhan dengan bahaya semacam ini tidak
terhadap suatu kerangka pemikiran mengherankan jika kerangka pemikiran
sebagai matriks konseptual yang bersifat sebagai matriks konseptual yang besifat

Copyright@2019 -Edumaspul: Jurnal Pendidikan


Published by STKIP Muhammadiyah Enrekang
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3 (2), 2019 - 18
Suherman & Rahma Nabila Shafira

komprehensif dan sekaligus integratif tanpa kehilangan sikap kritis terhadapnya.


semakin dibutuhkan, terutama oleh para Itulah sebabanya Whitehead (1969:19)
pendidik. pernah menyatakan bahwa untuk
Profesionalisme ilmu pengetahuan akan membebaskan dirinya dari kemandulan,
sangat berpengaruh pada pendidikan, filsafat mesti menjalin hubungan yang erat
terutama dalam pemilihan dan pemilahan dengan sains dan agama.
materi pembelajaran. Whitehead
(1953:245) menyatakan bahwa 2. Kemandirian Belajar Peserta Didik
pengetahuan yang etektif adalah
pengetahuan yang profesional, didukung Sesuai dengan pandagannya mengenai
oleh pengenalan terbatas atas hal-hal yang manusia sebagai makhluk yang dinamis,
berguna dan menunjangnya. Kemajuan Whitehead (1958;v) memandang
sains dalam arti tertentu disebabkan oleh pendidikan sebagai usaha pendampingan
profesionalisme. Tetapi situasi tersebut terhadap peserta didik sebagai pribadi-
menciptakan akal budi dalam kungkungan pribadi yang hidup. Mereka sendiri secara
alur tertentu. Setiap profesi membuat kodrati bersifat aktif dan kreatif dalam
kemajuan, tetapi kemajuan dalam batas berproses, membentuk dan mewujudkan
alurnya sendiri. Secara mental berada jati diri. Menurutnya, peserta didik adalah
dalam suatu alur tertentu adalah hidup pribadi yang hidup. Maksud pendidikan
dalam seperangkat abstraksi yang adalah untuk merangsang dan
diangankan. Alur ini menghalangi orang membimbing perkembangan peserta didik.
untuk keluar dan melintas ke wilayah lain, Dengan demikian, maka peran
abstraksi yang dibuat alur tersebut pendidikan formal adalah lebih bersifat
menjauhkan diri dari sesuatu yang tidak memberi jalan dan menciptakan suasana
diindahkan lagi. Tetapi tidak ada alur yang mendukung bagi berjalannya proses
abstraksi yang sungguh-sungguh memadai kodrati tersebut. Pendidik lebih bersifat
untuk memahami kehidupan manusia sebagai pendamping atau pembantu
secara keseluruhan. daripada penentu pokok berhasil-tidaknya
Pendidikan sebagaima diharapkan pendidikan. Aktivitas peserta didik dalam
Whitehead (1953:246) adalah pendidikan usaha membentuk dan mewujudkan diri
yang menghasilkan kebijaksanaan. merupakan sesuatu yang hakiki dalam
Whitehead menyatakan bahwa pendidikan. Whitehead (1955:13)
kebijaksanaan adalah buah pertumbuhan menyatakan bahwa pengembangan
yang seimbang antara pengetahuan intelektual yang bernilai adalah
mengenai perkara-perkara teknis dan pengembangan diri. Sehingga, jika
detail dengan pemilikan visi keseluruhan demikian halnya maka aktivitas diri
yang memberi arah dan makna. Dengan peserta didiklah yang merupakan landasan
demikian, dalam pendidikan, usaha untuk bagi pendidikan.
mengejar cita-cita pertumbuhan pribadi Jika ditelaah secara saksama, model
yang seimbang tidak perlu mengorbankan pendidikan yang diajukan Whitehead
tuntutan profesionalisme intelektual yang tersebut tidak lain merupakan model
memang diperlukan. Filsafat yang dewasa pendidikan progresif. Model pendidikan ini
ini dapat memenuhi kebutuhan dunia pada dasarnya mengakui dan berupaya
pendidikan akan suatu matriks konseptual menumbuhkembangkan asas kemajuan
yang komprehensif dan integral adalah kehidupan peserta didik. Dalam hal ini,
filsafat yang bisa menghargai nilai sains peserta didik diberi suatu kebebasan baik

Copyright@2019 -Edumaspul: Jurnal Pendidikan


Published by STKIP Muhammadiyah Enrekang
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3 (2), 2019 - 19
Suherman & Rahma Nabila Shafira

secara fisik maupun psikis untuk kacau, yang kemudian juga dapat
menggembangkan potensi-potensi yang menggagalkan tujuan dan cita-cita
terpendam dalam dirinya, dengan pendidikan, maka perlu dibarengi dengan
mengabaikan rintangan atau hambatan disiplin.
dari orang lain, termasuk guru itu sendiri. Pada akhirnya, Whitehead percaya
Singkatnya, model pendidikan semacam ini bahwa dorongan untuk belajar berasal dari
menekankan pada pengolahan segala dalam diri peserta didik, dan tujuan
kemampuan peserta agar Ia selalu survive pendidikan adalah untuk mendorong
dalam menjalani kehidupan, terutama penuh pengembangan kapasitas peserta
dalam roda kehidupan yang setiap saat didik. Proses ini, yang disebut sebagai “seni
mengalami perubahan. Dengan kata lain, kehidupan”, memungkinkan individu
model pendidikan ini mengupayakan agar untuk melakukannya menyadari penuh
peserta didik merekonstruksi potensi mereka dalam konteks lingkungan
pengalamannya secara terus-menerus di mana mereka menemukan diri mereka
(Triyanto, 2017:47-49). Adapun tujuan sendiri. Tantangan bagi pendidik dan
utamanya, sebagaimana menurut John peserta didik adalah untuk
Dewey (Suherman, 2017:11) adalah mempertahankan rasa petualangan
memprsiapkan peserta didik yang menuju pemahaman tentang kehidupan —
bertanggungjawab di masa depan dan kemungkinan dan hambatannya —
berhasil dalam kehidupan. sehingga mereka dapat mengenali berbagai
Sebagaimana telah disinggung bahwa cara untuk lanjutkan pertumbuhan mereka
prinsip proses merupakan dasar metafisis sendiri bahkan ketika dihadapkan dengan
filsafat Whitehead yang berlaku untuk kegagalan (Scarfe, 2009:15).
setiap satuan aktual. Dengan demikian,
peserta didik sebagai serikat satuan-satuan 3. Tahap-Tahap Ritme dalam
aktual yang bersifat amat personal dan Pendidikan
sekaligus kompleks, selalu menjalani
proses pendidikan sebagai suatu proses Penangkapan atau pencerapan peserta
konkresi; proses pembentukan diri dengan didik terhadap pelajaran sangat bervariasi,
mencerap baik secara mental maupun fisik disamping dipengaruhi kondisi fisik, juga
seluruh data pengalaman yang relevan dan dan yang paling utama adalah dipengaruhi
ditawarkan oleh dunia aktual yang oleh kemampuan kognitif peserta didik
melingkupinya. tersebut. Oleh karena itu, pendidikan akan
Oleh karena itu, pendidikan dalam menunjang proses perkembangan kodrati
kaitannya dengan peserta didik, memang kehidupan peserta didik jika disesuaikan
perlu memberikan ruang kebebasan bagi dengan ritmis dalam pendidikan. Menurut
peserta didik itu sendiri untuk Whitehead (1955:27-40) ada tiga ritmis
mengembangkan kreativitas yang dapat dalam pendidikan, yaitu tahap romance,
ditemukan dalam kemandirian belajar. tahap precision, dan tahap generalization.
Tanpa kebebasan yang memungkinkan Tahap romance merupakan tahap
adanya aktivitas diri peserta didik, maka pengenalan pertama, yaitu tahap sewaktu
pendidikan tidak akan terjadi, atau bahan yang dipelajari masih terasa baru,
katakanlah hasil dari upaya proses segar dan menarik. Tahap ini merupakan
pendidikan dan pembelajaran akan sia-sia. tahap dimana terjadi proses penemuan,
Akan tetapi perlu ditekankan di sini bahwa, proses menjadi terbiasa dengan gagasan-
agar kebebasan itu tidak menjadi liar dan gagasan yang aneh, proses munculnya

Copyright@2019 -Edumaspul: Jurnal Pendidikan


Published by STKIP Muhammadiyah Enrekang
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3 (2), 2019 - 20
Suherman & Rahma Nabila Shafira

pertanyaan-pertanyaan dan usaha untuk detail. Tahap ini merupakan tahap dimana
menjawabnya, proses merekayasa peserta didik sudah menguasai ilmu yang
pengalaman-pengalaman baru, dan dipelajarinya dan mampu
termasuk di dalamnya adalah proses menggunakannya secara efektif dalam
mencatat apa yang terjadi sebagai akibat praktik kehidupan. Dengan demikian,
dari petualangan-petualangan baru. Pada pengetahuan yang diperoleh peserta didik
tahap ini peserta didik memeperoleh merupakan pengetahuan yang hidup dan
sedikit gambaran umum, kendati masih berguna.
kabur, tentang apa yang dipelajarinya. Dan, Mengingat pentingnya siklus ritmis
pada tahap ini pula pengetahuan masih pertumbuhan peserta didik, Whitehead
bersifat intuitif berdasarkan kontak mengatakan bahwa “ketepatan” akan
pertama dan belum dirinci ataupun menjadi penting, tetapi itu akan dibimbing
disistematisasikan. oleh kepentingan yang diperoleh dan
Tahap berikutnya adalah precision. diarahkan menuju cara mewujudkan visi
Pengetahuan pada tahap ini sudah mulai tentang apa yang mungkin terjadi (Cobb,
dirinci dan disistematisasi. Proses belajar 1998:110). Visi imajinatif tersebut akan
pada tahap pertama akan memunculkan didasarkan pada praktik generalisasi dan
kebutuhan baru untuk memahami secara dievaluasi dengan cermat atas dasar apa
tepat apa yang sudah diketahui. Ketelitian yang sudah diketahui oleh siswa.
analisis, untuk secara lebih seksama
mengkaji fakta-fakta-yang ada, KESIMPULAN
mengandaikan adanya pengetahuan dan
pengertian yang tepat tentang sarana- Sebagai penutup dalam artikel ini
sarana yang diperlukan untuk berfikir, ditarik beberapa kesimpulan mengenai
bertutur, dan menulis secara ilmiah. konsep atau pemikiran Whitehead
Singkatnya, pengetahuan ini sudah mulai terutama mengenai filsafat dan konsep
memasuki dunia atau pemikiran yang pendidikan. Dalam filsafatnya yang
rasional-ilmiah. menjadi prinsip dasar untuk menerangkan
Tahap terakhir adalah generalization. semua realitas adalah prinsip proses atau
Whitehead menjelaskan tahap ini sebagai organis, sehingga, filsafatnya sering
analog dengan pengertian synthesis dalam disebut dengan filsafat proses atau filsafat
dialektika Hegel. Artinya, tahap-tahap organis. Prinsip ini menyatakan bahwa
sebelumnya dinegasikan seraya diangkat seluruh realitas selalu berkembang secara
ketingkat yang lebih tinggi. Tahap ini dinamis, senatiasa dalam proses menjadi.
merupakan suatu langkah kembali ke Realitas dipandang sebagai organis yang
romantisme dengan tambahan kelebihan terus dan terus berproses.
berupa gagasan-gagasan yang sudah Khususnya dalam dunia pendidikan,
diklasifikasikan dan berupa penguasaan upaya yang harus dikembangkan dalam
teknik yang relevan. Kemudian, pada tahap rangka membangun pandangan yang
generalization ini sesuatu yang tertentu menyeluruh mengenai realitas adalah
(diketahui jelas batas-batasnya) sudah pendidikan yang progresif yang
diketahui, kecakapan tertentu sudah memperhatikan aspek kebudayaan dan
diperoleh, dan aturan-aturan umum serta sains. Aspek kebudayaan mencakup
hukum-hukumnya dengan jelas sudah bidang-bidang seperti etika, religius, dan
dipahami, baik dalam perumusannya seni (estetika). Sementara aspek sains
maupun dalam penerapannya sampai mencakup kecakapan seseorang, dalam hal

Copyright@2019 -Edumaspul: Jurnal Pendidikan


Published by STKIP Muhammadiyah Enrekang
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3 (2), 2019 - 21
Suherman & Rahma Nabila Shafira

ini peserta didik, dalam penguasaan bidang dalam Konteks Pendidikan


tertentu ilmu pengetahuan yang akan Konservasi”. Refleksi Edukatika:
berguna untuk mendukung dan menopang Jurnal Ilmiah Kependidikan, 9(2).
kelangsungan dan kesejahteraan hidupnya. 2019.
Adapun dalam proses pembelajaran, aspek [8] Triyantyo, 2017. Spirit Ideologis
aktivitas dan kreativitas peserta didik Pendidikan Seni. Semarang: Cipta
harus diberi ruang kebebasan agar tumbuh Prima Nusantara.
kemandirian dalam belajar, dengan tetap [9] Whitehead, Alfred North. 1953.
memperhatikan aspek kedisiplinan (dapat Science and The Modern World.
dikondisikan). Di samping itu, yang perlu London: Cambridge University Press.
dikembangkan pula adalah tahap-tahap [10] Whitehead, Alfred North. 1955, The
ritmis dalam pendidikan itu sendiri yang Aims of Education and Other Essay.
meliputi tiga tahap yaitu romance, New York: Mentor Books.
presecion, dan generalization. [11] Whitehead, Alfred North. 1958. The
Function of Reason. Boston: Beacon
Press.
Daftar Pustaka [12] Whitehead, Alfred North. 1967.
Adventure of Ideas. New York: The
[1] Cobb, J. 1998. “Beyond Essays”. Free Press.
Interchange: A Quarterly Review of [13] Whitehead, Alfred North. 1969.
Education. 29 (1), 105–110. Process and Reality. New York: The
[2] Grattan-Guinness, I. 2010. Free Press.
“Whitehead on Mathematics [14] Woodhouse, H. (2012b). Mathematics
Education in the 1910s. In R. Desmet as Liberal Education: Whitehead and
& M. Weber (eds.), Whitehead: The the Rhythm of Life. Interchange: A
algebra of metaphysics. Louvain-La- Quarterly Review of Education , 43 (1),
Neuve, Belgium: Chromatika. pp. 1–23.
249–269.
[3] Scarfe, A. C. 2009. “Introduction: The
Adventure of Education”. In The
Adventure of Education: Process
Philosophers on Learning, Teaching,
and Research. Amsterdam,
Netherlands: Rodopi Press. pp. 1–22.
[4] Sudarminta, J. (2002). Filsafat Proses:
Sebuah Pengantar Sistematik Filsafat
Alfred North Whitehead. Yogyakarta:
Kanisius.
[5] Sugiharto, Bambang. 2015. Untuk Apa
Seni ? Banudng: Pustaka Matahari.
[6] Suherman, 2017. Pendidikan Seni dan
Penyadaran. dalam Deddy Irawan
(ed.). Paradigma Pendidikan Seni.
Yogyakarta: Thafa Media.
[7] Suherman, S., Sunarto, & Anggraeni, S.
P. K. “Mural Di Lingkungan Sekolah

Copyright@2019 -Edumaspul: Jurnal Pendidikan


Published by STKIP Muhammadiyah Enrekang

Anda mungkin juga menyukai