TUGAS IV
Paradigma Ilmu dan Kebenaran Ilmiah
A. Ilmuwan
Ilmu pengetahuan selalu memiliki keterkaitan dengan
seseorang yang menemukan ilmu tersebut, seseorang tersebut
sering dikenal dengan kata ilmuwan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ilmuwan adalah “Orang yang ahli atau banyak
pengetahuannya mengenai suatu ilmu; orang yang berkecimpung
dalam ilmu pengetahuan.”1 Dari hal tersubut dapat diartikan bahwa
ilmuwan memiliki pengetahuan yang jauh lebih luas dibandingkan
dengan masyarakat pada umumnya.
B. Sikap-sikap Ilmuwan
Seorang ilmuwan seyogianya memang memihak terhadap
kemanusiaan atau dapat disebut dengan sikap Ilmiah.
Pemihakannya dilakukan terhadap dua posisi yang kontradiktif.
Pertama, pada sisi nilai yang diposisikan dengan fakta. Kedua,
pada posisi yang mampu mengembangkan kebiasaan-kebiasaan
refleksi kritis. Kedua pemikiran tersebut sesungguhnya bukan hal
yang menyenangkan. Hal ini disebabkan karena pemisahan
subjektif atau objektif senantiasa paralel dengan perbedaan antara
fakta atau nilai. Perbedaan antara apa yang disebut dengan
fakta ”keras” dengan ”kelembutan” nilai, kebenaran dengan
kegembiraan, objektivitas dengan subjektivitas, adalah instrumen
menarik dan rumit ditangani karena cenderung tidak diadaptasikan
pada kebudayaan.3
Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa seorang ilmuwan
harus memiliki sikap yang ilmiah. Ilmuwan ilmiah adalah ilmuwan
C. Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan merupakan sebuah hasil dari aktivitas
manusia yang mengkaji berbagai hal, baik dari diri manusia
tersebut maupun di luar dirinya. Zaman yang konteporer, ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengalami kemajuan yang
sangat cepat dengan berbagai penemuan canggih di dalamnya.
Diversifikasi dan juga spesialisasi ilmu serta inovasi teknologi ini
membuat tercapainya penemuan-penemuan baru beserta
penerapannya baik dibidang kimia, bioteknologi, nuklir,
genoteknologi, antariksa maupun mikroelektronik.
Perkembangan ilmu ini juga dipengaruhi oleh bertambahnya
penduduk, dan juga bertambahnya kebutuhan manusia yang harus
dipenuhi. Pekembangan peradaban dari manusia yang hidup
berburu dan meramu dengan adanya perkembangan ilmu dan
budaya terjadinya perkembangan peradaban baru dengan adanya
revolusi pertanian dan kehidupan yang menetap dengan bercocok
tanam. Ilmu dan teknologi ini memiliki peran yang sangat penting
dalam revolusi industri dan perkembangan zaman yang terus
mengalami kemajuan.
fakta yang ada saat ini, namun tidak dapat dipungkuri teori saat ini juga
bisa berubah pada 100 tahun yang akan datang. Banyak para ahli
yang menyatakan bahwa fakta ilmiah atau ilmu pengetahuan tidak
akan mencapai kebenaran yang mutlak.7
Teori gravitasi Newton misalnya, telah disalahkan Einstein, tetapi
hal itu dibenarkan karena lebih sederhana. Teori heliosentris telah
menjawab banyak misteri yang tak terpecahkan oleh teori geosentris.
Tetapi geosentris tetap benar seperti dilakukan Ptolomeus dalam
menjelaskan orbit Mars. Geosentrisme bahkan terbukti baik dalam
bidang ilmu geodesi dan dalam memandu hidup para aborigin
Australia.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa ilmu tidak dapat dipandang
sebagai dasar yang mutlak bagi pemahaman manusia tentang alam,
demikian ilmu harus tetap dipandang secara tentative, artinya selalu
siap berubah ketika ditemukan teori-teori baru yang bisa
menyangkalnya.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan berkaitan dengan
keterbatasan ilmu, yaitu:
a. Ilmu hanya mengetahui fenomena bukan realitas, atau mengkaji
realitas sebagai suatu fenomena (science can only know the
phenomenal, or know the real through and as phenomenal -R.
Tennant),
b. Ilmu hanya menjelaskan sebagian kecil dari fenomena
alam/kehidupan manusia dan lingkungannya,
c. Kebenaran ilmu bersifat sementara dan tidak mutlak. Keterbatasan
tersebut sering kurang disadari oleh orang yang mempelajari suatu
cabang ilmu tertentu, fisika misalnya. Hal ini disebabkan ilmuwan
fisika cenderung bekerja hanya dalam batas wilayahnya sendiri
dengan suatu disiplin yang sangat ketat, dan keterbatasan ilmu itu
Bogor, 2004
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERTAHANAN
FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN
UNIVERSITAS PERTAHANAN
8
Kelly, Sean. (2013). Truth and value in Plato’s Republic, Philosophy, 88,
197–218.
9 Hendropriyono, A.M, (2013). Filsafat Intelijen Negara Republik Indonesia,