FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA MARET 2022 Peranan Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Ilmu Filsafat ilmu tidak lepas dari sejarah perkembangan ilmu karena landasan utama perkembangan ilmu adalah filsafat yang terdiri atas ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Jika proses rasa ingin tahu manusia merupakan pengetahuan secara umum yang tidak mempersoalkan seluk beluk pengetahuan tersebut, ilmu -dengan cara khusus dan sistematis- dalam hal ini mencoba untuk menguji kebenaran pengetahuan tersebut secara lebih luas dan mendalam. Ilmu tidak hanya berbicara tentang hakitat (ontologis) pengetahuan itu sendiri, tetapi juga mempersoalkan tentang bagaimana (epistemologis) pengetahuan tersebut dapat diproses menjadi sebuah pengetahuan yang benar – benar memiliki nilai guna (aksiologis) untuk kehidupan manusia. Ketiga landasan tersebut sangat memengaruhi sikan dan pendirian para ilmuwan dalam pengembangan ilmu. Oleh karena itu, perkembangan ilmu pada dasarnya bersifat dinamis. Perkembangan ilmu merupakan kajian yang melihat visi dan pergeseran paradigma yang menandai revolusi ilmu pengetahuan. Rentang waktu revolusi ini berada pada ruang zaman Yunani hingga zaman kontemporer.1 Seni, agama, sains, seperti diketahui sebagai ilmu memiliki tiga ciri – ciri landasan yang spesifik mengenaik apa, bagaimana dan untuk apa ilmu itu disusun. Pengetahuan (knowledge) dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan, yang sehari – hari dihadapi oleh manusia dan digunakan untuk menawarkan kemudahan. Sementara seni mencoba untuk mendiskripsikan sebuah gejala dengan sepenuh makna.2
Pengembangan Pengetahuan menjadi Ilmu Pengetahuan
Jika ilmu mencoba mencarikan penjelasan menganai alam menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal, sebaliknya seni tetap bersifat individual dan personal dengan memusatkan perhatiannya pada “pengalaman hidup manusia perseorangan”. Pengalaman itu diungkapkan agar dapat dialami orang lain dengan jalan “menjiwai” pengalaman tersebut. Pengalaman ini juga yang memengaruhi atas sikap dan perilaku kita. Suatu contoh, perkembangan pengetahuan adalah perubahan dari masa berburu menjadi masa bercocok tanam. Pengetahuan yang berakar pada pengalaman berdasar akal sehat (common sense) yang didukung oleh metode mencoba (trial and error). Perkembangan ini menyebabkan tumbuhnya pengetahuan yang disebut “seni terapan” (applied arts) yang mempunyai kegunaan langsung dalam kehidupan sehari – hari. Contoh lain, adanya candi yang banyak ditemukan di Indonesia merupakan bukti mengenai tingginya mutu arsitektur nenek moyang bangsa Indonesia. Jika ditelaah lebih jauh, kita akan mengetahui bahwa peradaban yang tinggi secara historis dan memiliki tingkat teknologi yang tinggi namun ternyata terbelakang dalam bidang keilmuan. Hal ini dapat dicari dari pola perkembangan selanjutnya dari pengetahuan yang merupakan seni terapan ini. Pada peradaban tertentu, perkembangan seni terapan ini bersifat kuantitatif, artinya perkembangannya ditandari dengan terkumpulnya lebih banyak lagi pengetahuan – pengetahuan sejenis. Sedangkan pada peradaban lain, perkembangan bersifat kualitatif, artinya dikembangkan konsep – konsep baru yang bersifat mendasar dan teoritis. Hal ini menunjukkan sebuah peradaban mempunyai kemampuan dalam mengembangkan diri di bidang keilmuan, karena salah satu jembatan yang menghubungkan seni terapan dengan ilmu dan teknologi adalah pengembangan konsep teoritis yang bersifat mendasar yang selanjutnya dijadikan tumpuan untuk pengembangan pengetahuan ilmiah yang bersifat integral.2 Persoalan tentang pengembangan ilmu pengetahuan, van Peursen menjelaskan, bahwa tidak ada ilmu pengetahuan yang selesai. Para ilmuwan selalu dapat mengembangkan ilmunya lebih lanjut. Ilmu pengetahuan bukan ibarat sebuah rumah dengan dasar abadi yang sepanjang hanya dilengkapi dengan tingkat – tingkat baru. Struktur ilmu pengetahuan bahkan pokok – pokok ilmu pengetahuan mengalami perubahan. Ontologi menyelidiki dasar – dasar ilmu pengetahuan ini. Hasil penelaahan ontologi dapat dijadikan dasar merumuskan hipotesis – hipotesis baru untuk memperbaharui asumsi – asumsi dasar yang pernah digunakan.3
Contoh Pengembangan Ilmu bidang Kedokteran
Pengembangan ilmu pengetahuan juga dirasakan dalam dunia kedokteran modern saat ini. Kurang dari dua abad yang lalu, ilmu pengetahuan sederhana hygiene seperti mencuci tangan sebelum menolong kelahiran bayi, konsep bahwa air yang terkontaminasi adalah penyebab dari penyebaran penyakit menular, atau vaksin yang mengeliminasi hampir semua penyakit infeksi pada anak belum diketahui. Bahkan hampir semua agen farmakologis yang digunakan secara luas saat ini seperti antibiotik, diuretik, calcium channel blockers, statins dan lebih banyak lagi masih belum ditemukan hingga pertengahan abad yang lalu. Struktur dari DNA ditemukan pada tahun 1953 dan genome manusia dipublikasikan pertama kali di awal abad ini. Namun, saat ini modifikasi gen yang mendisposisi beberapa penyakit genetik atau menghambat perkembangan penyakit tertentu sudah dikembangkan. Hingga munculnya terapi sel untuk regenerasi pada jaringan jantung post-myocardial infarction mulai dikenalkan ke kalangan terapis atau di awal abad yang lalu, elektrokardiogram (EKG) dalam penggunaannya, alat gerak pasien harus dimasukkan pada air garam, namun saat ini EKG bahkan bisa dilakukan secara wireless.4 Hal ini tak lepas dari salah satu sifat filsafat ilmu itu sendiri yaitu dinamis. Daftar Pustaka
2. Suhartono TP, Harjanto JM. Filsafat Ilmu Kedokteran. Airlangga University Press : Surabaya ; 2010. 3. Sri Soeprapto, Jirzanah. Dasar – Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan di Indonesia [Internet]. Jurnal Filsafat ; 1995. Available from : https://media.neliti.com/media/publications/223139-dasar-dasar-pengembangan-ilmu- pengetahua.pdf 4. Konstantinos DB, Filippos T, Christodoulos S, Harisios B. The Endlessness Evolution of Medicine, Continous Increase in Life Expectancy and Constant Role of the Physician. Hellenic Society of Cardiology ; 2017.