Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jenis Ujian : UTS/UAS/UPM *)

(UNINDRA) Nama : Octa Riyani

FAKULTAS PASCASARJANA NPM : 20227270092

SEMESTER GASAL T.A.2022/2023 Program Studi :PPendidikan MIPA

Jl. Nangka No.58C Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan Mata Kuliah : Filsafat dan Sejarah Pemikiran MIPA
Tlp.: (021) 78835283 – 7818718 ex .: 104 Kelas/Semester : RA/1a/1b/1c/2n/2o *)/Semester 1
Dosen : Dr. Kristiyanto, S.Pd.,M.Si

Ket: *) Coret/hilangkan yang tidakperlu

Penjelasan :

1. Ilmu Filsafat salah satu kajian yang terus mengalami perubahan dan perkembangan, sehingga
kajiannya tidak terlepas dari peradaban atau budaya suatu bangsa, satu diantaranya
perkembangan, pendidikan, sains, dan teknologi. Mengacu pada uraian tersebut, apa yang anda
pahami;
Jawab:
a. Filsafat sains
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia
karena saat itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logo-sentris. Pola pikir
mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengenal mitos untuk menjelaskan fenomena
alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Namun, ketika filsafat di perkenalkan, fenomena alam
tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara
kausalitas. Menurut Philosophos (ahli filsafat), harus mempunyai pengetahuan luas sebagai
pengenjawantahan dari pada kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan
pada masa kaum sophis dan socrates yang memberi arti philosophein sebagai penguasaan secara
sistematis terhadap pengetahuan teoretis.
Filsafat Sains sebagai cabang filsafat yang mencoba mengkaji Sains dari segi ciri-ciri dan
cara pemerolehannya. Filsafat Sains merupakan jawaban filsafat atas pertanyaan sains, atau Filsafat
Sains merupakan upaya penjelasan dan penelaahan secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan
sains terutama berhubungan dengan Sains Fisika. Oleh karena itu, dalam rangka ikut membantu
masyarakat (masyarakat akademis pada khususnya) dalam menyelenggarakan sains secara
bertanggungjawab, maka buku Filsafat Sains ini mencoba untuk sedikit memberikan sumbangan
pemikiran, memberikan pencerahan mengenai sains. Pembaca diajak berpikir secara rasional (kritis,
kreatif, logis, dan sistematis) tentang Sains yang merupakan objek sasarannya. Hal ini untuk
memperoleh pemahaman yang jelas, objektif, lengkap/menyeluruh dan secara mendalam hingga
menemukan unsur unsur hakiki/pokok tentang Sains.

b. Filsafat budaya
Istilah kebudayaan atau culture dalam bahasa Inggris, berasal dari kata kerja dalam bahasa
Latin colere yang berarti bercocok tanam (cultivation). Di kalangan pemeluk agama Kristen istilah
cultura juga dapat diartikan sebagai ibadah atau pemujaan (worship). Di Indonesia sendiri hingga
saat ini masih terjadi perbedaan pandangan mengenai asal-muasal istilah kebudayaan. Salah satu
pendapat menyatakan bahwa dalam bahasa Indonesia kata kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti akal. Ada kalanya pula
ditafsirkan bahwa kata budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk “budi – daya” yang
terdiri dari cipta, rasa, dan karsa. (Ida Bagus, 2015: 4).
Langkah awal yang terpenting dalam upaya memahami filsafat kebudayaan adalah
kemampuan untuk menentukan batas pengertian yang tegas antara filsafat kebudayaan dan ilmu
kebudayaan. Filsafat kebudayaan pada dasarnya berusaha untuk memahami hakikat kebudayaan
sebagai realitas kemanusiaan secara mendalam dan menyeluruh. Filsafat kebudayaan memiliki
tanggung jawab moral menuntun dan mengarahkan kebudayaan ke arah perkembangan yang wajar
berdasarkan kriteria dan prinsip-prinsip tertentu agar tujuan kebudayaan dalam meningkatkan harkat
dan martabat manusia dapat tercapai. Sedangkan ilmu kebudayaan, seperti ilmu antropologi budaya,
misalnya, merupakan bidang ilmu yang bertujuan untuk mempelajari, melukiskan, dan menguraikan
kebudayaan secara khusus. Sesungguhnya ilmu ini termasuk ilmu pengetahuan yang bersifat
ideografis yang dapat melukiskan, membuat analisis dan sintesis, tetapi tidak berwenang untuk
menetapkan kaidah, norma dan pedoman. Ilmu-ilmu kebudayaan mengumpulkan fakta dan cara
pelaksanaannya, mengambil darinya keseragaman dan perbedaan, menetapkan hukum empiris, dan
secara induktif menyusun definisi tersebut pada taraf metafisika menurut norma-norma transenden.
Yang artinya ilmu kebudayaan mempelajari peristiwa dan bentuk-bentuk kebudayaan yang terdapat
dalam kesatuan-kesatuan sosial yang berbeda-beda menurut dimensi ruang dan waktu, sedangkan
filsafat kebudayaan mendekati hakikat kebudayaan sebagai sifat esensi manusia yang untuk sebagian
mengatasi ruang dan waktu empiris, dimensi sejarah dan setempat.
c. Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan
dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat
pendidikan. Metode yang dilakukan yaitu dengan analisis secara kritis struktur dan manfaat
pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan. Salah satu
yang dikritisi secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta didik dalam
pembelajaran. Salah satu yang sering dibicakan dewasa ini adalah pendidikan yang menyentuh aspek
pengalaman. Filsafat pendidikan berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan
sumber daya manusia, teori kurikulum, dan pembelajaran serta aspek-aspek peendidikan yang lain.
Filsafat dan pendidikan merupakan dua istilah yang mempunyai makna sendiri. Akan tetapi
ketika digabungkan akan menjadi sebuah tema yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum. Ada banyak definisi mengenai filsafat pendidikan tetapi
akhirnya semua mengatakan dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka
menyelesaikan permasalahan pendidikan. Upaya ini kemudian menghasilan teori dan metode
pendidikan untuk menentukan gerak semua aktivitas pendidikan.
Realitas-realitas pendidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan antara lain:
1. Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan.
2. Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan memengaruhi
tatanan hidup suatu masyarakat.
3. Tujuan pendidikan sebagai arah pengembangan model pendidikan.
4. Relasi antara pendidik dan peserta didik sebagai subjek dan subjek.
5. Pemahaman dan pelaksanaan kurikulum dalam pendidikan.
6. Metode dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
7. Hubungan antara lembaga pendidikan dengan tatanan masyarakat dan organisasi serta
situasi sosial sekitar.
8. Nilai dan pengetahuan sebagai aspek penting dalam pengajaran.
9. Kaitan antara pendidikan dengan kelas sosial dan kenaikan taraf hidup masyarakat.
10. Aliran-aliran filsafat yang dapat memberikan solusi atas masalah pendidikan.

Pada dasarnya filsafat pendidikan membicarakan tiga masalah pokok. Pertama, apakah
sebenarnya pendidikan itu. Kedua, apakah tujuan pendidikan yang sejati. Ketiga, dengan metode atau
cara apakah tujuan pendidikan dapat tercapai.
2. Uraikan secara singkat, temuan-temuan dari jurnal yang anda telah review; (tulis nama
jurnalnya, judul, penulis, tahun, dll)
Jawab : Potret Pemikiran Vol. 26 No.1, Judul : Konsep Pendidikan Merdeka Belajar Perspektif Filsafat
Progresivisme (Penulis: Jems Sopacua dan Muhammad Rijal Fadli, Tahun : 2022)

a. Apa isu menarik yang terdapat dalam jurnal tersebut


Konsep pendidikan merdeka belajar memiliki kesesuaian dengan filsafat pendidikan
progresivisme yang modern, dan menginginkan adanya suatu perubahan mendasar pada pelaksanaan
pendidikan ke arah yang labih baik, berkualitas dan memberikan kemanfaatan yang nyata bagi
peserta didik. Progresivisme telah menekankan betapa pentingnya dasar-dasar kemerdekaan dan
kebebasan pada peserta didik, dengan memberikan keleluasaan untuk mengembangkan kompetensi,
minat, dan bakat yang telah dimilikinya, tanpa adanya hambatan dari peraturan formal yang
terkadang membelenggu kreativitas dan daya pikirnya guna menjadi lebih baik. Konsep pendidikan
merdeka belajar di Indonesia yang telah menjadi kebijakan baru dinilai dapat merubah sistem
pendidikan yang telah ada. Keselarasan merdeka belajar dengan filsafat progresivisme memberikan
pandangan baru dalam orientasi pendidikan di Indonesia, dalam praktiknya menghadirkan ruang
belajar yang natural dan memungkinkan anak tumbuh dan berkembang sesuai minat dan bakatnya
sehingga tujuan membentuk individu yang berkarakter dapat terwujud.
Pendidikan di Indonesia tentu memiliki keinginan tersebut, bahkan telah menjadi suatu
kebutuhan dan kebijakan yang sangat penting dan bernilai, sehingga ditetapkan menjadi tujuan
penting yang dicantumkan dalam konstitusi resmi negara Republik Indonesia, yakni pada Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea empat, secara ekplisit dinyatakan bahwa mencerdaskan
kehidupan bangsa telah menjadi tanggung jawab negara (Yunus, 2016). Selain itu, dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah dirumuskan yang berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan, memberntuk watak, mencerdaskan bangsa, serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Dalam rangka pengembangan konsep Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional), salah
satunya melalui konsep pendekatan progresivisme. Progresivisme sebagai aliran filsafat pendidikan
yang modern telah memberikan pandangan mengenai perubahan dalam proses pendidikan supaya
menjadi lebih maju. Aliran ini telah menentang konsep pendidikan yang dilaksanakan secara
tradisional seperti aliran esensialisme dan perenialisme. Progresivisme berpandangan dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus mengutamakan peserta didik (student center), dimana
guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing, dan pengarah dalam pembelajaran

b. Apa yang dapat disimpulkan dalam jurnal tersebut


Progresivisme muncul dilatar belakangi atas ketidakpuasan terhadap pelaksanaan pendidikan
yang secara praktik bersifat tradisional, mengarah pada otoriter dan peserta didik hanya dijadikan
obyek pembelajaran saja. Secara historis, muncul pada abad ke-19, namun dalam perkembangannya
secara pesat menonjol pada abad ke-20. Kemunculan filsafat ini sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh
filsafat pragmatisme, memang progresivisme ini bagian atas perkembangan filsafat pragmatisme
sehingga tokohnya masih sama seperti Charles S. Peirce, Willam James, dan John Dewey, serta
aliran eksperimentalisme Bacon.
Pendidikan dalam persepektif progresivisme merupakan suatu sarana yang dipersiapkan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar tetap survive terhadap tentangan
kehidupannya yang secara praktis akan berkembang dan berkemajuan. Pendidikan dalam
pelaksanaannya atas asas pragmatisme, artinya pendidikan harus mampu memberikan kegunaan dan
kebermanfaatan bagi kehidupan peserta didik, terutama dalam menghadapi persoalan yang ada di
lingkungan masyarakat. Pendidikan progresivisme menekankan kepada konsep “progres” dengan
maksud bahwa manusia sudah memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dan disempurnakan
melalui lingkungan dan pengalamannya dengan menerapkan kecerdasan yang dimilikinya
menggunakan metode ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul baik dalam kehidupan
personal maupun sosialnya.
Pendidikan dapat berhasil manakala mampu melibatkan secara aktif peserta didik dalam
proses pembelajaran, sehingga akan mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan pengalaman untuk
bekal kehidupannya. Ruslan (2018), menyatakan bahwa aliran progresivisme dalam pendidikan tidak
hanya menekankan pada upaya pemberian pengetahuan bagi peserta didik, namun harus memberikan
juga mengenai ragam aktivitas yang lebih mengarah dalam melatih kemampuan berpikir secara
menyeluruh. Dengan begitu, peserta didik dapat berpikir secara sistematis melalu metode-metode
ilmiah, seperti penyediaan data empiris, dan informasi teoretis, memberikan analisis, pertimbangan,
dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk
pemecahan masalah yang tengah dihadapi.
Konsep pendidikan merdeka belajar dalam perspektif filsafat progresivisme memiliki konsep
dan tujuan sama, yakni menghendaki adanya suatu perubahan yang jauh lebih baik dalam
implementasi pendidikan. Filsafat progresivisme memandang bahwa peserta didik dituntut untuk
selalu progresif atau berprogres, bertindak konstruktif, berpikir kritis-imajinatif-inovatif, dan
bergerak secara aktif. Hal ini tentunya memiliki kerelevanan dengan konsep pendidikan konsep
merdeka belajar yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia saat ini
yang memberikan kemerdekaan pendidikan pada peserta didik, guru, dan lembaga pendidikan.
Konsep pendidikan merdeka belajar menghadirkan ruang belajar yang natural memungkinkan anak
dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga tujuan membentuk
individu yang berkarakter dapat terwujud. Merdeka Belajar yang mengutamakan kemandirian dan
kemerdekaan dalam pendekatan pembelajarannya dianggap sejalan dengan Filsafat Pendidikan
Progresivisme.
c. Apakah ada relevansinya dengan tesis yang akan anda kembangkan
Ada. Dilihat dari keterkaitannya dengan keadaan yang sedang terjadi di Indonesia, bahkan d
seluruh dunia (efek covid-19) dimana guru selaku pendidik ataupun seorang peserta didik di tuntut
lebih kreatif dalam belajar ataupun meberikan pelajaran. Misalnya dengan memberikan media
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu cara atau alat bantu yang digunakan dalam
proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan untuk merangsang pola pembelajaran agar dapat
menunjang keberhasilan dari proses belajar mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat
efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran, misal itu buku, vidio, film, gambar, papan tulis, atau pun sesuatu yang
memenfaatkan teknologi. Salah satu media pembelajaran yang dapat di akses dengan mudah serta
dapat digunakan dimana saja dan kapan saja adalah pemanfaat teknologi. Sesuai dengan makna dari
filsafat progrsivisme yang mengatakan pendidikan dalam persepektif progresivisme merupakan suatu
sarana yang dipersiapkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar tetap survive
terhadap tentangan kehidupannya yang secara praktis akan berkembang dan berkemajuan.
3. Uraikan secara singkat perkembangan filsafat?
Jawab :
Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat, pada awal kelahirannya tidak dapat
dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang muncul pada masa peradaban Kuno (masa
Yunani). Pada tahun 2000 SM, bangsa Babylon yang hidup di lembah Sungai Nil (Mesir) dan Sungai
Efrat telah mengenal alat pengukur berat, tabel bilangan berpangkat, tabel perkalian menggunakan
sepuluh jari. Piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, ternyata pembuatannya
menerapkan geometri dan matematika, menunjukkan cara berpikirnya yang sudah tinggi. Selain itu,
mereka pun sudah dapat mengadakan kegiatan pengamatan benda-benda langit, baik bintang, bulan,
maupun matahari sehingga dapat meramalkan gerhana bulan ataupun gerhana matahari. Ternyata ilmu
yang mereka pakai dewasa ini disebut astronomi. Di India dan China, saat itu telah ditemukan cara
pembuatan kertas dan kompas (sebagai petunjuk arah). Philosopia adalah hasil dari perbuatan yang
disebut Philosophein, sedangakan philosophos adalah orang yang melakukan philosophien. Dari kata
philosophia itulah timbul kata-kata philosophie (Belanda, Jerman, Perancis), philosophy (Inggris).
Dalam bahasa Indonesia disebut falsafat yang berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. (Suaedi, 2016:
10).

Secara singkat perkembangan filsafat berkembang melalui beberapa zaman yaitu diawali dari Zaman
Yunani Kuno, Zaman kegelapan (Abad 12-13 M), Zaman Pencerahan (14-15 M), Zaman awal Modern
dan Modern (Abad 16-18 M), dan Zaman Pos Modern (Abad 18-19) hingga saat ini.
4. Apa yang dapat anda pahami dari gambar grafik berikut?

Pada gambar (diatas) merupakan untuk hipotesis daya dukung "pesawat ruang angkasa bumi" untuk
beban ekologis umat manusia. Daya dukung dapat didefinisikan sebagai ukuran populasi rata-rata suatu
spesies di habitat tertentu. Ukuran populasi spesies dibatasi oleh faktor lingkungan seperti makanan yang
cukup, tempat tinggal, air, dan pasangan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, populasi akan berkurang
hingga sumber daya pulih kembali. Berapa daya dukung Bumi? Bergantung pada metrik yang
digunakan, perkiraan daya dukung bumi dapat berkisar dari yang kecil hingga setengah miliar orang
hingga belasan miliar orang.
Apa yang terjadi ketika suatu lingkungan mencapai daya dukung?. Jika suatu populasi melebihi daya
dukung, ekosistem mungkin menjadi tidak cocok bagi spesies untuk bertahan hidup. Jika populasi
melebihi daya dukung untuk jangka waktu yang lama, sumber daya mungkin benar-benar habis. Populasi
bisa mati jika semua sumber daya habis.

Anda mungkin juga menyukai