Jl. Nangka No.58C Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan Mata Kuliah : Filsafat dan Sejarah Pemikiran MIPA
Tlp.: (021) 78835283 – 7818718 ex .: 104 Kelas/Semester : RA/1a/1b/1c/2n/2o *)/Semester 1
Dosen : Dr. Kristiyanto, S.Pd.,M.Si
Penjelasan :
1. Ilmu Filsafat salah satu kajian yang terus mengalami perubahan dan perkembangan, sehingga
kajiannya tidak terlepas dari peradaban atau budaya suatu bangsa, satu diantaranya
perkembangan, pendidikan, sains, dan teknologi. Mengacu pada uraian tersebut, apa yang anda
pahami;
Jawab:
a. Filsafat sains
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia
karena saat itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logo-sentris. Pola pikir
mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengenal mitos untuk menjelaskan fenomena
alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Namun, ketika filsafat di perkenalkan, fenomena alam
tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara
kausalitas. Menurut Philosophos (ahli filsafat), harus mempunyai pengetahuan luas sebagai
pengenjawantahan dari pada kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan
pada masa kaum sophis dan socrates yang memberi arti philosophein sebagai penguasaan secara
sistematis terhadap pengetahuan teoretis.
Filsafat Sains sebagai cabang filsafat yang mencoba mengkaji Sains dari segi ciri-ciri dan
cara pemerolehannya. Filsafat Sains merupakan jawaban filsafat atas pertanyaan sains, atau Filsafat
Sains merupakan upaya penjelasan dan penelaahan secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan
sains terutama berhubungan dengan Sains Fisika. Oleh karena itu, dalam rangka ikut membantu
masyarakat (masyarakat akademis pada khususnya) dalam menyelenggarakan sains secara
bertanggungjawab, maka buku Filsafat Sains ini mencoba untuk sedikit memberikan sumbangan
pemikiran, memberikan pencerahan mengenai sains. Pembaca diajak berpikir secara rasional (kritis,
kreatif, logis, dan sistematis) tentang Sains yang merupakan objek sasarannya. Hal ini untuk
memperoleh pemahaman yang jelas, objektif, lengkap/menyeluruh dan secara mendalam hingga
menemukan unsur unsur hakiki/pokok tentang Sains.
b. Filsafat budaya
Istilah kebudayaan atau culture dalam bahasa Inggris, berasal dari kata kerja dalam bahasa
Latin colere yang berarti bercocok tanam (cultivation). Di kalangan pemeluk agama Kristen istilah
cultura juga dapat diartikan sebagai ibadah atau pemujaan (worship). Di Indonesia sendiri hingga
saat ini masih terjadi perbedaan pandangan mengenai asal-muasal istilah kebudayaan. Salah satu
pendapat menyatakan bahwa dalam bahasa Indonesia kata kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti akal. Ada kalanya pula
ditafsirkan bahwa kata budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk “budi – daya” yang
terdiri dari cipta, rasa, dan karsa. (Ida Bagus, 2015: 4).
Langkah awal yang terpenting dalam upaya memahami filsafat kebudayaan adalah
kemampuan untuk menentukan batas pengertian yang tegas antara filsafat kebudayaan dan ilmu
kebudayaan. Filsafat kebudayaan pada dasarnya berusaha untuk memahami hakikat kebudayaan
sebagai realitas kemanusiaan secara mendalam dan menyeluruh. Filsafat kebudayaan memiliki
tanggung jawab moral menuntun dan mengarahkan kebudayaan ke arah perkembangan yang wajar
berdasarkan kriteria dan prinsip-prinsip tertentu agar tujuan kebudayaan dalam meningkatkan harkat
dan martabat manusia dapat tercapai. Sedangkan ilmu kebudayaan, seperti ilmu antropologi budaya,
misalnya, merupakan bidang ilmu yang bertujuan untuk mempelajari, melukiskan, dan menguraikan
kebudayaan secara khusus. Sesungguhnya ilmu ini termasuk ilmu pengetahuan yang bersifat
ideografis yang dapat melukiskan, membuat analisis dan sintesis, tetapi tidak berwenang untuk
menetapkan kaidah, norma dan pedoman. Ilmu-ilmu kebudayaan mengumpulkan fakta dan cara
pelaksanaannya, mengambil darinya keseragaman dan perbedaan, menetapkan hukum empiris, dan
secara induktif menyusun definisi tersebut pada taraf metafisika menurut norma-norma transenden.
Yang artinya ilmu kebudayaan mempelajari peristiwa dan bentuk-bentuk kebudayaan yang terdapat
dalam kesatuan-kesatuan sosial yang berbeda-beda menurut dimensi ruang dan waktu, sedangkan
filsafat kebudayaan mendekati hakikat kebudayaan sebagai sifat esensi manusia yang untuk sebagian
mengatasi ruang dan waktu empiris, dimensi sejarah dan setempat.
c. Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan
dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat
pendidikan. Metode yang dilakukan yaitu dengan analisis secara kritis struktur dan manfaat
pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan. Salah satu
yang dikritisi secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta didik dalam
pembelajaran. Salah satu yang sering dibicakan dewasa ini adalah pendidikan yang menyentuh aspek
pengalaman. Filsafat pendidikan berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan
sumber daya manusia, teori kurikulum, dan pembelajaran serta aspek-aspek peendidikan yang lain.
Filsafat dan pendidikan merupakan dua istilah yang mempunyai makna sendiri. Akan tetapi
ketika digabungkan akan menjadi sebuah tema yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum. Ada banyak definisi mengenai filsafat pendidikan tetapi
akhirnya semua mengatakan dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka
menyelesaikan permasalahan pendidikan. Upaya ini kemudian menghasilan teori dan metode
pendidikan untuk menentukan gerak semua aktivitas pendidikan.
Realitas-realitas pendidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan antara lain:
1. Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan.
2. Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan memengaruhi
tatanan hidup suatu masyarakat.
3. Tujuan pendidikan sebagai arah pengembangan model pendidikan.
4. Relasi antara pendidik dan peserta didik sebagai subjek dan subjek.
5. Pemahaman dan pelaksanaan kurikulum dalam pendidikan.
6. Metode dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
7. Hubungan antara lembaga pendidikan dengan tatanan masyarakat dan organisasi serta
situasi sosial sekitar.
8. Nilai dan pengetahuan sebagai aspek penting dalam pengajaran.
9. Kaitan antara pendidikan dengan kelas sosial dan kenaikan taraf hidup masyarakat.
10. Aliran-aliran filsafat yang dapat memberikan solusi atas masalah pendidikan.
Pada dasarnya filsafat pendidikan membicarakan tiga masalah pokok. Pertama, apakah
sebenarnya pendidikan itu. Kedua, apakah tujuan pendidikan yang sejati. Ketiga, dengan metode atau
cara apakah tujuan pendidikan dapat tercapai.
2. Uraikan secara singkat, temuan-temuan dari jurnal yang anda telah review; (tulis nama
jurnalnya, judul, penulis, tahun, dll)
Jawab : Potret Pemikiran Vol. 26 No.1, Judul : Konsep Pendidikan Merdeka Belajar Perspektif Filsafat
Progresivisme (Penulis: Jems Sopacua dan Muhammad Rijal Fadli, Tahun : 2022)
Secara singkat perkembangan filsafat berkembang melalui beberapa zaman yaitu diawali dari Zaman
Yunani Kuno, Zaman kegelapan (Abad 12-13 M), Zaman Pencerahan (14-15 M), Zaman awal Modern
dan Modern (Abad 16-18 M), dan Zaman Pos Modern (Abad 18-19) hingga saat ini.
4. Apa yang dapat anda pahami dari gambar grafik berikut?
Pada gambar (diatas) merupakan untuk hipotesis daya dukung "pesawat ruang angkasa bumi" untuk
beban ekologis umat manusia. Daya dukung dapat didefinisikan sebagai ukuran populasi rata-rata suatu
spesies di habitat tertentu. Ukuran populasi spesies dibatasi oleh faktor lingkungan seperti makanan yang
cukup, tempat tinggal, air, dan pasangan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, populasi akan berkurang
hingga sumber daya pulih kembali. Berapa daya dukung Bumi? Bergantung pada metrik yang
digunakan, perkiraan daya dukung bumi dapat berkisar dari yang kecil hingga setengah miliar orang
hingga belasan miliar orang.
Apa yang terjadi ketika suatu lingkungan mencapai daya dukung?. Jika suatu populasi melebihi daya
dukung, ekosistem mungkin menjadi tidak cocok bagi spesies untuk bertahan hidup. Jika populasi
melebihi daya dukung untuk jangka waktu yang lama, sumber daya mungkin benar-benar habis. Populasi
bisa mati jika semua sumber daya habis.