Tugas 3 Individu
Tugas 3 Individu
NIM : 2306203010008
MK : Psikologi Perkembangan Kognitif
TUGAS INDIVIDU-III
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan baik dan benar, dengan mengacu pada
Refensi.
1. Jelaskan pengertian dari “intelegensi” dengan mengutip beberapa pendapat para ahli.
Jawaban:
Plomin (1988): Perkembangan intelegensi tidak dipengaruhi oleh lingkungan.
Scarr dan Weinberg: menyatakan bahwa anak-anak yang kehidupannya dengan orang tua
angkat lebih berkembang IQ nya daripada anak-anak yang hidup dengan orang tua
kandungnya sendiri. Hal ini disebabkan karena factor ekonomi dari keluarga, sehingga si
anak dapat belajar dengan fasilitas yang lebih memadai apabila bersama orang tua angkat.
Sehingga jelaslah bahwa faktor lingkungan turut mempengaruhi perkembangan kecerdasan
anak.
Cardwell, Clark, & Meldrum, 2000: Intelijensi adalah kemampuan seseorang untuk
mendapatkan dan menerima informasi, untuk berpikir dan memberi alasan secara efektif,
serta menyesuaikan informasi yang telah di dapat dengan lingkungan sekitarnya. Beberapa
sifat aspek kecerdasan dapat diukur dan nantinya aspek-aspek ini akan diuji dengan tes
kecerdasan. Namun tes ini hanya mengukur aspek-aspek tertentu dari kecerdasan. Dapat
dikatakan bahwa tes itu tidak menangani tingkat kecerdasan yang intelektual.
Menurut Kaufman (1999): Menyatakan bahwa anak yang tinggal bersama orang tua
kandung dengan anak yang tinggal dengan orang tua angkat akan berbeda dalam hal
perkembangan IQ.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa intelegensi ialah kemampuan individu untuk
mempelajari pengalaman baru, menalar dengan baik, untuk selanjutnya dapat menyelesaikan
masalah secara efektif yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi (kecerdasan) terdiriterdiri atas dua faktor, yaitu
faktor “genetik” dan faktor “lingkungan”. Coba Anda jelaskan secara rinci kedua faktor
tersebut !disertai contoh-contoh hasil studi/penelitian para ahli.
Jawaban:
A. Faktor genetika merupakan faktor kecerdasan yang ada pada seseorang yang diturunkan
dari orang tua. Faktor genetika dalam pengukuran intelegensi (kecerdasan), adalah
sebagai berikut:
Kajian Anak Kembar
Penelitian ini dirancang untuk menyelidiki pengukuran perkembangan kecerdasan
yang terdapat pada anak kembar, alasannya adalah untuk mencoba dan membandingkan
individu yang pembagian genetiknya sama. Cara ini diharapkan dapat menggambarkan
kesimpulan tentang faktor yang menyebabkan kecerdasan lebih lanjut, yaitu genetika atau
lingkungan. Salah satu cara untuk membandingkan individu dengan menggunakan
penilaian IQ. Untuk mengetahui skor uji IQ seorang invidu yang akan diberikan, uji ini
akan mengukur faktor seperti penalaran matematika, ketrampilan berbicara, dan lain-lain.
Setelah uji individu selesai maka skor IQ akan dijumlahkan, pada umumnya skor IQ
kecerdasan yang semakin tinggi maka individu tersebut memiliki kecerdasan yang
semakin tinggi pula.
Shields (1962) melakukan salah satu penelitian terhadap studi anak kembar dengan
cara beberapa anak kembar dibesarkan bersama-sama dan sebagian terpisah. Tingkat IQ
anak kembar, diuji dan dibandingkan. Kembar monozigotik berkorelasi 0,77 bagi mereka
yang dibesarkan terpisah dan 0,76 bagi mereka yang dibesarkan bersama. Hal ini
menunjukkan bahwa lingkungan mempunyai sedikit penyebab suatu kecerdasan karena
memiliki korelasi yang paling identik Jika lingkungan merupakan suatu faktor penyebab
dalam perkembangan kecerdasan maka kita akan berharap ada perbedaan yang jauh lebih
besar di antara korelasi ini.
Kajian Keluarga
Sebagai tambahan terhadap kajian anak kembar, penelitian keluarga atau
kekerabatan telah dilakukan, penelitian ini menggunakan mereka sebagai peserta yang
memiliki hubungan sedarah. Sekali lagi alasannya adalah karena peserta berbagi beberapa
informasi genetik.
Kaufman (1999) melakukan penelitian dan ia menemukan bahwa korelasi antara
orangtua biologis dan seorang anak yang hidup bersama (0.42) lebih tinggi dibandingkan
hubungan antara orang tua angkat dan anak yang tinggal bersama-sama (0,19). Sekali
lagi, hal ini menunjukkan pentingnya pengaruh genetik terhadap pengaruh lingkungan
yang lebih dalam menentukan IQ. Pada akhirnya Kaufman (1999) juga membandingkan
hubungan saudara kandung, setengah saudara dan sepupu.Korelasi untuk saudara adalah
0,47, sebagaimana dibandingkan dengan 0.31 untuk setengah saudara dan 0,15 untuk
sepupu, sekalilagi, penelitian ini menunjukkan pentingnya pengaruh genetik.
Kajian Adopsi
Horn (1983) melakukan penelitian di Texas di mana lembaga pengadopsian terbesar
memberikan data yang membuat penelitian memungkinkan.Ibu yang tidak disebutkan
namanya dari 469 anak-anak yang diadopsi setelah lahir diberi tes IQ.Anak-anak
ditempatkan dalam 300 keluarga angkat.IQ dari ibu angkat juga diukur. Korelasi IQ adalah
0,15 untuk ibu angkatnya dan 0,28 untuk ibu kandungnya. Hal ini menunjukkan beberapa
pengaruh genetik pada kecerdasan.
Kajian Keluarga
Kaufman (1999) memberikan bukti betapa pentingnya pembagian lingkungan
dengan mengacu pada penelitian keluarga. Ia menemukan bahwa korelasi untuk saudara
yang dibesarkan bersama-sama (0.47) lebih tinggi dibandingkan mereka yang dibesarkan
secara terpisah (0,24). Dia juga menemukan bahwa terdapat pereplikasian oleh orang tua
dan anak-anak yang hidup bersama memiliki korelasi yang tinggi dengan skor IQ (0.42)
daripada mereka yang tinggal secara terpisah (0,22). Ini memberikan bukti bagi
pentingnya lingkungan bersama dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan
kecerdasan yang diukur.Jika lingkungan tidak begitu penting, skor bisa diharapkan
menjadi serupa dalam kedua kondisi tersebut.
Pola Makan
Daley, Whaley, Sigman, Epinosa dan Neumann (2003) menyatakan bahwa banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat IQ telah meningkat dari waktu ke waktu,
peningkatan ini dikenal dengan istilah Efek Flynn. Mereka menyatakan bahwa hasil dari
20 negara-negara industri telah menunjukkan keuntungan IQ besar dari waktu ke
waktu.Mereka berpendapat bahwa diantara alasan untuk peningkatan ini adalah nutrisi
yang lebih baik pada anak-anak.Penelitian ini dapat membantu menjelaskan mengapa
anak-anak dari kelompok SES yang rendah memiliki IQ lebih rendah, seperti kurangnya
makanan yang seringkali terjadi pada orang miskin dan hal ini dapat mempengaruhi IQ
mereka.
Urutan Kelahiran
3. Coba Anda jelaskan secara rinci Tahapan model perkembangan moral menurut pendapat
Piaget.
Mengamati anak-anak bereksperimen, Piaget mengembangkan teori tahapan
perkembangan moral. Sejalan dengan teori perkembangan kognitif, teori ini juga dibangun
berdasarkan tahapan-tahapan yang terjadi pada anak. Setiap tahapan perkembangan moral
berbeda secara kualitatif. Piaget menggunakan dua alat utama untuk menyelidiki
perkembangan moralitas. Piaget mengamati anak-anak bermain kelereng dan komitmen
mereka terhadap peraturan permainan tersebut.
Table 5.1. Piaget cerita moral
Cerita ACerita Alfred bertemu teman kecilnya yang sangat miskin. Teman ini mengatakan
bahwa ia tidak makan pada malam hari itu karena tidak ada makanan di rumahnya.
Kemudian Alfred pergi ke toko roti, dan karena dia tidak memiliki uang, ia menunggu
sampai penjual tidak melihatnya lalu ia mencuri gulungan roti dan memberikan kepada
temannya
Cerita B Bhenriette pergi ke toko. Dia melihat sepotong pita cantik di atas meja dan
berpikir untuk dirinya sendiri bahwa itu akan terlihat sangat bagus pada gaunnya. Jadi
ketika wanita penjaga toko tidak melihatdia mencuri pita dan melarikan diri.
Referensi :
Oakley, L. (2004). Cognitive Development. London & New York : Routle