Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR............................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1

1.3. Manfaat dan Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

2.1 Biografi dan Sejarah Jacques Derrida ............................................................................. 3

2.2 Pemikiran Jacques Derrida Pada Zaman Kontemporer................................................... 5

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 7

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 9


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai manusia terdapat beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk
memahami, mengolah, dan menghayati dunia serta isinya. Filsafat, ilmu pengetahuan,
seni dan agama adalah pendekatan yang dimaksudkan. Filsafat merupakan usaha untuk
dapat memahami atau mengerti dunia makna dan nilainya. Bidang filsafat sangat luas
dan mencakup secara keseluruhan sejauh yang dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat
berusaha untuk menyatukan hasil-hasil ilmu dan juga pemahaman tentang moral,
estetik, dan agama. Para filsuf juga telah mencari suatu pandangan tentang hidup secara
terpadu, menemukan maknanya serta mencoba memberikan suatu konsepsi yang
berlandasan mengenai alam semesta dan tempat manusia di dalamnya (Tim Dosen
Filsafat Ilmu 2016).

Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang tidak hanya berlangsung


secara mendadak melainkan secara bertahap. Oleh karena itu, untuk memahami sejarah
perkemabangan bagian dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan kita harus
melakukan pengembagian atau klasifikasi secara periodik. Pada setiap menampilkan
ciri khas yang berbeda dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Penemuan terus
dilakukan oleh manusia hingga zaman sekarang dan tidak berpusat di satu tempat atau
wilayah tertentu. Penemuan yang menyebar dari Babylonia, Mesir, Cina, India, Irak,
Yunani, hingga ke Eropa. Banyak penemuan yang terjadi di dunia Timur yang baru
dikembangkan belakangan di dunia Barat. Filsafat kontemporer diawali pada awal abad
ke-20, yang ditandai dengan variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya.
Pada makalah ini akan membahas salah satu tokoh pada zaman kontemporer yaitu,
Jacques Derrida.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, adapun rumusan masalah
yang akan dikaji dalam makalah ini yaitu :

1. Bagaimana biografi dan sejarah tokoh Jacques Derrida


2. Pemikiran apa yang dirumuskan Jacques Derrida pada zaman kontemporer?

1
1.3. Manfaat dan Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah terdapat manfaat dan tujuan yaitu
1. Untuk mengetahui biografi dan sejarah tokoh Jacques Derrida
2. Untuk mengetahui pemikiran yang dirumuskan oleh tokoh Jacques Derrida
pada zaman kontemporer

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi dan Sejarah Jacques Derrida


Jacques Derrida lahir di El Biar, Aljazair pada tanggal 15 Juli 1930. Ia dilahirkan
dengan nama Jackie Elie Derrida. Ayah Derrida bernama Aim Derrida berkebangsaan
Aljazair sedangkan ibunya bernama Georgette Sultana Esther Safar. Derrida memiliki
empat saudara, yakni Ren Abraham, Paul Mose, Janine dan Norbert. Keluarga Derrida
berasal dari keturunan Yahudi. Pengaruh tradisi Yahudi membentuk prilaku dan
relasinya dengan lingkungan tempat ia berinteraksi. Latar belakang keluarganya yang
berdarah Prancis-Yahudi membuatnya semakin kritis dan agresif dalam berelasi.

Gambar 1. Foto Jacques Derrida

Setelah Perang Dunia II, Derrida mulai mempelajari filsafat. Pada tahun 1949,
beliau pindah ke Paris dan mempersiapkan diri mengikuti ujian filsafat untuk masuk
ke sekolah bergengsi École Normale Supérieure. Derrida gagal di ujian pertamanya
ini, tapi dia kemudian lulus setelah mencoba untuk kedua kalinya pada tahun 1952.
Pada tahun 1957-1959, beliau kembali ke Aljazair untuk memenuhi kewajiban militer
dan kemudian mengajar bahasa Prancis dan Inggris untuk para anak tentara. 2 Tahun
kemudian Derrida kembali ke Prancis. Setelah mendapatkan gelar sarjana beliau resmi
mengajar di Hussel Archive, lalu pada tahun 1960 beliau mengajar filsafat di
Universitas Sorbonne. Tahun 1964-1965 Derrida kembali mengajar di Ecole Normal
Superiuere. Awal Derrida mulai dibahas di publik yaitu melalui dua artikel yang
membahas buku tentang sejarah dan bentuk penulisan dalam jurnal Critique.

3
Tahun 1960 di mana pada tahun ini banyak pemikir besar dari Prancis
bermunculan salah satunya adalah terbitnya salah satu karya monumental Foucault
yang berjudul Folie et déraison (Madness and Civilization). Di awal tahun 60an,
Derrida menerbitkan sebuah esai berdasarkan sebuah karya Levinas yang berjudul
Violence and Metaphysics. Di tahun 1967, Derrida kembali menerbitkan tiga buah
buku hasil karyanya sekaligus yakni Writing and Difference, Speech and Phenomena,
dan Of Grammatology. Setelahnya, banyak sekali karya-karya menganggumkan yang
diterbitkan oleh Derrida. Dalam menulis, Derrida sangat dipengaruhi oleh filsuf
Edmund Husserl dan ahli bahasa Ferdinand de Saussure. Buku pertama Derrida yang
berjudul The Origin of Geometry adalah terjemahan karya Husserl. Sedangkan dalam
bukunya yang berjudul Of Grammatology, Derrida menyampaikan pandangannya
terhadap pemikiran Saussure mengenai definisi bahasa.

Lalu menjadi seorang filsuf Perancis yang dianggap sebagai pengusung tema
dekonstruksi di dalam filsafat postmodern zaman kontemporer. Selama berada di École
Normale, Derrida mempelajari Hegel bersama seorang filsuf bernama Jean Hyppolite.
Pada tahun 1980 Derrida memperoleh gelar doktor dengan disertasi yang berjudul
“The Time of a Thesis : Puctuations”. Pada tahun 1986 beliau resmi diangkat sebagai
guru besar humaniora di Universitas California. Sampai sekarang universitas ini
menjadi salah satu perguruan tinggi yang memiliki koleksi tulisan Derrida paling
lengkap. Derrida juga memiliki beberapa penghargaan yaitu:

• Gelar doktor kehormatan diterima dari Universitas Cambridge


• Gelar doktor kehormatan diterima dari Universitas Columbia
• Gelar doktor kehormatan diterima dari The New Schoolfor Sosial Research
• Gelar doktor kehormatan diterima dari Universitas Exssex
• Gelar doktor kehormatan diterima dari Universitas Louvain
• Gelar doktor kehormatan diterima dari Universitas Wiliam College
• Dikukuhkan menjadi anggora honorer America Academy Of Arts and Science

Selain penghargaan yang diperoleh terdapat beberapa karya penting yang dirintis oleh
Jacques Derrida yaitu :

• La voix et le phenomène (1967)


• L'écriture et la différance (1967)
• De la grammatologie (1967)

4
• Marges de la philosophie (1972)
• Glas (1974)
• Éperons: les styles de Nietzsche (1978)
• De l'esprit: Heidegger et la question (1987)
• Spectres de Marx (1993)
• Force de loi (1994)
• Voyous (2003)
Di tahun 2003, Derrida didiagnosis menderita kanker pankreas yang kemudian
menghilangkan kemampuan berbicara dan bergeraknya. Derrida kemudian meninggal
dunia di sebuah rumah sakit di Paris pada tanggal 8 Oktober 2004.

2.2 Pemikiran Jacques Derrida Pada Zaman Kontemporer


Pemikiran Derrida dipengaruhi pandangan Nietzche, Martin Heidegger dan Freud.
Jacques Derrida adalah seorang pemikir postmodern yang sangat kontroversial.
Gagasan-gagasannya sangat kritis dan teliti. Terdapat banyak konsep pengetahuan
tertentu sezamannya yang di bongkar lebih dan kemudian ditata kembali. Tema yang
diusung pada zaman kontemporer oleh beliau adalah dekonstruksi. Penerapan
dekonstruksi yang dilakukan Derrida yaitu menitikberatkan pada hal-hal yang kecil,
sangat berbeda dengan strukturalisme dan filsafat Barat yang fokus pada pusat
(logosentrisme). Menurut Derrida, sesuatu teks selalu ada yang disembunyikan, untuk
menganalisis sesuatu yang disembunyikan maka, perlu dilakukan suatu cara yaitu
dekonstruksi. Dekonstruksi dilakukan dengan tujuan bukan mencari kebenaran akan
tetapi dilakukan saja secara terus menerus tanpa henti. Pandangan ini sangat
bertentangan dengan filsafat Barat dimana, mencari apa yang benar, tepat dan indah
secara terus menerus. Derrida ingin membongkar ketertutupan ini dengan cara
membebaskan akan menulis sebuah tulisan. Derrida menginginkan masyarakat bebas
dari kekuasaan penguasa intelektual yang menciptakan pemikiran dominan. Melalui
kebebasan yang dimiliki, semua masyarakat menjadi penulis dengan merdeka. Manusia
diharapkan selalu menciptakan inovasi-inovasi baru dan selalu mempermasalahkan
kebenaran. Kebenaran tidak harus dibatasi dalam kebenaran tunggal, umum, dan
universal melainkan bersifat plural, partikular, dan relatif (Siregar, 2019).

Menurut Derrida dekonstruksi bukan suatu analisis, bukan kritik, bukan suatu
metode, bukan aksi maupun operasi. Jadi singkatnya dekonstruksi bukan merupakan

5
suatu alat penyelesaian dari “suatu subjek individual atau kolektif yang berinisiatif dan
menerapkannya pada suatu objek, teks, atau tema tertentu”. Dapat disimpulkan bahwa
dekonstruksi adalah suatu peristiwa yang tidak menunggu pertimbangan, kesadaran,
dari suatu subjek, atau bahkan modernitas. Kata dekostruksi diadaptasi oleh Derrida
dari kata destruksi yang ada dalam pemikiran Heidegger. Terdapat tiga poin penting
dalam dekonstruksi Derrida, yaitu:

1. Dekonstruksi, seperti halnya perubahan terjadi terus-menerus, dan ini terjadi


dengan cara yang berbeda untuk mempertahankan kehidupan
2. Dekonstruksi terjadi dari dalam sistem-sistem yang hidup, termasuk bahasa dan
teks
3. Dekonstruksi bukan suatu kata, alat, atau teknik yang digunakan dalam suatu
kerja setelah fakta dan tanpa suatu subyek interpretasi.

Selain itu, terdapat Derrida meringkas 3 kalimat yang merupakan prinsip dari
dekonstruksi yaitu, sans savoir, sans voir, dan sans avoir yang artinya (tidak
mengetahui, tidak melihat, dan tidak memiliki). Sans savoir menggambarkan bahwa
sebuah tekst tidak selalu dapat ditangkap oleh penafsir secara totalitasnya. Sans
savoir menandakan sebuah batas yang tidak mungkin lagi dilalui oleh pengetahuan.
Sans voir, mengisyaratkan sebuah keterbatasan indera dan penglihatan kita akan
kebenaran. Sans avoir kebenaran tidak lagi berada di pangkuan penafsir, melainkan
bergerak menyebar ke penafsir lain yang berbeda. Derrida mengakui bahwa
dekonstruksi akan tampak mencemaskan bagi sang pemburu makna (Al-Fayyadl,
2005).

Dekonstruksi menempatkan dirinya dalam konseptualitas tradisional untuk


menemukan celah radikal yang diyakininya dapat dilacak dalam setiap karya filsafat.
Khususnya dalam tulisan-tulisan awalnya, Derrida mempresentasikan pembacaan
dekonstruktifnya atas karya-karya individu dalam sejarah filsafat Barat yang
diarahkan pada pemahaman tertentu tentang sejarah itu sebagai salah satu yang
kehadirannya diistimewakan. Strategi Derrida adalah untuk menunjukkan bahwa
teks-teks yang seharusnya menunjukkan hak istimewa kehadiran ini juga
mencerminkan kontra-tendensi tertentu. Jadi, misalnya, teks-teks yang di permukaan
tampak lebih mengutamakan pidato daripada tulisan juga memiliki momen-momen
di mana hierarkinya dibalik. Setelah pembalikan ini, Derrida berusaha melampaui

6
oposisi terhadap apa yang melebihinya: Oleh karena itu, dalam contoh yang
diberikan, dia mengidentifikasi apa yang dia sebut proto-tulisan, yang bukan ucapan
atau tulisan dalam pengertian konvensional, tetapi apa yang merupakan kondisi
semua bentuk bahasa. Dekonstruksi tidak terletak pada bacaan baru saja, tetapi dalam
penjajarannya dengan bacaan-bacaan sebelumnya, yang dengan demikian tidak
digantikan sebanyak yang dipahami sebagai milik sejarah teks.

Pemikiran yang lain yang diutarakan Derrida untuk menjelaskan dekonstruksi


yaitu dikotomi kehadiran dan absen. Kedua keadaan itu (hadir dan absen) tidak
mungkin terlaksana secara bersamaan. Apabila hadir berarti tidak mungkin absen dan
begitu juga sebaliknya. Pemikiran Barat pada umumnya lebih menghargai hadir
daripada absen. Pemikiran ini dihubungkan dengan konsep berbicara lebih unggul
daripada menulis. Berbicara dipandang lebih penting dari menulis karena orang yang
berbicara hadir secara langsung dengan pendengar. Pembicara dapat melihat
bagaimana respon pendengar akan informasi yang disampaikan. Demikian juga
sebaliknya, pendengar dapat melihat pembicara baik gaya berbicara, gestur tubuh,
emosi dan intonasi yang dilakukan. Apabila pendengar kurang memahami apa yang
disampaikan pembicara, pendengar boleh menanyakan atau meminta untuk diulangi
apa yang dimaksud pembicara.

BAB III
PENUTUP

7
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Jacques Derrida lahir di El Biar, Aljazair pada tanggal 15 Juli 1930. Ia dilahirkan dengan
nama Jackie Elie Derrida. Pada tahun 1949, beliau pindah ke Paris dan mempersiapkan
diri mengikuti ujian filsafat untuk masuk ke sekolah bergengsi École Normale
Supérieure. Tahun 1957-1959, beliau kembali ke Aljazair untuk memenuhi kewajiban
militer dan kemudian mengajar bahasa Prancis dan Inggris untuk para anak tentara. Di
tahun 1967, Derrida kembali menerbitkan tiga buah buku hasil karyanya sekaligus
yakni Writing and Difference, Speech and Phenomena, dan Of Grammatology.
Setelahnya, banyak sekali karya-karya menganggumkan yang diterbitkan oleh Derrida.
Dalam menulis, Derrida sangat dipengaruhi oleh filsuf Edmund Husserl dan ahli bahasa
Ferdinand de Saussure. Derrida juga memiliki beberapa penghargaan mendapat gelar
doktor kehormatan dari 6 kampus ternama dan beberapa karya penting yang dirintis
dari tahun (1967-2003).
2. Dekonstruksi yang dipopulerkan Derrida menjadi suatu metode sekaligus teori kritis.
Menurut Derrida dekonstruksi bukan suatu analisis, bukan kritik, bukan suatu metode,
bukan aksi. Jadi singkatnya dekonstruksi bukan merupakan suatu alat penyelesaian dari
“suatu subjek individual dan menerapkannya pada suatu objek, teks, atau tema tertentu”
dekonstruksi menjadi upaya untuk memahami teks, baik teks literatur ataupun realitas
itu sendiri, lalu mengubahnya untuk memperoleh makna yang baru. Walaupun
dekonstruksi yang dipopulerkan Derrida sangat membawa dampak yang luar biasa bagi
ilmu-ilmu sosial secara umum, namun teori ini juga mempunyai kelemahan. Kebebasan
yang dimiliki setiap orang untuk menafsir makna sehingga makna selalu tertunda
dengan kata lain tidak ada makna dan tidak ada kepastian. Makna atau kebenaran atau
apapun istilahnya selalu tertunda bahkan relatif. Selain itu, sulit menemukan ketenagan,
keteguhan dan kenyamanan merupakan kelemahan dari dekonstruksi karena segala
sesuatu terus dilakukan dekonstruksi tanpa henti. Terdapat 3 kalimat yang merupakan
prinsip dari dekonstruksi yaitu, sans savoir, sans voir, dan sans avoir.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adian, Donny Gahral. 2002. Pilar-pilar Filsafat Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra.

Al-Fayyadl, Muhammad. 2005. Derrida. Yogyakarta : LKis Yogyakarta.

Ilmu, Tim Dosen Filsafat. 2016. Filsafat. Yogyakarta: Liberty.

Lubis , Akhyar Yusuf. 2014. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta : PT . RAJA
GRAFINDO PERSADA.

Siregar, Mangihut. 2019. "Kritik Terhadap Teori Dekonstruksi Derrida." Journal of Urban
Sociology 67.

Anda mungkin juga menyukai