Anda di halaman 1dari 102

PENGEMBANGAN APLIKASI KONSELING BERBASIS LINE UNTUK

PESERTA DIDIK SMA DI SURAKARTA

SKRIPSI

OLEH :
FITRIA RAMADHANTY KUSUMANINGRUM
K3116027

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020

i
2
3
ABSTRAK

Fitria Ramadhanty Kusumaningrum.K3116027. PENGEMBANGAN


APLIKASI KONSELING BERBASIS LINE UNTUK PESERTA DIDIK
SMA DI SURAKARTA. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakata. Desember 2020.
Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah untuk mengembangkan
Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta
berdasarkan hasil kajian empirik dan kajian teoritik yang siap di uji validitas,
kepraktisan, dan keefektifannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
dan pengembangan (Research and Development) desain Plomp, yang dibagi
menjadi tiga tahapan yaitu Preliminary research, Prototyping dan Assesment
Phase. Peneliti melakukan penelitian ini sampai pada tahap prototyping phase.
Peneliti menggunakan studi pendahuluan berupa angket kebutuhan peserta didik
SMA di Surakarta. Selain itu,peneliti melakukan wawancara dengan 3guru BK
SMA di Surakarta.
Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama, kajian
empirik yang berkaitan dengan kebutuhan layanan BK peserta didik SMA di
Surakarta yaitu Bidang Pribadi-sosial (68,4%), Bidang Belajar (61%), Bidang
Karier (57,5%). Selain itu, peneliti juga menyebar angket yang berkaitan dengan
kebutuhan layanan konseling online berbasis aplikasi LINE sejumlah 78,3%.
Melalui data tersebut, persentase kebutuhan peserta didik melebihi 50% dan
disimpulkan bahwa kebutuhan layanan BK peserta didik SMA di Surakarta
terbilang tinggi. Kedua, kajian teoritik yang didapatkan melalui studi literatur
yaitu mengenai konseling online, Aplikasi LINE, kebutuhan peserra didik SMA,
dan bidang layanan BK
Berdasarkan kajian empirik dan teoritik di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa perlu dibuat suatu akun Konseling online berbasis aplikasi LINE
(KODALINE)dan Panduan Penggunaan KODALINE bagi guru BK dan peserta
didik SMA di Surakarta yang siap untuk di uji secara validitas, kepraktisan, dan
keefektifan. Panduan tersebut terdiri dari dua buku yaitu (1) Buku Panduan bagi
Guru BK, dan (2) Buku Panduan bagi Peserta Didik. Saran dari penelitian ini
adalah diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dan
pengembangan aplikasi konseling berbasis LINE ini hingga tahap uji validitas,
kepraktisan,dan keefektifan agar produk bisa digunakan untuk membantu
memberikan layanan BK di sekolah.

Kata kunci: bidang layanan, konseling online, LINE, peserta didik.

4
ABSTRACK

Fitria Ramadhanty Kusumaningrum. K3116027. COUNSELLING


DEVELOPMENT BASED ON THE LINE APPLICATION TO IMPROVE
SERVICE QUALITY IN THE FIELD OF GUIDANCE AND COUNSELLING
FOR SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN SURAKARTA. Thesis,
Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University,
December 2020.
The purpose of this research and development was to develop "Counseling
Development Based on the LINE Application to Improve Service Quality in the
Field of Guidance and Counseling for Senior High School Students in Surakarta”
based on the results of empirical studies and theoretical studies that are ready to
be tested for validity, practicality, and effectiveness. This study used a research
and development method according to Plomp, which is divided into three stages,
namely Preliminary research, Prototyping and Assessment Phase. Researchers
conducted this research until the prototyping phase. Researchers used a
preliminary study in the form of a questionnaire on the needs of high school
students in Surakarta. In addition, researchers conducted interviews with 3
Guidance and Counseling teachers SMA in Surakarta.
The results of the research conducted are as follows. First, an empirical
study related to the Guidance andCounseling service needs of high school
students in Surakarta, namely the Personal Sector (70.4%), the Social Sector
(66.5%), the Learning Sector (61%), the Career Sector (57.5%). Based on the
data, the percentage of students needs were more than 50% and it was concluded
that the Guidance and Counseling service needs of high school students in
Surakarta were quite high. In addition, researchers also distributed
questionnaires related to the need for online counseling services based on the
LINE application, amounting to 78.3%. Second, theoretical studies obtained
through literature studies, namely understanding, the field of Guidance
andCounseling services, the objectives of the field of counseling services,
understanding, types, online counseling process, understanding, features of the
LINE application.
Based on the empirical and theoretical studies above, it can be concluded
that it is necessary to create an online Counseling account based on the LINE
application (KODALINE) and the KODALINE Usage Guide for Guidance
andCounseling teachers and high school students in Surakarta that are ready to
be tested for validity, practicality, and effectiveness. The guide consists of two
books, namely (1) A Guide Book for Teachers, and (2) A Guide Book for Students.
The suggestion from this research is that it is hoped that further researchers can
carry out research and development of online counseling based on the LINE
application to test the validity, practicality, and effectiveness so that the product
can be used to help provide Guidance andCounseling services in schools.

5
Keywords: service field, online counseling, LINE, students.

MOTTO

“The purpose of technology is not to confuse the brain, but to serve the body”
-William S. Burroughs-

“Health isn’t just about a diet. It’s also about a way of thinking and a way of
being”
-Katrina Mayer-

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah


kesilitan itu ada kemudahan”
(Q.S. Asy Syarh ayat 5-6)

“Waktu bagaikan pedang. Jika engkau tidak memanfaatkannya dengan baik,


maka ia akan memanfaatkanmu”
(HR. Muslim)

6
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang senantiasa memberikan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN APLIKASI LINE
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BIDANG
BIMBINGAN DAN KONSELING PESERTA DIDIK SMA DI
SURAKARTA”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peneliti
menyadari bahwa dalam terselesaikanya skripsi ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Dr. Mardiyana, M.si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dalam
menyusun skripsi serta melakukan penelitian.
2. Dr. Edy Legowo, M.Pd., selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Agus Tri Susilo, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing I yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
4. Dr. Ribut Purwaningrum, S.Pd, M.Pd, selaku pembimbing II yang selalu
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
5. Guru BK dan peserta didik SMA di Surakarta, yang telah member dukungan
dan bantuan dalam penyusunan skripsi.
6. Papa dan Mama yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi
7. Teman-teman “Rich People”, teman kos bunga, teman-teman basket, dan
teman hidup selama saya berkuliah di UNS

7
8. Teman-teman BK 2016 yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi
9. Pihak-pihak lain yang sudah membantu dan mendukung yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi guru BK dan
praktisi BK dalam pengembangan ilmu di bidang Bimbingan dan Konseling

Surakarta, Desember 2020

Peneliti

8
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.............................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
MOTTO.................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................11
C. Tujuan...............................................................................................................11
D. Spesifikasi Produk............................................................................................11
E. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan........................................................14
F. Asumsi Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan........................................14
G. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional..................................................15
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR........................17
A. Kajian Pustaka..................................................................................................17
1. Kajian tentang Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling.........................17
2. Kajian tentang Konseling Online ...............................................................22
3. Aplikasi Line................................................................................................28
4. Konseling Online Berbasis Aplikasi LINE untuk Meningkatkan Kualitas
Layanan Bidang Bimbingan dan Konseling Peserta Didik SMA.................32
5. Teori Pengembangan Produk.......................................................................34
6. Kualitas Produk dan Pengembangan............................................................35
B. Kerangka Berpikir.............................................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN........................39
A. Metode Penelitian dan Pengembangan..............................................................39
B. Desain Penelitian dan Pengembangan...............................................................40
C. Prosedur Penelitian dan Pengembangan............................................................42

9
D. Isi Produk..........................................................................................................44
E. Subjek Penelitian..............................................................................................45
F. Data dan Teknik Pengumpulan Data.................................................................46
G. Teknik Analisis Data........................................................................................50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................52
A. Hasil Pengembangan.........................................................................................52
B. Pembahasan......................................................................................................66
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SASARAN.......................................78
A. Simpulan...........................................................................................................78
B. Implikasi...........................................................................................................80
C. Saran.................................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................82
LAMPIRAN..........................................................................................................88

10
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Proses Tahapan Konseling Online Menurut Ifdil (2011)............................26


Gambar 2. 2. Media Sosial yang paling sering digunakan di Indonesia...........................31
Gambar 2. 3. Tahapan penelitian dan pengembangan menurut Plomp (2013).................35
Gambar 2. 4. Kerangka Berpikir Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk
Peserta Didik SMA di Surakarta..............................................................38

Gambar 3. 1. Metode Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis


LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta menurut Plomp &Nieveen
(2013)........................................................................................................40
Gambar 3. 2. Desain Produk yang Memenuhi Kriteria Relevansi dan Konsistensi
Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik
SMA di Surakarta adaptasi dari Plomp (2013).........................................41
Gambar 3. 3. Rumus Kontingensi Indeks Gregory...........................................................51

Gambar 4. 1. Menambahkan KODALINEsebagai teman.................................................62


Gambar 4. 2. Opsi pilihan Menu pada ruang obrolan.......................................................62
Gambar 4. 3. Konten-konten dalam KODALINE............................................................63
Gambar 4. 4. Sampul Buku Panduan Bagi Guru BK dan Peserta Didik SMA di Surakarta
..................................................................................................................64

11
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Domain dan alasan penggunaan media sosial menurut Supratman (2018).....29
Tabel 2. 2. Fitur dan juga kegunaan dari LINE OA..........................................................31
Tabel 2. 3. Kriteria dalam intervensi berkualitas tinggi menurut Nieveen (dalamPlomp &
Nieveen, 2013)..............................................................................................36

Tabel 3. 1. Isi Produk Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis Line........................44


Tabel 3. 2. Isi Produk manual book atau buku Pengembangan Aplikasi Konseling
Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta.................................45
Tabel 3. 3. Daftar Buku dasar Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Konseling
Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta................................48
Tabel 3. 4. Daftar Jurnal ilmiah dan karya ilmiah lain sebagai dasar Penelitian dan
Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik
SMA di Surakarta........................................................................................49
Tabel 3. 5. Tabel Kontingensi Indeks Gregory.................................................................51

Tabel 4. 1. Media sosial yang paling sering digunakan di Indonesia................................57


Tabel 4. 2. Fitur-fitur LINE Official Account dengan penggunaannya dalam bidang
Layanan BK menurut Linebiz.com (2019)....................................................59
Tabel 4. 3. Menyajikan Sumber Kajian Teoritik yang Berkaitan dengan Penelitian dan
Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik
SMA di Surakarta........................................................................................60

12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan bimbingan dan konseling pada saat ini telah mengalami
perubahan paradigma dalam pendekatannya, dari pendekatan yang
berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor menuju
ke pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif (Depdiknas,
2007). Pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif ini
merupakan pendekatan bimbingan dan konseling (BK) Komprehensif yang
didasarkan pada upaya dalam mencapai tugas perkembangan, pengembangan
potensi, dan mengentaskan permasalahan konseli.
Suherman (Daryono dkk, 2014), menjelaskan bahwa BK komprehensif
merupakan pandangan mutakhir yang bertitik tolak dari asumsi yang positif
mengenai potensi manusia. Menurut Gysbers & Henderson (2012), terdapat
lima premis dasar yang menegaskan istilah BK Komprehensif, diantaranya
yaitu : (1) BK adalah sebuah program; (2) Program BK adalah perkembangan
dan komprehensif; (3) Program BK melibatkan kolaborasi antar staf; (4)
Program BK dikembangkan melalui serangkaian proses sistematis sejak dari
perencanaan, desain, implementasi, evaluasi, dan keberlanjutan, dan; (5)
Program BK ditopang oleh kepemimpinan yang kokoh. Menurut pernyataan
diatas, Cobia (2007) menjelaskan bahwa program BK Komprehensif
mencakup layanan dan program mulai dari program dan layanan
perkembangan hingga intervensi individu, yang meliputi konseling,
konsultasi, dan rujukan ke layanan khusus.
Pemberian layanan BK Komprehensif ini memiliki beberapa aspek
bidang layanan. Menurut ASCA (Gysbers & Henderson, 2012) bidang
layanan BK adalah sebuah komponen yang terdapat dalam pemberian layanan
BK khususnya dalam ranah pendidikan yang mengemukakan tiga bidang
pengembangan layanan BK yaitu akademik, pribadi/ sosial, dan karier. BK
Komprehensif, diharapkan mampu memberikan layanan terhadap peserta
didik agar dapat lebih sistematis dan lebih dioptimalkan.

1
2

Menurut Purwaningrum (2018) pemberian program layanan BK perlu


memperhatikan keseimbangan dengan berbagai pendekatan metode yang
beragam yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan nyata peserta
didik. ASCA (2005) menjelaskan bahwa dalam sekolah CSCP
(Comprehensive School Counseling Program) harus memiliki tujuan selain
meningkatkan prestasi akademik juga bertujuan untuk meningkatkan
perkembangan pribadi/ sosial, dan mendorong pengembangan karier.
Menurut Rahman (Kurniawan, 2015), tujuan utama pemberian layanan BK di
sekolah adalah memberikan dukungan pada pencapaian kematangan
kepribadian, keterampilan sosial, kemampuan akademik, dan bermuara pada
terbentuknya kematangan karier individual yang diharapkan dapat bermanfaat
di masa yang akan datang.
Layanan BK yang dimaksudkan, tidak terlepas dari makna proses dalam
bimbingan dan konseling. Cobia (2007) menjelaskan bahwa BK adalah
proses interaksi konselor bersama dengan konseli, dimana konseli
digambarkan sebagai pihak yang rentan dan membutuhkan bantuan,
sedangkan konselor merupakan orang yang terlatih dan terdidik untuk
memberikan bantuan terhadap konseli. Menurut Kurniawan (2015) program
BK merupakan ilmu yang bergerak pada bidang human service. Program BK
ini ditujukan bagi para peserta didik untuk membantu menyelesaikan
permasalahannya terkait dengan bidang pribadi/ sosial, belajar, dan karier.
Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya dengan mengikuti pendidikan pada jalur sekolah
(Chasiyah, Chadidjah, & Legowo, 2009). Peserta didik ini pastinya
membutuhkan bantuan dari seorang guru untuk membimbing dan
mengembangkan potensi dan bakatnya. Selain itu, peserta didik juga
membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan permasalahannya terkait dengan
perkembanganna baik di bidang pribadi-sosial, belajar dan karier.
Bidang layanan BK berperan penting dalam kesejahteraan proses
pendidikan yang dijalani oleh peserta didik, namum dalam kenyataannya
masih terdapat berbagai permasalahan dalam pemberian layanan BK.
3

Menurut Walgito (2010) beberapa permasalahan yang dihadapi oleh guru BK


yaitu, permasalahan peserta didik menyangkut tentang bidang belajar. Hal
tersebut dikarena prestasi belajar yang kurang memuaskan dan guru BK
sering menemukan kesulitan dari peserta didik yang tidak dapat melanjutkan
studi lanjutan dan kesulitan memilih studi lanjut yang sesuai. Permasalahan
lainnya yaitu menghadapi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam hal
pribadi, dan menghadapi peserta didik yang kesulitan dalam lapangan social
ajustment-nya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rizkiwati, Setyowani, &
Mugiarso (2014) di SMA Negeri se-Kota Purwokerto terdapat beberapa
hambatan yang dialami oleh guru BK dalam upaya meningkatkan ke-
profesionalisasiannya. Beberapa hambatan tersebut yaitu (1) fenomena yang
menunjukkan bahwa kualifikasi pendidikan Guru BK di SMA Negeri se-
Purwokerto yang berlatar belakang pendidikan S1 BK hanya berjumlah 15
orang, sedangkan sisanya yang berjumlah 10 orang terdiri dari Non S1/ D2
dan S1 Non BK. (2) Beberapa sekolah Guru BK tidak mendapatkan jam BK,
sehingga beberapa Guru BK kesulitan dalam pemberian layanan, khususnya
layanan klasikal. (3) Beberapa Guru BK memiliki masa kerja yang kurang
dari 2 tahun, sedangkan beberapa diantaranya memasuki masa pensiun. Hal
ini membuat suasana kerja di sekolah kurang nyaman dan canggung. (3)
Motivasi kerja guru BK di SMA Negeri se-Purwokerto tergolong rendah
dibuktikan dari kurangnya ketertarikan terhadap perkembangan terbaru
seputar BK. (4) Beberapa sekolah tidak memiliki ruang konseling, sehingga
guru BK tidak dapat melakukan kegiatan konseling individual ataupun
kelompok dengan nyaman dan kurang kondusif.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2015) menemukan bahwa 40
peserta didik SMA Negeri di Yogyakarta menganggap guru BK adalah
“polisi sekolah”, hal tersebut akan berdampak pada pemberian layanan BK
dalam proses perkembangan peserta didik. Guru BK akan mengalami
hambatan dalam pemberian layanan BK karena peserta didik kurang berminat
dan kurang membuka diri akan permasalahan yang dihadapinya terhadap guru
4

BK. Berdasarkan hal tersebut pemilihan program layanan BK komprehensif


dipilih sebagai pola layanan yang akan dikembangkan di Sekolah Menengah
Atas (SMA). SMA merupakan jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi dengan pengkhususan (Depdiknas, 2004: 112).
Gybers (2012) mengungkapkan bahwa sebagian besar konselor sekolah
yang berada di negara Amerika Serikat terlalu disibukkan dengan tugas-tugas
dan kewajiban yang tidak ada hubungannya dengan ranah bimbingan dan
konseling dan hal itu dianggap tidak profesional. Brown & Trusty (2005)
berpendapat bahwa, ASCA (American School Counselor Association)
melakukan penelitian yang terkait dengan kinerja konselor, hasilnya
ditemukan bahwa konselor sekolah lebih banyak menghabiskan waktu yang
antara 1 sampai 88% dari keseluruhan waktu bekerjanya untuk kegiatan yang
tidak bersifat profesional dan tidak ada kaitannya dengan layanan BK. Tugas-
tugas tersebut diantaranya yaitu mengatur pendaftaran dan penjadwalan
peserta didik baru, menangani permasalahan kedisiplinan peserta didik di
sekolah, mengawasi secara berlebihan kelengkapan seragam sekolah peserta
didik, mengerjakan tugas administrasi sekolah, bahkan banyak juga guru BK
yang mengajarkan mata pelajaran lain diluar bidang layanan BK.
Hal serupa dinyatakan oleh Yusuf & Nurihsan (2005), persoalan dalam
penyelesaian permasalahan terkait dengan bidang layanan BK sampai pada
saat ini yaitu, adanya kesenjangan rasio guru BK dengan jumlah peserta didik
di sekolah. Permendikbud Nomor 111 tahun 2014 pasal 4 ayat (4)
menjelaskan mengenai pemenuhan beban kerja guru, kepala sekolah, dan
pengawas sekolah bahwa jam keja guru bimbingan dan konseling memiliki
rasio 1 : 150 ekuivalen dengan jam kerja 24 jam.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningtyas & Muis (2017) di
Pondok Pesantren Al Fattah Sidoharjo beberapa hambatan yang dialami oleh
guru BK dalam pemberian layanan BK diantaranya yaitu beban kerja yang
diberikan kepada guru BK terlalu banyak, yaitu satu guru BK harus mengajar
210 santri, hal tersebut tentu tidak sesuai dengan peraturan yang telah
5

ditetapkan yaitu raiso guru BK dengan siswa adalah 1 : 150. Selain itu,
pelaksanaan layanan BK dirasa kurang maksimal karena tidak adanya jam
khusus untuk melakukan layanan secara klasikal.
Berdasarkan studi lapangan yang didapatkan oleh peneliti selama
melakukan Magang Kependidikan 3 di SMA N 6 Surakarta hanya terdapat
tiga guru BK yang masing-masing guru BK harus mengampu peserta didik
sejumlah kurang lebih sekitar 200 peserta didik.Selain itu, peneliti
memperolehfakta bahwa banyak peserta didik yang datang ke ruang BK
untuk berkonsultasi terkait dengan permasalahnya yang beragam dan berbeda
satu sama lain. Namun, jumlah guru BK yang tidak sebanding dengan peserta
didik yang ingin berkonsultasi membuat guru BK kepayahan untuk
menangani permasalahan para peserta didik ini satu persatu. Jam pelajaran
BK yang hanya berdurasi 45 menit juga dirasa kurang untuk membantu
terselesaikannya permasalahan siswa. Bahkan dibeberapa sekolah masih
terdapat guru BK yang tidak mendapat jam untuk memberikan program
layanan BK secara klasikal.
Selain melakukan studi lapangan, peneliti juga melakukan studi literatur
yang diambil dari penelitian mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan
2012 mengenai analisis data kepentingan dan kebutuhan siswa SMA di
Surakarta berkaitan dengan bidang layanan BK yaitu pribadi, sosial, belajar,
dan karier. Hasil penelitian mengenai tingkat kepentingan dan kebutuhan
layanan BK bagi siswa SMA di Surakarta berdasarkan bidang layanan yaitu
bidang pribadi-sosial 68,4%, bidang belajar 64,3%, dan bidang karier
sejumlah 64,4%.
Peneliti juga melakukan penyebaran instrumen angket berdasarkan tugas-
tugas perkembangan peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA), Angket
ini mengacu pada Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendibud (2016)
terkait dengan POP BK SMA yang meliputi: (1) Mengenal sistem etika dan
nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan
minat manusia; (2) Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya
dalam peranannya sebagai pria atau wanita; (3) Mengenal kemampuan, bakat,
6

minat, serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni; (4)


Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya
untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran, mempersiapkan karier serta
berperan dalam kehidupan masyarakat.
Peneliti melakukan kajian teoritis dan kajian empiris didapatkan melalui
penyebaran angket terkait dengan empat bidang layanan BK, yaitu pribadi,
sosial, karier dan belajar. Angket yang disebarkan oleh peneliti ini
mendapatkan responden sejumlah 207 individu dengan hasil sebagai berikut,
bidang pribadi-sosial (68,4%), bidang karier (56,5%), dan bidang belajar
(61.3%). Melalui hasil tersebut dapat dilihat bahwa jumlah persentase dari
tiap bidang layanan melebihi 50%. Melalui studi pendahuluan yang dilakukan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan peserta didik pada
bidang layanan BK di SMA di Surakarta masih terbilang besar. Kebutuhan
peserta didik pun belum dapat terfasilitasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat
pada hasil wawancara yang dilakukan oleh beberapa guru BK SMA di
Surakarta
Menurut wawancara terhadap tiga guru BK di Surakarta yaitu
Indraswariyanti Hernowo Siwi, S.Psi, Nur Setiawati, S.Pd dan Galuh Putri
Utami, S.Pd, ditemukan fakta bahwa selama ini peserta didik yang datang
untuk melakukan konsultasi hanya sebatas permasalahan karier dan
akademiknya saja, sedangkan masih ada bidang layanan pribadi dan sosial
yang belum didapatkan oleh siswa secara maksimal. Berdasarkan fakta
tersebut maka ditemukan bahwa hanya beberapa siswa yang menceritakan
masalah pribadinya diluar kegiatan belajar kepada guru BK. Hal ini
seharusnya menjadi pertanyaan bagi guru BK, mengapa para peserta didik
hanya menceritakan hal-hal yang hanya bersifat umum saja.
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan diatas diantaranya yaitu
kurangnya jam layanan yang diberikan oleh guru BK, kemudian tingginya
tingkat kebutuhan siswa terkait dengan tiga bidang layanan BK, serta melalui
observasi yang dilakukan oleh peneliti selama Magang Kependidikan 3
bahwa guru BK masih dianggap sebagai polisi sekolah maka dapat
7

disimpulkan bahwa pemberian layanan BK Komprehensif selama ini masih


kurang optimal. Kurangnya pengoptimalan layanan BK Komprehensif ini
akhirnya mempengaruhi perkembangan peserta didik khususnya pada layanan
BK bidang pribadi-sosial, belajar, dan karier. Beberapa guru BK yang sudah
diwawancarai berpendapat bahwa perlu adanya gagasan mengenai media
yang dapat digunakan peserta didik untuk mendapatkan layanan BK dengan
mengikuti perkembangan teknologi agar dapat dimanfaatkan dimana saja
dengan mudah, cepat, dan praktis.
Penelitian yang dilakukan oleh Purwaningrum (2018) menjelaskan
bahwa terdapat dua permasalahan utama dalam pelaksanaan layanan, yang
pertama adalah tidak adanya jam untuk memberikan layanan bimbingan
klasikal di beberapa sekolah dan yang kedua adalah kurangnya tenaga
konselor atau guru BK untuk melayani peserta didik yang jumlahnya ratusan.
Berdasarkan kasus-kasus yang ditemui selama penelitian ini, maka perlu
adanya inovasi dalam pemberian layanan BK terhadap peserta didik. Inovasi
tersebut tentunya harus memenuhi atau dapat menjadi alternatif penyelesaian
masalah terkait dengan permasalahan BK di sekolah yang diantaranya yaitu
tidak adanya jam untuk memberikan layanan bimbingan klasikal dan
kurangnya personil guru BK di sekolah. Menurut permasalahan tersebut,
maka tercetuslah inovasi konseling online .
Di kehidupan yang telah menginjak revolusi Industri 4.0 ini, segala aspek
kehidupan di dunia telah mengedepankan teknologi sebagai media yang
dirasa mampu mempermudah kehidupan manusia. Awabil & Akosan (2018)
berpendapat bahwa, di dunia yang semakin maju ini kebutuhan layanan
konseling akan semakin memiliki masalah yang beragam bagi para siswa.
Bentuk lain dari konseling telah muncul di negara maju seperti Amerika dan
Kanada. Bentuk lain dari konseling ini dirasa lebih efektif dan efisien dalam
pelaksanaan konseling dengan menggunakan teknologi, konseling ini dikenal
dengan konseling online .
Menurut hasil wawancara di SMA N 6 Surakarta memang guru BK telah
memfasilitasi konseling online melalui aplikasi Whatsapp, namun aplikasi
8

Whatsapp ini hanya dapat memberikan layanan individual berupa konseling


individual saja. Menurut hasil survei melalui angket juga ditemukan bahwa
beberapa siswa pernah melakukan konseling online dan sebagian besar dari
mereka merasa membutuhkan inovasi tersebut. Mereka merasa konseling
online ini dapat menjadi tempat untuk bercerita kapan saja dan dimana saja
yang tidak terbatas hanya di sekolah saja.
Hanya dalam beberapa tahun, telah terjadi peningkatan jumlah diskusi
dan literatur yang berfokus pada konseling online (Laszlo, Esterman &,
Zabko, 1999). Koutsonika (2009) mengungkapkan bahwa konseling online
pertama kali dicetuskan pada tahun 1960 dan 1970 dengan perangkat lunak
bernama Eliza dan Parry.
Haberstroh (2011), menjelaskan bahwa konseling online adalah klien dan
konselor berkomunikasi dengan menggunakan streaming video dan audio
yang bertujuan untuk membantu menyelesaikan permasalahan klien.
Haberstroh dkk (2007), menjelaskan bahwa manfaat terkait dengan
pendekatan konseling berbasis jarak terbukti dapat membantu para
penyandang disabilitas yang tinggal di rumah, klien yang sudah berpindah
dan ingin tetap berhubungan dengan konselor mereka, klien yang bepergian,
dan mereka yang tinggal di daerah pedesaan.
Di Indonesia, Ifdil (2009) memperkenalkannya konseling online dengan
istilah Pelayanan E-Konseling. Konseling online adalah proses konseling
yang dilakukan dengan alat bantu jaringan sebagai penghubung antara
konselor dengan kliennya. Hal senada juga diungkapkan oleh Siradjuddin
(2017), yang berpendapat bahwa konseling online atau e-counseling
merupakan kegiatan membantu (terapi) yang dilakukan oleh seorang konselor
terhadap masalah yang dihadapi oleh seorang klien dengan memanfaatkan
teknologi informasi berupa komputer dan internet. Konseling online secara
khusus dapat memanfaatkan aplikasi di sosial media seperti Line, Whatsapp,
Kakaotalk, Instagram, Twitter, dll.
Menurut Ifdil (2009), konseling berbasis online ini dirasa efektif dengan
catatan bahwa permasalahan yang dialami oleh klien atau konseli dapat
9

ditangani sesegera mungkin. Berdasarkan pada banyaknya aplikasi sosial


media yang sekarang ini telah marak di dunia 4.0 ini, media sosial yang dirasa
memiliki fitur-fitur yang sesuai dan cocok digunakan sebagai media
konseling online yaitu aplikasi Line.
Naldo & Satria (2018) mengungkapkan bahwa LINE merupakan sebuah
aplikasi pengiriman pesan instan yang dapat diunduh secara gratis yang dapat
digunakan pada berbagai platform seperti telepon cerdas, tablet, dan
komputer. Aplikasi LINE ini dapat diunduh secara gratis bagi seluruh
platform yang menyediakan aplikasi ini. Sejak dikeluarkan pada tahun
2011 hingga tanggal 4 April 2014, LINE mengalami pertumbuhan yang cepat
hingga mencapai 400 juta pengguna di dunia (linecorp.com, 2015).
Menurut Aditya & Wardhana (2016), pengguna aplikasi LINE di
Indonesia saat ini telah mencapai 30 juta pengguna, setelah Jepang
menduduki posisi puncak dengan 52 juta pengguna dan Thailand sebanyak 27
juta pengguna.Kesuksesan LINE sebagai aplikasi pengiriman pesan instan ini
nampak dari penggunanya yang telah mencapai 101 juta jiwa dari 230 negara
di dunia. LINE telah menduduki posisi pertama dalam kategori aplikasi gratis
di 42 negara. Penggunaan aplikasi LINE ini dirasa sangat cocok dalam
kegiatan konseling online karena di dalam fiturnya terdapat fitur broadcast,
chat 1:1, timeline, halaman akun, halaman promosi, halaman reset, dan
statistik yang dapat membantu pelaksananaan dan pengembangan konseling
online ini agar dapat berjalan secara maksimal. Berdasarkan hal tersebutlah
penggunaan aplikasi LINE dipilih dalam penyusunan penelitian ini, peneliti
menciptakan akun bernama KODALINE.
Di Surakarta konseling berbasis aplikasi LINE memang masih terbilang
awam terutama konseling online yang memang dikhususkan bagi peserta
didik SMA di Surakarta yang tujuannya adalah guna meningkatkan layanan
bidang bimbingan dan konseling yang diantaranya terdapat bidang pribadi-
sosial, belajar, dan karier. Berdasarkan hasil penelitian yang disebarkan
melalui angket dengan menggunakan google form yang dilakukan oleh
peneliti terkait dengan kebutuhan konseling berbasis aplikasi LINE di
10

Surakarta, ditemukan hasil sejumlah 207 responden (78,3%) yang merupakan


peserta didik SMA di Surakarta menyatakan setuju dengan adanya produk
konseling berbasis aplikasi LINE ini. Berdasarkan hasil angket tersebut,
konseling dengan memanfaatkan aplikasi LINE dirasa mampu menjadi
inovasi baru bagi para peserta didik dalam pelaksanaan konseling secara jarak
jauh.
Konseling berbasis aplikasi LINE ini merupakan suatu gagasan baru
untuk medium konseling yang lebih efisien bagi para peserta didik yang telah
menjadi bagian dari digital native. Gagasan ini ditujukan bagi para pengguna
aplikasi LINE untuk dapat melakukan konseling online terkait dengan
permasalahan pribadi/ sosial, belajar, dan karier. Pada produk KODALINE
ini selain untuk melakukan konseling secara online, juga menyediakan
berbagai konten yang dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan baru
terkait dengan kesehatan mental dan juga sebagai media katarsis bagi para
pengguna aplikasi Line. Melalui produk ini konseli akan mendapatkan
bantuan dari konselor yang profesional tanpa harus melalui tatap muka (face
to face).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah penelitian dan
pengembangan ini adalah, “Bagaimana mengembangkan produk Konseling
Berbasis Aplikasi LINE untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Bidang
Bimbingan dan Konseling Peserta Didik SMA di Surakarta yang memenuhi
kriteria relevansi dan konsistensi?”
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian dan pengembangan
ini adalah untuk menghasilkan produk “Konseling Berbasis Aplikasi LINE
untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Bidang Bimbingan dan Konseling
Peserta Didik SMA di Surakarta” yang memenuhi kriteria relevansi dan
konsistensi.
11

D. Spesifikasi Produk
Pengembangan dan penelitian ini akan menghasilkan produk konseling
berbasis aplikasi LINE dan manual book yang langkah penggunaanya ialah
sebagai berikut :
1. Homepage Website (Beranda Website), home website adalah sebuah
alamat situs yang memaparkan keterangan dan penjelasan terkait produk di
dalamnya yang dalam hal ini merupakan konseling online .Homepage
website ini berisi tentang informasi dan branding. Homepage website
memilikilink yang akan menghubungkan website ini dengan aplikasiLINE
yang nantinya kegiatan konseling online akan dilakukan. Dalam website
ini juga akan terdapat kata-kata motivasi dan motto dari website ini.
2. LINE Official Account (OA) merupakan layanan yang memungkinkan
para pelaku bisnis untuk berkomunikasi dengan pelanggannya yang
sesama pengguna LINE.
a. Menambahkan akun LINE OA, bagi calon konseli yang ingin
melakukan konseling dapat menambahkan LINE OA yang terdapat di
website. Karena konseling online ini berbasis Line, maka calon konseli
harus menambahkan akun LINE OA untuk dapat melakukan konseling.
Setelah menambahkan akun LINE OA nantinya akan terdapat pesan
atau chat yang otomatis masuk atau biasa disebut chatbot. Chatbot ini
akan berisi ucapan terimakasih telah menambahkan akun LINE OA dan
juga penjelasan singkat mengenai akun LINE OA tersebut.
b. Konten-konten dalam akun LINE OA, dalam konten ini terdapat
beberapa konten yang dapat dimanfaatkan. Konten-konten tersebut
diantaranya ialah :
1) Kodaline, fitur ini berisi konten yang dapat digunakan oleh
pengguna LINE atau calon konseli untuk melakukan sesi konseling
secara online . Dalam fitur Kodalineini calon konselor dapat
memilih konselor yang diinginkan dan jadwal konseling sesuai
dengan kesepakatan dengan konselor yang dipilihnya.
12

2) Night thoughts (Pemikiran Malam), dalam konten ini para pengguna


LINE dapat mengirimkan keresahan-keresahannya melalui cerita
ataupun puisi. Keresahan-keresahan tersebut nantinya akan di
unggah kedalam akun LINE ini yang dapat dibaca secara umum yang
digunakan sebagai pembelajaran bersama.
3) TOD (Topic of the Day), dalam konten ini nantinya admin dari akun
LINE akan memberikan topik yang disesuaikan dengan pemberitaan
yang sedang marak diperbincangkan. TOD akan di posting otomatis
oleh admin. Jadi, konten ini akan otomatis masuk ke dalam ruang
obrolan para pengguna LINE yang sudah menambahkan akun LINE
ini. Konten ini akan diposting disetiap satu minggu sekali.
c. Evaluasi, bentuk evaluasi dalam produk ini adalah dengan memberikan
ulasan mengenai kritik dan saran melalui kotak kritik dan saran.
Evaluasi ini juga dapat diberikan dari para konseli setelah melakukan
konseling.
d. Feed Back, disini konseli atau pengguna produk ini dapat memberikan
umpan balik mengenai konten-konten yang terdapat dalam akun LINE
ini, terutama dalam kegiatan konseling. Umpan balik (feed back) ini
nantinya akan di posting ke dalam website dari produk ini. Hal tersebut
dilakukan untuk memberikan semacam testimonial untuk meyakinkan
para calon konseli.
3. Manual Book (buku panduan)
a) Cover (Sampul), memuat judul dari penelitian yang dilakukan yaitu
“Konseling berbasis aplikasi Line” yang sudah didesain selain itu dalam
cover ini juga terdapat nama peneliti.
b) Kata Pengantar, di dalamnya terdapat ucapan puji syukur terhadap
Tuhan YME atas penyusunan manual book ini. Selain itu juga terdapat
tujuan pembentukan manual bookdan juga ucapan terimakasih bagi
pihak-pihak terkait.
13

c) Daftar Isi, dalam daftar isi memuat BAB dan juga SUB- BAB yang
akan dibahas disertai dengan halaman. Hal ini digunakan untuk
mempermudah pembaca dalam pencarian.
d) Daftar Gambar, di dalamnya memuat gambar-gambar yang terdapat
dalam manual book. Dalam daftar gambar ini juga terdapat halamannya
untuk mempermudah dalam pencarian.
e) Pendahuluan, menjelaskan secara singkat latar belakang terkait dengan
“konseling berbasis aplikasi Line”, selain itu juga membahas tujuan dan
juga kelebihan dari produk yang akan dibahas.
f) Panduan penggunaan sebagai konselor, dalam panduan ini berisi secara
terperinci langkah-langkah penggunaan “konseling berbasis aplikasi
Line” yang sudah memiliki aplikasi Linebagi konselor. Panduan ini
menunjukkan langkah awal sign-in sampai dengan tahap sign-out.
g) Panduan penggunaan sebagai konseli,panduan ini hampir sama dengan
panduan bagi konselor yaitu berisi secara terperinci langkah-langkah
penggunaan “konseling berbasis aplikasi Line” mulai dari langkah awal
Sign-in sampai dengan tahap Sign-out.
h) Penutup, pada bagian ini memuat hal-hal yang diharapkan oleh penulis
bagi pembaca atau pengguna konseling berbasis aplikasi LINE ini.
E. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan mengenai konseling berbasis LINE ini
merupakan bentuk konseling yang dapat dilakukan dengan pemanfaatan
teknologi tanpa tatap muka antara konseli dan konselor. Konseling berbasis
aplikasi LINE ini dirasa sangat dibutuhkan, terbukti dari hasil wawancara
terhadap guru BK dan peserta didik di Surakarta. Hasil dari wawancara yang
dilakukan terhadap 3 guru BK di Surakarta ditemukan bahwa konseling
online ini dapat menjadi inovasi dan alternatif baru bagi guru BK yang tidak
memiliki jam mengajar. Sementara itu, hasil survey yang dilakukan terhadap
peserta didik menemukan hasil bahwa konseling online memang dirasa cocok
dengan perkembangan zaman yang membutuhkan waktu yang singkat dan
tidak harus mengenal satu sama lain.
14

Produk ini dirasa penting bagi para konseli karena pada dasarnya
konseling online ini memiliki keuntungan yaitu cepat dan bisa diakses kapan
saja dan dimana saja. Konseling online ini merupakan suatu produk baru di
wilayah Surakarta karena memang pemanfaatan konseling berbasis aplikasi
LINE di Surakarta selama ini masih belum dikembangkan. Berdasarkan hal
tersebut, maka produkini nantinya diharapkan dapat digunakan oleh seluruh
peserta didik SMA di Surakarta dengan dibantu oleh konselor-konselor yang
profesional.
Aplikasi LINE ini dipilih karena dalam aplikasi ini terdapat fitur-fitur
yang menarik dan mendukung kegiatan konseling online . Beberapa fitur
dalam LINE yaitu fitur broadcast, chat 1:1, timeline, halaman akun, halaman
promosi, halaman reset, dan statistik yang dapat membantu pelaksananaan
dan pengembangan konseling online ini agar dapat berjalan secara maksimal.
Panduan yang dibuat dalam penelitian ini hanya sampai pada pengembangan
produk yang memenuhi kriteria relevansi dan konsistensi.
F. Asumsi Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan
1. Asumsi Penelitian dan Pengembangan
Penelitian Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk
Peserta Didik SMA di Surakarta dikembangkan atas beberapa asumsi
berikut ini :
a. Konseling Berbasis LINE ini dapat dijadikan bentuk layanan
psikologis bagi siswa di Surakarta untuk membantu mereka
menghadapi dan menyelesaikan permasalahan seperti pribadi sosial,
belajar, dan karier yang mereka alami tanpa merasa takut akan
terbongkarnya kerahasiaan.
b. Konseling online dirasa mampu menjadi wadah bagi peserta didik
yang ingin menceritakan permasalahan secara online yang
membutuhkan penyelesaian secara segera atau secara responsif
c. Dapat menjadi alternatif bagi guru BK yang dalam sekolah tidak
mendapatkan jam untuk mengajar dan memberikan layanan.
2. Keterbatasan Penelitian dan Pengembanagan
15

a. Penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti hanya sampai


pada tahap pengembangan produk yang memenuhi kriteria relevansi
dan konsistensi yang memerlukan uji ahli.
b. Produk konseling berbasis aplikasi LINE ini dikembangkan
berdasarkan analisis kebutuhan peserta didik yang dibatasi hanya
mencakup peserta didik SMA di Surakarta.
c. Konseling berbasis aplikasi LINE ini tidak dapat menggunakan fitur
video call karena dasar pengembangan ini adalah aplikasi LINE OA.
G. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
1. Definisi Konseptual
a. Line
LINE adalah sebuah aplikasi pengiriman pesan instan yang dapat
diunduh secara gratis yang dapat digunakan pada berbagai platform
seperti telepon cerdas, tablet, dan komputer. (Naldo & Satria, 2018)
b. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya dengan mengikuti pendidikan pada jalur
sekolah. (Chasiyah, Chadidjah, & Legowo, 2009)
c. Sekolah Menengah Keatas (SMA)
SMA merupakan jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi dengan pengkhususan. (Depdiknas, 2004: 112).
2. Definisi Operasional
Pengembangan Aplikasi Konseling berbasis LINE untuk Peserta Didik
SMA di Surakarta merupan sebuah layanan konseling secara online
dengan memanfaatkan platform aplikasi LINE dengan tujuan untuk
membantu peserta didik untuk melakukan konseling online terkait dengan
bidang bimbingan dan konseling yaitu pribadi/ sosial, belajar, dan karier.
Pelaksanaan konseling berbasis LINE ini dibekali dengan buku panduan
yang ditujukan bagi guru BK dan Peserta Didik SMA di Surakarta, mulai
dari membuka website konseling online yang dapat memberikan link
16

menuju LineOA, kemudian langkah selanjutnya adalah menambahkan


LineOA akun konseling online ini, setelah itu calon konseli dapat
memanfaatkan Fitur-fitur LINE yang tersedia (kodaline, night though, dan
TOD), kemudan ada evaluasi, lalu yang terakhir adalah feed back atau
umpan balik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Kajian tentang Konseling Online
a. Pengertian Konseling Online
Konseling daring atau E-Counseling adalah ketika seorang konselor
profesional atau psikoterapis melakukan konseling melalui internet, untuk
memberikan layanan atau dukungan emosional kepada klien, nasihat
kesehatan mental atau layanan profesional lainnya. Konseling ini dapat
dilakukan melalui percakapan yang sedang berlangsung, bisa melalui
email, obrolan, video atau bahkan telepon Internet; voice-over-IP (Kessler
& Lewis, 2009).
Grohol (Nagel & Anthony: 2010) menjelaskan sejarah konseling
terapi atau konseling online dimulai dengan program komputer yang
dikenal sebagai ELIZA yang diciptakan oleh Joseph Weizenbaum di
Massachusetts Institute of Technology pada pertengahan 1960-an. Setelah
itu Kenneth Mark Colby menciptakan PARRY di tahun 1970-an. Di
Indonesia sendiri tidak ada informasi pasti terkait dengan munculnya
konseling online , namun Ifdil pada tahun 2009 memperkenalkan istilah
konseling online dengan sebutan E-Konseling. Ifdil (2013)
mengungkapkan bahwa pelayanan e-konseling atau konseling online tidak
hanya terbatas pada penyelenggaraan konseling saja. Namun juga
diperluas menjadi penyelenggaraan layanan konseling dengan bantuan
teknologi.
Menurut Fields (Ifdil & Ardi, 2013), konseling online adalah layanan
terapi yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi komunikasi
dari yang paling sederhana email, sesi dengan chat, sesi dengan telepon
sampai dengan penggunaan webcam (video live sessions). Barak dan
Grohol (2011) juga mendefinisikan konseling online sebagai intervensi
kesehatan mental antara pasien atau kelompok pasien dan terapis yang
menggunakan teknologi sebagai modalitas komunikasi. Konseling online

17
18

dapat menjadi pilihan bagi beberapa individu yang secara fisik tidak dapat
bertemu dengan konselor. Beberapa diantaranya juga menganggapnya
sebagai pelengkap konseling tatap muka tradisional
Istilah konseling online mengacu pada konselingproses yang tidak
tergantung pada kehadiran konselor dan klien di satu tempat atau kantor,
tetapi terpisaholeh jarak (Elleven dan Allen, 2004). Haberstroh& Duffey
(2011) mengungkapkan, e-counseling merupakakan komunikasi yang
dilakukan antara konselor dengan konseli yang menggunakan video
streamingdan audio komputer yang akan menciptakan komunikasi yang
terjadi antara konselor dengan klien.
Menurut pengertian beberapa ahli diatas mengenai konseling online
maka dapat disimpulkan bahwa konseling online atau e-
counselingmerupakan suatu proses pemberian layananan yang diberikan
oleh konselor kepada konseli dengan menggunakan media teknologi
komunikasi sebagai salah satu cara pemberian bantuan penyelesaian
masalah konsei melalui jarak jauh.
b. Jenis – jenis konseling online
Konseling online merupakan kegiatan pemberian bantuan oleh konslei
terhadap klien dengan menggunakan teknologi. Dalam kegiatan konseling
online terdapat berbagai media atau aplikasi yang dapat dijadikan sebagai
penghubung antara konselor dengan konseli. Berikut ini penjelasan dari
Ifdil (2011) terkait dengan beberapa jenis yang dapat digunakan untuk
melakukan konseling online .
1) Website/ situs
Menurut Ifdil (2011) website/ situs adalah bentuk konseling
yang dapat dilakukan konselor/guru BK menggunakan sebuah alamat
situs. Didalamnya nanti terdapat praktik online yang disana akan
terdapat kegiatan konseling online . Agar konselor dapat memiliki
situs untuk melakukan konseling online , konselor dapat bekerjasama
dengan pihal yang ahli dalam per-website-an. Dalam website, konselor
19

dapat memilih design sesuai yang diinginkan baik dari html, hingga
php yang diinginkan.
2) Email Counseling (konseling surat elektronik)
Email counceling adalah bentuk konseling online yang
memungkinkan klien untuk berkonsultasi dengan konselor online atau
psikoterapis yang berkualitas melalui pertukaran email (Mallen dkk,
2005). Prosesnya melibatkan klien menuliskan masalah dan
kekhawatiran mereka dalam email, dan konselor meluangkan waktu
untuk membaca email sebelum menjawab dengan tanggapan
terapeutik yang dipertimbangkan. E-mail dapat ditulis kapan saja
selama periode yang berkelanjutan dan klien memiliki kendali untuk
menentukan waktu konseling, klien juga memiliki kebebasan untuk
mendokumentasikan apa yang ada dalam pikiran mereka saat itu
terjadi, tanpa harus menunggu beberapa hari untuk sesi konseling
tatap muka. Hanya dengan mengetahui bahwa ada seseorang di sana
untuk menerima, mengakui, dan menanggapi masalah tanpa penilaian
dapat memberikan rasa nyaman dan dukungan yang sangat besar
kepada siapa pun yang berusaha mengatasi masa sulit dalam hidup
mereka.
3) Online chat counselling (konseling obrolan online )
Ifdil (2011) mengungkapkan bentuk konseling ini dilakukan
pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya menggunakan
messenger obrolan instan, yang memungkinkan klien untuk menerima
tanggapan instan ‘real time’. Dalam online konseling banyak sekali
digunakan media sosial, seperti salah satunya Aplikasi Line. Umpan
balik instan yang diperoleh dari konseling obrolan online dapat
menghibur bagi klien yang ingin berinteraksi dan merespons dengan
terapis mereka segera. Mirip dengan konseling email, konseling
obrolan online seringkali lebih mudah diakses dan nyaman daripada
konseling tatap muka, dan juga memberi klien pilihan untuk tetap
anonim.
20

Pelaksanaan konseling online dapat dilaksanakan dengan


menghubungi konselor pilihan Anda untuk mengatur waktu yang
nyaman untuk "bertemu" secara online . Pada waktu yang telah
ditentukan, konselor dan klien akan masuk ke ruang obrolan yang
telah ditentukan sebelumnya (yang akan aman dan rahasia), sehingga
mereka dapat bertukar pesan instan dengan panjang sesi yang
disepakati (Mallen, Vogel, & Rochlen, 2005)
4) Video Conferencing (Konferensi Video)
Menurut Ifdil (2011) video conferencing (konferensi video)
merupakan sebuah media komunikasi yang didalamnya terdapat
kegiatan tatap muka (Face-to-face) secara tidak langsung. Pertemuan
secara tidak langsung ini dapat dilakukan melalui beberapa aplikasi
yang memang menyediakan fitur panggilan video (video call).
Melalui video conferencing klien dapat melakukan obrolan video
secara ‘real time’ dengan konselor, tentunya sesuai dengan waktu
yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
5) Telephone counseling (Konseling melalui Telepon)
Konseling telepon bekerja dengan cara yang sama seperti
konseling tatap muka tetapi dilakukan melalui telepon. Beberapa
konselor dapat menawarkan ini sebagai jalan dukungan tambahan
antara sesi konseling tatap muka, dan yang lain mungkin hanya
berfokus pada melakukan konseling melalui telepon. Konseling
melalui telepon bebas dari banyak kendala yang datang bersamaan
dengan konseling tatap muka, yang selanjutnya menjadikan terapi
lebih mudah diakses oleh mereka yang tidak dapat menerima
konseling atau psikoterapi dalam suasana tradisional (Ifdil, 2011)
c. Proses Konseling Online
Menurut Koutsonika (Ifdil, 2011), konseling online bukanlah
merupakan suatu hal yang sederhana. Sebaliknya sebuah proses yang
kompleks dengan sejumlah isu yang berbeda dan menantang yang
21

memiliki karakteristik tersendiri. Ifdil (2011) mengungkapkan proses


konseling dibagi menjadi tiga tahap sebagaimana gambar dibahah ini :

Gambar 2. 1. Proses Tahapan Konseling Online Menurut Ifdil (2011)

1) Tahap I (Persiapan)
Menurut Ifdil (2011) pada tahap persiapan yang harus
diperhatikan dalam konseling online adalah persiapan peralatan dan
persiapan konselor. Persiapan peralatan dibagi menjadi dua aspek
penggunaan hardware dan software. Penggunaan hardware
dibutuhkan laptop/komputer, mic, webcam, internet, dsb. software
yang harus disiapkan adalah browser, account, email, dsb.
Sedangkan persiapan yang dibutuhkan konselorialah skill, latar
pendidikan, etika, kaidah hukum, dsb.
2) Tahap II (Proses Konseling)
Tahapan dalam konseling online tidak berbeda jauh dengan
dengan tahapan konseling secara langsung. Tahapan konseling
menurut Prayitno (2004) terdiri dari lima tahap yaitu pengantaran,
penjajagan, penafsiran, pembinaan, dan penilaian. Konseling online
tahapan ini dilakukan namun lebih secara “kontinum fleksibel”
maksudnya tahapan tahapan tersebut tetap dilakukan namun
dilakukan lebih terbuka dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
klien. Konseling online lebih menekankan pengentasan masalah
klien daripada cara pendekatan terhadap klien. Pada tahap ini
22

pemilihan teknik, pendekatan dan pelaksanaan terapi disesuaikan


dengan permasalahan yang dialami dari klien.
3) Tahap III (Pasca Konseling)
Ifdil (2011) mengatakan pada tahap pasca konseling online ini
merupakan tahap yang dilakukan setelah adanya tahap penilaian
pada tahap kedua. Pada tahap ini terdapat empat poin penilaian. (1)
Konseling dikatakan sukses dengan kondisi klien yang sudah
menunjukan EDL (effective daily living), (2) konseling akan
dilanjutkan pada tatap muka (Face to Face- FtF), (3) sesi konseling
akan dilanjutkan pada sesi selanjutnya, (4) merupakan adanya referal
klien yang dilakukan konselor kepada konselor lain atau ahli lain.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses dalam
melakukan konseling online terdapat tiga tahap, yaitu tahap pertama
merupakan persiapan, tahap kedua merupakan proses konseling, dan
tahap ketiga adalah tahapan pasca konseling.
2. Kajian tentang Aplikasi Line
Berdasarkan perkembangan pada generasi Z (individu yang lahir Januari
1998-sekarang), sekarang ini kita telah menjadi kaum digital native yang
dalam kehidupannya mereka hampir menghabiskan waktunya untuk
berinteraksi melalui media sosial. Helsper & Enyon (Supratman, 2018)
menyatakan bahwa digital native merupakan generasi muda yang lahir pada
masa internet merupakan bagian dari bagian hidup mereka. Hidayat (2014)
menjelaskan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-6 dalam penggunaan
internet terbanyak di dunia setelah Jepang. Triastu, Prabowo, & Nurul (2017)
menyatakan bahwa hasil survey We Are Social yang dilakukan di Singapura
pada tahun 2017 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Indonesia yang
aktif menggunakan sosial media mencapai 106 juta dari total populasi 262
juta jiwa. Selain itu aktivitas tertinggi pengguna media sosial di Indonesia
adalah dengan persentase 62% penggunaan smartphone, 16% penggunaan
komputer, dan 6% penggunaan tab.
Media sosial Alasan Penggunaan
23

Instagram
Instagram menyediakan posting edit foto snapgram (caption,
filter, efek unik, dan stiker lucu), video pendek, bumerang,
superzoom,rewind, handsfree dan slow motion, berita
mutakhir, link informasi gosip dan akun, meme, video
tutorial, dll

Line LINE merupakan pilihan utama bagi para digital native untuk
melakukan video call yang dapat juga menggunakan berbagai
filter, berbagi stiker dan emoji, mengobrol di grup, multichat,
dan mencari informasi melalui Linenews.

Youtube Youtube adalah media audio visual pilihan bagi digital native
untuk menonton film, acara TV yang terlewat, video, dan
vlog.

Whatsapp Whatsapp merupakan pilihan bagi para digital native sebagai


media sosial yang mudah digunakan karena menggunakan
nomor telepon di aplikasi Whatsapp

Facebook Facebook dapat digunakan bagi para digital native sebagai


media penunjuk identitas diri melalui pembaruan status
kalimat dan status background di newsfeed

Snapchat Snapchat digunakan untuk membagikan suatu momen


berharga secara langsung (on the spot)

Twitter Twitter menjadi rujukan berita dan informasi yang menjadi


trending topic bagi digital native.

Ask.fm Ask.fm adalah aplikasi untuk saling bertanya (question and


answer) dengan anggota ask.fm yang tergabung di dalamnya.
Pertanyaan yang diberikan juga dapat disetting sebagai
anonim (tanpa nama)
Tabel 2. 1. Domain dan alasan penggunaan media sosial menurut Supratman (2018)

Melalui tabel 2.1 di atas dapat diketahui beberapa jenis media sosial dan
juga alasan penggunaannya. Dari bermacam domain media sosial yang telah
dijelaskan, peneliti merasa penggunaan media sosial LINE dirasa sangat cocot
digunakan dalam pelaksanaan konseling online karena fitur-fitur yang
disajikan dalam aplikasi ini sangat cocok dengan konseling online.
Menurut Naldo & Satria (2018), LINE merupakan sebuah aplikasi
pengiriman pesan instan yang dapat diunduh secara gratis yang dapat
digunakan pada berbagai platform seperti telepon cerdas, tablet, dan
komputer. Penggunaan LINE ini dapat digunakan bagi berbagai platform
seperti iOS, Android, Windows Phone, BlackBerry OS bahkan Computer
24

Mac OS X dan Microsoft Windos. Aplikasi LINE ini dapat diunduh secara
gratis bagi seluruh platform yang menyediakan aplikasi ini.
Dalam pelaksanaan aplikasi LINE ini, peneliti (operator) menggunakan
layanan LINE OAdalam pelaksanaan konseling online. LINE OAsendiri
merupakanlayanan yang memungkinkan para pelaku bisnis untuk
berkomunikasi dengan pelanggannya yang sesama pengguna LINE. Menurut
Website resmi dari LINE sendiri menjelaskan bahwa LINE OA
memungkinkan Anda untuk mengirim berbagai jenis pesan kepada semua
pelanggan dan penggemar. Anda juga dapat menjawab pertanyaan dan
melakukan obrolan personal dengan lebih mudah, dalam hal ini penggunaan
LINE dirasa sangat melengkapi kebutuhan dalam pemberian layanan
BK.Berikut ini merupakan fitur-fitur LINE OA yang juga dapat dimanfaatkan
dalam pemberian layanan bidang BK.
Fitur Kegunaan Pemanfaatan dalam bidang
layanan BK
Pesan siaran Anda dapat membuat pesan Pesan siaran ini dapat di kirim
(Broadcast) siaran dari aplikasi LINE OA secara otomatis ketika para konseli
di ponsel atau dari Halaman menambahkan akun ini sebagai
Admin LINE OA di komputer teman. Akan ada penjelasan
Anda. Pesan tersebut dapat mengenai konten-konten yang
Anda kirim sekaligus ke terdapat dalam akun LINE OAini.
follower yang telah berteman Selain itu admin dapat memberikan
dengan akun Anda. Selain pesan pesan berisi konten terbaru yang
siaran, Anda juga dapat terdapat dalam halaman akun yang
mengirimkan survei, kupon, dan terkait dengan pemberian bidang
lain-lain. layanan BK khususnya bagi peserta
didik SMA
Chat 1:1 Anda dapat berkomunikasi Dalam fitur ini akan menjadi
langsung dengan menggunakan kegiatan pemberian konseling
fitur chat LINE untuk terkait dengan bidang layanan BK.
menanggapi pengaduan dari Dalam fitur chat ini, konselor akan
pelanggan atau melakukan konseling online dengan
penggemar.Anda dapat para klien/ konseli.
menanggapi pengaduan tersebut
dari ponsel dan browser (PC)
Anda kapan pun dan di mana
pun.
Beranda Anda dapat menuliskan Dalam beranda ini posting-an yang
(Timeline) informasi di Beranda (Timeline) akan di-upload oleh admin akan
akun LINE OA Anda. Setiap keluar ke beranda. Postingan yang
pos yang Anda tulis juga akan terkait dengan bidang layanan BK
muncul di ini dapat dilihat oleh seluruh
TimelinefollowersAnda, followers akun LINE OAini.
sehingga mereka dapat Memalui beranda ini followers
25

membagikannya ke orang lain, dapat membagikan ke orang lain


atau memberikan komentar dan atau mengomentari postingan
reaksi terhadap pos Anda. terkait.
Halaman Akun Anda dapat membuat Halaman Dalam halaman akun ini admin
Akun mengenai informasi toko/ akan memberikan deskirpsi terkait
organisasi yang Anda kelola. dengan isi dari akun LINE OAini.
Halaman Akun ini Kegunaan akun LINE OAini
memungkinkan Anda untuk untuk dapat membantu pemecahan
menampilkan info terkait akun permasalahan peserta didik
secara mudah, seperti khususnya di Surakarta. Selain itu,
pengumuman penting, jam dalam halaman akun ini, admin
buka/ tutup, alamat, nomor juga dapat memberikan
telpon, dan informasi penting pengumuman tekait dengan waktu
lainnya dalam format sering kegiatan konseling dan informasi-
digunakan di situs web standar. informasi penting lainnya.
Halaman Anda dapat membuat dan Halaman promosi ini dapat
Promosi menyediakan data multimedia, digunakan bagi admin untuk
kupon, dan lainnya yang tidak mempromosikan akun konseling
dapat termuat dalam pesan online ini agar dapat lebih meluas
normal di sini. Anda juga dapat lagi dalam pemberian bantuan
membuat kupon sekali waktu penyelesaian permasalahan
dan tiket lotre.Fitur ini dapat terhadap peserta didik SMA di
digunakan dari halaman admin Surakarta.
PC.
Halaman Riset Anda dapat membuat konten Melalui halaman riset ini admin
yang mengundang pengguna LINE OAdapat melibatkan
untuk berpartisipasi, seperti followers untuk melakukan survei
polling dan survei. Anda dapat terkait dengan pelaksanaan
mengadakan survei tentang konseling online dengan
produk dan layanan Anda, serta menggunakan LINE OAini.
mendapatkan informasi Selain itu melalui halaman riset,
mengenai atribut pengguna admin juga dapat mengetahui apa
berdasarkan jenis kelamin, usia, keinginan dari para followers dan
dan faktor lainnya.Fitur ini hal tersebut akan menjadikan
dapat digunakan dari halaman inovasi baru dalam pemberian
admin PC atau browser. layanan.
Statistik Anda dapat memeriksa Fitur statistik ini merupakan fitur
perubahan pada jumlah yang dapat memeriksa perubahan
followers Anda setiap harinya, followers setiap harinya. Dapat
respon pengguna di TimeLINE melalui respon followers mengenai
Anda, dan hasil promosi postingan dan juga melalui hasil
melalui halaman promosi (PR), promosi. Nantinya hasil statistik ini
kupon, maupun survei. Data akan dijadikan pelajaran untuk
dapat diunduh untuk periode mengembangkan produk agar lebih
yang sedang berjalan mapun baik lagi dalampemberian layanan
yang lampau. BK.
Tabel 2. 2. Fitur dan juga kegunaan dari LINE OA

Survei yang dilakukan oleh We are Social&Hootsuite(Riyanto,


2019)terkait dengan media sosial yang sering digunakan di Indonesia seperti
pada gambar 2.3 di bawah ini:
26

Gambar 2. 2. Media Sosial yang paling sering digunakan di Indonesia

Melalui gambar 2.3 dapat dilihat bahwa media sosial atau social network
yang paling sering digunakan di Indonesia dipisisi pertama adalah aplikasi
Youtube dengan persentase 88% kemudian diposisi kedua disusul oleh
Whatsapp sebagai messanger application dengan persentase 83%. Social
network kedua diduduki oleh aplikasi Facebook dengan persentase 81%,
sedangkan messanger application kedua diduduki oleh aplikasi LINE dengan
persentase 59%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa LINE menjadi
aplikasi chat atau message yang masih banyak diminati oleh penduduk di
Indonesia.
3. Kajian tentang Kebutuhan Peserta Didik SMA
a. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan diri dengan mengikuti pendidikan pada jalur sekolah
(Chasiyah, Chadidjah, & Legowo, 2009). Pengertian peserta didik juga
telah dijelaskan pada UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur
jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.
27

Arifin (1996) menjelaskan mengenai pengertian peserta didik jika


dilihat melalui perspektif psikologis bahwa peserta didik merupakan
individu yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik
fisik ataupun psikis menurut fitrahnya. Menurut dari beberapa ahli yang
telah dijelaskan dapat ditarik kesimpulan bahwa peserta didik merupakan
anggota masyarakat atau individu yang berada dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan diri melalui jalur pendidikan tertentu.
b. Karakteristik Umum Perkembangan Peserta Didik
Beberapa hal yang mempengaruhi karakteristik perkembangan peserta
didik meliputi perkembangan fisik motorik dan otak, perkembangan
kognitif, dan perkembangan sosioemosional. Tiap-tiap karakteristik
tersebut juga dihubungkan dengan pendidikan untuk membuat
pembelajaran peserta didik dapat sesuai dengan strategi yang relevan.
Dikarenakan penelitian yang dilakukan ini membahas mengenai peserta
didik SMA, maka di bawah ini merupakan beberapa karakteristik penting
anak usia remaja (SMP/SMA) menurut Suparmin (2010) :
1) Mencapai hubungan matang dengan teman sebaya.
2) Mampu menerima dan belajar mengenai peran sebagai pria atau
wanita.
3) Mampu menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efekif.
4) Mampu mengelola kemandirian emosi dari orang tua serta orang
dewasa lainnya.
5) Mampu memilih dan mempersiapkan karier guna masa depan yang
disesuaikan dengan minat dan kemampuan diri.
6) Mampu mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup
berkeluarga, dan memiliki anak.
7) Mengembangkan ketermpilan intelektual dan konsep sebagai warga
negara.
8) Mampu bertanggung jawab secara sosial.
9) Mendapatkan nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam
bertingkah laku.
28

10) Mengembangkan wawasan dalam bidang agama dan religiusitas.


Sedangkan menurut Ditjen guru dan tenaga kerja kemedikbud (2016)
dalam POP BK menjelaskan bahwa karakteristik peserta didik SMA dapat
dijelaskan melalui aspek-aspek tertentu. Beberapa aspek tersebut
diantaranya yaitu : (1) Aspek Fisik, (2) Aspek Kognitif, (3) Aspek Sosial,
(4) Aspek Emosi, (5) Aspek Moral, dan (6) Aspek Religius
c. Tugas Perkembangan Peserta Didik SMA
Tugas perkembangan merupakan suatu rangkaian tugas yang harus
dapat diselesaikan oleh parapeserta didik dalam fase perkembangan
tertentu. Menurut Myrick (2011), tugas-tugas perkembangan dapat
dirumuskan menjadi standar kompetensi sebagai pencapaian peserta didik
yang juga disebut sebagai Bimbingan dan Konseling Berbasis Standar
(Standard Based Guidance and Counseling). Tugas perkembangan
peserta didik merupakan aspek yang harus dapat dipahami oleh guru BK/
konselor karena pencapaian tugas perkembangan ini merupakan sasaran
dari pemberian layanan BK. Tugas-tugas perkembangan peserta didik
SMA menurut Ditjen Guru dan Tenaga Kerja KEMENDIKBUD (2016)
meliputi:
1) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2) Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai
pribadi, anggota masyarakat, dan minat manusia;
3) Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan
mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi;
4) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau
mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat;
5) Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima
dalam kehidupan sosial yang lebih luas;
6) Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam
peranannya sebagai pria atau wanita;
29

7) Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis


terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri
untuk kehidupan yang sehat;
8) Memiliki kemandirian perilaku ekonomis;
9) Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karier
dan apresiasi seni;
10) Mencapai kematangan hubungan dengan teman sebaya; dan
11) Mencapai kematangan dalam kesiapan diri menikah dan hidup
berkeluarga
4. Kajian tentang Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling
1) Pengertian Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling
ASCA (2005), mengungkapkan bahwa “many models or guides group
standards under the domains of academic, career, and personal-social”.
Dalam pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa banyak model atau
panduan standard yang ditemukan dalam pelaksanaan program BK
komprehensif diantaranya yaitu akademik, karier, dan pribadi-sosial.
Arikunto (2011) mengungkapkan bahwa bidang BK memiliki standar,
yaitu sesuatu yang harus dijadikan sebagai patokan untuk objek yang akan
dinilai. Menurutnya, semua kegiatan BK adalah kegiatan yang penting,
yang perlu dilakukan penilaian apakah sudah baik atau belum dan masih
perlu evaluasi.
Rahman (Bhakti, 2015) menjelaskan bahwa tujuan utama dari layanan
BK di sekolah merupakan layanan yang memberi dukungan dan
pencapaian kematangan kepribadian, keterampilan sosial, kemampuan
akademik, dan akhirnya bermuara pada terbentuknya kematangan karier
individual yang diharapkan bermanfaat di masa yang akan datang. Hal
serupa diungkapkan oleh Coy (2004) bahwa ruang lingkup bidang layanan
BK di sekolah terbagi menjadi bidang pribadi-sosial, akademik/ belajar,
dan karier. Berdasarkan dari beberapa ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa bidang BK merupakan suatu capaian standar kompetensi siswa
yang dibagi menjadi tiga bidang yaitu pribadi/ sosial, belajar, dan karier.
30

2) Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling


a. Pribadi pribadi-sosial
ASCA (2012) menjelaskan pribadi-sosial merupakan standar dalam
program BK dalam memberikan bantuan kepada peserta didik dalam
mengatur emosi dam nelakar untu mampu melakukan keterampilan
interpersonal. Malikail & Stewart (2003) mengemukakan tentang
definisi keterampilan sosial pribadi sebagai berikut: Keterampilan
pribadi dan sosial merujuk pada pengetahuan, nilai, sikap dan
kemampuan yang kompleks yang berkontribusi pada pengembangan
karakter moral yang sehat, rasa komunitas, dan kompetensi dalam
menanggapi aspek kehidupan pribadi, sosial dan budaya.
Menurut Giyono (2015), layanan bimbingan bidang pribadi
merupakan suatu layanan khusus yang menangani berbagai
permasalahan pribadi dari peserta didik. Arikunto (2011) menjelaskan
bahwa bimbingan pribadi adalah layanan yang diberikan oleh
pembimbing (konselor) terhadap peserta didik (konseli) dengan tujuan
untuk membantu konseli agar mengenal dengan cermat, memiliki
pribadi yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, penuh
dengan tanggung jawab, memiliki konsep diri, sehat jasmani dan
rohani, mampu menerima kekurangan dan menghargai diri sendiri.
Menurut beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa bidang
pribadi merupakan suatu standar yang diberikan terhadap peserta didik
untuk membantu menyelesaikan permasalahan terkait dengan
pribadinya.
b. Bidang Belajar / Akademik
ASCA (2012) menjelaskan terkait dengan bidang akademik
merupakan suatu standar yang berfokus terhadap program BK untuk
mengimplementasikan strategi layanan dalam pengembangan
kemampuan belajar siswa. Siswa harus mengembangkan keterampilan
yang akan membantu mereka saat mereka belajar. Konselor, melalui
kegiatan bimbingan kelas dan konseling individu dan kelompok, dapat
31

membantu siswa dalam menerapkan keterampilan belajar yang efektif,


menetapkan tujuan, belajar secara efektif, dan memperoleh
keterampilan mengambil ujian. Konselor juga dapat fokus pada
mencatat, manajemen waktu, teknik memori, teknik relaksasi,
mengatasi kecemasan tes, dan mengembangkan keterampilan
mendengarkan.
Yusuf & Nurihsan (2005) menjelaskan bahwa bimbingan
akademik merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu
para individu dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan
akademiknya. Permasalahan akademik terdiri dari berbagai macam
bentuk diantaranta yaitu cara belajar efektif, penyelesaian tugas-tugas
dan latihan, cara mencatat secara mind mapping, dll. Bimbingan
akademik dilakukan dengan mengembangkan suasana belajar-
mengajar yang kondusif agar para peserta didik mampu terhindar dari
kesulitan belajar. Menurut Winkel (Tohirin, 2011) bimbingan belajar
merupakan suatu bentuk bantuan dari guru pembimbing kepada
individu dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, memilih
program studi yang sesuai, dan mengatasi kesukaran-kesukaran yang
timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di institusi pendidikan.
Menurut penjelasan beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa
bidang belajar merupakan layanan yang membantu peserta didik untuk
dapat melewati permasalahannya terkait dengan permasalahan suasana
belajar untuk dapat lebih efektif.
3) Bidang Karier
Merencanakan masa depan, memerangi stereotip karier, dan
menganalisis keterampilan dan minat adalah beberapa tujuan yang
harus dikembangkan siswa di sekolah. Informasi karir harus tersedia
untuk siswa, dan perwakilan dari bisnis dan industri harus bekerja
sama dengan sekolah dan penasihat dalam mempersiapkan siswa
untuk dunia pekerjaan.
32

Bimbingan karier menurut Ari Kunto (2011) adalah pelayanan


yang diberikan oleh konselor kepada konseli atau klien dengan tujuan
agar peserta didik mampu memiliki kemampuan untuk mengenal,
memahami, dan mengembangkan potensi diri dalam mempersiapkan
masa depan karier yang baik dan tepat bagi dirinya sendiri. Yusuf &
Nurihsan (2005) juga menjelaskan bahwa bimbingan karier yaitu
bimbingan yang dilakukan untuk membantu individu dalam
perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karier
seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja,
pemahaman kondisi dan kemampuan diri, perencanaan dan
pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dll.
5. Teori Pengembangan Produk
Penelitian dan Pengembangan (research and development) merupakan
pemberian pengantar penelitian desain pendidikan sebagai desain penelitian
yang sesuai untuk mengembangkan solusi berbasis penelitian untuk
permasalahan yang kompleks dalam praktik pendidikan atau digunakan untuk
mengembangkan atau memvalidasi teori mengenai proses pembelajaran,
lingkungan belajar dan sejenisnya. Borg & Gall (1983) mengemukakan
pendapatnya mengenai istilah Research & Development, yaitu sebagai
berikut:
Educational research and development (R & D) is a process used to
develop and validate educational products. The steps of this process are
usually referred to as the R & D cycle , which consists of studying
research findings pertinent to the product to be developed, developing
the product based on the finding, field testing it in the setting where it
will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found
in the field testing stage. In indicate that product meets its behaviorally
defined objectives.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut Borg


& Gall (1983: 772), Research & Development merupakan rangkaian langkah
penelitian dan pengembangan dilakukan secara siklis, dan pada setiap
langkah yang dilalui selalu mengacu pada hasil langkah sebelumnya hingga
pada akhirnya diperoleh suatu produk pendidikan yang baru. Sedangkan
33

Plomp (2013: 16) mendefinisikan penelitian dan pengembangan merupakan


studi sistematis yang merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi
intervensi pendidikan sebagai solusi untuk masalah yang kompleks dalam
praktek pedidikan, yang juga bertujuan untuk memajukan pengetahuan
mengenai karakteristik intervensi dalam proses merancang dan
mengembangkan. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitan dan
pengembangan dilakukan secara sistematis yang di dalamnya dapat
merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi intervensi pendidikan untuk
akhirnya dapat memperoleh produk pendidikan yang baru.
Kasus penelitian dan pengembangan menurut Plomp (2013: 19)
penelitian desain terdiri dari sejumlah fase, fase-fase berikut dibedakan
menjadi Preliminary Research, Development or prototyping phase,
danAssesment phase.
Phase Kriteria Deskripsi singkat dalam aktivitas
Preliminary Penekanan terutama pada Tinjauan literatur dan proyek (dulu dan / atau
research validitas konten, tidak sekarang) menangani pertanyaan yang mirip
banyak pada konsistensi dengan yang ada dalam penelitian ini. Ini
dan kepraktisan menghasilkan (pedoman untuk) kerangka
kerja dan cetak biru pertama untuk intervensi
Development Awalnya: konsistensi Pengembangan urutan prototipe yang akan
or Prototyoing (konstruk validitas) dan dicoba dan direvisi berdasarkan evaluasi
phase kepraktisan. Kemudian, formatif. Prototipe awal bisa hanya berbasis
terutama kepraktisan dan kertas dimana evaluasi formatif dilakukan
secara bertahap melalui penilaian ahli yang menghasilkan
memperhatikan kepraktisan yang diharapkan
efektivitas.
Assessment Kepraktisan dan Mengevaluasi apakah penggunaan target
phase efektifitas dapat bekerja dengan intervensi (kepraktisan
aktual) dan bersedia menerapkannya dalam
pengajaran. Juga mengukur intervensi
keefektifan
Gambar 2. 3. Tahapan penelitian dan pengembangan menurut Plomp (2013)

6. Kualitas Produk dan Pengembangan


Beberapa kriteria atau tahapan lain juga dapat membantu para peneliti
untuk dapat mengoptialkan desain dan pengembangan, berdasarkan penelitian
sebelumnya, yaitu Nieveen (dalam Plomp & Nieveen 2013), menyatakan
“proposes a number of generic criteria for high quality interventions, namely
validity, practicality and effectiveness”. Menurutnya kriteria umum atau
34

tahapan untuk intervensi berkualitas tinggi dibagi menjadi validitas,


kepraktisan, dan efektivitas.
Kriteria
Relevansi (juga disebut Ada kebutuhan untuk intervensi dan desainnya
sebagai validitas konten) didasarkan pada pengetahuan (ilmiah) yang canggih
Konsistensi (juga disebut Intervensi dirancang secara logis
sebagai validitas konstruk)
Kepraktisan Harapan
Dalam intervensi diharapkan dapat digunakan dalam
pengaturan yang telah dirancang dan dikembangkan
Kenyataan
Intervensi dapat digunakan dalam pengaturan yang
telah dirancang dan dikembangkan
Efektivitas Harapan
Menggunakan intervensi yang diharapkan mampu
menghasilkan hasil yang diinginkan
Kenyataan
Menggunakan hasil intervensi dalam hasil yang
diinginkan
Tabel 2. 3. Kriteria dalam intervensi berkualitas tinggi menurut Nieveen (dalam Plomp
& Nieveen, 2013)

B. Kerangka Berpikir

Layanan BK merupakan suatu standar yang diberikan terhadap peserta


didik. Layanan BK memiliki tujuan untuk mencapai suatu standar yang telah
ditentukan bagi peserta didik, standar tersebut terbagi menjadi tiga bidang layanan
yaitu bidang pribadi-sosial, bidang karier, dan bidang belajar. Namun, dalam
pelaksanaan pemberian layanan ini terdapat beberapa hambatan yang dialami guru
BK salah satunya yaitu tidak adanya waktu untuk memberikan layanan konseling
secara langsung. Salah satu cara untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut
yang juga dapat dengan mudah dilakukan pada masa revolusi industri ini adalah
dengan melakukan konseling online. Konseling online merupakan suatu proses
pemberian layananan yang diberikan oleh konselor kepada konseli dengan
menggunakan media teknologi komunikasi sebagai salah satu cara pemberian
bantuan penyelesaian masalah konseli melalui jarak jauh. Konseling online dapat
menjadi inovasi untuk memberikan layanan kepada para peserta didik khususnya
pada bidang layanan BK yang diantaranya terdapat bidang pribadi-sosial, belajar,
dan karier.
35

Pemberian layanan BK yang memiliki standar pada tiga bidang layanan


yaitu pribadi-sosial, belajar, dan karier pada penelitian dan pengembangan ini
dikemas dalam bentuk aplikasi konseling berbasis LINE (KODALINE) untuk
peserta didik SMA di Surakarta. Penelitian dan pengembangan ini tentunya
melalui tinjauan literatu dan hasil-hasil penelitian yang mendukung guna
mengoptimalkan desain dan pengembangan yang bertujuan untuk menjadikan
produk berkualitas. Upaya dalam pencapaian kualitas produk ini harus melalui
beberapa kriteria, diantaranya yaitu kriteria relevansi, konsistensi, kepraktisan,
dan keefektifan. Namun, dalam penelitian ini hanya sampai pada tahap kedua
yaitu kriteria konsistensi yang akhirnya menciptakan suatu pengembangan
aplikasi konseling berbasis LINE untuk peserta didik SMA di Surakarta. Produk
ini masih harus melalui kriteria kepraktisan dan keefektifan yang dapat dilakukan
oleh peneliti selanjutnya. Pengembangan produk ini terdiri dari tiga fase
diantaranya yaitu preliminary research, development or prototyping phase, dan
assessment phase. Penelitian yang dilakukan ini hanya sampai pada tahap
development or prototyping phase yang memerlukan uji ahli. Secara lebih jelas,
deskripsi kerangka berpikir diatas digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
36

Melakukan tinjauan literatur dan hasil-hasil penelitian yang mendukung

mbingan juga terbagi menjadi 3 bidang yaitu bidang pribadi-sosial, bidang karier, dan bidang belajar.
suatu proses pemberian layananan yang diberikan oleh konselor kepada konseli dengan menggunakan mediaKriteria Relevansi
teknologi komunikasi sebagai salah satu
g dapat digunakan pada berbagai platform seperti telepon cerdas, tablet, dan komputer.

Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta Konsistensi

Uji kepraktisan dan Uji lapangan terbatas Kepraktisan

Uji coba lapangan operasional, analisa, dan evaluasi produk Efektivitas

Gambar 2. 4. Kerangka Berpikir Pengembangan Aplikasi Konseling


Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta
Keterangan : Batas pengembangan penelitian ini hanya sampai pada kriteria
konsistensi saja.
BAB III
METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
A. Metode Penelitian dan Pengembangan
Jenis penelitian yang akan digunakan untuk menyusun skripsi ini adalah
dengan menggunakan educational design research. Barab & Squire (dalam Plomp
& Nieven, 2013: 17) menjelaskan bahwa, “Design-based research is not so much
an approach as it is a series of approaches, with the intent of producing new
theories, artefacts, and practices that account for and potentially impact learning
and teaching in naturalistic setting”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
diartikan bahwa R&D merupakan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan
teori, artefak, dan praktik baru yang menjelaskan dan berpotensi berdampak baik
dalam ruang lingkup pembelajaran dan pengajaran. Plomp (2013) sendiri
menjelaskan bahwa penelitian desain ini didefinisikan sebagai analisis yang
sistematis, desain dan evaluasi intervensi pendidikan yang bertujuan untuk
menghasilkan solusi berbasis penelitian untuk permasalahan yang kompleks
dalam praktik pendidikan, serta memajukan pengetahuan mengenai karakteristik
intervensi dan proses perancangan dan pengembangan.
Silalahi (2017) mengatakan “tujuan dari research and develompment (R&D)
dalam pendidikan bukan untuk memformulasi atau menguji teori tetapi adalah
untuk mengembangkan produk-produk yang efektif untuk digunakan di sekolah”.
Produk yang dihasilkannya-pun beragam, diantaranya yaitu berupa kurikulum
yang diperlukan dalam pendidikan tertentu, metode pengajaran bagi guru, media
pendidikan, buku pengajaran, kompetensi tenaga kependidikan, model
manajemen, dll. Penelitian ini akan mengacu pada rancangan penelitian yang
dilakukan oleh Plomp & Nieven (2013). Langkah pelaksanaan penelitian dan
pengembangan menurut Plomp & Nieveen (2013) terdapat 3 tahap yaitu; (1)
Preliminary researc hatau preliminary investigation, (2) Development or
prototyping phase yang terdiri dari tahap design, realization atau construction,
dan test, evaluation and revision; (3) Assessment phase atau implementation.

39
38

B. Desain Penelitian dan Pengembangan


Desain penelitian dan pengembangan pada penelitianini menggunakan
metode educational design research dari Plomp & Nieveen (2013) yang hanya
sampai pada tahap pengembangan produk yang memenuhi kriteria relevansi dan
konsistensi yang membutuhkan uji ahli dan praktisi. Pengembangan Aplikasi
Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta adalah: (1)
Preliminary research atau studi pendahuluan; (2) develompment or prototyping
phase; dan (3) Assessment phase / Implementation. Di bawah ini merupakan
bagan dari tahapan metode penelitian dan pengembangan menurut Plomp &
Nieveen (2013) :

Preliminary
research

Gambar 3. 1. Metode Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE


untuk Peserta Didik SMA di Surakarta menurut Plomp & Nieveen (2013)

Berdasarkan metode educational design research dari Plomp & Nieveen


(2013), penelitian ini hanya sampai pada tahap development or prototyping phase.
Tahap selanjutnya yaitu Assessment phase / Implementation diharapkan mampu
dilanjutkan oleh penelitian selanjutnya. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah
Preliminary research. Ditahap awal ini peneliti melakukan studi pendahuluan atau
kebutuhan dan analisis konteks, tinjauan literatur, pengembangan kerangka kerja
konseptual atau teoritis untuk melakukan penelitian ini. Setelah itu ditahapan
kedua adalah Development or Prototyping Phase, pada tahap ini peneliti akan
melakukan penyusunan produk. Produk yang dihasilkan adalah akun di aplikasi
LINE bernama KODALINE yang dapat digunakan oleh guru BK dan peserta
didik untuk melakukan kegiatan konseling dan pemberian layanan BK. Dibawah
ini merupakan desain Pengembangan produk yang memenuhi kriteria relevansi
dan konsistensi :
39

Preliminary Research

Gambar 3. 2. Desain Produk yang Memenuhi Kriteria Relevansi dan

Pengembangan Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA
di Surakarta adaptasi dari Plomp (2013)
40

C. Prosedur Penelitian dan Pengembangan


Prosedur penelitian dan pengembangan yang akan dilaksanakan mengacu
pada penelitian dan pengembangan model Plomp & Nieveen (2013). Peneliti akan
melaksanakan Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE
untuk Peserta Didik SMA di Surakarta. Adapun prosedur penelitian dan
pengembangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Preliminary Research (Studi Pendahuluan)
a. Kajian Empirik
Sebelum melakukan penelian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan
studi pendahuluan dengan cara menyusun instrumen yang berguna untuk
mengumpulkan data. Data tersebut yang nantinya akan dijadikan bahan
dasar bagi pembahasan kajian empirik, dalam instrumen yang disebarkan
ini berisi beberapa pertanyaan terkait dengan pemberian layanan
bimbingan konseling terkait dengan empat bidang layanan yaitu bidang
pribadi-sosial, belajar, dan karir. Penelitian dan pengembangan yang
akan dilakukan peneliti adalah pemberian bidang layanan bimbingan dan
konseling sebagai variabel terikat (permasalahan). Bersadarkan angket
yang disebarkan sebagai studi pendahuluan terdiri dari 20 item
pertanyaan dengan rincian pertanyaan terkait bidang pribadi 5 butir,
bidang sosial 5 butir, bidang belajar 4 butir, dan 4 butir dalam bidang
karir, dan 3 item pertanyaan terkait dengan konseling online berbasis
aplikasi LINE sebagai variabel bebas.
Sumber studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti adalah peserta
didik SMA di Surakarta. Penyebaran instrumen angket studi eksplorasi
yang dilakukan terkait bidang layanan BK yang melibatkan 207 peserta
didik SMA di Surakarta ini ditemukan hasil bahwapermasalahan siswa
terkait dengan bidang pribadi-sosial (68,4%), bidang belajar (61%),
bidang karier (57,5%). Sedangkan pertanyaan terkait dengan kebutuhan
konseling online berbasis aplikasi LINE sebagai solusi dari pemberian
layanan bimbingan dan konseling tanpa tatap muka mendapatkan hasil
78.3%. Berdasarkan hasil penyebaran instrumen ini, dapat disimpulkan
41

bahwa permasalah peserta didik pada bidang layanan bimbingan dan


konseling di SMA di Surakarta masih sangat besar.
Selain melakukan penyebaran instrumen terhadap para peserta didik
SMA di Surakarta, peneliti juga melakukan wawancara terhadap
beberapa guru BK SMA di Surakarta. Hasil dari wawancara tersebut
menghasilkan bahwa guru BK mengaku satu jam pelajaran memang
kurang untuk membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahannya
yang beragam. Selain itu, jumlah guru BK yang terbatas juga dirasa
kurang untuk menangani permasalahan siswa yang banyak dan juga
beragam.
b. Kajian Teoritik
Studi literatur terkait dengan teori-teori yang berhubungan dengan
variabel dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kualitas bidang
layanan bimbingan dan konseling dengan menggunakan konseling online
berbasis aplikasi LINE untuk peserta didik SMA di Surakarta. Adapun
studi literatur yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan: (1)
pengertian layanan BK; (2) tujuan layanan BK; (3) bidang layanan BK;
(4) komponen BK Komprehensfi; (5) fungsi layanan BK; (6) pengertian
konseling online; (7) jenis konseling online ; (8) proses konseling online;
(9) konseling online berbasis Aplikasi LINE untuk meningkatkan kualitas
bidang layanan BK bagi peserta didik SMA di Surakarta.
2. Development/ Prototyping
Tahapandevelopment/ prototyping ini penelitian hanya akan sampai pada
uji ahli dan uji prkatisi. Tahapan ini mengharuskan peneliti untuk membuat
draft produk terkait dengan Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis
LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta yang bertujuan untuk
menciptakan produk yang memenuhi kriteria relevansi yaitu berupa manual
bookyang digunakan sebagai panduan bagi konselor dan konseli dalam
melakukan konselingonline berbasis aplikasi LINE dan juga spesifikasi
produk penelitian yaitu konseling online berbasisaplikasi Line. Buku panduan
ini akan diklasifikasikan menjadi 7 bagian diantaranya yaitu, (1) Sampul; (2)
42

Kata Pengantar;(3) Daftar Isi;(4) Panduan Penggunaan sebagai Konselor; (5)


Panduan penggunaan sebagai konseli; (6) Penutup;(7) Daftar Gambar.
Sedangkan untuk spesifikasi produk diklasifikasikan menjadi 5 tahapan yaitu,
(1) homepage website; (2) menambahkan akun Line@; (3) konten-konten
dalam akun LINE diantaranya Kodalime, Night Though, TOD (Topic of the
day); (4) evaluasi; (5) umpan balik (feed back). Produk pada penelitian ini
memerlukan uji ahli yang berasal dari dua ahli dalam bidang teknologi
informasi, dua ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.
D. Isi Produk
Isi produk merupakan gambaran atau deskripsi mengenai konten-konten
dalam produk yang akan dibuat. Produk guna meningkatkan kualitas bidang
layanan bimbingan dan konseling ini membuat produk konseling online berbasis
aplikasi LINE dan manual book bagi konseli dan konselor, seperti tabel dibawah
ini :
Tabel 3. 1. Isi Produk Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis Line
Komponen
No Keterangan
Produk
1 Homepage tentang informasi dan pengenalan produkdan juga terdapat link untuk
website menambahkan Line@
2. Menambahkan Setelah menambahkan akun Line@ nantinya akan terdapat pesan atau
Line@ chat yang otomatis masuk atau biasa disebut chatbot. Chat tersebut
berisi ucapan terimakasih dan penjelasan singkat terkait akun di Line@
3 Konten-konten Kodaline(Konseling dengan Line), berisi konten yang dapat digunakan
dalam akun oleh pengguna LINE atau calon konseli untuk melakukan sesi
Line@ konseling secara online . Melalui konten ini konseli dapat menentukan
jadwal dengan konselor untuk melakukan sesi konseling
Night thoughts (Pemikiran Malam), dalam konten ini para pengguna
LINE dapat mengirimkan keresahan-keresahannya melalui cerita
ataupun puisi. Keresahan-keresahan tersebut nantinya akan di posting
kedalam akun LINE ini yang dapat dibaca secara umum yang
digunakan sebagai pembelajaran bersama.
TOD (Topic of the Day), dalam konten ini nantinya admin dari akun
LINE akan memberikan topik yang disesuaikan dengan pemberitaan
yang sedang marak diperbincangkan.
5 Evaluasi Bentuk evaluasi dalam produk ini adalah dengan memberikan ulasan
mengenai kritik dan saran melalui kotak kritik dan saran. Evaluasi ini
juga dapat diberikan dari para konseli setelah melakukan konseling.
6 Feedback Disini konseli atau pengguna produk ini dapat memberikan umpan
balik mengenai konten-konten yang terdapat dalam akun LINE ini,
terutama dalam kegiatan konseling.
43

Selanjutnya dibawah ini menggambarkan dan juga menjelaskan isi dari


manual book atau buku panduan yang nantinya ditujukan bagi konselor dan juga
konseli. Penjelasan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 2. Isi Produk manual book atau buku panduan konseling online berbasis aplikasi
LINEuntuk meningkatkan kualitas layanan bidang bimbingan dan konseling
No. Komponen Produk Keterangan
1. Cover (Sampul) Memuat judul dari penelitian yang dilakukan yaitu
“Konseling online berbasis aplikasi Line” yang sudah
didesain selain itu dalam cover ini juga terdapat nama
peneliti.
2. Kata Pengantar Di dalamnya terdapat ucapak puji syukur terhadap Tuhan
YME atas penyusunan manual book ini. Selain itu juga
terdapat tujuan pembentukan manual book dan juga
ucapak terimakasih bagi pihak-pihak terkait.
3. Daftar Isi Dalam daftar isi memuat BAB dan juga SUB- BAB yang
akan dibahas disertai dengan halaman. Hal ini digunakan
untuk mempermudah pembaca dalam pencarian.
4. Daftar Gambar Di dalamnya memuat gambar-gambar yang terdapat
dalam manual book. Dalam daftar gambar ini juga
terdapat halamannya untuk mempermudah dalam
pencarian.
5. Pendahuluan Menjelaskan secara singkat latar belakang terkait dengan
“konseling online berbasis aplikasi Line”, selain itu juga
membahas tujuan dan juga kelebihan dari produk yang
akan dibahas.
6. Panduan penggunaan Dalam panduan ini berisi secara terperinci langkah-
sebagai konselor langkah penggunaan “konseling online berbasis aplikasi
Line” yang sudah memiliki aplikasi LINE bagi konselor.
Panduan ini menunjukkan langkah awal Sign-in sampai
dengan tahap Sign-out.
7. Panduan penggunaan Panduan ini hampir sama dengan panduan bagi konselor
sebagai konseli yaitu berisi secara terperinci langkah-langkah
penggunaan “konseling online berbasis aplikasi Line”
mulai dari langkah awal Sign-in sampai dengan tahap
Sign-out.
8. Penutup Pada bagian ini memuat hal-hal yang diharapkan oleh
penulis bagi pembaca atau pengguna konseling online
berbasis aplikasi LINE ini.

E. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian terbagi menjadi 3 yaitu subjek eksplorasi, subjek ahli
serta subjek pengguna. Subjek eksplorasi merupakan sumber dari data yang akan
digunakan dalam penelitian. Selanjutnya subjek ahli merupakan individu yang
ahli berkaitan dengan bidang panduan yang dihasilkan dalam penelitian, dan
subjek pengguna adalah individu atau kelompok yang dijadikan sebagai target
pengaplikasian panduan hasil penelitian. Penelitian ini hanya sampai pada subjek
eksplorasi. Subjek pada studi eksplorasi melibatkan peserta didik dan Guru BK
44

SMA di Surakarta, hal ini dikarenakan penelitian dan pengembangan ini hanya
sampai pada tahap development or protoyping atau penyusunan produk.
F. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Tingkat Kebutuhan dan Kepentingan, dan Teknik Pengumpulan Data
a. Data Tingkat Kebutuhan
1) Guru BK/ Konselor
Data tingkat kebutuhan yang digunakan oleh peneliti adalah
melalui wawancara yang dilakukan terhadap tiga guru BK di
Surakarta yang hasilnya dapat disimpulkan bahwa konseling berbasis
aplikasi LINE ini dirasa dibutuhkan karena dinilai dapat menjadi
inovasi dalam dunia konseling khususnya di daerah Surakarta
2) Konseli/ Peserta didik
Berdasarkan data tingkat kebutuhan peserta didik, produk
konseling berbasis aplikasi LINE ini dirasa sangat dibutuhkan oleh
para peserta didik karena konseling berbasis aplikasi LINE inidirasa
cocok dengan perkembangan zaman yang membutuhkan waktu yang
singkat dan tidak harus mengenal satu sama lain.
b. Data Tingkat Kepentingan
1) Guru BK/ Konselor
Melalui studi pendahuluan berupa wawancara yang dilakukan
terhadap guru BK, ditemukan hasil bahwa konseling online ini dirasa
dibutuhkan karena dapat menjadi alternatif baru bagi para guru BK
yang tidak memiliki jam mengajar
2) Konseli/ Peserta didik
Survey yang dilakukan oleh peneliti menyimpulkan bahwa
konseling berbasis aplikasi LINE ini dirasa penting dengan kebutuhan
peserta didik yang membutuhkan konseling dengan waktu yang
singkat, bisa dilakukan kapan dan dimana saja.
c. Teknik Pengumpulan Data
Data tingkat kebutuhan dan kepentingan ini mengacu pada studi
pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti. Studi pendahuluan yang
45

dilakukan terkait dengan Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis


LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta menghasilkan presentase
sejumlah 78.3%. Berdasarkan persentase tersebut dapat disimpulkan
bahwa responden setuju dengan adanya produk tersebut. Pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan instrumen angket
yang mengacu pada kebutuhan peserta didik SMA di Surakarta terkait
dengan konseling online khususnya konseling berbasis aplikasi Line.
Subjek dalam angket yang disebarkan ini adalah peserta didik SMA di
Surakarta.
2. Data Hasil Studi Literatur tentang Pengembangan Aplikasi Konseling
Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta.
Data hasil studi literatur tentang penelitian yang dilakukan diperoleh
melalui sumber yang bersifat ilmiah baik dari jurnal, buku, dan karya ilmiah
lain. Studi literatur yang bersifat ilmiah ini dijadikan pedoman bagi peneliti
sebagai dasar kajian sesuai dengan variabel penelitian yang dilakukan.
Variabel tersebut adalah Konseling Online Berbasis Aplikasi LINE dan
Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling. Dibawah ini merupakan tabel
yang berisi tentang sejumlah studi literatur baik melalui sumber jurnal
maupun buku.
Tabel 3. 3. Daftar Buku dasar Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Konseling
Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta
No. Judul Buku Karya
1.
Penelitian dan Penilaian Bidang Bimbingan dan Konseling. Arikunto, S. (2011).

2. Menuju Pemahaman Bimbingan dan Konseling Asrowi. (2015)


Komprehensif Analisis Filosofis, Historis, Empirik dan
Hasil Penelitian.

3. Developing An Effective And Accountable School Cobia, D. C. (2007).


Counseling Program.

4. Developmental Guidance and Counseling in Today’s Coy, D. R. (2004).


Schools.

5. Desain dan Pemrogaman Website. Darmawan, P. 2013

6. Bimbingan Konseling Giyono. 2015


46

7. Developing & Managing Your School Guidance and Gysbers, N. C. &


Counseling Program. Henderson, P. (2012).

8. E-Counseling: the new modality. Online Career Koutsonika, Helen.


Counseling-achallenging opportunity for greek tertiary (2009).
education

9. Therapy Online (a practical guide). Nagel, D.M, &


Anthony, K. (2010).

10. Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Nurihsan, A.J. (2006).
Kehidupan.

11. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Prayitno. (2004).

12. Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal Nonformal Sutirna. (2013).


dan Informal.

13. Kajian Dampak Penggunaan Media Sosial Bagi Anak dan Triastuti, E., Prabowo,
Remaja. D. A. I., & Nurul, A.
(2017).

14. Protocols for Provision of Holistic Learning UNESCO, (2009).


Environments for Learners in Second Grade Education
Programmes.

15. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). Walgito, B. (2010).

16. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Edisi Winkel, W. S., &
Revisi, Cetakan Kelima) Hastuti, S. (2006).

17. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). Yusuf, S & Nurihsan,
A.J. (2005)
Selanjutnya, jurnal ilmiah dan karya ilmiah lain yang digunakan sebagai
dasar Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk
Peserta Didik SMA di Surakarta disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3. 4. Daftar Jurnal ilmiah dan karya ilmiah lain sebagai dasar Penelitian dan
Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di
Surakarta

No. Judul Jurnal Karya


1.
Pengaruh Perceived Usefulness dan Perceived Ease Of Aditya, W, &
Use Therhadap Behavioral Intention Dengan Pendekatan Wardhana, A (2016)
Technologi Acceptance Model (TAM) pada Pengguna
Instant Messaging LINE di Indonesia. Jurnal Siasat
Bisnis

2. Attitude of Ghanain University Students Towards Online Awabil, G, & Akosah,


Counselling. Journal of Education and Practice J.P. (2018)
47

3. Psychological applications on the internet: A dicipLINE Barak, A. (1999).


on the threshold of a new millenium. Applied and
Preventive Psychology

4. Current and Future Trends in Internet-Supported Mental Barak, A., & Grohol,
Health Interventions. Journal of Technology in Human J.M. (2011).
Services

5. Bimbingan dan Konseling Komprehensif: Dari Bhakti, C.P. (2015).


Paradigma Menuju Aksi. Jurnal Fokus Konseling

6. Designing and Leading Comprehensive School Brown, D. & Trusty, J.


Counseling Programs; Promoting Student Competence (2005).
and Meeting Student Needs .

7. Model Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif Daryono, Sugiharto, &


di SMA. Jurnal Bimbingan dan Konseling Sutoyo, A. (2014).

8. Applying Technology to Online Counseling: Suggestions Elleven, R, & Allen.


for the Beginning ETherapist’, Journal of Instructional (2004).
Psychology

9 Face to face supervision of online councelors. Supervisor Haberstroh, S., &


perspectives Duffey, T. (2011)

10. Pengguna internet Indonesia nomor enam dunia Hidayat, W. (2014).

11. Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan Ifdil, & Ardi, Z.
E-Konseling. Jurnal Konseling dan Pendidikan (2013).

12. Penyelenggaraan Layanan Konseling Online Sebagai Ifdil. (2011).


Salah Satu Bentuk Pelayanan E-Konseling. Paper
presented at the International Seminar & Workshop
Contemporary and Creative Caunseling.
13. Pelayanan e-Konseling (Pengolahan Hasil Ifdil. (2009).
Pengadministrasian Alat Ungkap Masalah (AUM)
dengan Menggunakan Program Aplikasi). Papper
presented at Seminar International Bimbingan dan
Konseling Dalam rangka Kongres XI dan Konvensi
Nasional XVI ABKIN
14. Pengembangan Program Layanan Bimbingan dan Kurniawan L. (2015).
Konseling Komprehensif di SMA. Jurnal Psikologi
Pendidikan & Konseling
15. Theraphy ove the internet? Theory, research & finances. Laszlo, J.V. ,
CyberPsychology & Behavior Esterman, G. &,Zabko,
S. (1999).
16. Fitur Line@. LINE Corporation.
(2015).
17. School Guidance and Counseling Services. Schooling Lunenburg, F.C.
(2010).
18. The practical aspects of online counseling: Ethics, Mallen, M. J., Vogel,
training, technology, and competency. Counseling D. L., & Rochlen, A.
Psychologist B. (2005).
48

19. Online Counseling, Reviewing the Literature From a Mallen, Michael J.


Counseling Psychology Framework. The Counseling David L, dkk. (2011).
Psychologist
20. Studi Observasi terhadap Penggunaan Aplikasi LINE Naldo, & Satria, H.W.
oleh Generasi Millenial. Jurnal Sosial Humaniora (2018).
Terapan
21. Pengembangan Webiste Konseling Online Untuk Siswa Prahesti & Wiyono .
Di SMA Negeri 1 Gresik . Jurnal BK UNESA. (2017).
22. Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2019. Riyanto, A.d. (2019)
23. Implementasi Prototype Aplikasi E-Konseling untuk Siradjuddin, H.K.
Menunjang Pelayanan Konseling Berbasis Jejaring (2017).
Sosial. Indonesia Journal on Information System
24. Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan Sudrajat, Ahmad.
dan Konseling, (2014).
25. Penggunaan Media Sosial oleh Digital Native. Jurnal Supratman, L.P.
Ilmu Komunikasi (2018).

G. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan dua jenis teknik analisa data, yaitu: (1) Analisis
statistik deskriptif; dan (2) Analisis literatur. Analisis statistik deskriptif menurut
Sugiyono (2012: 169) adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan menggambarkan data apa adanya tanpa membuat kesumpulan secara
umum. Jenis teknik analisis data deskriptif akan ditampilkan dalam wujud
persentase dan ranking.
Data yang akan dianalisis adalah data kepentingan dan kebutuhan peserta
didik terkait dengan konseling berbasis aplikasi Line. Analisis data yang dilakukan
oleh peneliti pada studi eksplorasi memperoleh hasil yang dibutuhkan bagi peserta
didik yaitu sejumlah 207 responden. Data tingkat kebutuhan yang didapatkan
melalui peserta didik adalah penyebaran angket terkait dengan adanya konseling
online berbasis aplikasi LINE yang apabila dirata-rata menghasilkan sejumlah 159
dari 207 responden (78.3%) menyatakan setuju dengan adanya produk tersebut.
Jenis teknik analisis data yang selanjutnya adalah studi pustaka. Studi pustaka
adalah suatu kegiatan berupa pengumpulan literatur atau informasi lain yang
berhubungan dengan masalah dan tujuan yang sedang diteliti. Menurut studi
pustaka yang telah dilakukan menghasilkan Konseling Online Berbasis Aplikasi
LINE dapat menjadi alternatif dan inovasi baru dalam meningkatkan kualitas
layanan bidang bimbingan dan konseling bagi peserta didik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan
1. Hasil Kajian Empirik Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling (BK)
Kajian empirik dalam penelitan ini dilakukan dengan menggunakan studi
literatur dan studi lapangan. Pelaksanaan studi literatur dalam penelitian ini
dilakukan berdasarkan pada analisis data kepentingan dan kebutuhan siswa
SMA di Surakarta. Data analisis berkaitan dengan bidang layanan BK
pribadi, sosial, belajar, dan karier yang telah dilakukan oleh mahasiswa BK
angkatan 2012. Hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa BK angkatan
2012 menunjukkan bahwa tingkat kepentingan dan kebutuhan layanan BK
siswa SMA di Surakarta adalah sebagai berikut, (1) Bidang pribadi 63,4%,
(2) Bidang sosial 63,1%, (3) Bidang belajar 64,3%, dan (4) Bidang karier
sejumlah 64,4%. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
tingkat kepentingan dan kebutuhan peserta didik SMA di Surakarta berkaitan
dengan bidang layanan BK pribadi, sosial, belajar, dan karier memiliki
persentase lebih dari 50%.
Selain menggunakan studi literaturberdasarkan penelitian mahasiswa BK
angakatan 2012, peneliti juga melakukan studi lapangan. Studi lapangan
dilakukan dengan cara menyebar instrumen angket kepada peserta didik SMA
di Surakarta dan melakukan wawancara pada guru BK di dua sekolah yaitu
SMA 2 Batik Surakarta dan SMA N 6 Surakarta.Penyebaran instrumen
angket yang ditujukan kepada peserta didik SMA di Surakarta ini
dilaksanakan pada bulan Januari 2020. Aspek yang dipilih dalam angket ini
berdasarkan pada tugas-tugas perkembangan peserta didik SMA yang
mengacu pada SKKPD (Standar Kompetensi dan Kemandirian Peserta Didik)
yang di dalamnya mencakup empat bidang layanan BK yaitu pribadi, sosial,
karier, dan belajar. Hasil dari 207 responden ini menunjukkan permasalahan
peserta didik terkait dengan bidang pribadi-sosial 68,4%, bidang belajar 61%,
bidang karier 57,5%. Sedangkan melalui hasil wawancara terhadap beberapa
guru BK, ditemukan fakta bahwa selama ini hambatan yang dialami

52
50

diantaranya yaitu kurangnya jam untuk memberikan layanan oleh guru BK,
tingginya tingkat kebutuhan siswa terkait dengan layanan BK yang tidak
sepadan dengan jumlah guru BK, serta anggapan para peserta didik yang
masih menganggap bahwa guru BK adalah polisi sekolah. Berdasarkan
hambatan yang dialami oleh para guru BK tersebut, perlu adanya media yang
dapat digunakan peserta didik untuk mendapatkan layanan BK dengan
mengikuti perkembangan teknologi agar dapat dimanfaatkan dimana saja
dengan mudah, cepat, dan praktis.
2. Hasil Kajian Teoritik Panduan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk
Peserta Didik SMA Di Surakarta
Kajian teoritik dilakukan dengan menggunakan studi literatur. Kajian
teoritik disesuaikan dengan penggunaan literatur yang sesuai dengan variabel
yang akan diteliti. Studi literatur ini diperoleh melalui buku, jurnal, artikel,
dan media massa yang berasal dari sumber referensi yang dapat
dipertanggung jawabkan karya ilmiahnya. Kajian teoritik ini dimanfaatkan
sebagai landasan teori penelitian dan pengembangan Apliasi Konseling
Berbasis Aplikasi LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta yang
memenuhi kriteria konsistensi yang merupakan kebutuhan untuk intervensi
dan didesain untuk memenuhi keterkaitan konsep dan hubungan variabel
secara relevan. Hasil dari kajian teoritik ini dibagi menjadi dua yaitu : (1)
Hasil kajian teoritik mengenai layanan bidang BK; (2) Hasil kajian teoritik
mengenai konseling online; (3) Hasil kajian teoritikmengenai aplikasi
Line.Tiga hasil kajian teoritik dapat diperinci sebagai berikut :
a. Hasil Kajian Teoritik Mengenai Bidang Layanan Bimbingan dan
Konseling

No. Judul literatur Karya


1. Educational, Vocational Guidance and Agrawal,R. (2006).
Counselling.
2. The ASCA National Model: A Framework for American School Counselor
School Counseling Program (2nd ed.). Association. (2005).
3. Penelitian dan Penilaian Bidang Bimbingan Arikunto, S. (2011).
dan Konseling.
4. Bimbingan dan Konseling Komprehensif: Dari Bhakti, C.P. (2015).
Paradigma Menuju Aksi. Jurnal Fokus
51

Konseling
5. Developmental Guidance and Counseling in Coy, D. R. (2004)
Today’s Schools.
6. Guidance services In O. C. Okobiah and R. I. Egbule, J. F. (2006).
Okorodudu (editors) Issues, concepts, theories
and techniques of guidance and counselling.
7. Bimbingan Konseling. Giyono. (2015).
8. Developing & Managing Your School Gysbers, N. C. &
Guidance and Counseling Program. Henderson, P. (2012).
9. School Guidance and Counseling Services. Lunenburg, F.C. (2010).
Schooling
10. Utah model for comprehensive counseling and Utah State Office of
guidance: K-12programs. Education. (2008).
11. Career Development, personal growth, and Wolfe, D. M., & Kolb, D.
experimental learning. In J. W. Springer A. (1980).
(Ed.),Issues in career and human resource
development
12. Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial dalam Yahya, A.D & Winarsih.
Meningkatkan Komunikasi Interpersonal (2016).
Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 2 Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran. Jurnal
Bimbingan dan Konseling.

b. Hasil Kajian Teoritik mengenai Konseling Online


No. Judul literatur Karya
1. Applying Technology to Online Counseling: Elleven, R, & Allen.
Suggestions for the Beginning ETherapist’, (2004).
Journal of Instructional Psychology,
2. Face to face supervision of online councelors. Haberstroh, S., & Duffey,
Supervisor perspectives T. (2011).
3. Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Ifdil, & Ardi, Z. (2013)
Pelayanan E-Konseling. Jurnal Konseling dan
Pendidikan
4. Penyelenggaraan Layanan Konseling Online Ifdil. (2011).
Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E-
Konseling.
5. Pelayanan e-Konseling (Pengolahan Hasil Ifdil. (2009).
Pengadministrasian Alat Ungkap Masalah
(AUM) dengan Menggunakan Program
Aplikasi).
6. Therapist-delivered Internet psychotherapy for Kessler, D., et. all
depression in primary care: A randomised
controlled trial.
7. The practical aspects of online counseling: Mallen, M. J., Vogel, D. L.,
Ethics, training, technology, and competency. & Rochlen, A. B. (2005).
Counseling Psychologist
8. Online Counseling, Reviewing the Literature Mallen, Michael J. David L,
From a Counseling Psychology Framework. dkk. (2011).
The Counseling Psychologist
9. Therapy Online (a practical guide). Nagel, D.M, & Anthony, K.
(2010).
10. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling Prayitno. (2004).
c. Hasil Kajian Teoritik Mengenai Aplikasi LINE
52

No. Judul literatur Karya


1. Pengaruh Perceived Usefulness dan Aditya, W, &
Perceived Ease Of Use Therhadap Wardhana, A. (2016).
Behavioral Intention Dengan
Pendekatan Technologi Acceptance
Model (TAM) pada Pengguna Instant
Messaging LINE di Indonesia. Jurnal
Siasat Bisnis
2. A Chatbot System for Mental Kamita,T., Ito, T.,
Healthcare Based on SAT Counseling Matsumoto, A.,
Method. Munakata, T., & Inoue,
T. (2019)
3. Fitur-fitur dalam LINE OFFICIAL ACCOUNT Linebiz.com. (2020)
4. Studi Observasi terhadap Penggunaan Naldo, & Satria, H.W.
Aplikasi LINE oleh Generasi Millenial. (2018).
Jurnal Sosial Humaniora Terapan
5. Hootsuite (We are Social): Indonesian Riyanto, A.D. (2019).
Digital Report 2019
6. Penggunaan Media Sosial oleh Digital Supratman, L.P.
Native. Jurnal Ilmu Komunikasi (2018).

2. Hasil Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta


Didik SMA di Surakarta yang Memenuhi Kriteria Relevansi dan
Konsistensi
Hasil dari kajian empirik dan kajian teoritik yang dilakukan dalam
penelitian dan pengembangan ini merupakan dasar dari pembuatan produk
yang memenuhi kriteria relevance yang merupakan kebutuhan untuk
intervensi dan didesain untuk memenuhi keterkaitan konsep dan hubungan
variabel secara relevan. Secara terperinci terdapat dua produk yang akan
dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan ini, yang pertama adalah
sebuah akun dalam aplikasi LINE yang bernama “KODALINE” yang
ditujukan bagi para peserta didik SMA di Surakarta, produk kedua
merupakan buku panduan penggunaan “KODALINE” yang akan dibagi
menjadi dua bagian yaitu penjelasan penggunaan yang ditujukan bagi
konselor dan yang ditujukan bagi para peserta didik SMA di Surakarta.
a. Akun LINE “KODALINE”
KODALINEmerupakan nama dari akun yang terdapat dalam aplikasi
LINE yang dibuat oleh peneliti. KODALINEsendiri merupakan akronim
53

dari Konseling Online dalam LINE. Produk ini dibuat untuk memenuhi
kebutuhan layanan BK bagi para peserta didik SMA yang berada di
Surakarta. Produk ini dibuat untuk meningkatkan layanan BK dari para
peserta didik khususnya pada bidang pribadi-sosial, belajar, dan karier.
KODALINEmemiliki konten-konten yang sangat bermanfaat bagi para
peserta didik, dalam akun ini terdapat tiga konten yaitu konten
KODALINEatau konseling secara online, TOD (Topic of The Day), dan
NT (Night Thoughts).
1) Logo Kodaline/ Menambahkan Teman Akun Kodaline

Gambar 4. 1. Menambahkan KODALINEsebagai teman

Gambar 4.1 diatas merupakan langkah awal konseli bergabung


atau berteman dengan KODALINE. Konseli harus menambahkan
“Kodaline” untuk dapat mendapatkan layanan BK dari produk ini.
Setelah menambahkan KODALINEsebagai teman akan ada greeting
message yang otomatis dikirim oleh akun Kodalinedi ruang obrolan
2) Menu pada Kodaline
54

Gambar 4. 2. Opsi pilihan Menu pada ruang obrolan

Menu yang terletak pada bagian bawah ruang obrolan ini terdapat
tiga opsi pilihan yaitu Konten, Jadwal, dan Konselor. Setiap pengguna
yang ingin mengetahui informasi terkait dengan akun ini dapat
memilih tiap-tiap pilihan yang terdapat pada menu, maka akan
terdapat pesan masuk yang menjelaskan tiap-tiap pilihan menu
tersebut. Menu konten menjelaskan terkait dengan konten apa saja
yang dapat dimanfaatkan dalam Kodalineini, kemudian menu Jadwal
menjelaskan tentang Jadwal dari setiap konten terdapat jam dan juga
hari yang dapa menginformasikan kepada calon konseli. Terakhir
adalah Menu Konselor, pada menu ini akan ditampilkan display nama
dan juga pendidikan serta dimana para konselor ini bekerja.
3) Konten dari KODALINE

Gambar 4. 3. Konten-konten dalam KODALINE

Tampilan menu pada penjelasan sebelumnya (Gambar 4.3), ketika


memilih menu “Konten” akan muncul tiga kotak yang masing-masing
terdapat konten yang terdapat dalam akun ini diantaranya yaitu
Kodaline, Night Thoughts, dan Topic of The Day. Cara mengetahui
55

penggunaan dari masing-masing konten ini adalah dengan memilih


tiap kotak tersebut maka akan ada pesan otomatis yang menjelaskan
tiap konten yang anda inginkan.
Konten pertama adalah KODALINE, konten ini merupakan inti
dari akun ini sendiri. KODALINEmerupakan layanan konseling
individual yang dapat dilakukan dengan cara online.Pemberian
layanan konseling individual ini sekaligus menjadi keterbatasan dari
produk ini karena proses konseling yang dapat dilakukan hanya
dibatasi konseling secara individual saja.Konten selanjutnya adalah
Night Thoughts (NT), NT merupakan suatu wadah dimana para
peserta didik dapat mengirimkan cerita atau keresahannya dalam
bentuk karya sastra atau tulisan seperti cerpen atau puisi. Konten
terakhir adalah Topic of The Day (TOD), konten ini berisi tentang
tema pembahasan yang akan ditentukan oleh admin yang telah
disesuaikan dengan topik yang sedang hangat. Melalui TOD pengguna
dan admin serta para guru BK dapat berdiskusi terkait dengan tema
tersebut.
b. Buku Panduan “KODALINE”
Buku Panduan penggunaan “KODALINE” dalam Penelitian
Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik
SMA di Surakarta ini memiliki beberapa bagian yaitu; (1) Sampul; (2)
Kata Pengantar; (3) Daftar Isi; (4) Bab I Pendahuluan; (5) Bab II Panduan
sebagai konselor dan; (6) Bab III Panduan sebagai Peserta Didik dan; (7)
Penutup.
1) Sampul
Sampul merupakan identitas dari suatu buku, maka dari itu peneliti
menyesuaikan desain sampul dengan tema dari Buku Panduan
Penggunaan “KODALINE” ini. Berikut merupakan desain sampul
dari Buku Panduan Penggunaan “KODALINE” yang dibuat terbagi
menjadi dua buku yang ditujukan bagi Guru BK dan peserta didik.
56

Gambar 4. 4. Sampul Buku Panduan Bagi Guru BK dan Peserta Didik SMA di
Surakarta

Buku panduan ini akan dicetak pada Art Paper berukuranA4 (15cm
x 21 cm). Isi dari sampul Buku Panduan Penggunaan KODALINEini
adalah judul buku, gambar ilustrasi sesuai isi, nama penyusun,
program studi, fakultas, dan universitas dari peneliti.Warna-warna
cerah pada tulisan “Buku Panduan” ini mewakili jiwa muda dari para
peserta didik. Objek-objek kecil yang menjadi latar belakang pada
buku panduan ini melambangkan simbol teknologi dan juga
menyiratkan bidang-bidang pada layanan bimbingan dan koseling
(pribadi, sosial, belajar, dan karier). Pada buku panduan ini juga
terdapat logo “KODALINE” yang terletak pada bagian muka sampul
dan juga pada bagian belakang sampul. Warna biru sebagai warna
dominan buku panduan bagi guru BK melambangkan kewibawaan
seorang konselor, sedangkan warna kuning yang dominan pada buku
panduan bagi peserta didik melambangkan keceriaan dan rasa keingin
tahuan.
2) Kata Pengantar
Kata pengantar adalah bagian yang teramat penting dalam suatu
buku. Fungsi dari kata pengantar adalah sebagai deskripsi pembuka
dalam buku panduan. Kata pengantar juga menjelaskan secara sekilas
mengenai latar belakang dan cara berpikir secara sistematis dari
peneliti dalam proses pembuatan produk yang berkualitas.
3) Daftar Isi
57

Penyusunan buku panduan tidak akan terlepas dari daftar isi.


Daftar isi berguna sebagai pencarian materi yang dibutuhkan secara
singkat yang akan memudahkan pembaca mencari suatu bab atau
halaman tertentu. Susunan daftar isi pada buku panduan bagi guru BK
terdiri dari Sampul, Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan,
Bab II Panduan Bagi Guru BK terdiri dari dua sub bab yang pertama
yaitu penjelasan masuk melalui website dan yang kedua masuk
melalui aplikasi LINE OA, dan Bab III . Sedangkan daftar isi buku
panduan bagi peserta didik aitu Sampul, Kata Pengantar, Bab I
Pendahuluan, Bab II berisi dua sub bab yang pertama menjelaskan
mengenai website KODALINEdan yang kedua mengenai penggunaan
KODALINEdalam aplikasi Line.
4) Bab I Pendahuluan
Pada kedua buku panduan baik bagi guru BK dan juga bagi peserta
didik memiliki dua poin yang akan dijelaskan pada Bab I ini. Dua
poin tersebut yaitu latar belakang dan tujuan penulisan. Latar belakang
berisi mengenai dasar dari penulisan panduan yang bersumber dari
hasil studi teoritik dan studi empirik. Tujuan penulisan secara konkret
adalah hal yang akan dituju setelah produk selesai, yaitu bagi guru BK
dan para peserta didik untuk dapat mengetahui cara penggunaan
KODALINEsebagai media dalam pemberian layanan konseling secara
online.
5) Bab II Panduan Sebagai Guru BK
Bab II Buku Panduan bagi guru BK dan peserta didik berisi
mengenai penjelasan panduan penggunaan KODALINE. Pada bab ini,
akan menjelaskan langkah-langkah terkait dengan penggunaan
KODALINEdimulai dari website KODALINEyang menjelaskan
produk ini secara singkah dan akan ada link yang otomatis akan
menuju ke akun KODALINEpada aplikasi LINE.Bab ini juga
menjelaskan bagaimana pelaksanaan proses konseling dan cara
58

pemanfaatan konten-konten yang terdapat pada akun


KODALINEsecara terperinci.
6) Bab IIIPenutup
Bab penutup adalah bab terakhir dalam buku panduam ini. pada
bab penutup berisi mengenai kesimpulan, kesan, dan permohonan
saran dari pembaca dan pengguna KODALINE.
B. Pembahasan
Penelitian dan pengembangan ini merupakan suatu penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan produk. Desain penelitian dan
pengembangan pada penelitian ini menggunakan metode educational
design research dari Plomp & Nieveen (2013) yang memiliki tiga tahapan
metode penelitian dan pengembangan yaitu; (1) Preliminary research atau
studi pendahuluan; (2) development or prototyping phase; dan (3)
Assessment phase / Implementation. Penelitian yang digunakan dalam
penyusunan skripsi ini dibatasi hanya sampai pada tahapan kedua yaitu
development or prototyping phase, dengan produk yang memenuhi kriteria
relevansi yang merupakan kebutuhan untuk intervensi dan didesain untuk
memenuhi keterkaitan konsep dan hubungan variabel secara relevan.
Penentuan variabel yang akan digunakan dalam penyusunan penelitian
ini berdasarkan pada kajian empirik dan kajian teoritik. Seperti yang sudah
dijelaskan kajian empirik dalam penelitian ini didapat melalui studi
literatur dan studi lapangan. Studi literatur yang dilakukan adalah dengan
berdasarkan assessmentdari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
oleh mahasiswa BK 2012 terkait dengan kebutuhan dan kepentingan
layanan BK dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karier di SMA Di
Surakarta dengan hasil bidang pribadi 63,4%, bidang sosial 63,1%, bidang
belajar 64,3%, dan bidang karier sejumlah 64,4%.
Sedangkan studi lapangan yang dilakukan oleh peneliti mengenai
kebutuhan peserta didik terhadap bidang layanan BK melalui google form
menghasilkan empat bidang layanan yaitu bidang pribadi-sosial (68,4%),
bidang belajar (61%), bidang karier (57,5%). Melalui hasil tersebut dapat
59

disimpulkan bahwa persentase kebutuhan peserta didik akan bidang


layanan BK lebih dari 50%. Selain menyebar angket melalui google form
peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa guru BK SMA di
Surakarta.Hasil dari wawancara dengan beberapa guru BK SMA di
Surakarta menyatakan bahwamasih terdapat beberapa hambatan yang
dialami dalam penyampaian layanan BK terhadap para peserta didik.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa selain menggunakan kajian
empirik, dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan kajian teoritik.
Rahardjo (2011) memaparkan bahwa teori akan memberikan peneliti
inspirasi untuk dapat memahami suatu persoalan. Teori merupakan sebuah
pengalaman yang didapat peneliti dalam kegiatan ilmiah akan menambah
daya analisa peneliti dalam memahami suatu masalah secara mendalam.
Berikut hasil kajian teoritik yang sudah dilakukan peneliti.
Hasil dari kajian teoritik yang telah dilakukan terkait dengan
penelitian mengenai Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE
untuk Peserta Didik SMA di Surakarta ini menunjukkan bahwa bidang
layanan BK menurut ASCA (2005), mengungkapkan bahwa “many
models or guides group standards under the domains of academic, career,
and personal-social”. Menurut pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa banyak model atau panduan standard yang ditemukan dalam
pelaksanaan program bimbingan dan konseling (BK) komprehensif
diantaranya yaitu akademik, karier, dan pribadi-sosial.
Arikunto (2011) mengungkapkan bahwa bidang BK memiliki standar,
yaitu sesuatu yang harus dijadikan sebagai patokan untuk objek yang akan
dinilai. Menurutnya, semua kegiatan BK adalah kegiatan yang penting,
yang perlu dilakukan penilaian apakah sudah baik atau belum dan masih
perlu evaluasi. Menurut Giyono (2014), bidang dalam layanan BK terbagi
menjadi 4 bidang perkembangan, yaitu (1) bidang perkembangan pribadi,
(2) bidang perkembangan sosial, (3) bidang perkembangan belajar, dan (4)
bidang perkembangan karier. Hal serupa diungkapkan oleh Coy (2004)
bahwa ruang lingkup bidang layanan BK di sekolah terbagi menjadi
60

bidang pribadi-sosial, akademik/ belajar, dan karier. Rahman (Bhakti,


2015) menjelaskan bahwa tujuan utama dari layanan bimbingan dan
konseling di sekolah merupakan layanan yang memberi dukungan dan
pencapaian kematangan kepribadian, keterampilan sosial, kemampuan
akademik, dan akhirnya bermuara pada terbentuknya kematangan karier
individual yang diharapkan bermanfaat di masa yang akan datang.
Menurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa bidang
layanan BK merupakan suatu standar yang diberikan terhadap layanan BK
yang diberikan terhadap peserta didik. Bidang layanan bimbingan juga
terbagi menjadi 3 bidang yaitu bidang pribadi-bidang sosial, bidang karier,
dan bidang belajar.
Menurut Giyono (2015), layanan bimbingan bidang pribadi
merupakan suatu layanan khusus yang menangani berbagai permasalahan
pribadi dari peserta didik. Menurut Fitri & Marjohan (2016), bimbingan
pribadi dapat dimaknai sebagai bimbingan yang diberikan untukmembantu
individu untuk mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi yaitu
masalah yang bersumber dari diri pribadi.
Selanjutnya bidang layanan dalam BK yaitu bidang sosial, Walgito
(2010), menyatakan bahwa bimbingan sosial merupakan suatu bentuk
layanan bantuan yang ditujukan oleh peserta didik agar mampu
menembangkan sikap dalam kehidupan bermasyarakat. Djumhur dan
Surya (Tohirin, 2011) bimbingan sosial adalah bimbingan yang bertujuan
untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam masalah sosial, sehingga individu mampu menyesuaikan
diri secara baik dan wajar dalam lingkungan sosialnya. Menurut beberapa
pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa bidang bimbingan sosial
merupakan suatu layanan yang diberikan oleh konselor terhadap klien atau
konseli untuk mengatasi permasalahan konseli terkait dengan hubungan
individu dengan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Bidang layanan yang selanjutnya adalah bidang belajar atau
akademik. Menurut Yusuf & Nurihsan (2005) bimbingan akademik
61

merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu


dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan akademiknya. Menurut
Winkel (Tohirin, 2011) bimbingan belajar merupakan suatu bentuk
bantuan dari guru pembimbing kepada individu dalam hal menemukan
cara belajar yang tepat, memilih program studi yang sesuai, dan mengatasi
kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di
institusi pendidikan. Menurut penjelasan beberapa ahli maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan belajar merupakan layanan yang membantu
peserta didik untuk dapat melewati permasalahannya terkait dengan
permasalahan suasana belajar untuk dapat lebih efektif.
Bidang layanan yang terakhir dalam pemberian layanan BK yaitu
bidang karier, menurut Yusuf & Nurihsan (2005) menjelaskan bahwa
bimbingan karier yaitu bimbingan yang dilakukan untuk membantu
individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-
masalah karier seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja,
pemahaman kondisi dan kemampuan diri, perencanaan dan pengembangan
karier, penyesuaian pekerjaan, dll. Bidang karier dapat diartikan sebagai
pelayanan yang diberikan oleh konselor kepada konseli yang membantu
dalam mengenal, memahami, dan mengembangkan pilihan karier bagi
para konseli.
Berdasarkan empat bidang layanan yang telah disebutkan diatas, tidak
dapat dipungkiri pada generasi 4.0 seperti sekarang ini pemberian layanan
BK harus dapat berdampingan dengan perkembangan teknologi.Prayitno
(Ardi, Yendir, & Ifdil, 2013), mengungkapkan bahwa perkembangan
konseling tidak lepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Metode
dalam pemberian layanan konseling yang awalnya hanya sebatas
pertemuan tatap muka (face to face) antara konselor dan klien, hingga
pada masa sekarang ini konseling dapat diselenggarakan dengan berbagai
media yang memungkinkan hubungan konseling jarak jauh.Awabil &
Akosan (2018) berpendapat bahwa, di dunia yang semakin maju ini
kebutuhan layanan konseling akan semakin memiliki masalah yang
62

beragam bagi para siswa. Bentuk lain dari konseling telah muncul di
negara maju seperti Amerika dan Kanada. Bentuk lain dari konseling ini
dirasa lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan konseling dengan
menggunakan teknologi, konseling ini dikenal dengan konseling online .
Menurut Attridge (2004), beberapa siswa lebih menyukai bentuk
komunikasi berjarak jauh karena memungkinkan mereka untuk bebas
mengekspresikan diri sehingga lebih nyaman menunjukkan perasaan
mereka melalui media ini. Beberapa siswa melihat konseling online
sebagai suatu terobosan yang menarik.
Haberstroh (2011), menjelaskan bahwa konseling online adalah klien
dan konselor berkomunikasi dengan menggunakan streaming video dan
audio yang bertujuan untuk membantu menyelesaikan permasalahan klien.
Shaw (2006), menjelaskan penggunaan konseling online ini dipilih karena
memiliki banyak keuntungan diantaranya: (1) mampu menangani konseli
yang berada di tempat terisolasi, (2) membantu konseli yang memiliki
kekurangan fisik, atau sakit keras, (3) membantu konseli yang tidak
bersedia menjalani konseling secara langsung (face to face), (4) merasa
lebih nyaman mengekspresikan diri dalam bentuk tulisan.
Di Indonesia, Ifdil (2009) memperkenalkannya konseling online
dengan istilah Pelayanan E-Konseling. Konseling online adalah proses
konseling yang dilakukan dengan alat bantu jaringan sebagai penghubung
antara konselor dengan kliennya. Hal senada juga diungkapkan oleh
Siradjuddin (2017), yang berpendapat bahwa konseling online atau e-
counseling merupakan kegiatan membantu (terapi) yang dilakukan oleh
seorang konselor terhadap masalah yang dihadapi oleh seorang klien
dengan memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer dan internet.
Menurut Ifdil (2011), dalam pelaksanaan atau pemberian layanan
konseling online terdapat beberapa jenis media yang dapat dimanfaatkan.
Diantaranya yaitu terdapat konseling online melalui website/ situs, Email
counseling (konseling surat elektronik), video conferencing (konferensi
video), telephone counseling (konseling melalui telepon), dan online chat
63

counseling (konseling melalui obrolan online). Dalam penelitian ini,


peneliti memanfaatkan online chat counseling sebagai media perantara
dalam pelaksanaan konseling online.Online chat counseling dapat
digunakan dengan memanfaatkan beberapa platform media sosial,
diantaranya yaitu Whatsapp, Line, Instagram, Kakaotalk, Twitter,
Telegram dsb. Berdasarkan jenis-jenis platform media sosial yang ada dan
di sesuaikan dengan pemanfaatannya dalam pemberian layanan konseling,
aplikasi LINE merupakan yang paling cocok penggunaannya dalam
pelaksanaan konseling online ini.
Naldo & Satria (2018) mengungkapkan bahwa LINE merupakan
sebuah aplikasi pengiriman pesan instan yang dapat diunduh secara gratis
yang dapat digunakan pada berbagai platform seperti telepon cerdas,
tablet, dan komputer. Kesuksesan LINE sebagai aplikasi pengiriman pesan
instan ini nampak dari penggunanya yang telah mencapai 101 juta jiwa
dari 230 negara di dunia. LINE telah menduduki posisi pertama dalam
kategori aplikasi gratis di 42 negara.
Menurut Aditya & Wardhana (2016), pengguna aplikasi LINE di
Indonesia saat ini telah mencapai 30 juta pengguna, setelah Jepang
menduduki posisi puncak dengan 52 juta pengguna dan Thailand sebanyak
27 juta pengguna. Penggunaan aplikasi LINE ini dirasa sangat cocok
dalam kegiatan konseling online karena di dalam fiturnya terdapat fitur
broadcast, chat 1:1, timeline, halaman akun, halaman promosi, halaman
reset, dan statistik yang dapat membantu pelaksananaan dan
pengembangan konseling online ini agar dapat berjalan secara maksimal.
Berdasarkan hal tersebutlah penggunaan aplikasi LINE dipilih dalam
penyusunan penelitian ini.
Di Surakarta konseling berbasis aplikasi LINE memang masih
terbilang awam terutama konseling online yang memang dikhususkan bagi
peserta didik SMA di Surakarta yang tujuannya adalah guna meningkatkan
layanan bidang bimbingan dan konseling yang diantaranya terdapat bidang
pribadi-sosial, belajar, dan karier. Berdasarkan hasil penelitian yang
64

disebarkan melalui angket dengan menggunakan googleform yang


dilakukan oleh peneliti terkait dengan kebutuhan konseling berbasis
aplikasi LINE di Surakarta, ditemukan hasil sejumlah 159 responden
(79.25%) yang merupakan peserta didik SMA di Surakarta menyatakan
setuju dengan adanya produk konseling berbasis aplikasi LINE ini.
Di Jepang tepatnya University of Tsukuba, Kamita dkk (2019)
melakukan penelitian terkait dengan penggunaan sistem chatbot untuk
perawatan kesehatan mental berdasarkan metode konseling dengan
menggunakan aplikasi LINE. Hasil penelitian tersebut yaitu penggunaan
chatbot dalam aplikasi LINE dapat meningkatkan motivasi, dapat
mengurangi stresdanefektif dalam penanganan kesehatan mental secara
mandiri.
Melalui kajian empirik dankajian teoritik menurut beberapa ahli maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi LINE dalam konseling online
dirasa mampu menjadi alternatif solusi dan inovasi baru yang dirasa
efektif bagi peserta didik untuk mendapatkan layanan BK yang mencakup
bidang pribadi-sosial, belajar, dan karier. Menurut Plomp & Nieveen
(2013) untuk mengoptimalkan desain dan pengembangan, perlu adanya
kriteria umum dalam intervensi berkualitas tinggi yang terdiri dari empat
aspek diantaranya yaitu, relevansi, konsistensi, kepraktisan, dan
efektivitas. Pemenuhan aspek relevansi dapat dilakukan melalui kajian
empirik dan kajian teoritik yang dilakukan oleh peneliti. Suatu produk
dapat dibangun berdasarkan pada kajian empirik dan kajian teoritik yang
relevan dengan berbagai referensi maupin hasil-hasil penelitian yang
mutakhir serta memiliki keterkaitan antar variabel yang akan
dikembangkan.
Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta
Didik SMA di Surakarta ini hanya akan sampai pada pembuatan produk
yang memenuhi kriteria relevansi saja. Selanjutnya untuk kriteria
konsistensi, kepraktisan, dan efektivias akan dilakukan pada penelitian
selanjutnya. Keputusan ini dilakukan berdasarkan ungkapan Rusdi (2018),
65

yang menyatakan bahwa pada tingkatan sarjana dan magister penelitian


dan pengembangan mahasiswa umumnya mengembangkan produk hanya
mencakup pada bahan ajar, multimedia, pembelajaran, strategi dan model
pembelajaran, serta instrumen penilaian. Keputusan lainnya yaitu
penelitian dan pengembangan ini tidak dapat dipungkiri membutuhkan
prosedur ataupun tahapan yang relative panjang dan berkesinambungan
mulai dari studi eksplorasi, penyusunan kajian teori, kerangka berpikir,
pemilihan desain research and development, penyusunan produk, evaluasi
formatif, dan evaluasi sumatif.
Produk yang akan dihasilkan pada penelitian ini berupa akun dalam
aplikasi LINE yang bernama KODALINE. Akun KODALINEmerupakan
suatu akun yang di dalamnya terdapat beberapa konten yang bermanfaat
sebagai pemberian layanan BK diantarnya Konseling Online dalam
Aplikasi LINE (KODALINE), Night Thoughts, dan Topic of The Day.
Produk ini dikhususkan bagi para peserta didik SMA di Surakarta.
Pemberian layanan BK ini dilakukan oleh beberapa guru BK yang
mengajar di beberapa SMA di Surakarta yang telah memenuhi kriteria.
Beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh konselor dalam KODALINEini
yaitu merupakan Guru BK yang merupakan lulusan Bimbingan dan
Konseling, sudah bekerja menjadi guru BK minimal selama 2 tahun, dan
mahir dalam penggunaan teknologi komunikasi khususnya aplikasi LINE.
Selanjutnya, apabila guru BK sudah memenuhi kriteria yang disebutkan,
maka akan diberikan pakta integritas bahwa telah memenuhi persyaratan
yang ditentukan.
Produk lain yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah buku panduan
penggunaan KODALINEyang berisikan langkah-langkah dalam
penggunaan akun KODALINE. Buku Panduan yang dihasilkan ini di
tujukan bagi guru BKmulai dari pengenalan website KODALINEhingga
melakukan konseling secara online. Buku panduan ini juga ditujukan bagi
para peserta didik SMA di Surakarta yang menunjukkan cara pemanfaatan
akun KODALINEmulai dari membuka website KODALINEhingga
66

menjelaskan konten-konten yang terdapat dalam akun ini serta bagaimana


cara melakukannya.
Produk yang dihasilkan pada penjelasan di atas sudah didasarkan
pada kajian empirik dan kajian teoritik. Melalui beberapa kajian yang
dilakukan, produk konseling online berbasis aplikasi LINE yang
diperuntukkan bagi peserta didik SMA di Surakarta ini dapat dipastikan
menjadi produk baru dan belum pernah dikembangkan sebelumnya
khususnya di Kota Surakarta. Sebelumnya, menurut penelitian yang
dilakukan oleh peneliti di SMA N 6 Surakarta selama masa magang
kependidikan 3, mendapakan hasil bahwa terdapat guru BK yang sudah
pernah melakukan konseling online dengan menggunakan aplikasi
Whatsapp, namun konseling tersebut tidak berjalan lama. Selain itu,
terdapat juga media konseling online yang melalui aplikasi bernama Kalm.
Namun, menurut Dailysocial.id (2018) untuk menikmati layanan Kalm,
pengguna harus mengeluarkan biaya perminggunya berkisar Rp 350.000
yang terbilang cukup mahal di kalangan siswa SMA. Selain itu melalui
website get-kalm.com (2018), klasifikasi untuk menjadi seorang konselor
salah satunya yaitu memiliki ijazah minimal S2 konseling, psikolog,
psikiatri atau memiliki gelar psikolog, sedangkan pada KODALINE
klasifikasi untuk menjadi konselor adalah minimal memiliki ijazah S1 BK
dan telah bekerja menjadi guru BK minimal 2 tahun.
Pemilihan konseling online dipilih karena diasumsikan dapat
menjadi alternatif dalam peningkatan layanan BK pada bidang pribadi-
sosial, belajar, dan karier yang telah didasarkan pada kajian teoritik
sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pemilihan media
yang digunakan yaitu aplikasi LINE yang telah disesuaikan dengan kriteria
yang disebutkan Sanjaya (2008) dalam bentuk chek list sebagai berikut:
“Kriteria khusus dalam memilih sebuah media pembelajaran yang tepat
dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim dari; access,
cost, technology, interactivity, organization, dan novelty.
67

Access, yaitu media yang dibuat memiliki manfaat tersedia, mudah,


dan dapat digunakan peserta didik. Pengembangan Aplikasi Konseling
Berbasis LINE ini terbilang mudah digunakan karena dapat digunakan
secara efisien dan dapat dilakukan dimana saja. Richardson (2015),
menyatakan bahwa aplikasi LINE saat ini merupakan aplikasi obrolan atau
instant messaging yang paling populer di Jepang dengan 80 juta pengguna
aktif yang berarti 60% dari seluruh populasi di Jepang menggunakan
aplikasi ini. Selain itu, LINE juga menjadi instant messaging yang
dominan digunakan di negara Thailand dan Indonesia. Aplikasi LINE
dirasa menjadi media sosial yang mudah digunakan dan dapat menarik
minat peserta didik untuk melakukan konseling online .
Cost, yaitu media yang akan digunakan pembiayaannya dapat
dijangkau oleh guru dan peserta didik. Produk yang dihasilkan dalam
penelitian ini merupakan suatu akun dalam aplikasi LINE,maka biaya yang
digunakan dalam pembuatan produk inihanya bersumber dari biaya
internet saja. Sedangkan untuk buku panduan yang ditujukan bagi guru BK
dan peserta didik memakan biaya paling mahal sekitar 50 ribu
rupiah.Biaya tersebut diasumsikan untuk mencetak buku panduan yang
diperuntukkan bagi guru BK dan juga peserta didik.
Technology, merupakan media yang digunakan dalam penelitian.
Produk yang dihasilkan ini sangat mengedepankan konsep teknologi
karena produk yang dihasilkan adalah sebuah akun dalam aplikasi LINE.
Kalina & Jan (Steinberg, 2020) mengungkapkan bahwa LINE adalah
platform yang menjadi objek teknologi yang didasakan pada seperangkat
persyaratan perangkat keras dan perangkat lunak teknis. Hal tersebut
menyatakan bahwa penggunaan LINEsangat berhubungan erat dengan
penggunaan teknologi perangkat keras dan perangkat lunak teknis.
Interactivity, produk yang dihasilkan dalam penelitian ini
melakukan komunikasi dua arah yaitu ketika kegiatan konseling secara
online antara guru BK dengan peserta didik.
Linebiz.com(2019),menjelaskan mengenai fitur-fitur yang dapat
68

digunakan untuk terjadinya interaksi antara admin atau Guru BK dan para
peserta didik, diantaranya yaitu fitur pesan siaran (broadcast), chat 1:1,
beranda (Timeline), halaman riset, dsb. Fitur-fitur tersebut dapat
dimanfaatkan bagi para Guru BK untuk memberikan layanan terutama
konseling online sekaligus melakukan riset terhadap peserta didik dan juga
dapat bermanfaat bagi para peserta didik khususnya peserta didik SMA di
Surakarta untuk membantu dalam penyelesaian permasalahan terkait
dengan empat bidang layanan BK.
Organization, dalam pembuatan produk ini peneliti telah
mendapatkan dukungan dari guru BK yang telah menjadi narasumber.
Konseling online berbasis aplikasi LINE telah didasarkan pada kajian
empirik yang dilakukan pada 3 SMAdi Surakarta dengan dukungan penuh
dari guru BK. Novelty, merupakan media yang memiliki nilai kebaruan.
Melalui kajian empirik yang didapat, konselingonline yang di khususkan
bagi peserta didik SMA di Surakarta masih sangat awam. Akun
KODALINEmemiliki beberapa konten yang memang dapat membantu
siswa dalam pemenuhan bidang layanan BK yang bentunya lebih menarik
dan tidak monoton sepeti pemberian layanan secara klasikal yang
dilakukan dalam kelas. Pemenuhan kriteria ACTION dalam
pengembangan konseling online berbasis aplikasi LINE yang sudah
dijabarkan diatas diharapkan dapat memenuhi kriteria konsistensi dengan
dilakukan evaluasi formatif lebih lanjut lagi.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SASARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Studi Empiris
Hasil penelitian mahasiswa BK angkatan 2012 terkait dengan kebutuhan
layanan BK yaitu (1) Bidang pribadi 63,4%, (2) Bidang sosial 63,1%, (3)
Bidang belajar 64,3%, dan (4) Bidang karier sejumlah 64,4%. Hasil penelitian
tersebut mendapatkan persentase lebih dari 50% yang artinya setengah dari
jumlah populasi peserta didik SMA di Surakarta perlu mendapatkan layanan
terkait dengan bidang pribadi-sosial,belajar, dan karier.Selain itu peneliti
melakukan studi lapangan dengan menyebarkan instrumen angket terkait
dengan bidang layanan BK. Angket tersebut mendapatkan hasil sebagai berikut
(1) bidang pribadi-sosial 68,4%, (2) bidang belajar 61%, (3) bidang karier
57,5%. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa guru BK di dua
SMA yaitu SMA N 6 Surakarta dan SMA N 2 Batik Surakarta. Hasil
wawancara tersebut ditemukan hambatan yang dialami oleh beberapa guru BK
di Surakarta diantaranya yaitu, (1) Kurangnya jam layanan klasikal bagi para
peserta didik, bahkan beberapa SMA di Surakarta terdapat guru BK yang tidak
memiliki jam layanan klasikal. (2) Tingginya tingkat kebutuhan peserta didik
terkait dengan layanan BK tidak sepadan dengan jumlah guru BK, dan (3)
Anggapan para peserta didik yang masih menganggap bahwa guru BK adalah
polisi sekolah yang membuat para peserta didik enggan untuk melakukan
konseling dengan guru BK.
2. Studi Literatur
Pelaksanaan studi literatur berdasarkan oleh beberapa ahli diantaranya
yaitu Gysbers & Henderson (2012) menjelaskan bahwa bimbingan konseling di
sekolah merupakan bagian integral dari pendidikan yang berfokus pada
pengembangan akademik, karier, dan sosial pribadi peserta didik. Ahli
selanjutnya Fields (2011), menjelaskan konseling online sebagai layanan terapi
yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi komunikasi dari yang

78
70

paling sederhana email, sesi dengan chat, sesi dengan telepon sampai dengan
penggunaan webcam (video live sessions). Konseling online dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai media, salah satunya dengan instant message
dengan menggunakan aplikasi LINE. Menurut Bogart & Wichadee (2015)
LINE merupakan aplikasi komunikasi baru yang memungkinkan pengguna
melakukan panggilan suara dan mengirim pesan kapan pun dan dimanapun
mereka berada. Kamita dkk (2019) melakukan penelitian terkait dengan
penggunaan sistem chatbot untuk perawatan kesehatan mental berdasarkan
metode konseling dengan menggunakan aplikasi LINE dan hasil dari
penelitiannya yaitu aplikasi LINE dapat meningkatkan motivasi, dapat
mengurangi stres dan efektif dalam penanganan kesehatan mental secara
mandiri.
3. Produk yang dikembangkan
Penelitian ini mengembangkan “Panduan Penggunaan KODALINEBagi
Guru BK dan Peserta Didik SMA di Surakarta”. Pengembangan ini didasarkan
pada pengembangan Plomp & Nieveen (2013) yang terdiri dari tiga tahap
yaitu, (1) Preliminary research; (2) development or prototyping phase; dan (3)
Assessment phase atau Implementation.Pengembangan yang dilakukan hanya
sampai pada tahap kedua yaitu development or prototyping phase, dengan
produk yang memenuhi kriteria relevace. Penelitian ini menghasilkan dua
produk yaitu akun dalam aplikasi LINE yang bernama KODALINEdan buku
panduan penggunaan KODALINEBagi Guru BK dan Peserta Didik SMA di
Surakarta. Produk yang dihasilkan ini masih perlu memenuhi kriteria
consistenct, practically, dan effectiveness untuk dapat melanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu assessment phase atau implementation.Penelitian ini hanya
sampai pada tahap development or prototyping phase karena untuk
mewujudkan produk yang optimal membutuhkan waktu yang cukup lama dan
proses yang rumit, sedangkan peneliti terbatasi oleh waktu penyusunan skripsi
yang hanya memiliki waktu singkat.
71

B. Implikasi
Implikasi yang didapatkan dari penelitian dan pengembangan ini adalah :
1. Produk ini telah dilakukan analisis berupa penyebaran angket dan wawancara
terhadap guru BK dan peserta didik SMA di Surakarta, maka memerlukan
adanya studi eksplorasi yang berkaitan dengan pengembangan aplikasi
konseling berbasis aplikasi LINE untuk peserta didik SMA di Surakarta.
2. Strategi layanan bimbingan dan konseling yang digunakan adalah konseling
individu dengan menggunakan metode konseling berbasis aplikasi LINE.
Maka, akan terjadi kegiatan konseling online yang di dalamnya terdapat bidang
layanan pribadi-sosial, belajar, dan karier yang dapat membantu menyelesaikan
permasalahan dari peserta didik.
3. Produk penelitian dan pengembangan ini hanya sampai pada tahap
development or prototyping phase atau tahap penyusunan produk. Produk ini
masih membutuhkan uji secara validitas, kepraktisan, dan keefektifan.
C. Saran
Terdapat beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan
ini yang ditujukan kepada beberapa pihak terkait. Adapun saran yang dimaksud
sebagai berikut :
1. Guru BK
Guru BK hendaknya dapat menguasai penggunaan aplikasi LINE
terlebih dahulu dengan bantuan produk panduan sebelum menggunakannya
dalam pelaksanaan konseling online . Selain itu, guru BK hendaknya
mampu mengembangkan KODALINEdalam pelaksanaan layanan BK di
sekolah.
2. Peserta didik
Peserta didik mampu memanfaatkan KODALINE untuk membantu
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan bidang pribadi-sosial,
belajar, dan karier secara maksimal dan dapat memahami langkah demi
langkah dalam panduan yang diberikan. Hal tersebut diharapkan mampu
membantu peserta didik untuk dapat melakukan konseling online secara
72

maksimal dan membantu permasalahan peserta didik yang bekaitan dengan


bidang pribadi-sosial, belajar, dan karier.
3. Peneliti selanjutnya
Berdasarkan penelitian ini, dikarenakan hanya sampai pada tahap
pembentukan produk, peneliti selanjtnya dapat melanjutkan ke tahapan
berikutnya yaitu uji validitas, keprkatisan dan keefektifan. Peneliti
selanjutnya mampu melakukan evaluasi apakah produk yang dihasilkan
dapat berjalan secara efektif dan dapat menerapkan produk dalam proses
pembelajaran sehingga mampu mengukur keefektifitasan produk
KODALINE.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, W, & Wardhana, A. (2016). Pengaruh Perceived Usefulness dan


Perceived Ease Of Use Therhadap Behavioral Intention Dengan
Pendekatan Technologi Acceptance Model (TAM) pada Pengguna Instant
Messaging LINE di Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 20 No.1

Agrawal,R. (2006).Educational, Vocational Guidance and Counselling. New


Delhi.Sipra Publication
American School Counselor Association. (2005). The ASCA National Model: A
Framework for School Counseling Program (2nd ed.). Alexandria, VA:
Author

Ardi, Z., Yendi, F, M., & Ifdil, I. (2013). Konseling Online : Sebuah Pendekatan
Teknologi Dalam Pelayanan Konseling. Jurnal Konseling dam Pendidikan
Vol. 1, No.1.

Arikunto, S. (2011). Penelitian dan Penilaian Bidang Bimbingan dan Konseling.


Yogyakarta. Aditya Media
Asrowi. (2015). Menuju Pemahaman Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Analisis Filosofis, Historis, Empirik dan Hasil Penelitian. Surakarta. UNS
Press.

Attridge, W. C. (2004). Current practices and future implication for internet


counselling.
Awabil, G, & Akosah, J.P. (2018). Attitude of Ghanain University Students
Towards Online Counselling. Journal of Education and Practice Vol.9,
No.11.
Barak, A. (1999). Psychological applications on the internet: A dicipLINE on the
threshold of a new millenium. Applied and Preventive Psychology, 8, 231-
246
Barak, A., & Grohol, J.M. (2011). Current and Future Trends in Internet-
Supported Mental Health Interventions. Journal of Technology in Human
Services,29, 155-196.
Bhakti, C.P. (2015). Bimbingan dan Konseling Komprehensif: Dari Paradigma
Menuju Aksi. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 2, Agustus 2015
Hlm. 93-106.

Bogart, W.V.D. & Wichadee, S. (2015). Exploring Students’ Intention to Use


LINE for Academic Purpose Based on Technology Acceptance Model.
http://www.irrodl.org/index.php/irrodl/article/view/1894/3344. Diakses
tanggal 27 Agustus 2020

82
74

Borg, W. R., & Gall, M. D. 1983. Education Research an Introduction (fourth


ed.). New York: Longman Inc

Borich, G.D. (1994). Observation Skill for Effective Teaching. New York. Mac
Millian Publishing Company.
Brown, D. & Trusty, J. (2005). Designing and Leading Comprehensive School
Counseling Programs; Promoting Student Competence and Meeting
Student Needs .
Cahaningtyas, K.D. & Muis, T. (2017). Peta Masalah Santri Dan Kesiapan Guru
BK SMA Di Pondok Pesantren Al Fattah Sidoharjo. Jurnal BK UNESA
Vol. 7, No.3
Cobia, D. C. (2007). Developing An Effective And Accountable School
Counseling Program. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.

Coy, D. R. (2004). Developmental Guidance and Counseling in Today’s


Schools. Alexandria, VA: National Association of Secondary Schools.

Darmawan, P. 2013. Desain dan Pemrogaman Website. Bandung. PT. Remaja


Rosdakarya.
Daryono, Sugiharto, & Sutoyo, A. (2014). Model Program Bimbingan dan
Konseling Komprehensif di SMA. Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol.3
No.2.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Panduan Penilaian Penjurusan
Kenaikan Kelas dan Pindah Sekolah. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Penataan Pendidikan Profesional
Konselor dan Layanan Bimbingan Konseling dalam Jalur Pendidikan
Formal. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Egbule, J. F. (2006). Guidance services In O. C. Okobiah and R. I. Okorodudu


(editors) Issues, concepts, theories and techniques of guidance and
counselling. Benin-City. Ethiope Publishers.

Elleven, R, & Allen. (2004). ‘Applying Technology to Online Counseling:


Suggestions for the Beginning ETherapist’, Journal of Instructional
Psychology, 31(3), pp. 223–227.

Fitri, E. N. & Marjohan, M. (2016). Manfaat Layanan Konseling Kelompok


Dalam Menyelesaikan Masalah Pribadi Siswa. Jurnal Pendidikan
Indonesia. Vol.2, No.2
75

Gärter, D. (2014).
https://www.studierendenwerk.uni-heidelberg.de/en/advice_social_counsel
ling. Diakses tanggal 10 November 2020.

Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. (2008). Introduction to Counseling and Guidance.
New York: Macmillan Publisher.

Giyono. (2015). Bimbingan Konseling. Yogyakarta. Media Akademi


Gysbers, N. C. & Henderson, P. (2012). Developing & Managing Your School
Guidance and Counseling Program. Alexandria: American Counseling
Association
Haberstorh, S., Duffey, T., Evans, M., Gee, R., & Trepal, H. (2007). The
Experience of Online Counseling. Journal of Mental Health Counseling
Vol.29, No.03
Haberstroh, S., & Duffey, T. (2011). Face to face supervision of online
councelors. Supervisor perspectives. Retrieved from
http://counselingoutfitters.com/vistas/vistas11/ Article_66.pdf. Diakses
pada tanggal 26 Januari 2020.

Hidayat, W. (2014). Pengguna internet Indonesia nomor enam dunia.


https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internetindonesia-
nomor-enam-dunia/0/sorotan_media. diakses tanggal 25 Januari 2020.

Ifdil, & Ardi, Z. (2013). Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan
E-Konseling. Jurnal Konseling dan Pendidikan Volume 1 Nomor 1.

Ifdil. (2011). Penyelenggaraan Layanan Konseling Online Sebagai Salah Satu


Bentuk Pelayanan E-Konseling. Paper presented at the International
Seminar & Workshop Contemporary and Creative Caunseling.
Ifdil. (2009). Pelayanan e-Konseling (Pengolahan Hasil Pengadministrasian Alat
Ungkap Masalah (AUM) dengan Menggunakan Program Aplikasi).
Papper presented at Seminar International Bimbingan dan Konseling
Dalam rangka Kongres XI dan Konvensi Nasional XVI ABKIN

Kamita,T., Ito, T., Matsumoto, A., Munakata, T., & Inoue, T. (2019). A Chatbot
System for Mental Healthcare Based on SAT Counseling Method.
Academic Editor: FilippoGandino
Koutsonika, Helen. (2009). E-Counseling: the new modality. Online Career
Counseling-achallenging opportunity for greek tertiary education. In:
Proceeding of the WedSci’09: Society On-Line, 18-20 March 2009,
Athens, Greece. (In Press)
76

Kurniawan L. (2015). Pengembangan Program Layanan Bimbingan dan


Konseling Komprehensif di SMA. Jurnal Psikologi Pendidikan &
Konseling Vol. 1 No. 1.
Laszlo, J.V. , Esterman, G. &,Zabko, S. (1999). Theraphy ove the internet?
Theory, research & finances. CyberPsychology & Behavior, 2, 293-307.

LINE Corporation. (2015). Fitur Line@. Dari https://at.line.me/id/feature. Diakses


tanggal 25 Januari 2020.

Linebiz.com. (2020). https://www.linebiz.com/id-en/service/line-account-


connect/. Diakses tanggal 25 Januari 2020

Lunenburg, F.C. (2010). School Guidance and Counseling Services. Schooling


Volume 1, Number 1

Mallen, M. J., Vogel, D. L., & Rochlen, A. B. (2005). The practical aspects of
online counseling: Ethics, training, technology, and competency.
Counseling Psychologist, 33, 776–818.

Mallen, Michael J. David L, dkk. (2011). Online Counseling, Reviewing the


Literature From a Counseling Psychology Framework. The Counseling
Psychologist, Vol. 33 No. 6, November 2005.

Nagel, D.M, & Anthony, K. (2010). Therapy Online (a practical guide).


California. SAGE Publications Inc.

Naldo, & Satria, H.W. (2018). Studi Observasi terhadap Penggunaan Aplikasi
LINE oleh Generasi Millenial. Jurnal Sosial Humaniora Terapan Volume
1 Nomor 1.
Nurihsan, A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung. PT. Refika Aditama.

Plomp, T, & Nieveen, N. (2013). Educational Design Research Part A: An


Introduction. Netherlands. SLO.

Prahesti & Wiyono .(2017). Pengembangan Webiste Konseling Online Untuk


Siswa Di SMA Negeri 1 Gresik . Jurnal BK UNESA. Vol 07 No 03 .

Prayitno. (2004). Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.

Purwaningrum, R. (2018). Bimbingan dan Konseling Komprehensif Sebagai


Pelayanan Prima Konselor. Jurnal Ilmiah Konseling,Vol 18 (1).
Rahardjo, M. (2011).FungsiTeoridan State Of The Art dalamPenelitian.
BahanKuliah Program Magister danDoktor 2011, Hal 1–4.Universitas
77

Negeri Malang. Diaksestanggal 2 mei 2020 darihttps://www.uin-


malang.ac.id/r/110401/fungsi-teori-dan-state-of-the-arts-dalam-
penelitian-html

Rahman & Hibanas, S.(2003). Bimbingan dan Konseling Pola 17. UCY Press
Yogyakarta.

Retnawati, H.(2016). Validitas, Reliabilitas & Karakteristik Butir Panduan untuk


Peneliti, Mahasiswa, dan Psikometrian. Yogyakarta: Nuha Medika.

Richardson, A. (2015). Mapping out the chat app landscape.


https://www.nexmo.com/blog/2015/06/12/the-chat-applandscape-
explained/. Diakses tanggal 28 Agustus 2020

Riyanto, A.D. (2019). Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2019.
Diakses dari https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-
report-2019/. Diakses pada 23 Februari 2020

Rizkiwati, C.D, Setyowani, N, & Mugiarso, H. (2014). Faktor-Faktor Hambatan


Profesionalisasi Guru BK Di SMA Se-Kota Purwokerto. Indonesian
Journal of Guidance Counseling: Theory and Application.Vol.3, No (3).
Sanjaya, W. (2008).PerencaandanDesainSistemPembelajaran. Jakarta:
KencanaPrenada Media Group.

Shaw, H. E. & Shaw, S.F. (2006). Critical Ethical Issues in Online Counseling:
Assessing Current Practices with an Ethical Intent Checklist. Journal of
Counseling & Development, 84: 41–53.

Silalahi, A. (2017). Development Research (Penelitian Pengembangan) dan


Research Development (Penelitian & Pengembangan) dalam Bidang
Pendidikan/ Pembelajaran. Seminar & Workshop Penelitian Disertasi
Program Doktoral Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Siradjuddin, H.K. (2017). Implementasi Prototype Aplikasi E-Konseling untuk


Menunjang Pelayanan Konseling Berbasis Jejaring Sosial. Indonesia
Journal on Information System Volume 2 Nomor 2.

Steinberg, M. (2020). LINE as Super App: Platformization in East Asia. Social


Media and Society, No.1-10.
Sudrajat, Ahmad. (2014). Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan
dan Konseling, diakses dari
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2014/11/05/permendikbud-no-111-
tahun-2014-tentang-bimbingan-dan-konseling/, diakses pada 15 Desember
2019
78

Sugiyono. (2012).Metode Penelitian Pendidikan, Metode Penelitian Pendidikan


pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA. CV.

Supratman, L.P. (2018). Penggunaan Media Sosial oleh Digital Native. Jurnal
Ilmu Komunikasi , Volume 15, Nomor 1.

Susanti, J. (2014). Skripsi. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Bidang


Bimbingan Sosial Dalam Membentuk Hubungan Sosial Siswa di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 23 Pekanbaru. Riau. UIN Suska Riau.

Sutirna. (2013). Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal Nonformal dan


Informal. Yogyakarta. CV. Andi Offset.

Tohirin. (2011). Bimbingan dan Konseling di Seekolah dan Madrasah. Jakarta :


Raja Gravindo Perasada

Triastuti, E., Prabowo, D. A. I., & Nurul, A. (2017). Kajian Dampak Penggunaan
Media Sosial Bagi Anak dan Remaja. Jakarta, Indonesia. Pusat Kajian
Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.

UNESCO. (2009). Protocols for Provision of Holistic Learning Environments for


Learners in Second Grade Education Programmes. New York. Free Press.

Utah State Office of Education. (2008). Utah model for comprehensive counseling
and guidance: K-12programs. Salt Lake City, UT: Author

Walgito, B. (2010). Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). Yogyakarta. CV


Andi Offset.

Wikipedia Ensiklopedia Bebas,‘Line’. Wikipedia Indonesia Online . (2020).


http://id.wikipedia.org/wiki/Line. Diakses 30 Januari

Wolfe, D. M., & Kolb, D. A. (1980). Career Development, personal growth, and
experimental learning. In J. W. Springer (Ed.),Issues in career and human
resource development(pp. 1-56). Madison, WI: American Society for
Training and Development.

Yahya, A.D & Winarsih. (2016). Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial dalam


Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Kelas XI SMA
Negeri 2 Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Jurnal Bimbingan dan
Konseling 03 (1) (2016) 1-15.
Yusuf, S & Nurihsan, A.J. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung.
PT Remaja Rosdakarya
79

LAMPIRAN

Lampiran 1

HASIL ANALISIS ANGKET ASESMEN PENGEMBANGAN APLIKASI


KONSELING BERBASIS LINE UNTUK PESERTA DIDIK SMA DI
SURAKARTA
NO ITEM JUMLAH PERSENTASE
1. Bidang Pribadi-sosial 141 68,4%
2. Bidang Karier 117 56.5%
3. Bidang Belajar 127 61.3%
4. Kebutuhan konseling online
162 78.3%
berbasis aplikasi LINE di Surakarta
80

LAMPIRAN 2
HASIL ANGKET DARI PESERTA DIDIK SMA
DI SURAKARTA
81

LAMPIRAN 3
HASIL ANGKET DARI PESERTA DIDIK SMA DI SURAKARTA
82

Lampiran 4

Nama Interviewer :
Nama Guru :
Nama Sekolah :

PEDOMAN WAWANCARA GURU BK


NO ITEM PERTANYAAN JAWABAN
A PENGGUNAAN TEKNOLOGI DALAM
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. Apakah siswa diperbolehkan membawa HP?
2. Apakah dalam pembelajaran guru menggunakan
teknologi sebagai mediapembelajaran?
3. Apakah ada tata tertib dalan penggunaan HP di
sekolah?
4. Apakah terdapat hambatan dalam penggunaan
media komunikasi (HP) selama proses
pembelajaran?
B. PENGGUNAAN KONSELING ONLINE DI
SEKOLAH
1. Apakah sudah terdapat konseling online di sekolah
ini?
2. Jika ada, melalui media apa saja?
3. Apakah konseling secara online dirasa efektif?
4. Apa saja hambatan yang biasa terjadi ketika
melakukan konseling online ?
C. PERMASALAHAN TERKAIT DENGAN BIDANG
LAYANAN BK
1. Apakah di SMA ini sudah menggunakan BK
Komprehensif?
2. Apakah ada kesulitan dalam penusunan progtam
BK Komprehensif?
3. Dalam bidang layanan pribadi, sosial, belajar, dan
karier bidang mana yang memiliki keluhan paling
sering dari para siswa?
4. Apakah jam layanan BK di SMA ini dirasa sudah
cukup untuk membantu permasalahan siswa?
D. PERTANYAAN UMUM
1. Bagaimana pendapat anda terkait dengan adanya
konseling online di era 4.0 yang sebga teknologi
ini?
2. Jika terdapat suatu aplikasi atau layanan konseling
online yang dapat digunakanoleh guru BK untuk
memberikan layanan terhadap siswa, apakah anda
akan menggunakannya?
83

Lampiran 5

Nama Interviewer : Fitria Ramadhant K


Nama Guru : Indraswariyanti Hernowo Siwi, S.Psi
Nama Sekolah : SMA Negeri 6 Surakarta

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU BK

NO ITEM PERTANYAAN JAWABAN


A PENGGUNAAN TEKNOLOGI
DALAM PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
1. Apakah siswa diperbolehkan Iya, diperbolehkan. Tetapi tetap dibatasi
membawa HP? sesuai dengan tata tertib sekolah.
2. Apakah dalam pembelajaran guru Menggunakan. Kalau LCD, Speaker,
menggunakan teknologi sebagai Laptop dll itu kan juga termasuk teknologi
mediapembelajaran? kan mbak
3. Apakah ada tata tertib dalan Ada, penggunaan HP hanya boleh
penggunaan HP di sekolah? digunakan saat pembelajaran dengan
pengawasan guru
4. Apakah terdapat hambatan dalam Pasti ada, terutama dalam penggunaan HP
penggunaan media komunikasi dalam pembelajaran. Ada beberapa siswa
(HP) selama proses pembelajaran? yang malah main HP sendiri dan tidak
melakukan tugas dari guru
B. PENGGUNAAN KONSELING
ONLINE DI SEKOLAH
1. Apakah sudah terdapat konseling Sudah ada, tapi ini inisiatif saya pribadi.
online di sekolah ini?
2. Jika ada, melalui media apa saja? Biasanya lewat Whatsapp dan Instagram
3. Apakah konseling secara online Bisa dibilang efektif mbak, tapi saya juga
dirasa efektif? balasnya kalau sempat dan sedang
longgar saat di rumah.
4. Apa saja hambatan yang biasa Kalau konseling online itu biasanya ada
terjadi ketika melakukan konseling perbedaan persepsi ya mbak, maksud
online ? saya apa maksud anak-anak apa.
C. PERMASALAHAN TERKAIT
DENGAN BIDANG LAYANAN BK
1. Apakah di SMA ini sudah Di SMA 6 menggunakan setengah
menggunakan BK Komprehensif? setengah mbak. Masih menggunakan 17+
tapi juga sudah menerapkan BK
Komprehensif
2. Apakah ada kesulitan dalam Mungkin saat menyusun POP BK ya
penusunan progtam BK mbak, karena buat saya itu terlalu banyak
Komprehensif?
3. Dalam bidang layanan pribadi, Kebanyakan anak-anak konsultasi
sosial, belajar, dan karier bidang masalah pribadi dan karier ya mbak
84

mana yang memiliki keluhan


paling sering dari para siswa?
4. Apakah jam layanan BK di SMA Sangat kurang mbak, guru BK disini
ini dirasa sudah cukup untuk cuman ada 3 dan masing-masing
membantu permasalahan siswa? mengampu satu angkatan. Kalau mau ya
2 jam tiap pertemuan tapi kan gak bisa,
jadi biasanya kalau ada yang mau konsul
dilanjut waktu istirahat.
D. PERTANYAAN UMUM
1. Bagaimana pendapat anda terkait Sangat setuju ya mbak, karena kalau bisa
dengan adanya konseling online di online itu lebih fleksibel juga waktunya.
era 4.0 yang sebga teknologi ini? Kan ada juga sekolah yang guru BK tidak
mendapat jam mengajar mungkin ini
sangat bermanfaat.
2. Jika terdapat suatu aplikasi atau Pasti mau, tapi ya karena saya sudah
layanan konseling online yang berumur mungkin harus diberikan
dapat digunakanoleh guru BK pelatihan sebelumnya bagaimana cara
untuk memberikan layanan penggunaan konseling online ini
terhadap siswa, apakah anda akan
menggunakannya?
85

Lampiran 6
Nama Interviewer : Fitria Ramadhant K
Nama Guru : Nur Setyoningsih, S.Pd
Nama Sekolah : SMA Negeri 6 Surakarta
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU BK
NO ITEM PERTANYAAN JAWABAN
A PENGGUNAAN TEKNOLOGI
DALAM PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
1. Apakah siswa diperbolehkan Iya, diperbolehkan.
membawa HP?
2. Apakah dalam pembelajaran guru Iya menggunakan, ada suatu waktu pembelajaran
menggunakan teknologi sebagai memerlukan internet untuk browsing materi
media pembelajaran? pembelajaran.
3. Apakah ada tata tertib dalan Ada, bahkan rajin dilakukan razia HP bagi para
penggunaan HP di sekolah? siswa yang menggunakan HP diluar jam
pelajaran dan nantinya HP harus diambil orang
tua
4. Apakah terdapat hambatan dalam Pasti ada, jaringan internet yang terkadang lemot.
penggunaan media komunikasi Kurangnya stop kontak juga menjadi salah satu
(HP) selama proses pembelajaran? hambatan dalam berjalannya pembelajaran kalau-
kalau batery low
B. PENGGUNAAN KONSELING
ONLINE DI SEKOLAH
1. Apakah sudah terdapat konseling Sudah ada namun melalui WA
online di sekolah ini?
2. Jika ada, melalui media apa saja? Biasanya lewat Whatsapp
3. Apakah konseling secara online Dibilang efektif tergantung dengan konteksnya
dirasa efektif? ya mbak. Kalau memang siswa sulit untuk
mengungkapkan secara lisan bisa jadi efektif.
Tapi kalau bisa secara langsung saya lebih
memilih tatap muka
4. Apa saja hambatan yang biasa Mungkin kalau online sering terjadi perbedaan
terjadi ketika melakukan konseling persepsi ya mbak, banyak juga siswa yang
online ? merasa takut tersebar ceritanya
C. PERMASALAHAN TERKAIT
DENGAN BIDANG LAYANAN BK
1. Apakah di SMA ini sudah Sudah mbak
menggunakan BK Komprehensif?
2. Apakah ada kesulitan dalam Mungkin perbedaan pembuatan RPLnya sekarang
penusunan progtam BK beda. Ya harus lebih banyak pelatihan lagi dan
Komprehensif? lebih beradaptasi dengan perubahan RPL yang
lebih ringkas sebenarnya.
3. Dalam bidang layanan pribadi, Kebanyaka bidang pribadi sosial ya mbak, karena
sosial, belajar, dan karier bidang memang keduanya itu kan berkaitan ya mbak.
mana yang memiliki keluhan Biasanya masalah mereka berasal dari keluarga
paling sering dari para siswa?
4. Apakah jam layanan BK di SMA Ya kalau dikatakan 1 jam pelajaran ini masih
ini dirasa sudah cukup untuk kurang maksimalya. Kita juga terbatas guru BK
membantu permasalahan siswa? hanya 3 mbak. Tapi ya harus bisa dimanfaatkan
jam layanannya kalau kurang bisa dilanjut di luar
86

jam pelajaran tentunya tanpa mengganggu jam


pelajaran lainnya.
D. PERTANYAAN UMUM
1. Bagaimana pendapat anda terkait Kalau saya 50:50 ya mbak, dibilang penting ya
dengan adanya konseling online di juga harus mengikuti zaman yang semakin
era 4.0 yang serba teknologi ini? modern. Tapi kalau semisal dimungkinkan untuk
bertatap muka alangkah lebih baiknya jika
dilakukan secaratatap muka karena esensinya
sudah beda.
2. Jika terdapat suatu aplikasi atau Setuju sekali mbak, apalagi selama ini guru BK
layanan konseling online yang yang sekarang sudah muda-muda dan perlu ada
dapat digunakanoleh guru BK inovasi baru untuk menghilangkan stereotype
untuk memberikan layanan tentang BK
terhadap siswa, apakah anda akan
menggunakannya?
87

Lampiran 7

Nama Interviewer : Fitria Ramadhant K

Nama Guru : Galuh Putri Utami, S.Pd

Nama Sekolah : SMA 2 Batik Surakarta

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU BK

NO ITEM PERTANYAAN JAWABAN


A PENGGUNAAN TEKNOLOGI DALAM
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. Apakah siswa diperbolehkan membawa Iya diperbolehkan
HP?
2. Apakah dalam pembelajaran guru Ada yang pakai dan ada yg tidak
menggunakan teknologi sebagai media (biasanya guru yg sudah sepuh ndak
pembelajaran? pake)
3. Apakah ada tata tertib dalan penggunaan Ada. Disini jika diluar jam
HP di sekolah? pembelajaran dilarang menggunakan
HP. Jika ketahuan menggunakan HP
akan disita
4. Apakah terdapat hambatan dalam Hambatannya jika siswa tdk
penggunaan media komunikasi (HP) menggunakan hp sesuai dgn tata tertib
selama proses pembelajaran? yg ada
B. PENGGUNAAN KONSELING ONLINE DI
SEKOLAH
1. Apakah sudah terdapat konseling online Sudah ada
di sekolah ini?
2. Jika ada, melalui media apa saja? Whatsapp dan google meet
3. Apakah konseling secara online dirasa Saya rasa kurang efektif
efektif?
4. Apa saja hambatan yang biasa terjadi Yang paling utama sinyal. Selain itu,
ketika melakukan konseling online ? jika bertemu klien yg sulit untuk diajak
terbuka menjadi hambatan lain untuk
guru bk. Sulit membaca gerak
tubuh/mimik muka klien saat
menjawab pertanyaan.
C. PERMASALAHAN TERKAIT DENGAN
BIDANG LAYANAN BK
1. Apakah di SMA ini sudah menggunakan Belum, tapi program berdasarkan POP
BK Komprehensif? BK
2. Apakah ada kesulitan dalam penusunan Untuk Guru BK yang sudah sepuh
progtam BK Komprehensif? cukup kesulitan
3. Dalam bidang layanan pribadi, sosial, Karena saya mengampu siswa kelas 12,
belajar, dan karier bidang mana yang jadi paling banyak keluhan tentang
memiliki keluhan paling sering dari para karier. Jika dilihat dari keseluruhan
siswa? siswa kelas 1,2,3 lebih banyak tentang
pribadi
88

4. Apakah jam layanan BK di SMA ini Sudah.. Di sma batik 2, BK diberikan


dirasa sudah cukup untuk membantu jadwal 2 jam pelajaran
permasalahan siswa?
D. PERTANYAAN UMUM
1. Bagaimana pendapat anda terkait dengan Menurut saya, di masa yang
adanya konseling online di era 4.0 yang mengedepankan teknologi dan apa-apa
serba teknologi ini? serba online , guru bk cukup kesulitan.
Karena tidak dapat bertemu siswa
secara langsung. Dengan konseling
online , minat peserta didik untuk
memulai konseling/bercerita pada guru
bk tidak begitu banyak.
2. Jika terdapat suatu aplikasi atau layanan Yang pasti akan dicoba terlebih dahulu.
konseling online yang dapat Apakah aplikasi itu dapat diterima
digunakanoleh guru BK untuk peserta didik atau tidak. Dilihat pula
memberikan layanan terhadap siswa, lebih memudahkan dalam pelaksanaan
apakah anda akan menggunakannya? konseling atau tidak.
89

Lampiran 8

SURAT IZIN MENYUSUN SKRIPSI


90

Anda mungkin juga menyukai