1) Perkembangan Fisik Secara garis besarnya, pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi atas tiga tahap yaitu tahap setelah lahir hingga usia tiga tahun, tahap anak- anak hingga masa prapubertas (3-10 tahun), tahap pubertas (10-14 tahun), dan tahap remaja (usia 12 tahun keatas). Berdasarkan tahap diatas maka anak usia sekolah (SD-SMP) dimasukan dalam tahap prapubertas dan pubertas awal, sedangkan anak SMP hingga SMA dimasukan dalam tahap remaja. Perkembangan fisik dan motorik anak harus dipertimbangkan dalam konteks tertentu. Mengangkat kepala atau duduk tanpa bantuan bayi bukanlah sumber eksklusif proses pematangan (yang bergantung pada usia) sebagai fisik dan karakteristik sosial lingkungan memainkan peran penting di dalamnya juga. Adolph dan Berger menggunakan contoh merangkak dan belajar berjalan untuk menggambarkan berapa banyak praktik sehari-hari dan harapan ibu dalam membesarkan anak-anak signifikan untuk menguasai tolok ukur motorik. 2) Karakteristik Perkembangan Fisik Perkembangan fisik ataupun atau yang biasa kita sebut dengan pertumbuhan biologis (biological growth), yang meliputi beberapa aspek pertumbuhan yang sangat penting bagi perkembangan masing-masing individu. Pertumbuhan biologis ini meliputi, perubahan bentuk dalam tubuh, diantaranya pertumbuhan otak, hormon dll. Perkembangan fisik peserta didik akan mempengaruhi proses belajar peserta didik. Segingga sangat penting bagi pendidik untuk mengetahui karakteristik peserta didik terlebih dahulu. 3) Perkembangan Otak Pada dasarnya sistem perkembangan otak merupakan sebuah interaksi yang sangat kompleks antara faktor genetik dan stimulasi dari lingkungan. Pengalaman yang diperoleh oleh anak dari interaksi dengan lingkungannya akan menstimulasi terbentuknya hubungan-hubungan yang kompleks antar sel-sel saraf dan antar bagian-bagian otak (sinaps) sehingga dengan berjalannya waktu anak akan mampu
mengerti dan melaksanakan aktivitas-aktivitas yang semakin kompleks. Konsep dan
pengembangan otak untuk meningkatkan kreatifitas anak yang mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. 2. Kontekstualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas sosial; Karakter merupakan potensi terbesar yang dimiliki oleh manusia dalam kehidupan. Peserta didik memiliki potensi untuk berbuat, bertindak, oleh karena itu setiap manusia memiliki watak, tabiat, akhlak dan kepribadian, yang secara otomatis melekat pada diri individu, terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan. Pendidikan karakter perlu lebih dikembangkan lagi dalam pembelajaran. Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dijabarkan sehingga diperoleh pengertian secara kontekstual, karena berguna sebagai tolak ukur atau batasan ketercapaian pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter di Madrasah. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter meliputi Religius, jujur, disiplin dan kreatif toleransi dan demokratis, semangat kebangsaan, cinta Tanah air, Menghargai , bersahabat, cinta damai, dan peduli lingkungan, dalam konteks akhlakul karimah, karakter dipahami dalam bentuk nilai-nilai akhlak yang mengarah peserta didik terhadap nilai keagamaan yang meliputi husnudzhan, Qanaah, ikhlas, sabar, istiqamah, dan berdoa.
3. Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran
bermakna. Di MTs Negeri 2 Majene, beberapa program ekstrakurikuler diantaranya adalah pondok madrasah menjadi salah satu program unggulan Madrasah, sebagai bentuk pendidikan karakter religius, dalam konteks akhlakul karimah. Pramuka sebagai pendidikan karakter jujur, disiplin, kreatif dan inovatif. IPM sebagai pendidikan karakter di Mata Pelajaran Eksak (IPA, IPS & Matematika). Tiga program unggulan ini diyakini mampu sebagai strategi tambahan untuk lebih mengenalkan peserta didik dengan karakter mereka masing-masing.