( M0DUL II )
B. ANALISIS ISU KONTEMPORER
PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS
a. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Sebelum membahas mengenai perubahan lingkungan strategis, sebaiknya
perlu diawali dengan memahami apa itu perubahan, dan bagaimana konsep perubahan
dimaksud. Untuk itu, mari renungkan pernyataan berikut ini …“perubahan itu mutlak dan kita
akan jauh tertinggal jika tidak segera menyadari dan berperan serta dalam perubahan
tersebut”.
berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan
tugasnya, yaitu:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan,
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
c. memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yang akan dijelaskan sebagai
berikut: Modal Intelektual, Modal Emosional, Modal Sosial, Modal ketabahan (adversity),
Modal etika/moral, Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani.
3. Dampak Korupsi
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat. Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi serta psikologi
masyarakat. Negara yang sangat kaya, banyak sumber kekayaan alamnya, namun jika
penguasanya korup dimana sumber kekayaan yang dijual kepada pihak asing, harga-harga
barang pokok semakin membumbung tinggi bahkan terkadang langka diperedaran atau di
pasaran karena ditimbun dan dimonopoli. Akibatnya banyaknya terjadi kemiskinan dan
kematian di sana-sini.
b. Narkoba
Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika membedakan narkotika ke dalam tiga
golongan yaitu (RI, 2009):
a. Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk pengobatan dan sangat
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh 1. Opiat: morfin, heroin, petidin,
candu. 2. Ganja atau kanabis, marijuana, hashis. 3. Kokain: serbuk kokain, pasta kokain,
daun koka;
b. Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan berpotensi tinggi
menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin; serta
c. Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.
c. Terorisme dan Radikalisme
a. Terorisme
Di dunia ini terorisme bukan lah hal baru, namun selalu menjadi aktual. Dimulai
dengan terjadinya ledakan bom di gedung World Trade Center, New york 11 September
2001 dan sebuah pesawat menubruk pusat keamanan AS Pentagon beberapa menit
kemudian, aksi terorisme yang tak pelak menebar ketakutan di kalangan berbagai
pihak, baik dari pihak AS, maupun masyarakat internasional. Bom Bali tahun 2002
dengan jutaan korban tidak bersalah baik asing juga masayarakat domestik, hingga
ledakan bom bunuh diri di jalan Tamrin, Jakarta Indonesia tahun 2017. Serentetan ini
menjadikan tindak aksi terorisme sebagai extraordinary crime yang begitu meresahkan.
b. Dampak Radikal Terorisme
Dampak radikal terorisme dapat terlihat pada semua aspek kehidupan masyarakat:
ekonomi, keagamaan, sosial dan politik. Dari segi ekonomi, pelaku ekonomi merasa
ketakutan untuk berinvestasi di Indonesia karena keamanan yang tidak terjamin. Bahkan
mereka yang telah berinvestasi pun akan berpikir untuk menarik modalnya lalu
dipindahkan ke luar negeri. Dampak yang sangat penting tetapi sulit dikuantifikasi adalah
terhadap kepercayaan pelaku-pelaku ekonomi di dalam dan di luar negeri. Perubahan
tingkat kepercayaan akan memengaruhi pengeluaran konsumsi, investasi, ekspor dan
impor.
c. Deradikalisasi
Deradikalisasi merupakan semua upaya untuk mentransformasi dari keyakinan
atau ideologi radikal menjadi tidak radikal dengan pendekatan multi dan interdisipliner
bagi orang yang terpengaruh oleh keyakinan radikal. Atas dasar itu, deradikalisasi lebih
pada upaya melakukan perubahan kognitif atau memoderasi pemikiran atau keyakinan
seseorang. Dengan demikian, deradikalisasi memiliki program jangka panjang.
d. Pencegahan
Unsur utama yang bisa melakukan pencegahan aksi teror adalah
intelijen. Penguatan intelijen diperlukan untuk melakukan pencegahan lebih baik. Sistem
deteksi dini dan peringatan dini atas aksi teror perlu dilakukan sehingga pencegahan lebih
optimal dilakukan. Pakar intelijen, Soleman B Ponto, menyebutkan bahwa unsur
pembentuk teror ada sembilan. Mantan Kepala BAIS ini menyebutkan bahwa sembilan
unsur tersebut adalah pemimpin, tempat latihan, jaringan, dukungan logistik, dukungan
keuangan, pelatihan, komando dan pengendalian, rekrutmen, serta daya pemersatu.
d. Pencucian Uang
1. Pencucian Uang Sebelum dan Sesudah Abad ke-20
Kasus Henry Every
Henry Every adalah pimpinan bajak laut yang cukup terkenal pada abad ke-17 di daratan
Eropa. Dari kegiatan pembajakan itu, ia dan hasil komplotannya berhasil memperoleh uang yang
cukup banyak. Sehubungan dengan harta kekayaan hasil pembajakan, Henry Every dan teman-
teman sesama pembajak memutuskan untuk membagi barang rampasan dan menyimpannya di
suatu tempat yang aman. Disamping itu, daratan Eropa merupakan tempat yang baik untuk
membelanjakan hartanya.
e. Proxy War Modern
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono Reksodiprojo menyebutkan
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana negara
tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau
kaki tangan.
George Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa bela negara adalah adalah kebulatan
sikap, tekad dan perilaku warga negara yang dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Selanjutnya pada Pasal 30 ayat yang menyatakan
bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
( MODUL III )
C. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
George Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang
baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
( MODUL AKUNTABEL )
B. KONSEP AKUNTABILITAS
a. Pengertian Akuntabilitas
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina,
dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
b. Mekanisme Akuntabilitas
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi:
1. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality)
2. Akuntabilitas proses (process accountability)
3. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
c. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel
seperti ; Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab (Responsibilitas),
Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, Konsistensi
RANGKUMAN
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi negara
sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun,
integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik untuk dapat berpikir secara
akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan publik terhadap
amanah yang diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat negara.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat
diartikan secara berbeda-beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang
berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem penilaian
kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints,
ataupun software untuk memonitor pegawai menggunakan komputer atau website yang
dikunjungi).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel
adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab (responsibilitas), 5)
keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi. Untuk memenuhi
terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses,
Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.
Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat membantu
pembangunan budaya akuntabel dan integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan integritas
dapat menjadi faktor yang kuat dalam membangun pola pikir dan budaya antikorupsi
A Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is
meaningless without consequences)
tanggungjawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau
sanksi.
Contoh: Akuntablitas memiliki dimensi konsekuensi, oleh sebab itu, kebiasaan buruk
‘terlambat’ hadir di tempat kerja pun demikian. Menepati waktu bukan hanya dalam konteks
mematuhi peraturan, namun, ada unsur moral menghargai waktu orang lain yang sudah
merencanakan dan mengalokasikan waktunya untuk tidak terlambat. Apabila dalam sebuah
kegiatan, terlambat dimulai hanya karena menunggu mereka yang terlambat, berarti ada usaha
dan jerih payah mereka yang tepat waktu menjadi terbuang sia-sia. Contoh lain, bila Saudara
pernah marah ketika mendapatkan jadwal penerbangan yang tidak sesuai waktu (delay), yang
menyebabkan rencana kegiatan yang Saudara sudah rencanakan akan dilaksanakan dengan
penerbangan yang tebat waktu pun tidak dapat dilakuan, kira-kira seperti itu rasa mereka yang
menunggu orang-orang yang terlambat dalam sebuah kegiatan. Dalam konteks penerbangan
‘transit’, bahkan Saudara akan mengalami kerugian kehilangan jadwal penerbangan lanjutan
yang terganggu karena penerbangan pertama yang terlambat.
B Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat
proaktif (proactive accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses
yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber
daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses setiap individu/kelompok/institusi
akan diminta pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus
peningkatan kinerja.
( MODUL KOMPETEN )
C. TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
1. Disrupsi Teknologi
Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu. Kecenderungan kemampuan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat,
dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri, sebagaimana dalam grafik 2.1 tentang
Perbandingan Kemajuan Teknologi dan Produktivitas, menunjukan adanya kesenjangan tersebut.
Perubahan teknologi informasi bergerak lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan banyak
pihak dalam memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan produktivitas organisasi.
Dalam kebutuhan pengambangan kompetensi dan karakter ASN penting diselaraskan sesuai visi,
misi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah. Dalam kaitan visi, sesuai Peraturan
Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang RPJM Nasional 2020-2024, telah ditetapkan bahwa visi
pembangunan nasional untuk tahun 2020-2024 di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo
dan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin adalah: Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.
RINGKASAN
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan
keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai
kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan
kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai
berikut:
1. Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efesien.
3. Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
5. Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang
sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
6. Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas; b. Bertindak proaktif.
7. Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.
BAB IV
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
RANGKUMAN
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas adalah
sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya
laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas
vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
menjadi masalah besar yang dipandang kecil oleh semua pihak. Sikap permisif semua pihak
terhadap seseorang yang membuang satu puntung rokok atau bekas botol minum sembarangan
seperti tidak menghitung bila dilakukan oleh jutaan orang yang berarti menghasilkan jutaan
puntung rokok ataupun botol bekas minuman.
Sejak diterbitkannya UU No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dampaknya
sudah mulai terasa di banyak layanan. Perbaikan layanan tersebut tidak lepas dari upaya lanjutan
yang dilakukan pasca diterbitkannya aturan. Setidaknya, aturan tersebut tidak lagi menjadi
dokumen statis yang hanya bisa diunduh dan dibaca ketika diperlukan untuk menulis. Ruang-
ruang layanan dasar seperti KTP, Kartu Keluarga, Surat Keterangan Kehilangan, Pembayaran
listrik, air, dan PBB, hingga kebijakan Zonasi Sekolah dan Keterbukaan Informasi ruang rawat di
Rumah Sakit sudah jauh lebih baik. Belum sempurna, tapi sudah berjalan di arah yang benar.
Hasil ini tidak lain merupakan hasil kerja dan komitmen semua pihak, baik dari sisi
penyelenggara pelayanan dan masyarakat penerima layanan. Namun, komitmen ini bukan juga
hal yang statis. Perlu upaya keras semua pihak untuk menjaganya bahkan tantangan untuk
meningkatkannya. Tantangan itu pun tidak statis, godaan dan mental/pola pikir pihak-pihak yang
dahulu menikmati keuntungan dari lemahnya sektor pengawasan layanan selalu mencoba
menarik kembali ke arah berlawanan. Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut menjaga
bahkan ikut berpartisipasi dalam proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut.
Karena, bisa jadi, secara aturan dan payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan
mental, harus diakui, masih butuh usaha keras dan komitment yang ekstra kuat. Sekali lagi,
tantangan yang dihadapi bukan hanya di lingkungan ASN sebagai pemberi layanan, namun juga
dari masyarakat penerima layanan.
BAB V
PERILAKU KOMPETEN
RINGKASAN
Sesuai hasil uraian dalam bab V, maka berikut di bawah ini beberapa materi pokok dalam
bab ini sebagai berikut:
1. Berkinerja yang BerAkhlak:
a. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
b. Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.
2. Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.
Meningkatkan kompetensi diri:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
adalah keniscayaan.
b. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga
sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
c. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis sumber
keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat
ASN bekerja atau tempat lain. yang mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan
pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
3. Membantu Orang Lain Belajar:
a. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat.
b. kafetaria kantor termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer
pengetahuan.
c. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif Dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka.
d. Mengambil dan mengembangkan pengetahuan seperti laporan, presentasi,
artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan
mudah disimpan dan diambil.
4. Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi,
baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui
berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia. Pentingnya berkarya terbaik dalam
pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup
seseorang.
( MODUL HARMONI )
BAB II
D. KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena kondisi letak geografis
Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan budaya yang membuat beragamnya suku
bangsa dan budaya diseluruh indonesia. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya membawa
dampak terhadap kehidupan yang meliputi aspek aspek sebagai berikut: Kesenian, Religi, Sistem
Pengetahuan, Organisasi social, Sistem ekonomi, Sistem teknologi, Bahasa.
BAB III
MEWUJUDKAN SUASANA HARMONIS DALAM LINGKUNGAN
BEKERJA DAN MEMBERIKAN LAYANAN KEPADA
MASYARAKAT
a. Peran ASN dalam Mewujudkan Suasana dan Budaya Harmonis
Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas pegawai
ASN adalah sebagai berikut.
• Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
• Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
• Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya harmoni
dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya adalah sebagai berikut:
• Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian
tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS dalam
melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur,
transparan. Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan tugasanya, PNS akan
mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram dilingkungan kerjanya dan di
masyarakatnya. Sikap netral dan adil juga harus diperlihatkan oleh PNS dalam event politik
lima tahunan yaitu pemilu dan pilkada. Dalam pemilu, seorang PNS yang aktif dalam partai
politik, atau mencalonkan diri sebagai anggota legislative (DPR, DPRD dan DPD), atau
mencalonkan diri sebagai kepala daerah, maka dia harus mundur atau berhenti sementara dari
statusnya sebagai PNS. Tuntutan mundur diperlukan agar yang bersangkutan tidak
menyalahgunakan wewenang yang dimilikinya untuk kepentingan dirinya dan partai
politiknya. Kalau PNS sudah terlibat dalam kepentingan dan tarikan politik praktis, maka dia
sudah tidak bisa netral dan obyektif dalam melaksanakn tugas tugasnya. Situasi ini akan
menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap PNS dan kelembagaan/institusi yang
dipimpinnya.
( MODUL LOYAL )
E. KONSEP LOYAL
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap
loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya,
antara lain:
a. Taat pada Peraturan
Seorang pegawai yang loyal akan selalu taat pada peraturan. Sesuai dengan
pengertian loyalitas, ketaatan ini timbul dari kesadaran amggota jika peraturan yang dibuat
oleh organisasi semata- mata disusun untuk memperlancar jalannya pelaksanaan kerja
organisasi. Kesadaran ini membuat pegawai akan bersikap taat tanpa merasa terpaksa atau
takut terhadap sanksi yang akan diterimanya apabila melanggar peraturan tersebut.
b. Bekerja dengan Integritas
Banyak asumsi menyebutkan bahwa kesetiaan seorang pegawai dilihat dari seberapa
besar ketaatan mereka di organisasi. Pegawai yang taat dengan peraturan dan gaya kerja
organisasi, punya rasa loyalitas yang besar pula.
( MODUL ADAPTIF )
F. MENGAPA ADAPTIF
RANGKUMAN
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di
dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai
bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.
Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan
organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi
memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku
tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN
merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang
menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
PANDUAN PERILAKU ADAPTIF
RANGKUMAN
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik
individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty
dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya
organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas
organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung
tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi
perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan
adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
( MODUL KOLABORATIF )
G. KONSEP KOLABORASI
1. Definisi Kolaborasi
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan
collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan
bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms aiming
to become more competitive by developing shared routines”.
Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process though
which parties with different expertise, who see different aspects of a problem, can constructively
explore differences and find novel solutions to problems that would have been more difficult to
solve without the other’s perspective (Gray, 1989).
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
a. forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
b. peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
c. peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’
oleh agensi publik;
d. forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
e. forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus
tidak tercapai dalam praktik), dan fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
RANGKUMAN
a. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
b. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan
c. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan
lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan
Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi
memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
f. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat
diduduki paling lama 5 (lima) tahun
g. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan
laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
h. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat
menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan
status sebagai PNS.
i. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik
profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai
pemersatu bangsa.
j. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah
k. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif
terdiri dari keberatan dan banding administrative