OLEH :
NIM : 5203311014
Syahreza Alvan,ST.,M.Si.,IPM.
FAKULTAS TEKNIK
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan makalah yang akan membahas lebih jauh
mengenai Dari Mana Memulai Bisnis Property Sebagai Developer. Makalah ini dibuat
guna memenuhi tugas mata kuliah Bisnis Konstruksi dan Properti.
Medan,Oktober 2021
Johan Siagian
NIM.5203311014
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
A. Latar Belakang………………………………………………………….1
B. Tujuan……………………………………………………………………1
C. Manfaat…………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………2
Kesimpulan……………………………………………………………………………4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Langkah awal yang dilakukan adalah mengakuisisi lahan untuk dijadikan proyek. Porsi
modal untuk mengakuisisi lahan mengambil bagian yang signifikan jika dibandingkan
dengan komponen biaya lainnya. Menurut kebiasaan proyek yang sudah kami jalani porsi
untuk harga lahan bisa mencapai 30% dari keseluruhan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Bisa dibayangkan jika kita membeli lahan secara tunai akan membutuhkan modal yang
sangat besar.
B. Tujuan
- Bagaimana cara Membeli Lahan Tanpa Uang
- Bagaimana cara Beli Lahan Tanpa Uang Dengan Bayar Bertahap
- Bagaimana cara Beli Lahan Tanpa Uang dengan Sistem Bagi Hasil
- Bagaimana Sistem Pembayaran Kepada Pemilik Tanah
- Bagaimana cara Beli Lahan Tanpa Uang dengan Mengundang Investor
C. Manfaat
- Untuk mengetahui cara Membeli Lahan Tanpa Uang
- Untuk mengetahui cara Beli Lahan Tanpa Uang Dengan Bayar Bertahap
- Untuk mengetahui cara Beli Lahan Tanpa Uang dengan Sistem Bagi Hasil
- Untuk mengetahui Sistem Pembayaran Kepada Pemilik Tanah
- Untuk mengetahui cara Beli Lahan Tanpa Uang dengan Mengundang Investor
BAB II
PEMBAHASAN
Membeli lahan tanpa uang, pemikiran seperti ini adalah pemikiran yang progresif dan
melawan kodrat!, karena sudah menjadi hukum jual beli bahwa jika kita membeli sesuatu
sudah pasti dibutuhkan alat tukar berupa uang untuk mengganti barang yang kita peroleh atau
kenikmatan yang kita dapatkan jika objek jual beli adalah jasa. Untungnya property memiliki
sifat baik yang memungkinkan kita membeli tanpa uang. Caranya bisa bermacam-macam
diantaranya membeli dengan bayar bertahap, membeli dengan sistem bagi hasil atau
dikenal dengan istilah kerjasama lahan dan membeli dengan mengundang investor. (dan
masih banyak metode beli tanpa uang lainnya.)
Tentu saja dengan pembayaran bertahap kita tidak perlu membayar harga tanah di muka.
Dalam prakteknya membeli dengan bertahap ini bisa dengan pembayaran uang muka atau
bahkan dengan tanpa uang muka. Lho kok bisa? Kok pemilik tanah mau? Jelas mau kalau
kita menyatakan sanggup membayar lebih tinggi dari harga yang ditawarkan pemilik. Jika
owner bersedia dengan sistem pembayaran yang kita tawarkan, deretan langkah-langkah
selanjutnya sudah antri menunggu, yakni mengurus perijinan dan legalitas turutannya. Sekali
lagi dibutuhkan biaya untuk mengurus perijinan, dimana biaya-biaya tersebut harus ada pada
saat pengajuan perijinan agar bisa diproses di instansi berwenang. Ketika pengurusan
perijinan selesai kita bisa langsung memasarkan proyek dengan program yang dirancang
dengan baik, sehingga dalam waktu kurang dari enam bulan sudah terjual sebagian dimana
hasil penjualan tersebut digunakan untuk membayar harga tanah kepada pemilik.
Dengan sistem bagi hasil ini kewajiban membayar harga tanah adalah pada saat proyek sudah
mulai terjual atau bisa juga pada saat proyek sudah terjual semua, tergantung kenyamanan
para pihak. Kesepakatan tentang besarnya bagian masing-masing pihak harus dibicarakan
terlebih dahulu dan dikongkritkan dalam bentuk perjanjian tertulis yang bisa menjadi bukti di
kemudian hari jika terjadi perselisihan. Besarnya bagian masing-masing tergantung sistem
kerjasamanya, sebagai contoh jika pemilik lahan hanya menyediakan lahan tanpa ikut
mengelola proyek maka besarnya bagiannya 30 s.d. 40 persen dari laba bersih proyek.
Prosentase akan berbeda jika pemilik tanah juga menyediakan modal kerja atau ikut
mengelola proyek, pembagian 40 s.d. 60 persen adalah wajar untuk pemilik tanah. Sekali lagi
besarnya presentase ini hanya sebagai contoh, tiap orang dan lokasi bisa menerapkan sistem
yang berbeda.
D. Sistem Pembayaran Kepada Pemilik Tanah
Sistem pembayaran harga tanah kepada pemilik tanah bisa dilakukan dengan melibatkan
pihak bank, yaitu dengan membuat kesepakatan bahwa uang harga pembayaran unit rumah
oleh konsumen akan langsung ditransfer kepada rekening pengelola dan ke rekening pemilik
tanah sesuai dengan besaran jumlah yang diperjanjikan. Asumsi di atas jika konsumen
membeli dengan KPR, jika pembayaran dengan cash atau cash bertahap akan lebih mudah
karena kita tinggal perintahkan konsumen untuk mentransfer uang ke rekening yang diminta.
Cara ini tergolong paling aman, karena lahan yang akan dijadikan proyek sudah dibeli oleh
investor sehingga tidak ada lagi hubungan dengan pemilik tanah. Developer pengelola
selanjutnya membuat perjanjian dengan investor mengenai pelaksanaan proyek dan rencana
bagi hasil. Besarnya porsi bagi hasilnya bisa mengadopsi sistem bagi hasil antara pengelola
dengan pemilik tanah diatas, hanya saja yang berposisi sebagai pemilik lahan adalah investor.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan : Sebagai seorang developer properti, peraturan pemerintah baik pusat maupun
daerah adalah salah satu pijakan yang harus dipelajari dengan cermat. Masing-masing daerah
memliki aturan tata ruang yang berbeda. Jadi sesuaikan rencana pengembangan bisnis dengan
aturan yang berlaku agar mudah dalam pengurusan izin warga, IMB, IPPT, dan lainnya.