Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA

Rotan

Rotan sebagaimana asalnya merupakan tumbuhan yang tergolong dalam

kelompok palem-paleman yang hidupnya merambat. Golongan ini termasuk

dalam sub-famili calamoideae yang mempunyai 13 marga dan sekitar 600 jenis

yang hidup pada kawasan hutan hujan tropis di Asia Tenggara. Kelompok rotan

pada umumnya tumbuh dan dijumpai pada daerah yang beriklim basah. Di

Indonesia, jenis ini dapat ditemui di Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan beberapa

kepulauan lainya. Beberapa laporan menyebutkan bahwa di Jawa dapat dijumpai

sekitar 25 jenis, Sumatera 75 jenis, Kalimantan 100 jenis, Sulawesi mencapai 25

jenis. Selain itu rotan juga dapat dijumpai di beberapa pulau lainnya di Indonesia

(Erwinsyah, 1999).

Rotan merupakan tumbuhan khas tropika yang tumbuh di kawasan hutan

tropika basah yang heterogen. Tempat tumbuh rotan pada umumnya di daerah

yang berawa, tanah kering, hingga tanah pegunungan. Tingkat ketinggian tempat

untuk tanaman rotan dapat mencapai 2.900 m di atas permukaan laut. Semakin

tinggi tempat tumbuh, maka rotan semakin jarang dijumpai. Rotan juga akan

semakin sedikit di daerah yang berbatu kapur (Januminro 2000).

Tellu (2005) menyatakan bahwa pengelompokan jenis-jenis rotan

umumnya didasarkan atas persamaan ciri-ciri karakteristik morfologi organ

tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah dan alat-alat tambahan. Dalam

ilmu taksonomi tumbuhan, rotan diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Universitas Sumatera Utara


Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Arecales

Famili : Palmae (Arecaceae)

Sub Famili : Calamoideae

Genus : Calamus

Spesies : Calamus spp.

Perusahaan dan Industri Pengolahan Rotan

Manusia melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Berbagai hal atau usaha yang dilakukan, baik itu bekerja pada orang

lain, instansi maupun berwiraswasta. Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang

melakukan aktifitas pengolahan faktor produksi, untuk menyediakan barang-

barang dan jasa bagi masyarakat, mendistribusikannya seta melakukan upaya-

upaya lain dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan

masyarakat (Fuad et al., 2005).

Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan

pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua

usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan

pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan

yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan

sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi (Dumairy, 1996).

Menurut BPS Medan (2011) industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang

melakukan kegiatan mengubah barang jadi dan barang yang kurang nilainya

Universitas Sumatera Utara


menjadi barang yang lebih nilainya. Menurut BPS klasifikasi industri menurut

banyaknya tenaga kerja adalah:

1. Industri besar, apabila mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.

2. Industri sedang, apabila mempunyai tenaga kerja 20–99 orang.

3. Industri kecil, apabila mempunyai tenaga kerja 5–19 orang.

4. Industri rumah tangga, apabila memiliki tenaga kerja 1–4 orang.

Departemen Perindustrian (2009) menyatakan bahwa industri pengolahan

rotan terdiri atas:

1. Industri pengolahan rotan hilir dapat dikatakan sebagi industri antara, yaitu

industri pengolahan rotan yang menghasilkan rotan yang sudah dicuci dan

dibelerang (wash and sulfurized), anyaman rotan (webbing), rotan yang sudah

ditipiskan (split) dan sejenisnya, sedang pengerjaan produk rotan olahan ini

biasanya melalui proses semi mekanis.

2. Industri furniture rotan, yaitu industri yang menghasilkan perabotan rumah-

tangga dari rotan antara lain sofa, meja, kursi, lemari, buffet, dan sejenisnya.

Pengerjaan produk pada industri furniture rotan sebagian besar semi mekanis,

sedangkan desain banyak terinspirasi muatan lokal namun juga ada yang

masih ditentukan konsumen.

3. Industri barang-barang kerajinan dari rotan, yaitu industri yang menghasilkan

produk barang kerajinan rotan berdasarkan atas desain kearifan lokal.

Pengerjaan produk pada industri ini umumnya tradisional buatan tangan

(hand-made products).

Bisnis rotan yang terus berkembang menciptakan badan usaha yang

berbeda-beda sehingga mampu menghasilkan keuntungan ekonomi bagi

Universitas Sumatera Utara


pendapatan daerah maupun pendapatan nasional. Menurut Kismono (2001) ada

beberapa bentuk badan usaha/organisasi bisnis legal di Indonesia diantaranya:

1. Badan usaha perseorangan yaitu badan usaha yang memiliki karakteristik

seperti modal yang kecil, jumlah tenaga kerja sedikit, terbatasnya

keanekaragaman produk dan jasa yang dihasilkan, dan penggunaan

teknologi yang masih sederhana.

2. Persekutuan (partnership) yaitu bentuk legal suatu bisnis yang dimiliki

dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bisnis. Bentuk persekutuan

antara lain:

a. Firma

b. Persekutuan komanditer/ commanditaire vennotschaap (CV)

c. Perseroan terbatas (PT)

3. Bentuk-bentuk perseroan yang lain seperti :

a. Badan usaha milik negara (BUMN) yaitu organisasi bisnis yang

dimiliki oleh pemerintah dengan tujuan untuk mensejahaterakan

dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

b. Koperasi yaitu organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial,

beranggotakan orang-orang atau badan hukum, sebagai usaha

bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan kegotongroyongan.

c. Organisasi nonprofit (yayasan) yaitu organisasi yang berbentuk

korporasi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Konsumsi Rotan di Masyarakat

Bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia, rotan sudah sejak lama dikenal.

Selain untuk pemakaian sendiri, rotan juga sudah lama diperdagangkan walaupun

Universitas Sumatera Utara


masih belum jauh berkembang dari perdagangan bahan mentah dan setengah jadi

yang kemudian berkembang menjadi perdagangan hasil rotan. Sampai saat ini

rotan telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan mebel, kerajinan,

peralatan rumah tangga dan lain-lain. Kekuatan, kelenturan dan keseragaman

rotan serta kemudahan dalam pengolahannya menjadikan rotan sebagai salah satu

bahan non kayu yang sangat penting dalam industri mebel

(Krisdianto dan Jasni, 2005).

Dransfield dan Manokaran (1996) menyatakan bahwa batang polos rotan

dimanfaatkan secara komersial untuk mebel dan anyaman rotan karena kekuatan,

kelenturan dan keseragamannya. Diperkirakan 20% spesies rotan digunakan

secara komersial baik dalam bentuk utuh maupun dalam belahan. Kulit dan teras

rotan dimanfaatkan untuk tikar dan keranjang. Di daerah pedesaan banyak spesies

rotan telah digunakan untuk berbagai tujuan seperti tali-temali, konstruksi,

keranjang, atap dan tikar.

Batang rotan dapat dibuat bermacam-macam bentuk perabot rumah tangga

atau hiasan-hiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak, penyekat ruangan,

keranjang, tempat tidur, lemari, lampit, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya.

Selain itu, batang rotan juga dapat digunakan untuk pembuatan barang-barang

anyaman untuk dekorasi, tas tangan, kipas, bola takraw, karpet, dan sebagainya

(Januminro, 2000).

Di bidang konstruksi, batang rotan banyak dipakai untuk mengisi batang

sepeda, alat sandaran kapal, penahan pasir di daerah gurun pasir, bahkan dapat

digunakan untuk pengganti konstruksi tulangan beton. Batang rotan yang muda

(umbut) dapat dikonsumsi sebagai sayuran. Daerah-daerah yang banyak

Universitas Sumatera Utara


mengkonsumsi umbut rotan adalah Aceh, Jambi, Sulawesi, Kalimantan dan Jawa

Barat. Getah rotan yang didapat dari pengolahan buah jernang merupakan bahan

baku industri pewarna, industri farmasi, serbuk pembuatan pasta gigi, ekstrak

tannin, dan sebagainya (Januminro, 2000).

Kota Medan secara geografis terletak di antara 20 27'-20 47' Lintang Utara

dan 980 35'-980 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi

Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian

tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah

265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan (Tabel 1) dan 151

Kelurahan dengan jumlah penduduk 1.899.327 jiwa (Pemko Medan, 2011)

Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan di Kota Medan

No. Nama Kecamatan Luas (Km2)


1. Medan Tuntungan 20,68
2. Medan Selayang 9,01
3. Medan Johor 12,81
4. Medan Amplas 14,58
5. Medan Denai 11,19
6. Medan Tembung 4,09
7. Medan Kota 7,99
8. Medan Area 9,05
9. Medan Baru 5,84
10. Medan Polonia 5,52
11. Medan Maimun 5,27
12. Medan Sunggal 2,98
13. Medan Helvetia 15,44
14. Medan Barat 6,82
15. Medan Petisah 13,16
16. Medan Timur 5,33
17. Medan Perjuangan 7,76
18. Medan Deli 20,84
19. Medan Labuhan 36,67
20. Medan Marelan 23,82
21. Medan Belawan 26,25
Total 265,10
Sumber : BPS Kota Medan (2011)

Universitas Sumatera Utara


Harga sebagai Aspek yang Mempengaruhi Konsumsi Rotan

Menurut Fuad et al. (2005) harga adalah sejumlah kompensasi (uang

maupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang

dan jasa. Pada saat ini bagi sebagian besar anggota masyarakat, harga masih

menduduki tempat teratas dalam keputusan untuk membeli suatu barang dan jasa.

Pemakaian dan penggunaan rotan oleh masyarakat sangat dipengaruhi

tingkat harga yang ada. Pada dasarnya harga ditentukan oleh keseimbangan antara

penawaran dan permintaan. Apabila harga yang berlaku itu rendah maka tentu

saja jumlah yang diminta masyarakat akan lebih banyak, karena dengan harga

yang lebih rendah tentulah akan lebih banyak orang yang dapat menjangkau harga

tersebut (Indriyo, 2001).

Mutu dan Kualitas Rotan

Penentuan jenis dan kualitas rotan yang diperdagangkan hanya didasarkan

pada penampakan dan kekerasan batangnya. Syarat kualitas yang ditetapkan

dalam perdagangan rotan lebih menekankan pada penampakan morfologi batang,

tanpa memperhatikan aspek lainnya seperti sifat fisik, mekanik, dan sifat kimia

batangnya (Tellu, 2008).

Menurut SNI 01-7254-2006 menyatakan bahwa mutu dari suatu jenis

rotan ditentukan oleh kemampuan kegunaan rotan untuk tujuan tertentu

berdasarkan karakateristik yang dimilikinya berdasarkan secara visual (jenis,

cacat, dimensi, kuantitas) dan secara laboratoris (kadar air dan kekuatan tarik)

pada jenis-jenis sortimen rotan

Kualitas rotan ditentukan oleh bagaimana berat jenis, kelenturan, warna

dan penampilan buku-buku dan permukaan batang. Rotan yang baik memiliki

Universitas Sumatera Utara


berat jenis bahan lebih tinggi, kelenturannya tinggi sehingga apabila

dibengkokkan akan segera lurus kembali. Warna putih dari kulit rotan adalah yang

terbaik. Kualitas yang lebih rendah berwarna kuning. Lebih rendah lagi apabila

berwarna hitam. Rotan yang kualitasnya tinggi buku-bukunya halus tanpa adanya

benjolan-benjolan (Yayasan Prosea, 1994).

Jenis Rotan Yang Diperdagangkan

Di Indonesia terdapat delapan jenis rotan, yakni calamus, daemonorops,

khortalsia, plectocomia, ceratolobus, plectocomiopsis, myrialepis dan calospatha.

Dari 8 jenis tersebut total jenis yang terdiri atas kurang lebih 306 spesies telah

terindentifikasi dan menyebar di semua pulau di Indonesia. Dari keseluruhan yang

telah terindentifikasi tersebut, sebanyak kurang lebih 50 jenis diantaranya telah

dipungut, dipakai, diolah, dan diperdagangkan sejak lama oleh penduduk

Indonesia yang tinggal disekitar hutan untuk memenuhi permintaan lokal dan

internasional. Dari delapan genera terdapat dua genera rotan yang bernilai

ekonomi tinggi adalah calamus dan daemonorops. Jumlah total rotan yang sudah

ditemukan dan digunakan untuk keperluan lokal mencapai kurang dari 128 jenis

(Baharuddin dan Taskirawati, 2009).

Baharuddin dan Taskirawati (2009) menyatakan bahwa rotan yang benar-

benar memiliki sifat dan memenuhi syarat serta kualitas baik untuk berbagai

keperluan berjumlah 128. Dari jumlah tersebut, rotan yang memiliki nilai

komersial tinggi dan banyak dipungut serta diperdagangkan sekitar 28 jenis

(Tabel 2)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. Daftar Jenis Rotan Komersial dan Daerah Sebaran di Indonesia.

No Nama Lokal Nama Botanis Daerah Sebaran Produksi


1 Manau Calamus manna Miq. Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Bengkulu,
Lampung, Kalimantan
2 Semambu Calamus scipionum Loure Sumbar, Bengkulu, Lampung
3 Sega/taman Calamus caesius Bl. Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Bengkulu
4 Irit Calamus trachyoleus Becc Kalimantan
5 Tohiti Calamu inops Becc Sulawesi, Maluku
6 Batang/air Calamus zoligeri Becc Sulawesi, Maluku
7 Pulut/bole Calamus ipar Bl Kaltim, Kalsel
8 Pulut putih Calamus sp Kaltim, Kalsel
9 Seuti Calamus ornatus Bl Bengkulu, Lampung, Sumbar, Jawa
10 Taman, Sego Calamus optimus Becc Kaltim, Kalsel, Kalteng
11 Sega air Calamus exilis Griff Jambi, Sumsel, Lampung
12 Sega batu Calamus heroideus Bl. Jambi, Sumsel, Lampung
13 Jermasin Calamus leijocaulis Becc. Sulawesi, Maluku
14 Tabu-tabu Daemonorops sabut Becc Sumbar, Bengkulu, Kalimantan
15 Jernang Daermonorops draco Bl Jambi, Sumbar, Riau
16 Getah Khorthalsia angustifolia Bl. NTB, Aceh, Sumbar, Jambi, Lampung
17 Datu Calamus minahasa Warb Maluku, Irja
18 Lilin Calamus javanensis Bl Sumatera, Jawa, Kalimantan
19 Batu Calamus filiformis Becc. Bengkulu, Lampung, Kalteng
20 Lita Daemonorops lamprolepis Becc Kalbar, Kaltim, Sulawesi
21 Dandan Calamus schistacanthus Bl. Sumsel, Jambi, Lampung
22 Umbul Calamus symhysipus Mart NTB, Sulawesi
23 Duduk Daemonorops longopes Mart Bengkulu, Sumbar, Sumsel, Lampung,
Aceh
24 Suwai Calamus warbugii K. Schum Maluku, Irja
25 Seel Daemonorops melanochaetes Becc Sumatera, Jawa, Kalimantan
26 Wilatung Daemonorops fissus Kalimantan
27 Balubuk Calamus burchianus Becc Sumatera, Jawa
28 Telang Calamus polystachys Becc Sumut, Aceh, Jambi, Riau, Kalimantan
29 Dahan Khorthalsia flagellaris Miq. Jambi, Riau, Bengkulu, Jawa,
Kalimantan
30 Inun Calamus scabidulus Lampung, Jawa
31 Bulu Khorthalsia celebica Bl Sulawesi, Maluku, Irja
32 Semut Khorthalsia scaphigera Mart Lampung, Jawa
33 Cacing Calamus ciliaris Bl. Sumatera, Jawa, Kalimantan
34 Udang Khorthalsia echinomerta Becc. Sumbar, Bengkulu
35 Manau tikus Calamus oleyanus Becc Jambi, Sumbar, Bengkulu, Kalimantan
36 Manau gajah Calamus marginatus Mart Sumbar, Bengkulu, Kalimantan
37 Pelah Daemonorops rubra Bl. Sumatera, Jawa, Kalimantan
38 Lacak Calamus crinatus Bl. Riau, Jawa, Kalimantan
39 Tunggal Calamus mucronatus Becc Sumatera, Kalimantan
40 Leules Calamus melanoloma Mart Lampung, Jabar
41 Epek Calamus tolitoliensis Becc NTB, Sulawesi, Maluku
42 Rawa Calamus tenuis Jambi, Sumsel, Lampung
43 Samuli Calamus picicapus Bl Sulawesi, Maluku
44 Arasulu Calamus rumpii Bl. Maluku, Irja
45 Buluk Calamus hispidulus Becc Sumbar, Riau, Bengkulu, Sumbar,
Lampung, Kalimantan
46 Terumpu Calamus muricatus Sulawesi
47 Hoa Calamus didymmocarpus Warb Sulawesi, Maluku, Irja
48 Lambang Calamus sp. Sulawesi, Maluku
49 Selutup Calamus optimus Becc. Sumatera, Jawa, Kalimantan
50 Kidang Calamus sp. Lampung, Jabar
51 Leluo Calamus maximus Sulawesi
Sumber : Baharuddin dan Taskirawati (2009)

Universitas Sumatera Utara


KPPURI (2010) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat pengolahannya,

rotan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :

a. Rotan mentah: rotan yang diambil/ ditebang dari hutan, masih basah dan

mengandung air getah rotan, warna hijau atau kekuning-kuningan (lapisan

berklorofil), belum digoreng dan belum dikeringkan.

b. Rotan asalan: rotan yang telah mengalami proses penggorengan, penjemuran,

dan pengeringan. Permukaan kulit berwarna coklat kekuning-kuningan, masih

kotor belum dicuci, bergetah-kering, permukaan kulit berlapisan silikat.

c. Rotan natural washed & sulphured (W/S): rotan bulat natural yang masih

berkulit, sudah mengalami proses pencucian dengan belerang (sulphure), ruas/

tulang sudah dipangkas maupun tidak dipangkas (trimmed atau untrimmed),

biasanya kedua ujungnya sudah diratakan, sudah melalui sortasi ukuran

diameter maupun kualitas.

d. Rotan poles: rotan bulat yang telah dihilangkan permukaan kulit bersilikatnya

dengan menggunakan mesin poles rotan

e. Hati rotan: merupakan isi/ hati rotan tanpa kulit dengan berbagai bentuk.

f. Kulit rotan: merupakan lembaran rotan yang diperoleh dari hasil pembelahan

rotan bulat natural dan/ atau rotan bulat poles.

g. Serbuk rotan: merupakan sisa (waste) dari proses poles rotan. Dipergunakan

sebagai bahan baku dalam pembuatan obat nyamuk bakar maupun briket.

Meskipun Indonesia kaya akan berbagai jenis rotan, namun tidak seluruh

rotan tersebut dapat dimanfaatkan. Menurut Yayasan Rotan Indonesia (YRI)

dalam KPPURI (2010) dari 350 spesies rotan yang ada di Indonesia, baru 53

Universitas Sumatera Utara


spesies yang memiliki nilai komersial. Pada Tabel 3 ditampilkan data berbagai

jenis rotan komersial Indonesia serta penggunaannya di dalam negeri.

Tabel 3. Jenis Rotan Komersial dan Penggunaannya di Dalam Negeri


No Jenis Rotan Diameter Penggunaan Dalam Negeri
Pulau Sumatera
1 Manau 18/44 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri
2 Sega loonti Pemakaian terbatas di dalam negeri
3 Jerimasin Pemakaian terbatas di dalam negeri
4 Tabu-tabu 18/36 mm Tidak dipakai di dalam negeri
5 Mawi 16/28 mm Tidak dipakai di dalam negeri
6 Giok-giok 16/28 mm Tidak dipakai di dalam negeri
7 Lacak Tidak dipakai di dalam negeri
Pulau Sulawesi
1 Batang 16/48 mm Hanya diameter 18/30mm dalam bentuk poles
2 Manuk putih 16/38 mm Hanya diameter 18/30mm dalam bentuk poles
(noko)
3 Lambang 10/24 mm Hanya diameter 2,5/15mm dalam bentuk hati
rotan
4 Tohiti 10/34 mm Pemakaian di dalam negeri terbatas
5 Manuk merah 14/36 mm Pemakaian di dalam negeri terbatas
6 Umbulu 10/24 mm Pemakaian di dalam negeri terbatas
7 Pato 28/50 mm Tidak terpakai di dalam negeri
8 Paik 10/20 mm Tidak terpakai di dalam negeri
9 Tarumpu 16/32 mm Tidak terpakai di dalam negeri
10 Botol 14/38 mm Tidak terpakai di dalam negeri
11 Ubang 14/38 mm Tidak terpakai di dalam negeri
12 Barakcung 14/24 mm Tidak terpakai di dalam negeri
13 Lebanga Tidak terpakai di dalam negeri
14 Moli 14/24 mm Tidak terpakai di dalam negeri
15 Tanah (ape) 10/20 mm Tidak terpakai di dalam negeri
16 Jemasin (ronti) 6/16 mm hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S
17 Sabutang 8/16 mm Tidak terpakai (hanya bisa diproses menjadi
rotan W/ S)
18 Anduru 6/16 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S
19 Putih (paloe) 6/18 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S
20 Taimanuk 10/18 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S
21 Datu merah 2/5 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S
22 Datu putih 3/7 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S
23 Katak merah 12/20 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S
24 Katak putih 12/20 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S
Pulau Kalimantan
1 Sega (Kooboo) 6/16 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri
2 Pulut merah 2/5 mm Pemakaian terbatas (hanya dalam bentuk W/ S
3 Sarang buaya Pemakaian terbatas (hanya dalam bentuk W/ S
4 Tunggal 18/42 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri
5 Pulut putih 3/6 mm Tidak dipakai (hanya dalam bentuk W/ S)
6 Semambu 18/34 mm Tidak dipakai (hanya dalam bentuk W/ S)
7 Jalayan 20/42 mm Tidak dipakai di dalam negeri
8 Batu 10/24 mm Tidak dipakai (hanya dalam bentuk W/ S)
Pulau Jawa
1 Suti 20/34 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri
2 Manis/Banyuwangi 18/34 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri
Sumber : Asosiasi Petani Rotan Indonesia (APRI), 2010

Universitas Sumatera Utara


Keawetan dan Kekuatan Rotan

Tingkat Keawetan

Nilai suatu jenis rotan untuk keperluan mebel, barang kerajinan dan

peralatan rumah tangga sangat ditentukan oleh keawetannya, Keawetan rotan

adalah daya tahan suatu jenis rotan terhadap berbagai faktor perusak rotan, tetapi

biasanya yang dimaksud ialah daya tahan terhadap faktor perusak biologis yang

disebabkan oleh organisme perusak rotan yaitu jamur dan serangga. Dalam hal ini

perlu diperhatikan terhadap organisme mana keawetan itu dimaksudkan, karena

sesuatu jenis rotan yang tahan terhadap serangan jamur misalnya belum tentu akan

tahan juga terhadap serangga atau organisme perusak lainnya. Keawetan rotan

juga dipengaruhi pula faktor lain seperti kandungan selulosa, lignin, pati dan

kimia lainnya (Jasni dan Supriana, 2000).

Jasni dan Supriana (2000) menyatakan bahwa hasil penelitian secara

laboratoris mengenai ketahanan 8 jenis rotan terhadap organisme perusak dari

jenis bubuk rotan kering Dinoderus minutus Farb, dibuat 5 kelas awet (ketahanan)

berdasar penilaian penurunan berat rotan (Tabel 5) akibat diserang bubuk tersebut.

Adapun klasifikasi tersebut tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Kelas awet (ketahanan) 8 jenis rotan terhadap serangan bubuk Dinoderus
minutus Farb.

Nama Jenis Rotan Kelas Awet


No
Nama Daerah Nama Botanis (Ketahanan)
1 Bubuay Plectocomia elongata Becc. V
2 Semambu Calamus scipionum Burr. III
3 Tretes Daemonorop heteroides Bl. III
4 Balubuk Calamus burchianus Becc. II
5 Batang Calamus zolingerii Becc. II
6 Galaka Calamus sp. I
7 Tohiti Calamus inops Becc. I
8 Manau Calamus manan Miq. I

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5. Klasifikasi keawetan (ketahanan) rotan terhadap bubuk Dinoderus
minutus Farb.

Kelas awet (ketahan) Penurunan berat (mg)


I < 42
II 43 - 62
III 63 - 82
IV 83 - 102
V > 102

Tingkat Kekuatan

Menurut Bhat dan Thulasidas (1993) dalam Krisdianto dan Jasni (2005)

dimensi serat merupakan parameter yang penting untuk menentukan kekuatan

rotan. Panjang serat dan tebal dinding serat dapat dijadikan bahan pertimbangan

untuk menentukan kekuatan rotan. Semakin tebal dinding dan semakin panjang

serat, maka semakin tinggi kekuatan batang rotan. Dinding serat yang tebal

menjadikan rotan lebih keras dan meningkatkan kemampuan menyangga beban

yang berat.

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi adalah proses analisis kekuatan dan kelemahan suatu

ekonomi dianalisis. Analisis ekonomi penting untuk memahami kondisi ekonomi

yang tepat. Di dalam analisis ekonomi, suatu proyek dilihat dari sudut pandang

perekonomian sebagai keseluruhan (Alam et al, 2009).

Menurut Aziz (2003) untuk mengetahui tingkat kelayakan dari berbagai

produk hal yang dilakukan adalah menganalisis biaya dan pendapatan. Setelah

mengetahui biaya dan pendapatan dilanjutkan dengan pemakaian metode R/C

Ratio dan Break Event Point (BEP).

Universitas Sumatera Utara


a. Analisis biaya dan pendapatan

Dalam analisis biaya dan pendapatan dilakukan perhitungan biaya

produksi total (biaya tetap total dan biaya variabel total). Setelah mengetahui

biaya produksi dihitung penerimaan dan keuntungan.

Menurut Aziz (2003) rumus perhitungan biaya produksi, penerimaan dan

keuntungan adalah sebagai berikut:

Biaya produksi: TC = TFC + TVC

Penerimaan: TR = P.Q

Keuntungan = TR – TC

Keterangan: TC = total cost (biaya total)

TFC = total fixed cost (biaya tetap total )

TVC = total variabel cost (biaya tidak tetap total)

TR = total revenue (penerimaan total)

P = price per unit (harga jual per unit)

Q = quantity (jumlah produksi)

b. Revenue Cost Ratio (R/C)

Metode R/C merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya yang

dikeluarkan. Menurut Kuswadi (2006) untuk menghitung R/C dapat dirumuskan

sebagai berikut.

TR
RC =
TC

Keterangan: TR = total revenue (penerimaan total)

TC = total cost (biaya total)

Kriteria penilaian R/C:

R/C < 1 = produk tidak layak secara ekonomi

Universitas Sumatera Utara


R/C > 1 = produk layak secara ekonomi

c. Pendekatan Break Event Point (BEP)

Analisis break event point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk

menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama

dengan pendapatan. Menurut Aziz (2003) perhitungan BEP (konsep titik impas)

dapat dilakukan dengan dua rumus yaitu:

Biaya Total
BEP Biaya Produksi =
Harga P roduk

Biaya Total
BEP Harga Produksi =
Total P roduksi

Penelitian-penelitian Terbaru Mengenai Industri Rotan di Kota Medan

Menurut Sigalingging (2011) hasil penelitian di Perusahaan CV. Haramas

Medan menggunakan jenis rotan yang antara lain rotan manau (Calamus manan),

rotan sega (Calamus caesius), rotan cacing batu (Calamus melanoloma) dan rotan

batu lantai (Calamus sp). Produksi di CV. Haramas tergantung pada pesanan

(orderan). Bentuk produk yang diproduksi disesuaikan dengan permintaan

pembeli (buyer). Pada bulan April 2011 pesanan produk di CV. Haramas ada tiga

yaitu Kode 259 t (meja setengah jadi), Kode 259 (kursi) dan Kode 262 (kursi).

Pemberian kode pada produk ini adalah untuk mempermudah perusahaan dalam

proses produksi. Masing-masing jumlah produksi dari produk adalah 200 unit,

jadi jumlah seluruh produksi pada bulan April 2011 adalah 600 unit.

Menurut Suratmi (2010) hasil produk-produk dari rotan yang ditawarkan

usaha toko pengrajin rotan di kota Medan adalah kursi tamu (kursi teras), sekat

(pembatas ruangan), kuda-kudaan (mainan anak), keranjang parsel (bentuk

Universitas Sumatera Utara


bertingkat, bentuk keranjang biasa), sofa, perangkat meja makan, kursi goyang ati,

kursi goyang anyaman, hulahop, tudung saji, bakul pakaian, kursi malas, rak

buku, rak dispenser, dan keranjang buah.

Menurut Syahraini (2010) harga rotan berdasarkan jenisnya pada tahun

2000 disajikan pada Tabel 6. Kemudian harga barang kerajinan berdasarkan

jenisnya disajikan pada Tabel 7 berikut:

Tabel 6. Harga Rotan di Kota Medan Berdasarkan Jenisnya pada Tahun 2000
No Jenis Rotan Harga (Rp)
1. Rotan manau 13.000/batang
2. Rotan manau poles kecil 12.000/batang
3. Rotan manau sedang 17.000/batang
4. Rotan manau ukuran 40 mm 20.000/batang
5. Rotan manau ukuran 35-40 mm 18.000/batang
6. Rotan manau ukuran 30-35 mm 16.000/batang
7. Rotan getah 3.000- Rp. 4.000/kg
8. Rotan pitrit 25.000- Rp. 27.000/batang
9. Rotan semambu 5000-Rp 7.000/batang
10. Rotan sega 12.500/batang
11. Rotan cacing 3.000/kg
12. Rotan tabu-tabu berdasarkan ukurannya 7.000-10.000/batang
Sumber: Kamaludin (2000) dalam Syahraini (2010)

Tabel 7. Harga barang kerajinan di Medan berdasarkan jenisnya pada Tahun 2000
No Barang-Barang Kerajinan Harga (Rp)
1. Kursi teras harga persetnya 1 juta – 3 juta
2. Kursi tamu harga persetnya 1,5 juta – 5 juta
3. Kursi sofa harga persetnya 700.000.
4. Meja makan dan kursinya 500.000 – Rp.700.000
5. Kursi malas 300.000
6. Rak Sudut 800.000 – 1500.000.
7. Lemari 2 jt – 3 jt
8. Ayunan 50.000 – 100.000
9 Cermin rotan 15.000 – 50.000
10 Keranjang berbagai bentuk 5.000 – 100.000.
11 Hulahop 10.000 – 50.000.
12 Sarang Lampu 30.000 – 60.000.
13 Pot berdasarkan jenis dan bentuknya 3.000 – 800.000.
14 Bola takraw 5000 – 15.000
Sumber: Kamaludin (2000) dalam Syahraini (2010)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai