Anda di halaman 1dari 3

Ignatius Primus Indrajati

21/479814/EK/23559

1.
a. Price Level = PDB Nominal / PDB Riil = 24 triliun / 6 triliun = 4 triliun
Money velocity = PDB Nominal / Jumlah uang beredar = 24 triliun / 800 miliar = 30 miliar
b. Jika output meningkat sebesar 4% dan bank sentral ingin mempertahankan jumlah uang
beredar tidak berubah, maka PDB nominal akan meningkat sebesar 4%, atau
24 triliun ×1,04=24,96 triliun . Untuk menjaga jumlah uang beredar tidak berubah, tingkat
harga harus turun dengan persentase yang sama dengan kenaikan PDB riil, atau 4%, sehingga
tingkat harga yang baru menjadi 4 triliun× 0,96=3,84 triliun
c. Jika bank sentral ingin menjaga tingkat harga tetap stabil, ia harus meningkatkan jumlah
uang beredar sebesar 4% untuk mengimbangi kenaikan 4% dalam PDB riil. Pasokan uang
baru akan menjadi800 miliar ×1,04=832 miliar
D. Untuk mencapai inflasi 6%, bank sentral harus meningkatkan jumlah uang beredar untuk
mendorong peminjaman dan pengeluaran. Bank kemudian perlu meminjamkan lebih banyak
uang kepada konsumen dan bisnis, meningkatkan jumlah uang beredar dan merangsang
inflasi.

2. Fungsi uang:
 Alat tukar (medium of exchange): Uang digunakan untuk membeli dan menjual
barang dan jasa.
 Satuan hitung (unit of account): Ukuran yang orang-orang gunakan untuk menetapkan
harga dan catatan uang
 Penyimpan nilai (store of value: Uang dapat disimpan dan digunakan nanti.
Inflasi mempengaruhi fungsi uang dalam perekonomian dengan mengurangi nilainya sebagai
penyimpan nilai dan satuan hitung. Ketika harga naik, daya beli uang menurun, yang berarti
orang membutuhkan lebih banyak uang untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah yang
sama. Akibatnya, uang menjadi kurang efektif sebagai penyimpan nilai dan satuan hitung.

3. a. Membagi harga Starbucks Caffe Latte di setiap negara dengan harga Starbucks Caffe
Latte di Amerika Serikat ($3,65).
 Singapura: 6,20 ÷ 3,65 = 1,6986
 Malaysia: 12,70 ÷ 3,65 = 3,4795
 Thailand: 85 ÷ 3,65 = 23,2877
 Jepang: 290 ÷ 3,65 = 79,4521
 Korea Selatan: 4400 ÷ 3,65 = 1205,4795
Jadi predicted exchange rate adalah:
 Singapura: 1,6986 S$/US$
 Malaysia: 3,4795 ringgit / US$
 Thailand: 23,2877 baht / US$
 Jepang: 79,4521 jpy / US$
 Korea Selatan: 1205,4795 won / US$
b. Purchasing Power Parity antara Singapura dengan Korea Selatan = 1,698 S$/US$ ÷
1.205,4795 won/US$ = 0,0014 S$/won
Price Latte Exchange Rate
Korea Selatan = 6,20 S$ ÷ 1 won = 6,20 S$ ÷ 0,0014 S$ = 4428 won
Singapura = 4400 won ÷ 1 S$ = 4400 won ÷ 714,285714285 won = 6,16 S$
Predicted Exchange rate
Singapura = 6,16 S$ ÷ 3,65 US$ = 1,6876 S$/US$
Korea Selatan = 4428 won ÷ 3,65 US$ = 1.213,15 won/US$

4. Apresiasi rupiah Indonesia dapat memberikan dampak yang berbeda pada kelompok yang
berbeda, sebagai berikut:
Diuntungkan:
A. Institusi di Singapura yang memegang obligasi pemerintah Indonesia:
Jika rupiah terapresiasi, nilai obligasi pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah akan
meningkat dalam dolar Singapura sehingga menimbulkan capital gain bagi pemegang
obligasi. Dengan demikian, lembaga-lembaga tersebut akan memperoleh keuntungan dari
apresiasi rupiah.
B. Sektor manufaktur di Indonesia:
Apresiasi rupiah dapat membuat impor menjadi lebih murah, yang dapat mengurangi biaya
produksi bagi produsen Indonesia yang mengandalkan bahan baku atau mesin impor. Hal ini
dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar. Dengan demikian, sektor manufaktur di
Indonesia dapat memperoleh keuntungan dari apresiasi rupiah. Namun dapat dirugikan bila
manufaktur Indonesia berencana untuk melakukan ekspor, dikarenakan apresiasi rupiah
membuat produk dalam negeri lebih mahal bagi pembeli asing.
D. Perusahaan Indonesia yang berencana membeli properti di luar negeri:
Apresiasi rupiah dapat membuat mata uang asing menjadi lebih rendah, yang dapat
memgurangi biaya pembelian property (menjadi lebih murah) di luar negeri bagi perusahaan
Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan Indonesia yang berencana membeli properti di luar
negeri diuntungkan akibat dari apresiasi rupiah.
Dirugikan:
C. Wisatawan Australia yang berencana berlibur ke Bali:
Jika rupiah menguat, turis Australia perlu menukarkan lebih banyak dolar Australia untuk
mendapatkan jumlah rupiah yang sama, membuat perjalanan mereka lebih mahal. Oleh
karena itu, wisatawan Australia yang berencana berlibur ke Bali akan merasa dirugikan
dalam apresiasi rupiah.

5. Menurut data dari Trading Economics, nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar AS
adalah sebagai berikut:
Maret 2018: 13.745 rupiah per dolar AS
Maret 2019: 14.211 rupiah per dolar AS
Maret 2020: 16.350 rupiah per dolar AS
Maret 2021: 14.449 rupiah per dolar AS
Maret 2022: 12.842 rupiah per dolar AS

Selama 5 tahun terakhir, ekspor Indonesia secara umum meningkat, kecuali sedikit
penurunan di tahun 2020 akibat pandemi COVID-19. Pada tahun 2018, total nilai ekspor
adalah 180,2 miliar USD; pada tahun 2021, menjadi 214,7 miliar USD, meningkat 19,1%.
Namun demikian, impor Indonesia secara umum juga meningkat pada periode yang sama,
dengan total nilai impor pada tahun 2018 menjadi 188,7 miliar USD, dan pada tahun 2021
menjadi 207,5 miliar USD, meningkat sebesar 10%.

Berdasarkan data tersebut, terlihat adanya korelasi negatif antara nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS dengan kinerja ekspor Indonesia. Ketika rupiah melemah terhadap dolar AS, ekspor
meningkat, dan sebaliknya. Namun, hubungannya dengan impor, ketika rupiah menguat
impor meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa pelemahan rupiah (nilai tukar yang rendah)
dapat membuat barang-barang Indonesia lebih kompetitif di pasar global dan meningkatkan
permintaan ekspor tetapi mungkin tidak berdampak signifikan terhadap permintaan impor
walaupun secara teori jika nilai tukar tinggi, impor akan mengalami peningkatan

Anda mungkin juga menyukai