Anda di halaman 1dari 8

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Korban

Nama : Ny.IM

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur :62 tahun

No. RM : 01.08.69.27

Alamat : Jorong Sumagek Sumani X Koto Singkarak

3.2 Kronologis Kejadian

Menurut keluarga korban, pada hari Rabu tanggal dua belas Agustus dua ribu dua
puluh pukul dua belas nol nol Waktu Indonesia Barat, korban mengalami
kecelakaan lalu lintas, korban merupakan penumpang sepeda motor yang
dikendarai oleh suami korban di Jalan Veteran, sepeda motor korban disenggol
oleh mobil dari kiri belakang, pasien terjatuh ke sisi kanan dan kepala korban
tejatuh ke aspal, korban tidak sadar setelah jatuh. Korban dibawa ke IGD RSUP
Dr. M. Djamil Padang untuk tatalaksana lebih lanjut.

3.3 Hasil Pemeriksaan

a. Pada puncak kepala kanan, 2 cm dari GP, 8 cm dari batas tumbuh rambut
bagian depan terdapat luka lecet tepi rata diameter 0,3 cm.
b. Pada pergelangan tangan kanan bagian dalam terdapat luka memar
berwarna merah keunguan, ukuran 2 x 3 cm.

c. Pada punggung kaki kiri bagian luar tepat dibawah mata kaki terdapat
memar berwarna keunguan yang memanjang hingga mata kaki kiri bagian
dalam, ukuran 17x3 cm.
d. Pada punggung kaki kanan bagian luar tepat dibawah mata kaki terdapat
memar berwarna kemerahan jelas ukuran 2 x 2 cm.

e. Pada mata kaki kanan bagian luar terdapat luka lecet ukuran 2 x 1,5 cm

f. Pada lutut kiri terdapat beberapa luka memar berwarna kemerahan,


diameter terbesar 1cm dan diameter terkecil 0,4cm meliputi area seluas
5x5 cm.
g. Pada tungkai kiri sisi depan, 5cm dibawah lutut terdapat beberapa luka
memar berwarna keunguan dengan diameter terbesar 3 cm dan diameter
terkecil 1 cm meliputi area seluas 5x7cm.

3.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang


Hasil CT-Scan ditemukan adanya hematom subdural dan perdarahan
subarachnoid
.

3.5 Diagnosis Pasien


 CK GCS 12 E3M5V4 + SAH temporal (S) + kontusio serebri
frontal (S) + SDH minimal temporal (S).
BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang pasien perempuan dating ke IGD RSUP Dr M Djamil Padang


setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Menurut keluarga korban, pada hari
Rabu tanggal 12 Agustus dua 2020 pukul 12.00 WIB, korban mengalami
kecelakaan lalu lintas, korban merupakan penumpang sepeda motor yang
dikendarai oleh suami korban di Jalan Veteran, sepeda motor korban disenggol
oleh mobil dari kiri belakang, pasien terjatuh ke sisi kanan dan kepala korban
tejatuh ke aspal, korban tidak sadar setelah jatuh. Korban dibawa ke IGD RSUP
Dr. M. Djamil Padang untuk tatalaksana lebih lanjut.

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa dijalan yang tidak disangka-
sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai
jalan lainnya mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Biasanya
pada korban kecelakaan lalu lintas ditemukan luka-luka dan bahkan patah tulang.
Luka dapat terjadi akibat dari trauma tumpul. Trauma tumpul dapat menyebabkan
tiga macam luka yaitu luka memar (contusio), luka lecet (abrasio) dan luka robek
(vulnus laceratum).

Dalam kasus kecelakaan lalu lintas untuk pengadilan sering dimintakan


visum kepada dokter yang memeriksa. VeR merupakan keterangan tertulis yang
dibuat oleh dokter yang berisi fakta dan pendapat berasarkan keahlian/keilmuan,
tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia atau bagian tubuh manusia,
baik hidup atau mati, yag dibuat atas permintaan tertulis (resmi) dari penyidik
yang berwenang (atau hakim khusus untuk psikiatrik), yang dibuat atas
sumpah/dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan. Dasar hukum
pengadaan VeR terdapat dalam pasal 133 KUHAP, pasal 120 KUHAP, pasal 180
KUHAP, Pasal 186 KUHAP dan pasal 187 KUHAP.
Seorang dokter diharuskan membuat visum et repertum dan diberikan
pada penyidik seperti yang tertera dalam pasal 216 KUHP :
(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang
siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
tindakan guna menjalankan ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh salah
seorang pejabat tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
Dasar hukum pembuatan visum et repertum adalah pasal 133 KUHAP,
yaitu bila yang diperiksa adalah manusia sebagai korban atau diduga korban suatu
pidana, baik korban hidup atau mati. Prosedur permintaan visum et repertum
korban diatur dalam pasal 133 ayat 1 dan 2 KUHAP:
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwewenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Prosedur pengadaan VeR pada korban hidup tidak diatur secara rinci
dalam KUHAP. Peranan VeR adalah sebagai salinan barang bukti sehingga VeR
harus dibuat lengkap serta sebagai alat bukti yang sah.

Keadaan umum pasien didapatkan GCS 12 dengan E3M5V4. Glasgow


Comma Scale (GCS) merupakan skor dengan nilai minimal 3 dan maksimal 15
yang dinilai berdasarkan 3 parameter: respon mata, respon verbal dan respon
motor untuk menilai kesadaran. GCS dipakai dalam penilaian fisiologis Trauma
Scoring System.
Pada pasien ini ditemukan luka lecet di puncak kepala, luka memar di
pergelangan tangan kanan, mata kaki, punggung kaki, lutut dan tungkai.
Berdasarkan derajat lukanya pasien ini digolongkan derajat 2. Luka derajat II
adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau menghalangi pekerjaan
korban untuk sementara waktu. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal
351 ayat 1 yang berisi “ Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah. (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”

Pada pemeriksaan CT-scan didapatkan hematom subdural dan perdarahan


subarachnoid. Pada cedera kepala, yang paling ditakuti adalah terjadinya
pembengkakan pada otak setelah terkena trauma. Perdarahan di bawah selaput
otak yang sering terjadi pada beberapa kasus mungkin tidak menyebabkan
kematian, namun pembengkakan otak yang terjadi dapat menyebabkan
peningkatan tekanan di dalam rongga kepala. Cedera kepala merupakan penyebab
utama kecacatan dan kematian, terutama pada dewasa muda. Di Amerika Serikat,
hampir 10% kematian disebabkan karena trauma, dan setengah dari total kematian
akibat trauma berhubungan dengan otak. Kasus cedera kepala terjadi setiap 7
detik dan kematian akibat cedera kepala terjadi setiap 5 menit. Cedera kepala
dapat terjadi pada semua kelompok usia, namun angka kejadian tertinggi adalah
pada dewasa muda berusia 15-24 tahun. Angka kejadian pada laki-laki 3 hingga 4
kali lebih sering dibandingkan wanita. Penyebab cedera kepala di Indonesia
mayoritas karena kecelakaan lalu lintas yang dapat dilaporkan kecenderungannya
dari tahun 2007 dengan 2013 hanya untuk transportasi darat, tampak ada kenaikan
cukup tinggi yaitu dari 25,9 persen menjadi 47,7 persen.

Anda mungkin juga menyukai