Anda di halaman 1dari 2

KAJIAN TINGKAT RESIKO BENCANA GELOMBANG EKSTRIM DAN ABRASI

PANTAI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PADANG BARAT KOTA PADANG

Fajar Agung Mulia1), Haryani2),


Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta
Email: muliafajaragung@gmail.com 2)irharyanimtp@yahoo.co.id
1)

PENDAHULUAN
Kawasan pesisir merupakan salah satu pusat Untuk pemberian skor diberikan nilai 1,2 dan 3,
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sehingga kemudian skor ini dikalikan dengan bobot yang telah
berbagai kegiatan dilakukan pada kawasan ini. ditetapkan. Sedangkan untuk kategori kelas dibagi
Kawasan pesisir menjadi wilayah yang rentan dan menjadi rendah,sedang dan tinggi. Jika telah diketahui
terancam ketika terjadi perubahan aktifitas hidro- tingkat ancaman, kerentanan dan kapasitas baru bisa
oseanografi. Naiknya muka air laut dan perubahan dihitung suatu tingkat resiko bencana. Tahap analisis
kecepatan angin yang menyebabkan badai dan pertama adalah tingkat ancaman, dimana parameter
terjadinya gelombang ekstrim dan mengancam tingkat ancaman terdiri dari ; tinggi gelombang bobot
kawasan pesisir. Kota Padang berada di pesisir pantai 30%, kecepatan arus bobot 30% , bentuk garis pantai
barat Sumatera, sehingga tidak terlepas dari ancaman bobot 15 %, tipologi pantai bobot 10% dan tutupan
gelombang ekstrim dan abrasi. Secara administratif vegetasi bobot 15%. Berikutnya yaitu untuk analisis
ada 6 Kecamatan di Kota Padang yang memiliki tingkat kerentanan dengan parameter kerentanan fisik
kawasan pesisir. Berdasarkan hasil penelitian Haryani dengan bobot 40%, kerentanan ekonomi 25%,
(2018) dimana dari tahun 2003-2016 Kota padang kerentanan lingkungan 25% dan kerentanan 10.
mengalami abrasi seluas 5.74 Ha. Jika dihitung pada Analisis tingkat kapasitas dengan parameter aturan
kawasan sempadan pantai, Kecamatan Padang Barat terkait bencana bobot 25%, penyusunan dokumen
merupakan salah satu kecamatan yang memiliki kajian resiko bencana bobot 20%, pembangunan
kepadatan penduduk paling tinggi, Kecamatan Padang sistem peringatan dini bobot 10%, pembangunan
Barat juga memiliki faktor yang dapat menyebabkan mitigasi 30%, pendidikan dan pelatihan bobot 10 %,
tingginya abrasi. Salah satu yang mempengaruhi kelompok siaga bencana bobot 5%. untuk menghitung
gelombang ekstrim dan abrasi yaitu, permukaan tanah suatu tingkat resiko dengan menggunakan rumus
menurun yang disebabkan pengambilan berlebihan air ancaman*kerentanan/kapasitas. Sedangkan untuk
tanah karna kebutuhan permukimaan, mall dan hotel. mencari kategori kelas yaitu dengan cara nilai
Kecamatan Padang Barat baru melalui bencana tertinggi – nilai terendah/banyak kelas. Masuk pada
Abrasi Pantai dimana, Abrasi terus mengikis pantai analisis kedua kuantitatif yaitu dengan permasalahan
mulai dari muaro lasak sampai dengan muaro tingkat resiko yang ada maka dari permasalah tersebut
jembatan siti nurbaya. Melihat tingginya potensi akan diberikan rekomendasi strategi pengurangan
bencana gelombang ekstrim dan abrasi pantai, maka resiko bencana Gelomabang Ekstrim dan Abrasi yang
diperlukan strategi untuk mengatasi pengurangan terbagi menjadi mitigasi struktural dan non struktural
resiko Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi di serta suatu arahan pemanfaatan ruang yang
Kecamatan Padang Barat dan diperlukan arahan mempertimbangkan tingkat resiko bencana.
penataan ruang berbasis mitigasi bencana. HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE Kecamatan Padang Barat terdiri dari 10
Metode analisis yaitu analisis kuantitatif dan kelurahan dimana terdapat 8 kelurahan yang
kualitatif. Analisis kuantitatif dibantu dengan berpotensi terkena dampak bencana Gelombang
menggunakan scoring dan pembobotan yang mengacu Ekstrim dan Abrasi ini dipengaruhi karna memiliki
pada Perka BNPB No 02 Tahun 2012 dan literatur kawasan pesisir dan kawasan yang masuk pada kelas
terkait lainnya. untuk mengetahui tingkat resiko lereng 0-2%. Setelah didapati nilai dari tingkat
bencana terlebih dahulu menganalisis tingkat ancaman, kerentanan dan kapasitas didapti hasil
ancaman tingkat kerentanan dan tingkat kapasitas. analisis tingkat resiko bencana sebagai berikut ini ;
Tabel 1. Hasil Analisis Tingkat Resiko Bencana Tabel 3. Rekomendasi Zona
Kode Luas
Zona Rencana Sub Zona
Zona (Ha)
A. Kawasan Lindung
Sempadan
SP 39,89
Pantai
Zona Perlindungan
Sempadan
Setempat SS 0,58
Sungai
Sungai S 14,83
Taman
Zona Ruang Terbuka RTH-4 1,83
Kelurahan
Hijau
Taman RW RTH-5 1,07
B. Kawasan Budidaya
Skala
Zona Pelayanan Umum SPU-2 1,94
Kecamatan
Zona Perdagangan Dan
Skala BWP K-2 4,3
Jasa
Zona Peruntukan
Pelabuhan P 0,05
Lainnya

Gambar 1. Peta Analisis Tingkat Resiko Bencana


Berdasarkan hasil analisis tingkat resiko bencana
dapat disimpulkan bahwa 4 kelurahan masuk pada
kategori tinggi ini dikarnakan dipengaruhi oleh nilai
tingkat ancaman yang tinggi, serta nilai kerentanan
yang tinggi karna akan menimpulkan banyaknya
jatuhnya korban jiwa yang dipengarui oleh kepadatan KESIMPULAN
penduduk, rasio kelompok umur, dll, sehingga dapat Pada kawasan studi berdasarkan analisis
menimbulkan kerugian yang besar karna banyaknya tingkat resiko bencana gelombang ekstrim dan abrasi
bangunan rumah, terdapatnya fasilitas umum dan masuk pada kategori tinggi, sedang dan rendah,
fasilitas kritis, sedangkan kelurahan yang masuk pada dimana tentunya diperlukan suatu rekomendasi
kategori sedang karna dipengaruhi kerugian, jatuhnya pengurangan resiko bencana berupa mitigasi
korban jiwa lebih sedikit dibandingkan kategori struktural dan non struktural dan arahan kegiatan
tinggi. Kelurahan yang masuk pada kategori rendah pemanfaatan ruang. Pada kelurahan yang masuk pada
karna hanya terdapatnya fasilitas kritis. Dilihat kategori tinggi diarahkan sebagai kawasan
terdapatnya potensi bencana tinggi, sedang dan perlindungan setempat, dan kelurahan yang masuk
rendah. Sehigga diperlukan rekomendasi pengurangan kategori sedang dan rendah diperbolehkan sebagai
resiko bencana dan arahan pemanfaatan ruang. kawasan budidaya hanya saja ada beberapa kegiatan
Tabel 2. Rekomendasi Pengurangan Resiko Bencana yang diizinkan secara terbatas .
Rekomendasi Pengurangan Resiko Bencana DAFTAR PUSTAKA
Mitigasi Struktural Mitigasi Non Struktural
[1] Haryani, 2012. Model Mitigasi Bencana di
- Penanaman pohon pinago Wilayah Pesisir dengan Pemberdayaan
- Sosialisasi penanggulangan
bencana Masyarakat. Jurnal Tata Loka, Vol 14, No 3
- Pembangunan Breakwatter
- Pemerintah melarang [2] Jasmani. 2017. Kajian Resiko Bencana Gelombang
- Pembangunan seawall
pembangunan rumah, fasilitas
- Bangunan menjadi ramah Ekstrim dan Abrasi Pantai di Wilayah Pesisir
umum, fasilitas kritis, pada
bencana
- Pemasangan rambu-rambu
kelurahan yang masuk pada Kota Makassar. Tesis, Sekolah Pascasarjana
kategori tinggi Universitas Hasannudin Makassar
jalur evakuasi
- Diadakannya simulasi terkait
- Penyediaan papan informasi [3] Pertaturan Kepala Badan Nasional
logistik dan peralatan untuk PB
penanggulangan bencana
- Pemerintah memberikan Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun
dana untuk kelompok siaga
bencana 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian
Resiko Bencana

Anda mungkin juga menyukai