Anda di halaman 1dari 9

Isu-Isu Strategis Wilayah VI-1

BAB 6
ISU-ISU STRATEGIS WILAYAH

Isu-isu strategis wilayah yang terkait pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil (WP3K) di wilayah perencanaan Provinsi Kalimantan Utara dibagi ke dalam delapan isu
utama yakni, (1) Degradasi Habitat Wilayah Pesisir, (2) Pencemaran Wilayah Pesisir dan (3)
Illegal Fishing, (4) Konflik Pemanfaatan Ruang, (5) Strategis dan Kebijakan Wilayah, (6)
Infrastruktur, (7) Ekonomi Wilayah, (8) Jasa dan Perdagangan.

Degradasi
Habitat
Wilayah Pesisir
Pencemaran
Perdagangan
Wilayah Pesisir

Strategis dan ISU - ISU


kebijakan SPASIAL Illegal Fishing
wilayah
WP3K

Konflik
Infrastruktur Pemanfaatan
Ruang
Ekonomi
Wilayah

Gambar 6.1 Isu – Isu Strategis Wilayah WP3K Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINAL RZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Isu-Isu Strategis Wilayah VI-2

6.1 Isu Degradasi Habitat Wilayah Pesisir


Pembangunan dan pemanfaatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi Ancaman lain terhadap degradasi habitat adalah degradasi terumbu karang. Degradasi
Kalimantan Utara menunjukkan hasil yang kurang optimal dan cenderung menuju kearah terumbu karang di perairan pesisir disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, di antaranya
yang tidak berkelanjutan. Di beberapa kawasan pesisir dan lautan yang padat penduduk dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang sebagai sumber pangan (ikan-ikan karang), sumber
intensitas pembangunan tinggi sudah menunjukkan berbagai gejala kerusakan lingkungan bahan bangunan (galian karang), komoditas perdagangan (ikan hias), dan obyek wisata
seperti degradasi fisik habitat pesisir seperti abrasi pantai, penebangan mangrove, rusaknya (keindahan dan keanekaragaman hayati).
terumbu karang dan padang lamun serta erosi pada wilayah estuari atau sungai. Adapun permasalahan-permasalahan terkait dengan degradasi habitat wilayah pesisir
Provinsi Kalimantan Utara antara lain:
Abrasi pantai merupakan salah satu masalah serius degradasi garis pantai. Selain proses-
proses alami, seperti angin, arus, hujan dan gelombang, aktivitas manusia juga menjadi a. Rusaknya terumbu karang di Pulau Bunyu karena penggunaan alat tangkap trawl
penyebab penting abrasi pantai. Kebanyakan abrasi pantai akibat aktivitas manusia adalah sehingga ikan semakin berkurang dan nelayan semakin jauh menangkap ikan (12 –
pembukaan lahan dan pengambilan pasir pantai untuk kepentingan pemukiman dan 30 mil).
pembangunan infrastruktur, sehingga sangat mengurangi fungsi perlindungan terhadap b. Penambangan pasir laut di Pulau Bunyu dan pantai Tanjung Karang Induk, Pulau
pantai. Sebatik yang menyebabkan abrasipantai.
c. Penebangan mangrove di Pulau Sebatik
d. Pendangkalan sungai sehingga perahu nelayan tidak bisa masuk saat surut di Sungai
buaya, Pulau Sebatik dan Pulau Bunyu

6.2 Isu Strategis Pencemaran Wilayah Pesisir


Kegiatan pembukaan lahan atas dan pesisir untuk pertanian, pertambangan dan
pengembangan kota merupakan sumber beban sedimen dan pencemaran perairan pesisir
dan laut. Adanya penebangan hutan dan penambangan di Daerah Aliran Sungai (DAS) telah
menimbulkan sedimentasi serius di beberapa daerah muara dan perairan pesisir.
Pembukaan lahan atas sebagai bagian dari kegiatan pertanian, telah meningkatkan limbah
pertanian baik padat maupun cair yang masuk ke perairan pesisir dan laut melalui aliran
sungai. Limbah cair yang ; mengandung nitrogen dan fosfor berpotensi menimbulkan
keadaan lewat subur (eutrofikasi) yang merugikan ekosistem pesisir.

Selain limbah pertanian, sampah-sampah padat rumah tangga dan kota merupakan sumber
pencemar perairan pesisir dan laut yang sulit dikontrol, sebagai akibat perkembangan
pemukiman yang pesat. Sumber pencemaran lain di pesisir dapat berasal dari kegiatan
pembangunan lainnya, seperti kegiatan pertambangan dan industri.
Gambar 6.2 Potret Lokasi Abrasi Pantai di Tanjung Karang, Pulau Sebatik menggunakan
Teknologi Unmanned Aerial Vehicle (Sumber: WiTaRIs, 2016)

DOKUMEN FINAL RZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Isu-Isu Strategis Wilayah VI-3

Adapun permasalahan-permasalahan terkait dengan pencemaran wilayah pesisir Provinsi c. Rendahnya tingkat keamanan, sering terjadi perampokkan yang sangat meresahkan
Kalimantan Utara antara lain: masyarakat pesisir terutama saat menjelang panen hasil tambak, yang terjadi antara
lain di Tarakan, Tana Lia, dan Tanjung Selor
a. Tangkapan ikan nelayan semakin menurun dan daerah tangkapan semakin jauh yang
d. Belum efektifnya pengawasan terhadap pembangunan yang dilakukan pada daerah
diduga akibat tingginya aktivitas industri perkebunan yang mencemari perairan
sempadan pantai di Pulau Sebatik.
sungai Sesayap.
e. Belum ada surat resi/ijin dari Kementrian Kelautan Perikanan tentang status
b. Berkurangnya ikan di sekitar perairan Pulau Bunyu yang diduga akibat limbah
rumpon sebanyak 34 dari pemerintah pusat yang dipasang di wilayah perbatasan
industri batubara, dan juga karena tidak ada pengolahan limbah industri tambang.
negara Malaysia - Indonesia di Pulau Sebatik.
c. Menurunnya produksi penangkapan udang yang diduga karena adanya industri
pengolahan sawit di Sungai Menggaris.
d. Terjadi erosi lateral di Sungai Sembakung yang diduga disebabkan oleh kapal 6.4 Isu Konflik Pemanfaatan Ruang
pengangkut hasil tambang. Perkembangan pembangunan wilayah pesisir pantai dan laut yang cukup pesat berdampak
pada pemanfaatan dan pengelolaan yang tumpang tindih atau terabaikan. Pengelolaan ini
6.3 Isu Strategis Illegal Fishing menjadi lebih kompleks bila tumpang tindih fungsi dan kewenangan pemanfaatan
llegal fishing yaitu kegiatan penangkapan ikan secara illegal di perairan wilayah atau ZEE sumberdaya kelautan terjadi antar sektor, daerah, swasta dan pihak yang berkepentingan
suatu negara, atau tidak memiliki ijin dari negara tersebut (Rokhmin Dahuri, 2012). lainnya. Salah satu isu utama dalam strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
Pengertian illegal fishing adalah kegiatan perikanan yang tidak sah, kegiatan perikanan yang kecil adalah konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir yang secara simultan juga
tidak diatur oleh peraturan yang berlaku, aktifitasnya tidak dilaporkan kepada suatu institusi berkaitan dengan penanganan isu-isu yang lain. Pemikiran dasar dalam menggali isu
atau lembaga perikanan yang tersedia/berwenang. Dapat terjadi di semua kegiatan konflik dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir diletakkan pada analisis masalah
perikanan tangkap tanpa tergantung pada lokasi, target species, alat tangkap yang digunakan keberlanjutan (sustainability), perlindungan dan pelestarian, pengembangan, pemerataan
dan eksploitasi serta dapat muncul di semua tipe perikanan baik skala kecil dan industri, dan komunikasi antar stakeholder.
perikanan di zona yurisdiksi nasional maupun internasional. Realitas konflik pada hakekatnya merupakan suatu gejala sosial yang melekat di dalam
kehidupan setiap masyarakat, dan oleh karenanya melekat pula di dalam pemanfaatan
Adapun permasalahan-permasalahan terkait dengan degradasi habitat wilayah pesisir yang ruang dengan derajat dan pola konflik yang berbeda dalam berbagai masyarakat. Oleh
sering terjadi antara lain adalah: karenanya, sumber yang menyebabkannya pun mempunyai ragam dan pola yang tidak

a. Penggunaan alat tangkap tidak ramah seperti pengeboman, electrical fishing atau sama pula dan nampak sangat bersifat local dan unik. Terkait dengan isu-isu general

dengan potas (racun sianida) sering terjadi antara lain di sekitar perairan Kabupaten konflik yang berpeluang terjadi di wilayah pesisir antara lain adalah :

Nunukan. a) Konflik Kelas. Konflik ini terjadi antar kelas (antar kelompok) sosial yang ada di
b. Nelayan tangkap tidak mematuhi batas/jalur penangkapan yang telah dibuat oleh masyarakat. Contohnya, konflik antara kelompok nelayan tradisional dengan
nelayan tangkap, sering ditemukan kapal yang menangkap tidak pada jalur nelayan modern. Konflik ini disebabkan oleh persoalan perebutan daerah
tangkapannya seperti yang terjadi di perairan Kabupaten Nunukan.

DOKUMEN FINAL RZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Isu-Isu Strategis Wilayah VI-4

penangkapan (fishing ground) akibat perbedaan tingkat penguasaan modal, l. Belum ada rambu-rambu yang jelas sebagai batas-batas wilayah maritime
teknologi dan peralatan. kedaulatan wilayah perbatasan antara Indone Konflik Pemanfaatan Ruang
b) Konflik Orientasi. Konflik ini biasanya terjadi akibat adanya perbedaan tujuan
Perkembangan pembangunan wilayah pesisir pantai dan laut yang cukup pesat
dalam pemanfaatan sumberdaya alam.
berdampak pada pemanfaatan dan pengelolaan yang tumpang tindih atau terabaikan.
c) Konflik Spasial. Konflik ini biasanya terjadi akibat adanya perebutan
Pengelolaan ini menjadi lebih kompleks bila tumpang tindih fungsi dan kewenangan
wilayah/ruang yang terkait dengan batas-batas administratif pemerintahan.
pemanfaatan sumberdaya kelautan terjadi antar sektor, daerah, swasta dan pihak yang
Dari hasil studi yang dilakukan, teridentifikasi isu-isu konflik terkait dengan berkepentingan lainnya. Salah satu isu utama dalam strategi pengelolaan wilayah
pemanfaatan ruang wilayah pesisir Provinsi Kalimantan Utara, antara lain adalah : pesisir dan pulau-pulau kecil adalah konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir yang
a. Isu konflik antara nelayan lokal dengan nelayan luar yang menangkap udang secara simultan juga berkaitan dengan penanganan isu-isu yang lain. Pemikiran dasar
galah/ikan dengan menggunakan cara di electrical fishing / racun di wilayah dalam menggali isu konflik dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir diletakkan pada
Sembakung, Kabupaten Nunukan. analisis masalah keberlanjutan (sustainability), perlindungan dan pelestarian,
b. Sering tersangkutnya alat tangkap sesama nelayan dengan alat tangkap yang pengembangan, pemerataan dan komunikasi antar stakeholder.
berbeda di Kabupaten Nunukan Realitas konflik pada hakekatnya merupakan suatu gejala sosial yang melekat di dalam
c. Belum ada penentuan zona pada lokasi mana yang diperbolehkan untuk kegiatan kehidupan setiap masyarakat, dan oleh karenanya melekat pula di dalam pemanfaatan
budidaya rumput laut dan lokasi penjemuran rumput laut (Nunukan dan ruang dengan derajat dan pola konflik yang berbeda dalam berbagai masyarakat. Oleh
Bulungan). karenanya, sumber yang menyebabkannya pun mempunyai ragam dan pola yang tidak
d. Penempatan budidaya rumput laut dilakukan pada area perikanan tangkap sama pula dan nampak sangat bersifat local dan unik. Terkait dengan isu-isu general
(Nunukan dan Juata, Tarakan) konflik yang berpeluang terjadi di wilayah pesisir antara lain adalah :
e. Isu konflik antara pembudidaya rumput laut dengan pemukat rumput laut di
a) Konflik Kelas. Konflik ini terjadi antar kelas (antar kelompok) sosial yang ada di
berbagai areal budidaya rumput laut di Nunukan, Tarakan dan Pulau Sebatik
masyarakat. Contohnya, konflik antara kelompok nelayan tradisional dengan
f. Aksesibilitas perahu nelayan yang terganggu akibat areal budidaya rumput laut
nelayan modern. Konflik ini disebabkan oleh persoalan perebutan daerah
yang tidak tertata dengan baik (Nunukan, Tarakan dan Pulau Sebatik)
penangkapan (fishing ground) akibat perbedaan tingkat penguasaan modal,
g. Masyarakat pembudidaya rumput laut memasang patok batas pada dasar
teknologi dan peralatan.
perairan untuk klaim kawasan tersebut sebagai hak milik di Pulau Sebatik
b) Konflik Orientasi. Konflik ini biasanya terjadi akibat adanya perbedaan tujuan
h. Budidaya rumput laut berada di alur pelayaran sungai Ular yang merupakan dalam pemanfaatan sumberdaya alam.
merupakan perbatasan Malaysia dan Indonesia. c) Konflik Spasial. Konflik ini biasanya terjadi akibat adanya perebutan
i. Nelayan melakukan aktivitas penangkapan di jalur transportasi di muara sungai wilayah/ruang yang terkait dengan batas-batas administratif pemerintahan.
Mangkudilis
Dari hasil studi yang dilakukan, teridentifikasi isu-isu konflik terkait dengan
j. Belum dimanfaatkannya secara maksimal area tangkapan ikan di sepanjang
pemanfaatan ruang wilayah pesisir Provinsi Kalimantan Utara, antara lain adalah :
wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia
a. Isu konflik antara nelayan lokal dengan nelayan luar yang menangkap udang
k. Belum ada penegasan batas teritorial wilayah penangkapan
galah/ikan dengan menggunakan cara di electrical fishing / racun di wilayah

DOKUMEN FINAL RZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Isu-Isu Strategis Wilayah VI-5

Sembakung, Kabupaten Nunukan. pengelolaan konflik atau resolusi konflik dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir.
b. Sering tersangkutnya alat tangkap sesama nelayan dengan alat tangkap yang Gambaran pemetaan konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir di Provinsi Kalimantan
berbeda di Kabupaten Nunukan Utara dapat dilihat pada Tabel 6.1.

c. Belum ada penentuan zona pada lokasi mana yang diperbolehkan untuk kegiatan
budidaya rumput laut dan lokasi penjemuran rumput laut (Nunukan dan
6.5 Isu Strategis Kebijakan dan Kewilayahan
Bulungan).
Dalam pengembangan wilayah pesisir dan kepulauan di Provinsi Kalimantan Utara, sejumlah
d. Penempatan budidaya rumput laut dilakukan pada area perikanan tangkap
isu strategis bidang kebijakan dan kewilayahan, baik secara internal maupun secara
(Nunukan dan Juata, Tarakan)
eksternal yang akan menjadi permasalahan dan fokus perhatian utama untuk ditangani
e. Isu konflik antara pembudidaya rumput laut dengan pemukat rumput laut di
secara menyeluruh, antara lain:
berbagai areal budidaya rumput laut di Nunukan, Tarakan dan Pulau Sebatik
a. Masih terbatasnya kebijakan dan political will pemangku kepentingan yang mendorong
f. Aksesibilitas perahu nelayan yang terganggu akibat areal budidaya rumput laut
pengembangan provinsi bercirikan kawasan pesisir dan kepulauan, khususnya di
yang tidak tertata dengan baik (Nunukan, Tarakan dan Pulau Sebatik)
Kawasan Timur Indonesia. Provinsi Kalimantan Utara sebagai salah satu provonsi DOB
g. Masyarakat pembudidaya rumput laut memasang patok batas pada dasar
yang sebagian besar wilayahnya (empat dari lima kabupaten/kota) bercirikan kawasan
perairan untuk klaim kawasan tersebut sebagai hak milik di Pulau Sebatik
pesisir dan kepulauan harus dikembangkan sebagai kawasan ekonomi yang bercirikan
h. Budidaya rumput laut berada di alur pelayaran sungai Ular yang merupakan
pesisir dan kepulauan, apalagi ditopang sebagai daerah terluar/perbatasan yang memiliki
merupakan perbatasan Malaysia dan Indonesia.
nilai strategis tinggi dalam kegiatan ekonomi dengan negara tetangga.
i. Nelayan melakukan aktivitas penangkapan di jalur transportasi di muara sungai
b. Sinergitas kebijakan antara provinsi dengan kabupaten/kota dalam pengembangan
Mangkudilis
provinsi bercirikan pesisir dan kepulauan. Kabupaten/kota sebagai sub-wilayah dalam
j. Belum dimanfaatkannya secara maksimal area tangkapan ikan di sepanjang
pengembangan provinsi pesisir dan kepulauan harus mempersiapkan rencana induk
wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia
pengembangan kabupaten/kota pesisir dan kepulauan yang akan dikontribusikan pada
k. Belum ada penegasan batas teritorial wilayah penangkapan
pengembangan provinsi pesisir dan kepulauan Kalimantan Utara.
l. Belum ada rambu-rambu yang jelas sebagai batas-batas wilayah maritime
c. Kebijakan pembangunan nasional tidak menempatkan Provinsi Kalimantan Utara yang
kedaulatan wilayah perbatasan antara Indonesia-Malaysia
bercirikan pesisir dan kepulauan sebagai kawasan strategis tema pengembangan Pulau
m. Kapal pengangkut batu bara mengganggu area tangkap nelayan di wilayah timur
Kalimantan “pembangunan wilayah Pulau Kalimantan sebagai salah satu paru-paru dunia
sampai barat Tarakan.
dengan mempertahankan luasan hutan Kalimantan, dan lumbung energi nasional dengan
n. Belum ada zona tangkap di perairan umum khususnya sungai-sungai di Sebuku,
pengembangan hilirisasi komoditas batubara, serta pengembangan industri berbasis
Nunukan
komoditas kelapa sawit, karet, bauksit, biji besi, gas alam cair, pasir zircon dan pasir
kuarsa, serta pengembangan food estate”. Padahal Kalimantan Utara yang bercirikan
Dari berbagai isu-isu konflik tersebut diatas, kemudian dilakukan pemetaan konflik baik pesisir dan kepulauan potensial dalam peningkatan kesejahteraan rakyat secara merata
yang bersifat tersembunyi (laten), mencuat (emergin), terbuka (maninfes) dan meningkat di seluruh wilayah, mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI
(eskalasi). Pemetaan konflik ini dimaksudkan sebagai langkah awal dalam melakukan melalui percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah dengan menekankan

DOKUMEN FINAL RZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Isu-Isu Strategis Wilayah VI-6

keunggulan kompetitif perekonomian daerah berbasis SDA yang tersedia, SDM tinggi, bukan hanya dari aspek kemudahan aksessibilitas, tapi juga terkait dengan
berkualitas, penyediaan infrastruktur, serta meningkatkan kemampuan ilmu dan kebutuhan layanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat.
teknologi secara terus menerus. d. Akses rumah tangga yang mampu menjangkau sumber air bersih masih tergolong
d. Belum optimalnya pengembangan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan. Provinsi terbatas, terutama pada daerah kepulauan. Bukan hanya terbatas dari sisi jumlah
Kalimantan Utara sebagai kawasan perbatasan yang relative tertinggal dan bercirikan tetapi juga dalam hal pemerataan masih nampak timpang. Persentase rumah tangga di
pesisir dan kepulauan, belum optimal dalam upaya percepatan kebutuhan pelayanan wilayah pesisir yang mengakses sumber air bersih, terendah ditunjukkan oleh
dasar publik, dan pengembangan perekonomian masyarakat, masih berdaya saing Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan. Secara keseluruhan di Provinsi
rendah, serta tumbuh sebagai halaman depan negara yang kuat dan berdaulat. Kalimantan Utara, terutama pada wilayah kepulauan dan pesisir, akses RT terhadap
sumber air bersih dan air minum layak masih menjadi hambatan utama dalam
6.6 Isu Strategis Infrastruktur menjamin kualitas hidup layak bagi masyarakat, sehingga harus menjadi prioritas
Secara garis besar, infrastruktur daerah dikategorikan dalam sejumlah kategori, yakni: (a) utama pengembangan infrastruktur layanan dasar masyarakat pesisir dan kepulauan
infrastruktur layanan dasar, berupa infrastruktur layanan dasar pendidikan, layanan dasar di Provinsi Kalimantan Utara ke depan.
kesehatan, dan infrastruktur sosial budaya, seperti sarana dan prasarana peribadatan; (b) e. Kondisi jaringan jalan yang sangat memprihatinkan. Bukan hanya panjang jalan yang
infrastruktur perhubungan darat, laut dan udara; (c) infrastruktur kelistrikan dan air bersih; masih belum sebanding dengan luas wilayah, tetapi kondisi jalan rusak berat hampir
(d) infrastruktur telekomunikasi; dan (e) infrastruktur ekonomi yang meliputi infrastruktur mencapai 60 persen, selain disparitas antar wilayah masih sangat nampak pada lima
perdagangan (pasar) dan infastruktur pertanian (irigasi). Sejumlah isu-isu strategis terkait kabupaten/kota di wilayah Kalimantan Utara. Kondisi jalan tergolong buruk bagi
dengan arah pengembangan infrastruktur kawasan wilayah pesisir dan kepulauan Provinsi sebuah daerah yang memerlukan konektivitas wilayah yang tinggi, dimana
Kalimantan Utara, antara lain: keterhubungan antar wilayah dengan wilayah lainnya sangat penting untuk menjamin

a. Ketersediaan infrastruktur dasar di wilayah pesisir dan kepulauan yang masih sangat distribusi barang dan jasa serta mobilitas manusia yang tinggi. Fakta lain yang

terbatas, berupa infrastruktur dasar layanan pendidikan dasar dan menengah, nampak adalah distribusi jaringan jalan pada setiap kabupaten/kota masih sangat

infrastruktur dasar layanan kesehatan semua tingkatan, serta infrastruktur dasar timpang, dimana lebih dari 54,6 persen jalan provinsi terbentang di wilayah

layanan sanitasi dan air bersih. Kabupaten Bulungan dan 31,77 melintasi wilayah Kabupaten Nunukan. Artinya, lebih

b. Disparitas ketersediaan infrastruktur dasar antar setiap wilayah masih cukup tinggi, dari 85 persen jalan provinsi melintasi hanya pada dua kabupaten, dan kurang dari 15

khususnya di daerah-daerah kepulauan dibandingkan dengan wilayah daratan Pulau persen lebihnya melintasi 3 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Utara.

Kalimantan. Khusus untuk ketersediaan layanan pendidikan tingkat dasar, meskipun f. Secara keseluruhan aksessibilitas Provinsi Kalimantan Utara masih sangat tidak

telah cukup memadai, tetapi masih menjadi kendala utama pada wilayah kepulauan. memadai. Bentang panjang jaringan jalan berdasarkan luas wilayah masih tergolong

c. Infrastruktur dasar layanan bidang kesehatan, masih terbatas pada ketersediaan rendah, Pemerintah daerah perlu serius dalam mempersiapkan infrastruktur wilayah

kualitas layanan kesehatan dengan ketersediaan layanan poliklinik dan rumah sakit. untuk meningkatkan aksessibilitas wilayah agar potensi pertumbuhan daerah dapat

Keduanya hanya mencapai 1,6 persen dari total layanan kesehatan di Kalimantan lebih dioptimalkan, khususnya untuk wilayah bercirikan sumberdaya alam pesisir.

Utara. Pada kedua layanan ini harus mampu ditingkatkan keterjangkauan yang lebih g. Kualitas infrastruktur perhubungan laut belum sepenuhnya sesuai yang diharapkan.
Dukungan infrastruktur perhubungan laut sebagai kebutuhan vital masyarakat di
wilayah pesisir perlu ditingkatkan untuk mendukung mobilitas barang dan manusia

DOKUMEN FINAL RZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Isu-Isu Strategis Wilayah VI-7

antar daerah pesisir dan kepulauan di wilayah Kalimantan Utara dan dengan wilayah sama kemampuan produksi bidang perikanan di daerah yang bercirikan wilayah pesisir
lainnya di luar Provinsi Kalimantan Utara. dan kepulauan juga belum mampu menunjukkan kinerja pertumbuhan yang baik.
h. Kualitas infrastruktur perhubungan udara masih belum memadai. Khusus untuk b. Kontribusi PDRB per wilayah kabupaten/kota masih timpang, menunjukkan kegiatan
wilayah pesisir, terutama untuk wilayah-wilayah pulau yang tersebar luas dan ekonomi masyarakat masih terpusat pada wilayah tertentu, dan belum merata pada
berbatasan langsung dengan negara tetangga, akses wilayah yang cepat, aman dan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara.
terjangkau sangat diperlukan masyarakat dalam menjalankan aktivitas ekonominya c. Struktur ekonomi wilayah juga masih menunjukkan ketimpangan dan pergeserannya
sehari-hari. Bukan hanya untuk mobilitas masyarakat lokal, tetapi juga untuk bergerak lambat. Perkembangan value added antar sektor menunjukkan dominasi sektor-
merespon mobilitas masyarakat dari luar, baik Nusantara maupun Mancanegara sektor ekonomi tertentu pada ekonomi wilayah provinsi Kalimantan Utara. Provinsi
seiring dengan berkembangnya potensi wisata bahari yang eksotik di sebagian besar Kalimantan Utara masih sangat tergantung pada sektor primer, dimana lebih dari 45
wilayah kepulauan di Provinsi Kalimantan Utara. persen PDRB atas dasar harga berlaku mengandalkan sektor pertambangan dan galian,
i. Persentase rumah tangga yang mengakses listrik PLN belum optimal, hingga tahun serta sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Pada sektor sekunder yang terdiri atas
2015 rumah tangga pengguna listrik PLN di Kalimantan Utara baru mencapai 85,58 empat sektor hanya menyumbang 12,12 persen dari total nilai PDRB atas dasar harga
persen, selain itu layanan PLN masih belum memadai di daerah perdesaan. Daerah berlaku. Selebihnya, kurang dari 43 persen dikontribusi oleh sektor tersier yang tersebar
yang masih menyisakan persentase rumah tangga belum mengakses aliran listrik pada sebelas sektor ekonomi masyarakat.
yang cukup signifikan adalah terutama di wilayah pulau dan pesisir di Kabupaten d. Secara keseluruhan tidak ada daerah kabupaten/kota di wilayah pesisir dan kepulauan
Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan. Pada kedua daerah ini, harus menjadi Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki tingkat pertumbuhan sangat pesat (rapid
perhatian utama karena keterbatasan infrastruktur listrik dapat menghambat growth region). Justeru sebaliknya, terdapat dua daerah yang nampak pertumbuhannya
kegiatan ekonomi masyarakat, sehingga menciptakan ketergantungan yang tinggi tertinggal dan berdaya saing rendah, yakni Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana
pada supply barang dari daerah lainnya. Tidung. Kedua daerah ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang
lebih rendah dari pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Kalimantan Utara. Baik
6.7 Isu Strategis Ekonomi Wilayah faktor eksternal (perekonomian Kalimantan Utara) maupun faktor internal
Analisis perekonomian wilayah didasarkan pada sejumlah indikator ekonomi wilayah (perekonomian daerah bersangkutan) potensi pengembangan ekonomi wilayah di
menunjukkan sejumlah isu strategis ekonomi wilayah, baik secara internal maupun eksternal Kabupaten Nunukan dan Tana Tidung tidak dapat secara optimal dalam mendorong
harus menjadi perhatian pemerintah daerah, khususnya pada wilayah pesisir dan kepulauan pertumbuhan ekonomi daerah, sehingga harus cermat dalam menetapkan potensi
di Provinsi Kalimantan Utara dalam beberapa tahun terakhir, antara lain: sektoralnya.

a. Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah, bukan hanya rendah tetapi juga nampak e. Kabupaten/kota bercirikan wilayah pesisir dan kepulauan di Provinsi Kalimantan Utara

bertumbuh tidak stabil dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi masih dominan mencirikan sektor primer sebagai sektor basis. Masih mengandalkan

mengalami perlambatan tajam, menurun dari 8,18 persen pada tahun 2014 menjadi kegiatan ekonomi dengan value added yang rendah. Sektor basis yang diperankan oleh

hanya 3,13 persen pada tahun 2015. Perlambatan pertumbuhan ini terutama disebabkan sektor sekunder dan tersier masih terbatas pada wilayah perkotaan, sehingga masih

oleh penurunan produksi sejumlah komoditi pertambangan dan galian. Pada saat yang menggambarkan ketimpangan wilayah yang relatif tajam di wilayah pesisir dan
kepulauan Kalimantan Utara.

DOKUMEN FINAL RZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Isu-Isu Strategis Wilayah VI-8

6.8 Isu Strategis Jasa dan Perdagangan


Isu strategis bidang jasa dan perdagangan kawasan wilayah pesisir dan kepulauan Provinsi
Kalimantan Utara, baik bersumber dari faktor internal maupun berasal dari faktor eksternal
yang akan menjadi fokus perhatian dalam pengembangan wilayah pesisir dan kepulauan di
Kalimantan Utara, antara lain:

a. Masih tingginya biaya transaksi (transaction cost) pada wilayah pesisir dan kepulauan
Provinsi Kalimantan Utara, terutama disebabkan oleh tingginya biaya transportasi dan
distribusi barang dan jasa di wilayah pesisir, kepulauan dan daerah perbatasan.
Akibatnya, tingkat harga-harga umum relatif lebih tinggi (lebih tinggi dibandingkan harga
luar pulau dan luar negeri), terutama pada kebutuhan pokok masyarakat. Kondisi ini
semakin diperparah oleh oleh keterbatasan produksi barang lokal, sehingga sebagian
kebutuhan pokok masyarakat harus didatangkan dari luar wilayah/pulau.
b. Layanan jasa masih sangat terbatas, terutama terkait dengan jasa keuangan dan asuransi,
jasa perusahaan, dan jasa-jasa lainnya di daerah pesisir, kepulauan dan perbatasan.

DOKUMEN FINAL RZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Isu-Isu Strategis Wilayah VI-9

Tabel 6.1 Matriks Pemetaan Tipologi Konflik dalam Pemanfaatan Ruang Pesisir Dan Laut di Provinsi Kalimantan Utara
Bentuk
Wilayah
Identifikasi Isu konflik Sifat Konflik Realitas Konflik Struktur Konflik Penyelesaian Rokemendasi Resolusi Konflik
Konflik
Konflik
Pihak-pihak yang Sosialiasasi dan pengawasan mengenai alat
Isu konflik antara nelayan lokal dengan Sembakung,
terlibat masih tangkap yang diperbolehkan merujuk UU
nelayan luar yang menangkap udang Kabupaten Konflik terhadap upaya
Laten Horisontal mampu Perikanan No 45 Thn 2009 dan Permen KP No
galah/ikan dengan menggunakan cara Nunukan. tangkap (effort)
mengendalikan 71 thn 2016 tentang Jalur dan Penempatan
electrical fishing / racun
keadaan alat penangkapan ikan
Sosialiasasi dan pengawasan mengenai alat
Sering tersangkutnya alat tangkap sesama Konflik terhadap alur Non zero-sum tangkap yang diperbolehkan merujuk UU
nelayan dengan alat tangkap yang berbeda Kabupaten Nunukan Manifes dan penempatan alat Horisontal conflict Perikanan No 45 Thn 2009 dan Permen KP No
penangkapan ikan (perundingan) 71 thn 2016 tentang Jalur dan Penempatan
alat penangkapan ikan
Belum ada penentuan zona pada lokasi mana Nunukan dan
yang diperbolehkan untuk kegiatan budidaya Konflik pemanfaatan Penentuan zona budidaya rumput laut
Bulungan Laten Vertikal -
rumput laut dan lokasi penjemuran rumput ruang berdasarkan potensi kesesuaian ruang
laut

Nunukan dan
Penempatan budidaya rumput laut dilakukan Konflik pemanfaatan Penentuan kejelasan zona budidaya dan zona
Juata, Tarakan Laten Horisontal Kompromistis
pada area perikanan tangkap ruang perikanan tangkap

Isu konflik antara pembudidaya rumput laut Sum conflict Pengaturan zona dan tata letak budidaya
Konflik terhadap
dengan pemukat rumput laut di berbagai areal Nunukan, Tarakan (antagonistic dan rumput laut, serta penempatan alat
Eskalasi perebutan sumberdaya Horisontal
budidaya rumput laut dan Pulau Sebatik kompromi penangkapan ikan berdasarkan Permen KP No
yang sama
insedentil) 71 thn 2016
Aksesibilitas perahu nelayan yang terganggu Sum conflict
akibat areal budidaya rumput laut yang tidak Nunukan, Tarakan Manifest menuju Konflik pemanfaatan (antagonistic dan Pengaturan tata letak metode budidaya
Horisontal
tertata dengan baik dan Pulau Sebatik eskalasi ruang (aksesibilitas) kompromi rumput laut
insedentil)

Masyarakat pembudidaya rumput laut


memasang patok batas pada dasar perairan Klaim ruang yang Regulasi melalui Perda yang terjabarkan
untuk klaim kawasan tersebut sebagai hak Pulau Sebatik Laten menimbulkan Vertikal - dalam aturan organic DKP mengenai
milik kecemburuan sosial mekansime usaha budidaya rumput laut

Budidaya rumput laut berada di alur pelayaran


sungai Ular yang merupakan merupakan Pulau Sebatik Laten Konflik perbatasan Vertikal - Regulasi Nasional, Perda,
perbatasan Malaysia dan Indonesia
Nelayan melakukan aktivitas penangkapan di
Muara sungai Konflik pemanfaatan Horisontal dan Sosialisasi dan pengawasan menganai ruang
jalur transportasi di muara sungai Mangkudilis laten -
Mangkudilis ruang vertikal alur trasportasi

Wilayah timur
Kapal pengangkut batu bara mengganggu area Konflik pemanfaatan Sosialisasi dan pengawasan terhadap zona
sampai barat Laten Horisontal -
tangkap nelayan ruang yang telah ditetapkan
Tarakan
Sungai-sungai di
Konflik pemanfaatan
Belum ada zona tangkap di perairan umum Sebuku, Nunukan Laten Horisontal - Penentuan zona tangkap di perairan umum
ruang
Sumber : Data Primer Diolah dari Hasil Fokus Group Diskusi, 2017.

DOKUMEN FINAL RZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017

Anda mungkin juga menyukai