ABSTRAK
Pasar Baru di Distrik Kaimana, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat, berada dalam kawasan
hutan mangrove dan sesungguhnya pembangunan prasarana ekonomi ini tidak sesuai dengan aturan
yang diterbitkan oleh pemerintah sehingga berimbas pada kerusakan lingkungan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan dan merumuskan upaya
pengendalian meluasnya alih fungsi lahan di kawasan pasar tersebut. Pada penelitian ini, data
dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, dan penyebaran kuisioner, kemudian dianalisis
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa alih fungsi lahan mangrove tidak hanya terjadi di area pasar tetapi juga kawasan di sekitarnya.
Lemahnya implementasi regulasi pemerintah dengan memberikan izin membangun dan penggunaan
lahan oleh pihak swasta di kawasan hutan mangrove karena harga tanahnya yang dijual murah dan
ketidaktahuan masyarakat setempat akan manfaat besar hutan mangrove merupakan faktor utama
penyebab alih fungsi lahan ini.
Kata kunci : alih fungsi lahan, hutan mangrove, kerusakan lingkungan, kawasan pasar
alam mangrove menyebutkan luas kawasan ekosistem mangrove di sana. Kerusakan yang
mangrove (bakau) di Kaimana mencapai lebih terjadi berimbas pada kehidupan biota laut
dari 70.000 Ha, dari total 3.490.000 Ha yang ada di daerah ini seperti misalkan
mangrove yang ada di Indonesia. Jumlah ini berbagai jenis ikan air asin dan air payau dan
tersebar di 7 wilayah distrik yang ada di hilangnya tempat tinggal berbagai jenis burung
Kaimana. seperti bangau, elang dan lain sebagainya.
Salah satu daerah dengan basis Menurut data BBKSDA Papua Barat di
pembangunan terpesat di Kabupaten Kaimana Kaimana, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
adalah Distrik Kaimana, yang merupakan Ibu Kaimana dan BAPPEDA Kabupaten Kaimana,
Kota Kabupaten Kaimana, dan paling lengkap keberadaan dan keberlangsungan hidup
dari segi sarana dan prasarana penunjang. ekosistem hutan mangrove di daerah ini kian
Luas distrik ini 2.095 Km², terdiri atas 17 hari makin terancam karena tergerus oleh
kampung dan 2 kelurahan. Distrik Kaimana aktivitas manusia. Kawasan mangrove di
merupakan daerah terluas ke-lima di Distrik Kaimana seluas ± 80 Ha telah menjadi
Kabupaten Kaimana dengan jumlah penduduk rumah bagi berbagai spesies burung dan
mencapai 33.035 jiwa pada tahun 2017 dan berbagai macam jenis flora dan fauna, baik
memiliki populasi penduduk terbanyak darat maupun laut. Namun data Dinas
dibandingkan dengan beberapa distrik lain Lingkungan Hidup Kaimana menyebutkan
(BPS Kab Kaimana, 2018). bahwa pada tahun 2018 ada pengrusakan
Berdasarkan data dari Dinas kawasan mangrove di daerah ini hingga
Lingkungan Hidup Kabupaten Kaimana, luasnya berkurang menjadi ±70 Ha. Sekitar 10
Peraturan Bupati Nomor Nomor 4 Tahun 2008 Ha hutan mangrove hilang dan dialihfungsikan
tentang Perlindungan Terhadap Kawasan menjadi kawasan permukiman dan pasar.
Konservasi Perairan Daerah, menyebutkan Khusus di area Pasar Baru Kaimana, para
bahwa ada perlindungan khusus terhadap pengusaha memperluas dengan membangun
keberlangsungan ekosistem hutan mangrove tempat usaha milik mereka secara diam-diam
di Kabupaten Kaimana dan seharusnya tanpa izin dari pemerintah. Padahal menurut
dilindungi dan diatur serta diarahkan regulasi Peraturan Daerah Kabupaten
sebagaimana yang diamanatkan dalam Kaimana Nomor 7 Tahun 2003, di kawasan
dokumen RTRW Kabupaten Kaimana. Pada mangrove yang dilindungi ini hanya
dokumen tata ruang Kabupaten Kaimana diperbolehkan membangun di atas lahan
(RTRW), secara umum disebutkan bahwa seluas 1 Ha untuk kawasan pusat
kawasan hutan mangrove yang ada di Distrik perdagangan dan jasa, yang didalamnya
Kaimana, khususnya di daerah Pasar Baru diperuntukkan untuk pembangunan 1 unit
Kaimana, merupakan daerah lindung yang pasar khusus sayur, 1 unit pasar ikan, 190 unit
diatur penggunaannya oleh Pemerintah kios barang pecah belah dan sembako serta
Kabupaten Kaimana. Secara khusus 200 unit kios pakaian. Pada kenyataannya
disebutkan bahwa daerah pesisir hutan bakau telah terjadi pembangunan dan perluasan area
yang ada di sepanjang tepian pantai hingga Pasar Baru Kaimana di luar ketentuan
100 m dari garis pantai merupakan daerah peraturan daerah yang berlaku tersebut. Yang
yang dilindungi karena merupakan kawasan semula lahan peruntukan pasar adalah seluas
lindung bagi ekosistem di bawahnya dan 1 Ha kini berkembang mencapai 3 Ha.
memiliki fungsi antara lain sebagai habitat
mahluk hidup seperti berbagai jenis hewan dan 1.2. Rumusan Masalah
fungsi lain sebagai penyeimbang antara Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
ekosistem darat dan laut.
Namun pada kenyataannya telah terjadi Terjadi alih fungsi lahan hutan mangrove
alih fungsi lahan mangrove di kawasan Pasar di area Pasar Baru Kaimana Distrik
Baru Kaimana, yang mengakibatkan Kaimana.
kerusakan ekosistem pesisir. Walaupun telah Rusaknya ekosistem hutan mangrove di
ada arahan agar tidak ada pembangunan fisik sekitar area Pasar Baru Kaimana.
di daerah tersebut tetapi kini telah
dimanfaatkan sebagai kawasan berdagang. 1.3. Tujuan Penelitian
Padahal telah dipetakan lahan mana saja yang Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dapat dibangun dan mana yang tidak. Hutan
faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan
mangrove yang ada di daerah ini kian lama
semakin meluas dialihfungsikan dengan hutan mangrove di area Pasar Baru Kaimana
mengatasanamakan hak kepemilikan tanah Distrik Kaimana dan merumuskan upaya
adat, sehingga menimbulkan kerusakan
pengendalian alih fungsi hutan mangrove di rencana tata ruang tidak pernah
kawasan tersebut. diberikan sanksi.
3. Dalam perencanaan tata ruang selalu
II. KAJIAN LITERATUR disatukan dengan rencana
2.1 Ketentuan Pemanfaatan Ruang pengembangan sehingga penetapan
Ketentuan umum tentang pemanfaatan rencana tata ruang menjadi kabur karena
ruang ditegaskan dalam Undang-Undang simpang siur dengan rencana
Penataan Ruang Pasal 32 sebagai berikut: pengembangan. Seharusnya rencana
pengembangan mengacu pada rencana
tata ruang.
1. Pemanfaatan ruang dilakukan melalui
4. Dalam penetapan rencana tata ruang
pelaksanaan program pemanfaatan ruang lebih banyak didominasi oleh
beserta pembiayaannya.
keputusan politik sehingga objektivitas
2. Pemanfaatan ruang sebagaimana
terhadap karakteristik wilayah menjadi
dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
tidak dapat berjalan dengan baik.
dengan pemanfaatan ruang, baik 5. Dalam menghadapi otonomi daerah,
pemanfaatan ruang secara vertikal maupun
setiap daerah dituntut untuk
pemanfaatan ruang di dalam bumi. meningkatkan pendapatan asli daerah,
3. Program pemanfaatan ruang beserta
sehingga setiap upaya pemanfaatan
pembiayaannya sebagaimana dimaksud tata ruang diupayakan harus dapat
pada ayat (1) termasuk jabaran dari indikasi
memberikan sumbangan nilai ekonomi
program utama yang termuat di dalam bagi daerah.
rencana tata ruang wilayah.
4. Pemanfaatan ruang diselenggarakan
secara bertahap sesuai dengan jangka Selain kendala tersebut di atas, dalam
waktu indikasi program utama pemanfaatan pemanfaatan tata ruang berpotensi juga
ruang yang ditetapkan dalam rencana tata untuk menimbulkan konflik, jika
ruang. pemanfaatan dilakukan tanpa koordinasi
5. Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah dan perhitungan yang matang. Dengan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) demikian kendala dalam penyusunan
disinkronisasikan dengan pelaksanaan Rencana Umum Tata Ruang selalu juga
pemanfaatan ruang wilayah administratif diikuti oleh kendala yang muncul berupa
sekitarnya. konflik dalam pemanfaatan ruang yang
6. Pemanfaatan ruang sebagaimana tanpa ada koordinasi. Adapun konflik dalam
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pemanfaatan tata ruang secara umum dapat
dengan memperhatikan standar pelayanan dikelompokan yakni sebagai berikut: (1)
minimal dalam penyediaan sarana dan Potensi konflik antar wilayah; (2) Potensi
prasarana. konflik antar sektor; (3) Potensi konflik
antar masyarakat dan pemerintah; (4)
Potensi konflik dalam pemanfaatan tata
2.2 Kendala Dalam Pemanfaatan Tata
ruang itu sendiri.
Ruang
Sesuai dengan teori pengembangan
Pada dasarnya kendala dalam penyusunan
wilayah, secara konseptual pengertian
Rencana Umum Tata Ruang antara lain: pengembangan wilayah dapat dirumuskan
sebagai rangkaian upaya untuk
1. Rencana yang tersusun tidak mewujudkan keterpaduan dalam
memperhitungkan keserasian, penggunaan berbagai sumber daya,
keseimbangan dan kelestarian merekatkan dan menyeimbangkan
lingkungan. Karena itu jika rencana pembangunan nasional dan kesatuan
tersebut dijalankan sebagaimana yang wilayah nasional, meningkatkan keserasian
ditetapkan maka diperkirakan dalam antar kawasan, keterpaduan antar sektor
waktu jangka panjang akan berakibat pembangunan melalui proses penataan
fatal bagi kelangsungan hidup manusia ruang dalam rangka pencapaian tujuan
dan makhluk hidup lainnya. pembangunan yang berkelanjutan.
2. Tidak adanya ketegasan hukum bagi setiap Untuk mewujudkan sasaran
orang yang melanggar ketentuan dalam penataan ruang dan penataan pertanahan
ruang. Artinya bahwa setiap orang yang demi menjaga kelestarian lingkungan
melakukan penyimpangan penggunaan hidup, maka kebijaksanaan pokok yang
seperti kawasan industri dan kawasan terjadinya alih fungsi lahan pertanian antara
pertokoan, menyebabkan tuntutan terhadap lain :
penyediaan tanah semakin meningkat.
Sejalan dengan perkembangan tersebut 1. Banyaknya kebutuhan lahan yang
maka sering terjadi konflik atau bersifat non-pertanian
permasalahan tanah. Lokasi sekitar kota yang dulunya masih
Untuk menjaga dan mencegah didominasi oleh penggunaan lahan pertanian
pembangunan lahan yang sewenang- menjadi sasaran empuk bagi pengembangan
wenang, dibuatlah peraturan-peraturan jasa–jasa di bidang non pertanian terutama
tentang pengelolaan lahan perkotaan di di bidang industri. Mengingat lahan pertanian
Indonesia yang saling melengkapi, seperti yang relatif masih lebih murah serta tempat
misalkan: Undang-Undang, Keputusan yang sudah berdekatan dengan kota yang
Presiden, Peraturan Menteri, instruksi Kepala menyebabkan mudahnya menjangkau
BPN hingga dengan instruksi Gubernur, sarana dan prasarana seperti listrik, air
PERDA Kabupaten/Kota. Undang-undang bersih, jalan raya sekaligus dekat dengan
dan peraturan merupakan dasar hukum bagi keramaian, membuat lahan pertanian
fungsi pengolahan lahan dan penataan batas menjadi rebutan para investor industri.
ruang. Fungsi-fungsi tersebut di antaranya: 2. Peningkatan jumlah penduduk
fungsi pemanfaatan tanah, fungsi pengadilan Seiring berjalannya waktu, penduduk
peruntukan dan fungsi pemilikan/penguasaan pun semakin banyak bertambah. Pesatnya
tanah. Untuk lebih jelasnya peraturan jumlah peningkatan penduduk tersebut
pengolahan lahan perkotaan diambil dari tentunya mengakibatkan semakin banyak
Undang-Undang Rebublik Indonesia Nomor pula jumlah atau luas tanah yang dibutuhkan.
5 Tahun 1960 tentang Dasar Pokok-Pokok 3. Peningkatan taraf hidup masyarakat
Agraria. Peningkatan taraf hidup juga bisa
dikatakan menjadi salah satu faktor
2.4 Arahan Penggunaan Lahan pendorong (penyebab) terjadinya kegiatan
Arahan penggunaan lahan alih fungsi lahan, terlihat dari permintaan
dimaksudkan sebagai dasar pertimbangan lahan akibat peningkatan intensitas kegiatan
bagi para pengambil keputusan dan masyarakat seperti pusat pebelanjaan, jalan
pelaksanaan lapangan dalam menetapkan raya, objek wisata (tempat rekreasi),
pola pemanfaatan lahan secara tepat dan lapangan olah raga, dan tempat-tempat
terencana. Pola penggunaan lahan umum lainnya.
diharapkan dapat menciptakan kondisi 4. Ekonomi masyarakat
hidrologi yang mantap sehingga debit air Jauh lebih rendahnya hasil pertanian
dapat dipertahankan sepanjang tahun, karena biaya produksi yang amat tinggi
mengurangi laju erosi serta meningkatkan sedangkan hasil pendapatan yang diperoleh
daya dukung lahan untuk tujuan produksi relatif rendah bila dibandingkan dengan
pertanian kriteria dan tata cara penentuan pendapatan di sektor non pertanian (industri),
kedua fungsi kawasan yakni, kawasan sewa tanah, dan tingginya harga tanah jika
lindung (termasuk penyangga) dan kawasan dijual, membuat banyak petani-petani yang
budidaya berdasarkan faktor-faktor seperti mengalihfungsikan lahannya ke bidang non
lereng, jenis tanah, dan curah hujan serta pertanian bahkan menyewakan dan menjual
tidak bertentangan dengan RTRW lahan pertaniannya kepada orang lain untuk
Kabupaten Kaimana. kegiatan non pertanian (industri). Selain itu,
Keberadaan kawasan lindung di karena kebutuhan lain seperti biaya
wilayah kajian diharapkan mampu pendidikan anak misalnya, membuat petani
mendukung fungsi kawasan tersebut sebagai tidak mempunyai pilihan lain untuk menjual
fungsi lindung dan sebagai fungsi tata air. sebagian lahan pertaniannya.
Agar berfungsi secara optimal dan lestari, 5. Degradasi lingkungan
upaya pengelolaan kawasan ini juga perlu Penggunaan pupuk kimia dan pestisida
memperhatikan aspek sosial dan ekonomi kimia secara berlebihan berdampak pada
masyarakat yang ada di sekitarnya. meningkatnya serangan hama tertentu akibat
hilangnya predator-predator alami dari hama
2.5 Faktor Penyebab Terjadinya Alih yang bersangkutan, pencemaran air irigasi,
Fungsi Lahan (Konversi Lahan) dan rusaknya sawah pinggiran pantai.
Menurut FAO dalam Mulyan (1981) Kemarau panjang yang menimbulkan
beberapa faktor yang menyebabkan kekurangan air untuk kegiatan pertanian
Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk Tiap Kaimana. Data sekunder ini diambil
RT Pada Lokasi Studi disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu
mengetahui faktor penyebab terjadi alih fungsi
Jenis RT RT RT lahan di kawasan Pasar Baru Kaimana serta
No Pekerjaan 01 02 03 bagaimana upaya pengendalian terhadap
1 Pedagang 35 48 30 masalah alih fungsi lahan yang telah terjadi ini.
2 Nelayan 23 20 16 Melalui data instansi dapat diketahui
3 PNS 5 3 10 peruntukkan lahan untuk pembangunan dan
4 TNI/Polri - 4 - yang tidak untuk dibangun seperti kawasan
lindung dan lain-lain serta mengetahui regulasi
5 Petani 8 5 6
atau pengaturan penggunaan lahan di
Total
dalamnya. Berikut ini jenis-jenis data sekunder
71 80 62
yang akan diambil.
Sumber : Kantor kelurahan Krooy
Tabel 5. Kebutuhan Data Sekunder
Penentuan jumlah responden menurut
No Jenis Data Sumber
jenis mata pencaharian dilakukan secara
Kantor Pemda
purposive sampling (lihat Tabel 4). 1 Profil Kabupaten Kabupaten
Kaimana Kaimana
Tabel 4. Jumlah Responden Menurut Profil Distrik Kantor Distrik
Jenis Mata Pencaharian 2
Kaimana Kaimana
RTRW Bappeda
Jenis Jumlah 3 Kabupaten Kabupaten
Wilayah Pekerjaan Sampel Kaimana Kaimana
RDTR Bappeda
Pedagang 12 4 Kabupaten Kabupaten
Kaimana Kaimana
Nelayan 8
1 RT 01
PNS 2 3.2 Metode dan Teknik Analisa Data
3.2.1. Analisa Secara Kualitatif
Petani 3
Umumnya bentuk penyajian data yang
dianalisis secara kualitatif adalah bentuk
Pedagang 22
deskriptif, yaitu menganalisa keadaan objek
Nelayan 9 studi melalui penjelasan-penjelasan ataupun
pengertian baik bersifat terukur maupun tak
2 RT 02 PNS 1 terukur. Data-data hasil survei, baik berupa
data primer maupun sekunder, akan dianalisa
TNI/Polri 2 dan ditampilkan dalam bentuk narasi dan
tabel.
Petani 2 Data primer maupun sekunder yang telah
dihimpun dari lokasi studi Pasar Baru Kaimana
Pedagang 18 dan akan dianalisis secara kualitatif ini adalah
:
Nelayan 10
3 RT 03 Data sekunder yang dihimpun dari instansi
PNS 6
seperti Bappeda dan Dinas Lingkungan
Hidup yang akan dianalisis dan dibahas
Petani 4
untuk memberikan gambaran bagaimana
Total 99 pengaturan pengunaan lahan yang ada di
lokasi studi hingga dapat mengakibatkan
Sumber: Hasil Analisa, 2019
tindakan alih fungsi lahan oleh masyarakat
dan pelaku usaha.
3.1.2 Teknik Pengumpulan Data
Data primer yang dihimpun dari lapangan
Sekunder
seperti wawancara dilakukan untuk
Data-data sekunder dalam penelitian ini
mendapatkan informasi yang dapat
berupa Profil Kabupaten Kaimana dan Distrik
dipercaya dari narasumber atau informan
Kaimana, RTRW dan RDTR Kabupaten
ini untuk pembangunan yang berkelanjutan Kabupaten Kaimana Nomor 7 Tahun 2003
namun tidak bersinggungan apalagi merusak tidak dipatuhi lagi. Di lapangan terjadi
lingkungan. Sejalan dengan itu instrumen pembangunan di luar kawasan pasar tadi,
dokumen tata ruang wilayah Papua Barat pun yang dilakukan baik oleh pengusaha dalam
disesuaikan, yaitu mulai dari RTRW, RDTR area Pasar Baru Kaimana maupun
serta RPJMD, dibuat penambahan dan masyarakat setempat yang bermukim di
perluasan kawasan lindung. sekitarnya. Ini dapat terjadi karena pemerintah
Hanya saja kebijakan ini pun dirasa daerah kurang tegas dalam menegakkan
terlambat sebab sejak hampir 15 tahun aturan untuk menangani persoalan ini.
pemekaran Provinsi Papua Barat sudah terjadi
banyak pengalihfungsian kawasan lindung 4.1.1.2. Faktor Perizinan
khususnya hutan mangrove menjadi kawasan Secara umum tujuan dan fungsi dari
terbangun, dengan berbagai macam jenis perizinan adalah untuk memberikan sebuah
penggunaan dan pemanfaatannya seperti kelegalan dalam melakukan sesuatu yang
permukiman, industri dan lain sebagainya. diajukan seperti pembangunan atau izin untuk
Namun diharapkan kedepannya kebijakan dan melakukan aksi, setelah izin tersebut
regulasi yang dibuat oleh pemerintah provinsi dikeluarkan secara otomatis hak dari pemohon
ini dapat menjadi solusi untuk melindungi izin telah dijamin oleh pemberi izin. Izin yang
lingkungan secara umum di Papu Barat, dan keluar dari pihak yang berwenang seperti yang
secara khusus pada lokasi studi Pasar Baru telah disebutkan di atas adalah untuk
Kaimana yang juga menghadapi menjamin hak si penerima izin namun yang
permasalahan yang sama. Walaupun regulasi menjadi persoalan adalah izin tersebut
telah dibuat oleh Pemerintah Provinsi Papua seharusnya tidak boleh dikeluarkan karena
Barat namun tetap saja terjadi kerusakan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku,
hutan mangrove yang secara masif dari tahun seperti yang terjadi pada lokasi studi secara
ke tahun. luas di Kabupaten Kaimana. Pendirian
bangunan didasarkan pada izin yang telah
3. Kebijakan Pemerintah Daerah dimanipulasi dan atau perizinan tersebut tidak
Kabupaten Kaimana sesuai tahapan perizinan yang berlaku secara
Dalam dokumen Tata Ruang Wilayah umum di wilayah Republik Indonesia.
Kabupaten Kaimana, kawasan lindung telah Alih fungsi lahan secara kasat mata terjadi
dipetakan. Kawasan-kawasan lindung tersebut begitu mudah terutama pada kawasan
menurut dokumen tata ruang yang ada, tidak lindung, karena jika mengacu pada faktor
dapat dikelola secara sepihak tanpa regulasi di atas, jelas-jelas pemerintah
persetujuan pemerintah setempat. Sejalan melarang segala bentuk pembangunan pada
dengan itu kemudian Pemerintah Kabupaten daerah tersebut, namun tetap saja terjadi
Kaimana mengeluarkan Peraturan Pemerintah pembangunan di sana. Padahal di daerah
Nomor 4 Tahun 2008, mengenai perlindungan tersebut sudah ada peruntukkan penggunaan
terhadap kawasan konservasi dan salah satu dan pemanfaatan lahannya oleh Pemerintah
kawasan yang dilindungi adalah kawasan Kabupaten Kaimana lewat Perda Kaimana
hutan mangrove. Peraturan ini dibuat dengan Nomor 7 Tahun 2003, tentang perizinan
maksud untuk sedapat mungkin melindungi pembangunan Pasar Baru Kaimana hanya
seluruh kawasan hutan mangrove di 7 wilayah sejumlah 1 Ha, dan tidak boleh lebih dari itu.
distrik di Kabupaten Kaimana, yaitu antara Kemudian yang terjadi seperti yang telah
lain: Distrik Kaimana, Kambrauw, Teluk Etna, dijabarkan di atas bahwa telah terjadi alih
Arguni dan Buruway. fungsi lahan mangrove menjadi bangunan
Namun hal tersebut hanya dibuat oleh Pasar Baru Kaimana. Adapun pihak-pihak dari
pemerintah tetapi tidak diimplementasikan ke instansi yang terkait dengan persoalan
tingkat bawah atau tidak dijalankan oleh perizinan adalah :
masyarakat maupun stakeholder. Pemerintah
hanya mengeluarkan perda perlindungan 1. Pemerintah Kabupaten Kaimana
namun tidak menindak siapa saja yang Pada tahun 2002, Kabupaten Fakfak
melanggar aturan tersebut sehingga dimekarkan dan bagian dari wilayahnya
pengrusakkan dan pengalihfungsian lahan menjadi daerah Kabupaten Kaimana, salah
mangrove terus terjadi. Yang tadinya oleh satu kabupaten baru di lingkup Provinsi Papua
pemerintah setempat diberikan mandat Barat. Pemerintah Kaimana langsung
membangun hanya 1 Ha untuk pembangunan
membentuk rencana pembangunan strategis
pasar sesuai dengan peraturan daerah
yang di dalamnya terdapat kawasan pusat kewalahan dengan kondisi ini. Walau sudah
perdagangan dan jasa, sehingga pasar beberapa kali dilayangkan surat
tradisional Kaimana yang berada di pusat kota pemberitahuan namun tidak digubris oleh
Kaimana dipindahkan keluar, kemudian pelaku usaha yang telah menguasai daerah
ditunjuklah kawasan hutan mangrove di mangrove di sana. Ada salah satu tahapan
daerah Air Tiba, Kelurahan Krooy, Kaimana perizinan yang tidak dipatuhi oleh pihak
sebagai lokasi pembangunannya dengan swasta dan dengan bebas memanfaatkan
landasan hukum perizinan berdirinya pasar mangrove yang ada.
tersebut adalah Perda Nomor 7 Tahun 2003, 3. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
sehingga Pemerintah Kabupaten Kaimana Kaimana
merupakan penggagas utama dan pihak yang Izin yang dikeluarkan oleh BLH Kaimana
memberi izin untuk pendirian pasar ini. pada setiap pengajuan perizinan
Izin membangun tersebut hanya diberikan pembangunan yang ketika ditinjau akan
untuk kawasan seluas 1 Ha saja namun pada bersinggungan dengan lingkungan dan atau
kenyataannya terjadi perluasan area Pasar ekosistem yang dilindungi adalah izin analisis
Baru Kaimana, yang berkembang menjadi mengenai dampak lingkungan (amdal). Izin
seluas 3 Ha, dan daerah yang dijadikan lokasi dari BLH ini merupakan pengganti amdal jika
pembangunan tersebut adalah kawasan lokasi yang digunakan cakupannya kecil,
lindung hutan mangrove Air Tiba. Masalah cukup mengurus upaya pemantauan
yang terjadi adalah penyalahgunaan izin yang lingkungan hidup dan upaya pengelolaan
dilakukan oleh pihak swasta dalam hal ini lingkungan hidup (UPL-UKL).
adalah pedagang, karena dengan sengaja Terkait dengan standarisasi pengurusan
memperluas kawasan bisnis milik mereka perizinan pada BLH Kaimana, sebagian besar
dengan terlebih dahulu mengantongi surat para pelaku usaha tidak mengurus izin
pelepasan dari pemilik tanah kemudian tersebut, padahal seharusnya dilakukan sejak
mengurus surat izin pendirian bangunan awal pendirian bangunan di lokasi ini karena
usaha berikut izin usaha, sertifikat atas tanah, merupakan daerah hutan mangrove. Dari data
namun tidak memiliki izin tata ruang, izin yang dihimpun, pembangunan perluasan
prinsip dan amdal atau setidaknya izin UKL Pasar Baru Kaimana yang dilakukan
dan UPL. pedagang, semuanya tidak mengantongi izin
2. Dinas Bappeda Kabupaten Kaimana UPL - UKL. Pihak BLH Kaimana sendiri telah
Ketentuan pengendalian pemanfaatan beberapa kali mengeluarkan surat teguran
ruang wilayah kota adalah ketentuan yang kepada pedagang namun tidak dihiraukan
diperlukan sebagai alat penertiban penataan oleh mereka.
ruang, meliputi ketentuan umum peraturan 4. Dinas Pertanahan Kabupaten Kaimana
zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan Dalam pasal 4 ayat (1) Peraturan
pemberian insentif, serta arahan sanksi dalam Pemerintah Republik Indonesia menyatakan
rangka perwujudan RTRW Kota. bahwa untuk memberikan kepastian dan
Lebih lanjut Dinas Bappeda Kaimana perlindungan hukum terhadap pemilik tanah
sebagai salah satu instasi yang berperan yang sah, maka melalui badan, lembaga dan
dalam penataan ruang dalam suatu kawasan atau instansi terkait harus menjamin pemilik
mengeluarkan izin tata ruang yang mengacu tanah mendapat sertifikat. Terjemahan dari
pada RUTR Kabupaten Kaimana. Rencana pasal 3 huruf a Peraturan Pemerintah
Umum Tata Ruang itu sendiri merupakan Republik Indonesia adalah bahwa sertifikat ini
salah satu syarat sahnya sebuah perizinan untuk memberikan kepastian hukum kepada
yang nanti akan dikeluarkan oleh instansi lain, pemegang hak atas tanah, satuan rumah
sebab tahapan ini harus dilalui dulu oleh susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar
pemohon izin dan ketika telah dikabulkan oleh dengan mudah dapat membuktikan dirinya
pihak instansi dalam hal ini Bappeda Kaimana sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
barulah izin dari intansi lain bisa berlanjut. Ketentuan umum tersebut di atas harus
Hasil observasi di lapangan dan dilaksanakan oleh seluruh satuan tugas yang
wawancara yang dilakukan menunjukkan berwenang mengeluarkan sertifikat atas
bahwa para pelaku usaha yang mendirikan tanah, dan tidak terlepas dari BPN atau Badan
bangunan di atas kawasan lindung tersebut Pertanahan Kabupaten Kaimana, karena
tidak melalui mekanisme perizinan yang ada. merupakan amanah undang-undang. Sertifikat
Mereka hanya berbekal surat pelepasan yang diberikan kepada para pedagang yang ada di
menjadi dasar untuk pembuatan sertifikat dan kawasan Pasar Baru Kaimana adalah sertifikat
selanjutnya barulah mengurus IMB dan surat asli yang dikeluarkan oleh BPN Kaimana yang
izin usaha. Dinas Bappeda sendiri cukup didasari oleh surat pelepasan oleh ondoafi
ataupun pemilik tanah adat, sehingga BPN sebenarnya berada di kawasan lindung, yang
menerbitkan sertifikat mereka walaupun telah ditetapkan dalam peraturan
seharusnya daerah tersebut tidak boleh perundangan atau perda Kaimana, telah resmi
dibangun. Ketidak-beresan yang terjadi mejadi milik pihak terkait, dalam hal ini swasta
disebabkan adanya permainan oknum dalam yang mana mereka merupakan pelaku-pelaku
perizinan ini sehingga dengan mudahnya usaha yang membeli tanah dari masyarakat
sertifikat dapat diberikan tanpa didahului dan tokoh masyarakat setempat (ondoafi)
proses dan mekanisme yang sah. Padahal jika dengan harga yang cukup murah kemudian
ditinjau dari segi lingkungan dan peraturan dibangun toko-toko milik mereka yang mana
yang berlaku mengenai tata ruang, berimbas pada lingkungan setempat.
seharusnya tidak boleh ada bangunan yang Penguasaan lahan oleh swasta ini tidak
dibangun dan tidak ada izin yang terlepas dari dua faktor penting yaitu :
memperbolehkannya.
5. Dinas Penanaman Modal, Pelayanan 1. Masalah Ekonomi
Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja Permasalahan ekonomi menjadi salah satu
Salah satu instansi yang mempunyai faktor penting karena ekonomi warga yang
wewenang menerbitkan IMB atau Izin terbilang cukup rendah sehingga mendorong
Mendirikan Bangunan adalah Dinas mereka untuk menjual tanah-tamah miliknya
Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu dengan harga yang terbilang cukup murah
Pintu dan Tenaga Kerja, dan wewenang kepada pedagang atau swasta dikarenakan
tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 28 daerah yang dijual pada pihak swasta ini
Tahun 2002 tentang bangunan. Perizinan adalah kawasan hutan mangrove yang mana
pendirian bangunan menurut undang-undang menurut mereka tidak mempunyai nilai
ini dimaksudkan agar ada kepastian hukum ekonomis sama sekali jika terus dipertahankan
bagi para pemilik bangunan dan bagaimana kepemilikannya. Oleh sebab itu dengan
bangunan tersebut dianggap sah berdiri di penawaran yang dirasa cukup adil, mereka
atas tanah milik Negara. Data di lapangan pun rela melepaskan tanah-tanah miliknya.
menunjukan bahwa pelaku usaha di area 2. Kurangnya Pengetahuan Masyarakat
pasar baru ini memilik IMB dan ada sekitar 30 Tentang Pentingnya Ekosistem
toko dibangun dalam kurun waktu 3 tahun Mangrove
terakhir berada di kawasan lindung mangrove. Kurangnya pengetahuan masyarakat
Duapuluh lima di antaranya memiliki IMB mengenai pentingnya ekosistem mangrove
sedang 5 lainnya masih dalam proses menjadi faktor ke-dua yang tak kalah penting
perizinan, hal yang seharusnya tidak boleh dalam permasalahan yang terjadi di lokasi
terjadi karena toko dibangun pada kawasan penelitian. Masyarakat yang menjadi
lindung mangrove di luar kawasan pasar, yang responden rata-rata menjawab bahwa hutan
telah ditetapkan dan dibatasi luasnya oleh mangrove tidak membawa keuntungan apa-
pemerintah setempat. Pengurusan izin apa bagi mereka, atau dengan kata lain tidak
bangunan ini terkesan cepat dan tidak bertele- memiliki nilai ekonomis, sehingga jika ada
tele. pihak swasta yang datang untuk membeli
tanah mereka, seketika tanah-tanah tersebut
4.1.1.3. Faktor Penguasaan Lahan Oleh langsung dijual pada pengusaha, sehingga
Pihak Swasta terjadilah penguasaan lahan besar-besaran.
Sebagai salah satu bentuk Penguasaan lahan oleh pihak swasta di
penyelenggaraan landreform, Pasal 7 lapangan kurang lebih 3 Ha yang digunakan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang untuk membangun toko-toko dan lain
Pengaturan Pokok-pokok Agraria (selanjutnya sebagainya milik mereka.
disebut UUPA) melarang pemilikan dan
penguasaan tanah yang melampaui batas. 4.2. Dampak Yang Muncul dan Upaya
Ketentuan ini bertujuan untuk mencegah dan Pengendalian
mengakhiri groot-grondbezit, yaitu 4.2.1. Dampak Alih Fungsi
bertumpuknya tanah di tangan golongan- Upaya pengendalian tidak terlepas dari
golongan tertentu. Sejalan dengan itu, faktor dampak yang muncul karena alih fungsi lahan
lain yang juga menjadi faktor terjadinya alih mangrove menjadi kawasan pusat kegiatan
fungsi lahan adalah saat penguasaan lahan ekonomi, perdagangan dan jasa di area Pasar
oleh swasta, pemerintah seketika seakan tidak Baru Kaimana yang diluar ketentuan
lagi mempunyai kekuatan untuk Peraturan Daerah Kabupaten Kaimana
menanggulangi permasalahan ini. Lahan yang
Nomor 7 Tahun 2003 tersebut. Rusaknya adalah naiknya ekonomi pihak swasta dan
ekosistem mangrove karena kegiatan rusaknya lingkungan yang ada.
pembangunan tempat usaha milik pedagang
dimulai dari ditebangnya pohon bakau mulai Kehidupan sosial warga yang bermukim di
dari yang kecil hingga besar sehingga dalam area Pasar Baru Kaimana maupun
mangrove yang ada perlahan menghilang dan yang ada di sekitarnya yang diluar kawasan
habitat hewan yang dahulunya berada di peruntukan pasar, berjalan normal. Proses
daerah tersebutpun perlahan hilang karena perdagangan, jual beli dan kegiatan ekonomi
tempat hidup mereka kini berganti menjadi lainnya berjalan dengan baik serta interaksi
bangunan kios, ruko, toko, dermaga bongkar sesama warga yang bermukim di lokasi ini pun
muat hasil laut, tempat pengeringan ikan tetap terjaga. Meski berasal dari daerah yang
garam hingga rumah warga. Selain akibat berbeda-beda, para warga tetap menjaga
secara umum di atas adapula beberapa sikap rukun, toleransi dan gotong-royong
dampak yang ditimbulkan dari kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun hasil
pengalihfungsian hutan mangrove menjadi wawancara terhadap tokoh masyarakat
kawasan pusat perdagangan dan jasa Pasar setempat seperti kepala RT dan RW setempat
Baru Kaimana ini, yaitu : serta warga masyarakat yang bermukim,
diketahui bahwa ada beberapa dampak sosial
1. Dampak Ekonomi yang terjadi akibat dari alih fungsi lahan ini,
Hasil analisa kuisioner memperlihatkan yaitu berubahnya pola hidup masyarakat
bahwa dari aspek ekonomi yang dirasakan setempat, seperti misalkan pedagang yang
oleh para pengusaha menengah dan besar di tinggal di dalam area pasar Baru Kaimana.
lokasi studi Pasar Baru Kaimana memang Intensitas persaingan antar pedagang pun
positif sebab dengan perluasan lahan baru ini cukup tinggi, hal ini ditandai dengan banyak
dan pendirian ruko dan toko-toko, pendapatan para pedagang yang mulai menambah dan
yang mereka peroleh cukup banyak. mendirikan ruko-ruko ataupun toko dan lapak
Sedangkan hutan mangrove yang rusak baru mereka di atas tanah yang diluar
berpengaruh pada pendapatan masyarakat peruntukkan pasar untuk memperluas usaha
yang menggantungkan hidupnya dari hasil miliknya. Tiap tahunnya pasti ada saja
laut, yakni mereka yang berprofesi sebagai bangunan baru yang berdiri di atas lahan
nelayan. Sebab yang tadinya mereka cukup mangrove yang telah jual oleh pemilik tanah.
mencari ikan di daerah pesisir kini akibat Kemudian terhadap masyarakat pemilik tanah
kerusakan yang terjadi, para nelayan harus adat di kawasan mangrove tersebut, karena
mencari ikan lebih ke tengah laut, yang persaingan yang cukup tinggi antar pedagang
berakibat pada peningkatan biaya operasional secara otomatis memicu tingginya permintaan
melaut. Karena jika berlayar lebih jauh dari lahan untuk dijadikan lokasi berbisnis,
pesisir akan membutuhkan bahan bakar yang menyebabkan banyak warga yang tergiur
lebih banyak. untuk menjual tanah-tanah milik mereka
kepada pedagang dan pengusaha tersebut.
2. Dampak Sosial dan Budaya Masyarakat dengan mudah menjual tanah
Masyarakat setempat merasakan milik mereka tanpa mempertimbangkan
perubahan terhadap tatanan kehidupan sosial peraturan yang melindungi kawasan
budaya mereka, yang salah satunya adalah mangrove. Masyarakat setempat tidak lagi
konfik kepentingan dalam mendapatkan lahan harus bekerja keras untuk mendapat uang,
yang cocok dan strategis untuk usaha mereka, cukup dengan menjual tanah milik mereka
serta mulai banyaknya pendatang dari luar saja dan akhirnya menjadi malas atau tidak
daerah yang masuk di kawasan ini guna mau bekerja keras.
mengadu nasib dengan adanya pembangunan
pasar yang ada secara otomatis akan 3. Dampak Lingkungan
membuka lapangan pekerjaan bagi mereka. Dampak lingkungan juga dikaji pada
Percampuran budaya baru tidak bisa dampak terhadap fisik dasar di lokasi studi
disangkal terjadi di lokasi ini sehingga dan pola penggunaan lahan. Hasil analisa
masyarakat asli Kaimana yang telah menjual terhadap jawaban responden, mayoritas
tanah-tanahnya perlahan mulai terpinggirkan menjawab ada dampak lingkungan setelah
dan selanjutnya kawasan tersebut mulai terjadi alih fungsi lahan di lokasi studi.
dikuasai oleh pendatang dan kemudian Dampak lingkungan tersebut berupa antara
berubah menjadi kawasan perekonomian dan lain kualitas air tempat para nelayan mencari
yang imbas dari hasil alih fungsi lahan ini ikan berubah, udara yang mulai tidak sejuk
(karena tanaman mangrove yang berfungsi
Volume 10 No.1 Januari 2021 - 23
MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi
sebagai pengurai CO² perlahan mulai hilang) Peraturan yang diterbitkan sebisa
serta dampak lain berubah aroma tidak sedap mungkin konsisten diberlakukan agar
yang muncul dari hasil limbah buangan tidak ada kesan aturan dibuat hanya
masyarakat yang tidak diolah tetapi langsung sekedar dibuat namun tidak dapat
dibuang ke laut, ataupun limbah beberapa melindungi kawasan mangrove yang ada.
industri kecil yang ada di lokasi studi. Pemerintah Kabupaten Kaimana
Beberapa peraturan baku yang telah di
a. Kualitas Air terbitkan oleh pemerintah daerah
Analisis kualitas air tidak dilakukan melalui Kabupaten Kaimana harus direvisi
uji laboratorium tetapi sebatas observasi di kembali sebab di sana hanya terdapat
lokasi studi. Hasil pengamatan menunjukkan aturan untuk melarang namun belum ada
bahwa limbah rumah tangga maupun limbah tertulis sanksi jelas bagi para pelanggar
yang dihasilkan oleh tempat usaha di Pasar aturan yang membangun di kawasan
Baru Kaimana dibuang langsung ke laut. Mulai lindung.
dari sampah basah seperti bekas-bekas b. Faktor Pemberian Izin
makanan, potongan-potongan ikan dan daging Perizinan yang ada seharusnya dibuat
serta sampah kering seperti plastik dan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku
sebagainya, tertumpuk dan mencemari air di Kontrol pemerintah daerah untuk
sekitar kawasan mangrove. Kawasan tersebut menegaskan aturan perizinan yang berlaku
dicemari atau terkontaminasi lalu perlahan sehingga ke depannya hal semacam ini
tanaman mangrove di sana mejadi kering dan tidak terjadi lagi di lingkup Pemerintah
mati. Pohon mangrove yang mati ditebang dan Kabupaten Kaimana.
digunakan sebagai kayu bakar oleh Sosialisasi oleh pemerintah dan instansi
masyarakat yang tinggal di daerah sekitar terkait soal perizinan yang ada, agar ke
pasar. depannya masyarakat lebih mengerti
b. Polusi mekanisme perizinan yang berlaku atau
Pasar Baru Kaimana menjadi pusat mengurus perizinan sesuai dengan
kegiatan ekonomi, bisnis, usaha dan jasa. ketentuan yang telah ditetapkan
Karena memilik peran penting dalam roda pemerintah.
perekonomian Kabupaten Kaimana secara Pemberian sanksi tegas dari pihak instansi
otomatis kawasan ini sangat sibuk dan ramai jika terjadi penyalahgunaan izin atau
oleh aktivitas masyarakat. Kondisi ini pembangunan yang tidak sesuai dengan
mengakibatkan terjadinya polusi udara. izin yang dikeluarkan.
Menurunnya kualitas udara dilokasi ini pun Relokasi bangunan-bangunan yang
tidak terlepas dari peran hutan mangrove, berdiri tidak sesuai dengan ketentuan
yang secara perlahan dibabat habis. Selain regulasi yang ditetapkan pemerintah.
fungsi utama sebagai penahan abrasi, c. Faktor Penguasaan Lahan Oleh Pihak
penyeimbang ekosistem pesisir, rumah bagi Swasta
berbagai jenis hewat laut dan burung, Pemerintah
mangrove juga merupakan salah satu Pemerintah daerah bekerja sama dengan
tanaman penyumbang blue carbon, yang baik instansi terkait khususnya Dinas
untuk menyeimbangkan udara. Lingkungan Hidup agar mengadakan
penanganan segera dengan merehabilitasi
5.2.2. Upaya Pengendalian lingkungan yang rusak ini. Cara-cara
Upaya pengendalian alih fungsi lahan penanggulangan yang lebih spesifik
kawasan mangorve dapat dirumuskan sebagai dilakukan adalah dengan melarang
berikut: pembuangan limbah secara langsung pada
daerah tersebut, bersinergi dengan Dinas
a. Faktor Regulasi Kehutanan dan BBKSDA Kabupaten
Pemerintah Pusat Kaimana untuk membangun kembali
Pemerintah pusat tidak hanya sekedar lingkungan yang rusak ini dengan
mengeluarkan regulasi yang mengatur menanam kembali pohon-pohon mangrove
tetapi juga lewat kementerian di guna mengembalikan fungsi asli hutan
bawahnya yang berkonsentrasi pada mangrove.
perlindungan hutan dan lain sebagainya Swasta
untuk ikut mengawal hal ini. Agar supaya ketika membangun pada
Pemerintah Provinsi Papua Barat daerah tersebut melihat aspek lingkungan
yang ada jangan sampai bersinggungan Perdasus Provinsi Papua Barat Tahun 2018
apalagi sampai merusak dan tidak tentang Perlindungan dan Pengolahan
memaksakan pembangunan pada daerah Hutan Mangrove di Wilayah Provinsi Papua
yang dilarang. Barat.
Masyarakat
Agar tidak ikut membuang limbah pada Perda Kabupaten Kaimana Nomor 4 Tahun
kawasan mangrove dan tidak 2008 tentang Perlindungan terhadap
memperjualbelikan tanah secara bebas Kawasan Konservasi Perairan Daerah.
pada siapapun tanpa izin dari pemerintah
dan tidak menebang pohon mangrove Perda Kabupaten Kaimana Nomor 7 Tahun
untuk kepentingan pribadi tanpa izin dari 2003 tentang Penetapan Kawasan Seluas
pihak terkait. 1 Ha untuk Pembangunan Kawasan Pusat
Bisnis dan Kegiatan Ekonomi Daerah.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian ini adalah : RDTR Kabupaten Kaimana 2012 - 2031
RTRW Kabupaten Kaimana 2012 – 2031
a) faktor-faktor penyebab terjadinya alih UU Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
fungsi lahan mangrove di lokasi penelitian tentang Perlindungan dan Pelestarian
antara lain: regulasi yang diterbitkan oleh Lingkungan Hidup.
pemerintah pusat, pemerintah Provinsi
Papua Barat dan Pemerintah Kabupaten Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang
Kaimana belum diimplementasikan Bangunan Gedung serta Pengaturan
secara baik, perizinan yang dikeluarkan Pelaksanaannya.
oleh beberapa intansi dalam lingkup
Pemda Kabupaten Kaimana, seperti
misalkan pendirian bangunan di lokasi
studi, tidak melalui mekanisme yang
benar, serta penguasaan lahan oleh
pengusaha/swasta dan penjualan tanah
adat masyarakat di lokasi studi
berlandaskan motif ekonomi semata
tanpa memperhatikan aspek lingkungan.
b) Upaya-upaya pengendalian alih fungsi
lahan di kawasan Pasar Baru Kaimana
adalah harus ada kontrol oleh pemerintah
terhadap implementasi regulasi di
lapangan dan agar ada sinergisitas antar
instansi terkait di lingkup Pemda
Kabupaten Kaimana dalam mengeluarkan
izin pembangunan agar tidak terjadi
permasalahan semacam ini, serta
menindak langsung pengusaha atau pihak
swasta yang melakukan pelanggaran.
REFERENSI