Anda di halaman 1dari 55

PARAMETER

LINGKUNGAN LAUT
UNTUK PERENCANAAN
WILAYAH PESISIR
Oleh:
Dr. Ir. Subandono Diposaptono, M.Eng
Hp. 0 8 1 3 5 5 0 3 0 3 1 0

Surabaya, 17-03-2017

Subandono
KALIMAT BIJAK
• Negara kuat adalah negara yang menghadap laut. Sebaliknya, negara lemah adalah
negara yang memunggungi laut. (Lin Zexu, 1785 – 1851)

• Globalisasi dimulai dari laut. Sebab, di era perdagangan bebas ini lebih dari 95
persen menggunakan domain laut. (Dr Sam TangredI, pakar maritim Amerika)

• Kejayaan seapower (pelabuhan, armada perkapalan niaga, dan Angkatan Laut)


suatu bangsa berkorelasi langsung dengan kejayaan bangsa itu sendiri. (Dr
Geoffrey Till, ahli strategi maritim Inggris)

• Presiden pertama RI Soekarno juga telah lama menyadari bahwa laut memegang
peran sangat penting dan strategis dalam mewujudkan kemajuan bangsa. Artinya,
jika ingin menjadi negara maju, kuasailah lautan.

• Sebagai negara maritim, samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan
peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra,
dan memunggungi selat dan teluk. Ini saatnya kita mengembalikan semuanya
sehingga 'Jalesveva Jayamahe', di laut justru kita jaya, sebagai semboyan kita di
masa lalu bisa kembali. (Pidato Pelantikan Presiden ke-7 Republik Indobesia Ir.
H. Joko Widodo Senin, 20 Oktober 2014)
P otensi Sumberdaya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Memiliki 17,504 pulau dan 99.903 km
panjang garis pantai
Wilayah Pesisir Provinsi Produktivitas hayati tinggi dengan
keanekaragaman hayati laut tropis
terkaya di dunia
Pusat kegiatan rekreasi, transportasi,
industri, permukiman, pelabuhan,
bisnis, jasa lingkungan dll.
Kontribusi ekonomi sektor kelautan dan
perikanan pada GDP : sebesar 24,5%
dari total GDP nasional, hanya + 2,5%
berasal dari komoditas perikanan
55% produksi perikanan berasal
dari wilayah pesisir
Wilayah pesisir Indonesia
mengandung sekitar 2.500 spesies
moluska, 2.000 spesies krustase, 6
spesie penyu, 30 spesies mamalia
laut, dan lebih dari 2.000 spesies
ikan. Luas terumbu karang
mencapai 32.935 km2 (sekitar
16,5% dari luas terumbu dunia), dan
terdiri atas 70 genus dan lebih dari
500 spesies karang.
Rentan terhadap perubahan lingkungan
dan ancaman bencana
Konflik Pemanfaatan Ruang
Ilegal Fishing dan merusak
Produksi Peikanan menurun sejak 1990
Overfishing, tamgkapan semakin kecil
dan fishing ground semakin jauh
MASA DEPAN LAUT
Laut akan semakin terbuka
Pengguna sumberdaya laut akan semakin banyak
Laut akan semakin sesak dan kompetitif
KONFLIK PEMANFAATAN RUANG DAN SUMBER DAYA SEMAKIN MENINGKAT!
Penduduk Dunia 2015 = 7,2M
2050 = 9,3 M
BAGAIMANA MENGHADAPI MASA DEPAN LAUT
YANG SEMAKIN SESAK DAN KOMPETITIF ?

DIPERLUKAN CAMPUR TAGAN PEMERINTAH LEWAT KEBIJAKAN PUBLIK


DENGAN PERENCNAAN DALAM MENCARRI SOLUSINYA
SOLUSINYA : TATA RUANG LAUT
RENCANA TATA RUANG LAUT DAN
RENCANA TATA RUANG (UU 26/2007) ZONASI (UU 32/2014 dan UU 27/2007 Jo UU
1/2014

Rencana Umum Rencana Rinci Rencana Umum Rencana Rinci


(Wilayah) (Kawasan/Fungsional) (Wilayah) (Kawasan/Fungsional)

RZ KSN
RTRW Nasional RTR Pulau 1:
RTRL Nasional
1000K
RZ KSNT
RTR KSN
RZ Antar Wilayah
(Teluk, Selat, Laut)

RTRW Provinsi RTR Kawasan 1 : 250K


RZWP3K Provinsi RZR
Strategis Provinsi (0-12 Mil)
1 : 10K

RDTR Kabupaten
RTRW Kabupaten
RTR Kws Strategis
Kab.

1 : 50K RZ-BWP3K RZR

RDTR Kota 1 : 10K

RTRW Kota
RTR Kws Strategis
Kota
WILAYAH PERENCANAAN RZWP-3-K

Mengikuti RTRW

Direktorat Perencanaan Ruang Laut, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut


Kementerian Kelautan dan Perikanan
MENGAPA RENCANA TATA RUANG LAUT/RENCANA ZONASI
1. Kebutuhan manusia akan sumberdaya alam termasuk dari laut semakin meningkat,
disisi lain, sumberdaya laut tidak dapat mengejar tingginya tuntutan tersebut
2. Laut dianggap sebagai “milik bersama” atau open-access sehingga banyak pihak yang
ingin mengambil manfaat sebesar – besarnya dari laut. Hal ini seringkali
mengakibatkan pemanfaatan sumberdaya laut yang berlebihan seperti overfishing
3. Pemanfaatan sumberdaya laut tidak dapat dilepaskan pada mekanisme pasar melalui
mekanisme “demand-supply” Karena tidak semua sumberdaya laut seperti habitat
alam, dan rantai makanan dapat dinilai dengan uang. Tanpa ada pengaturan,
sumberdaya yang tidak dapat dinilai dengan uang akan “KALAH” bersaing dalam ruang
laut.
4. Tingginya tuntutan akan pemanfaatan sumberdaya laut dapat menyebabkan konflik
pemanfaatan.

Karena alasan alasan tersebut maka harus ada suatu proses yang dilakukan oleh
masyarakat atau negara untuk memutuskan sumberdaya alam laut yang mana yang dapat
dimanfaatkan seiring jalannya waktu dan terrsedianya ruang. Proses tersebut adalah
perencanaan zonasi.
Subandono
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil (PWP3K)
“proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan
pengendalian sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil antar
sektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem
darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat”
Tujuan pengelolaan WP3K  mewujudkan harmonisasi antara kepentingan pembangunan
ekonomi dan pelestarian sumber daya WP-3-K dengan memperhatikan karakteristik dan
keunikan wilayah

Rencana Rencana Aksi


Rencana Strategis Rencana
Pengelolaan Pengelolaan
WP3K Zonasi WP3K
WP3K WP3K
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K)
“rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap
satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang
pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat
dilakukan setelah memperoleh izin di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau
kecil”

* Zonasi merupakan rekayasa teknis pemanfaatan ruang dengan penetapan batas-batas


fungsional sehingga peruntukan (kawasan budi daya, pemukiman dan lindung) menjadi sesuai
dengan potensi sumber daya, daya dukung dan proses ekologis yang berlangsung sebagai
satu kesatuan ekosistem pesisir.
FLOWCHART PENYUSUNAN ALOKASI RUANG RZWP-3-K/RENCANA
TATA RUANG LAUT
PERKEMBANGAN
PENGATURAN WILAYAH
PESISIR
UU27/2007 jo
UU 26/2007 UU 1/2014 UU 11/2020 PP 21/2021
Penataan Pengelolaan Cipta Kerja Penyeleggaraan
Ruang WP3K Memandatkan Penataan
Rencana umum Kewenangan penyederhanaan Ruang
wilayah dan pengelolaan hirarki penataan Integrasi muatan
recana rinci sampai 12 mil di ruang teknis ruang laut
Provinsi   RZWP3K
RZWP3K dilebur kedalam
RTRW
PENGGUNAAN PETA TEMATIK RZWP-3-K
PARAMETER METODE
NO PENGGUNAAN DATA
(JENIS DATA) PENGUMPULAN DATA

Pengukuran dengan
Memberikan gambaran tentang morfologi dasar laut, dan penentuan
Metode Pemeruman
Bathimetri alokasi ruang untuk pariwisata, pelabuhan, pertambangan, perikanan
1 (Kedalaman Laut) dengan Ecosounder yang
budidaya, perikanan tangkap demersal dan pelagis, industri maritim,
terintegrasi dgn GPS, serta
konservasi, alur laut, reklamasi
Interpolasi Spasial

Geologi dan
Geomorfologi Laut Memberikan gambaran komposisi substrat dan bentuk lahan dasar laut,
(Substrat Dasar Laut Interpretasi Citra Satelit
2 dan penentuan alokasi ruang untuk pariwisata, pelabuhan,
dan deposit pasir dan Pengukuran Lapangan
pertambangan, perikanan budidaya, konservasi, alur laut, reklamasi
laut)

Gelombang Memberikan gambaran pergerakan air laut secara vertikal akibat


Model Matematis Refraksi
(Tinggi dan Arah adanya arus laut, dan penentuan alokasi ruang untuk pariwisata,
3 Gelombang) Gelombang dan
pelabuhan, pertambangan, perikanan budidaya, perikanan tangkap
Interpolasi Spasial
demersal dan pelagis, industri maritim, alur laut, reklamasi

Memberikan gambaran dinamika pergerakan air laut baik secara


Arus vertikal maupun horizontal karena perbedaan densitas atau massa air,
Model Matematika
(Kecepatan dan Arah digunakan sebagai indikator migrasi ikan, dan penentuan alokasi ruang
4 Arus) Hidrodinamika Pola Arus
untuk pariwisata, pelabuhan, pertambangan, perikanan budidaya,
dan Interpolasi Spasial
perikanan tangkap demersal dan pelagis, konservasi, industri maritim,
alur laut, reklamasi
PENGGUNAAN PETA TEMATIK RZWP-3-K
METODE PENGUMPULAN
NO PARAMETER PENGGUNAAN DATA DATA

Interpretasi Citra Satelit dan


Suhu permuka- an laut Suhu yang bervariasi secara spasial dan temporal merupakan Ground Check Berdasarkan
5 (Sebaran dan Nilai indikator habitat ikan dan pola migrasi biota laut (ikan pelagis), dan Variabiltas Nilai Suhu
Suhu Permukaan Laut) penentuan alokasi ruang untuk pariwisata, perikanan budidaya, Permukaan Laut dari Citra
perikanan tangkap pelagis Satelit, serta Interpolasi
Spasial

Kecerahan Memberikan gambaran kemampuan cahaya menembus kolom Interpretasi Citra Satelit dan
6 (Sebaran Nilai perairan, dan Penentuan alokasi ruang untuk pariwisata dan Ground Check Berdasarkan
Kecerahan) perikanan budidaya Variabiltas Nilai Kecerahan,
serta Interpolasi Spasial

Memberikan gambaran kadar garam pada setiap kilogram air laut,


Salinitas variasi salinitas merupakan parameter yang mempengeruhi Pengukuran Langsung,
7 (Sebaran Nilai distribusi dan kelimpahan ikan, dan penentuan alokasi ruang untuk Analisis Laboratorium,
Salinitas) pariwisata, pelabuhan, pertambangan, perikanan budidaya, Interpolasi Spasial
perikanan tangkap demersal dan pelagis, konservasi, industri
maritim, alur laut, reklamasi

Pengukuran Langsung,
8 pH Penentuan alokasi ruang untuk perikanan budidaya Analisis Laboratorium,
(Sebaran Nilai pH) Interpolasi Spasial
PENGGUNAAN PETA TEMATIK RZWP-3-K
NO PARAMETER PENGGUNAAN DATA METODE PENGUMPULAN DATA

Tingginya konsentrasi klorofil menjadi


Klorofil (sebaran representasi dari tingginya kelimpahan Interpretasi Citra Satelit dan Ground Check
9 fitoplankton. Berdasarkan Variabiltas Nilai Klorofil dari
nilai Klorofil) Penentuan alokasi ruang untuk perikanan Citra Satelit, serta Interpolasi Spasial
budidaya, perikanan tengkap pelagis

Pemanfaatan Interpretasi Citra Satelit, Input Data


Input untuk penentuan seluruh jenis alokasi
10 Wilayah Laut Sekunder dan Ground Check, serta
ruang
eksisting Reinterpretasi Citra

Penentuan alokasi ruang untuk pariwisata, Interpretasi Citra Satelit. Ground Check
Ekosistem Pesisir pelabuhan, pertambangan, perikanan untuk mengidentifikasi Kondisi terumbu
11
(Terumbu Karang) budidaya, perikanan tangkap demersal, karang melalui metode Manta Tow dan
konservasi, reklamasi Point Transek

Penentuan alokasi ruang untuk pariwisata, Interpretasi Citra Satelit. Ground Check
12 Lamun perikanan budidaya, perikanan tangkap Padang Lamun melalui metode Transek
demersal, konservasi Kuadrat

Penentuan alokasi ruang untuk pariwisata, Interpretasi Citra Satelit. Ground Check
pelabuhan, pertambangan, perikanan untuk mengidentifikasi Persentase Tutupan
13 Mangrove budidaya, perikanan tangkap demersal, mangrove dan Kerapatan Batang dengan
konservasi, reklamasi metode Plot / Petak
subandono.diposaptono@yahoo.com - KKP

PENGGUNAAN PETA TEMATIK RZWP-3-K


NO PARAMETER PENGGUNAAN DATA METODE PENGUMPULAN DATA

Sumber Daya Ikan Analisis GIS dengan pendekatan


Demersal Ekosistem Perairan (Terumbu karang,
Penentuan Alokasi Ruang / Zona Perikanan
14 (Sebaran, Luas, Jenis, Tangkap Demersal
Lamun, Mangrove) dan Ground Check
Kelimpahan Ikan menggunakan Metode Transek
Demersal)
Analisis Citra Satelit dengan
Sumber Daya Ikan pendekatan Suhu Permukaan laut,
Pelagis (Sebaran, Luas, Penentuan Alokasi Ruang / Zona Perikanan Klorofil, Arus (Sea Surface Height
15
Jenis, Kelimpahan Ikan Tangkap Pelagis Anomaly) dan bathimetri. Ground
Pelagis) Check dilakukan untuk verifikasi
densitas ikan.

Direktorat Perencanaan Ruang Laut, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut


Kementerian Kelautan dan Perikanan
Bagaimana mengumpulkan informasi
lingkungan fisik?

Kita menggunakan pengamatan dan model


numerik untuk metode ilmiah
RS/Image Processing kombinasi Model Matematika
FG Pelagis

Landsat | Alos | Quickbird | Ikonos

Arus, Gelombang,
Pencemaran, Sedimen, TSS,
Interpretasi Citra dll.
Groundcheck
Data Spasial Hasil pengolahan Citra:
SST, Klorofil, Substrat Dasar Laut, TSS,
Ekosistem Pesisir, Pemanfaatan Wil. Laut yg Verifikasi model
Ada (mengecek keandalan/relia-
bilitas model)

• Groundcheck berdasarkan keberagaman


warna hasil interpretasi dan
keterwakilan wilayah Data Spasial Survey Lapangan
• Koreksi hasil interpretasi berdasarkan
data grouncheck, melalui metode:
- Transformasi matematis citra
- Koreksi data hasil interpretasi
Bathimetri
Batimetri, Geologi, Kecerahan,
Salinitas, pH, Terumbu Karang,
Vektorisasi Fishing Ground demersal, , Dll.

Direktorat Perencanaan Ruang Laut, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut


Kementerian Kelautan dan Perikanan
Direktorat Perencanaan Ruang Laut, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Laut Indonesia relatif aman dari bencana meteorologi frekuensi tinggi
seperti badai, sehingga baik untuk budidaya laut dan industri. Namun,
memiliki peluang yang tinggi untuk bencana frekuensi rendah seperti
tsunami meskipun periode ulangnya jauh lebih lama dari siklus hidup
industri perikanan. Subandono - KKP
Pengaruh Arus :

1. Bila terlalu kuat, pada Struktur


1. Rusak,
2. Mahal disain
3. Cepat usang

2. Bila terlalu kuat, pada Ikan


1. Energi habis/ tidak tumbuh
2. Rendahnya nutrient yg dimanfaatkan tumbuhan

3. Lambat pada Ikan


1. Limbah menumpuk
2. Kurangnya partikel plankton
SPESIFIKASI TEKNIS LOKASI KJA OFFSHORE
No. Parameter Batas Toleransi Keterangan Referensi
Lepas pantai (Offshore): > 2 km
1 Lokasi > 2 km dari garis pantai Pantai (coast) : 0,5 - 3 m FAO, 2009
Pesisir (Coastal) : < 500 m
Lepas pantai (Offshore): > 50 m
2 Kedalaman > 50 meter Pantai (coast) : 10 - 50 FAO, 2009
Pesisir (Coastal) : < 10 m
Sheltered : < 1.5 m
3 Tinggi Gelombang < 9 meter Semi-expossed : < 3.5 m Falcone dkk, 2013
(1 - 3 meter = substantial) Expossed : < 6 m FAO, 2009
Offshore : < 9 m

Tinggi gelombang 5 meter Lepas pantai (Offshore): 5 m Falcone dkk, 2013


4 signifikan (1 - 2 meter = substantial) Pantai (coast) : 3 - 4 m FAO, 2009
Pesisir (Coastal) : 1 m
5 Kecepatan Arus 0.5 - 1 m/s Substantial FAO, 2009
6 Kecepatan angin < 21 Knot Substantial : 10 knot FAO, 2009
7 Substrat Kerikil, Pasir,Tanah liat Good Loka, 2009 (FAO Report)
8 Redox Potential > (-200) Good Hallide dkk, 2009
9 Zat Padat tersuspensi < 10 mg/l Good Loka, 2009 (FAO Report)
9 Kecerahan Air 1-5m Optimal Hallide dkk, 2009
10 Oksigen Terlarut (DO) 6 - 7 mg/l Optimal Schipp dkk, 2007
11 Temperatur 28 - 32°C Optimal Schipp dkk, 2007
Range : 16 - 35°C
12 Salinitas 30 - 35 ppt Optimal Schipp dkk, 2007
Range : 0 - 36 ppt for mariculture
13 pH 7.5 - 8 Optimal Loka, 2009 (FAO Report)
14 Ammmonia < 0.5 ppm Optimal Loka, 2009 (FAO Report)
15 Nitrite < 4 mg / litre Optimal Loka, 2009 (FAO Report)
16 Nitrate < 200 mg / litre Optimal Loka, 2009 (FAO Report)
SPESIFIKASI TEKNIS LOKASI KJA OFFSHORE
No. Parameter Keterangan Info lain
1 Luas Areal KJA per unit
(8 lubang)
16.200 m2
1,62 ha
Belum termasuk areal bentangan untuk
anchorage
Diameter : 25,5 m KJA berbentuk bulat
2 Ukuran KJA Keliling (circumference) : 80 m
Kedalaman : 15 m
3 Komoditas Kakap Putih / Barramundi - Harga on farm Rp. 70.000 - 80.000,-
(Lates calcalifer) - Harga fillet Rp. 100.000 - 150.000,-
Pendederan dilakukan di tambak
Ukuran tebar 80 - 100 gr per ekor Dilakukan pada saat ukuran 10 gr dan 80
4 Vaksin Vaksin Iridovirus, Vaksin Vibrio, gr
Vaksin Streptococcus
29 ek per m3
5 Padat Tebar 2,32 kg /m3
11.832 kg/lubang (5100
m3/lubang)
Benih disediakan dari UPT DJPB dan
6 Kebutuhan benih 1.200.000 ekor/unit Hatchery yang dibina oleh UPT
150.000 ekor/lubang Harus melalui proses sertifikasi Indo GAP
7 Ukuran panen 850 gr/ekor ukuran siap fillet
8 Target Survival rate 80%
9 Lama Budidaya 7 - 8 bulan
FCR (Feed Convertion
10 Ratio) 1,2
11 Kebutuhan Pakan 965.491 kg Harga Pakan Rp. 18.000/kg
BUDIDAYA IKAN (FINFISH)
• Jenis ikan : kakap putih, kerapu, bandeng, beronang, napoleon, tuna, dll
• Metode : kurungan (karamba jaring apung, karamba jaring dasar/tancap, kurungan
jaring melayang)
• Sifat kegiatan : menetap
• WILAYAH : Teluk dan Laut dan Lepas Pantai
BUDIDAYA KRUSTASEA
• Jenis udang : udang barong (lobster), udang vaname, udang windu, dll.
• Metode : kurungan (karamba jaring apung, karamba jaring dasar/tancap, kurungan
jaring melayang)
• Sifat kegiatan : menetap
• Wilayah: Teluk dan Laut
BUDIDAYA RUMPUT LAUT (SEAWEED)
• Jenis rumput laut : Eucheuma cottonii, E. spinosum, ganggang merah, dll
• Metode : lepas dasar, longline, rakit
• Sifat kegiatan : menetap
• Wilayah : Teluk dan Pantai
BUDIDAYA KERANG-KERANGAN (SHELLFISH)
• Jenis kerang-kerangan : Kerang hijau, abalon, tiram dll.
• Metode : kurungan jaring apung, kurungan tancap, rakit, longline, tonggak)
• Sifat kegiatan : menetap
• Wilayah Pantai dan Laut
Kriteria Kesesuaian Subzona Budidaya Ikan
Persyaratan menurut Komoditas/Jenis
No
Faktor/Parameter
. kerapu Kakap Putih Kakap Merah

1. Pengaruh angin dan gelombang yang Kecil Kecil Kecil


kuat
2. Kedalaman air dari dasar kurungan 5-7 5-7 7-10
(m dari surut terendah)
3. Pergerakan air/arus (cm/detik) 20-40 ±20-40 ±20-40
4. Kadar garam/salinitas (‰) 27-32 27-32 32-33
5. Suhu Air (° C) 28 -30 28 -30 28-30
6. Sumber pencemaran bebas bebas bebas
7. Pelayaran tdk tdk menghambat tdk menghambat
menghambat alur pelayaran alur pelayaran
alur pelayaran
8 Kecerahan (m) >5
9 pH 6,5 – 8,5
DO (mg/l) >6
BOD (mg/l) < 25
Sumber
Nitrit: Winanto
(mg/l) dkk (1991) Nihil
Kriteria Kesesuaian Subzona Budidaya Udang
Persyaratan menurut Komoditas/Jenis
No. Faktor/Parameter
Lobster Vaname/Windu
1. Pengaruh angin dan gelombang yang kuat Kecil Kecil
2. Kedalaman air dari dasar kurungan (m pada 5-7 5-7
surut terendah)
3. Pergerakan air/arus (cm/detik) 20-40 20-40
4. Kadar garam/salinitas (‰) 27-32 > 32
5. Suhu Air (°C) 28 -30 28 -30
6. Sumber pencemaran bebas bebas
7. Pelayaran tdk menghambat alur tdk menghambat alur
pelayaran pelayaran
8 Kecerahan (m) >5
9 pH 6,5 – 8,5
DO (mg/l) >6
BOD (mg/l) < 25
Nitrit (mg/l) Nihil
H2S (mg/l) < 0,01
Sumber : Winanto dkk (1991)
Kriteria Kesesuaian Budidaya Rumput Laut
Estimasi Nilai Ekonomi Maritim Indonesia

Diposaptono (2016)
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
39 Jl. Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta 10041 | www.kkp.go.id
IDENTIFIKASI FISHING GROUND PELAGIS KECIL

95 mil

Direktorat Perencanaan Ruang Laut, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut


Kementerian Kelautan dan Perikanan
KRITERIA PENENTUAN FISHING GROUND PELAGIS
Struktur (Ontologi) dari Model Penentuan Daerah Potensi Ikan menggunakan
Knowledge Based Expert System GIS (modifikasi Sadly et.al, 2009)
Shelf Current w> Coastally Trapped Vertical
Baroclinic Wave Difusisity
Current Angle : 90-2700
Velocity > 25 cm/s

Direction (CCW+, CW-) F


Velocity < 1.2 m/s I
Eddy Current S
SST ASST >=2 C
0 R>100km H
Diameter > 30 km v>10cm/s
ASST >= 1.50C I
Upwelling N
Front
SST
v>5cm/s G
Length > 10km
Width > 2km
SST value : 24 – 270C G
And ASST <20C
Areas : R
<= 12 mile from coastline : 10x10 km O
> 12 mile from coastline : 30x30 km
U
N
Chlorophyll Range : D
Chlorophyll 0.2 – 1 mg/m3

Kedalaman Mixed Layer


Internal Wave Resuspensi Nutrient 20-50m,
Turbidity
Amplitude>10m Κz > 2x10-4 m²/s Salinitas Uniform < 10mg/lt
LOMBOK
MAR
NOV
AUG
OKT
APR
JUN
MEI
DES
JAN
FEB
SEP
JUL
FISHING GROUND BULANAN
FLUKTUASI FISHING GROUND BULANAN DARI TAHUN 2007-2014

200

180

160

140

120

100

80

60

40

20

0
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
BANGGAI
SEBARAN FISHING GROUND BULANAN DARI TAHUN 2007-2014
01 02
FISHING GROUND BULANAN

03 04
SEBARAN FISHING GROUND BULANAN DARI TAHUN 2007-2014
05 06
FISHING GROUND BULANAN

07 08
SEBARAN FISHING GROUND BULANAN DARI TAHUN 2007-2014
09 10
FISHING GROUND BULANAN

11 12
SEBARAN FISHING GROUND KOMPOSIT DARI TAHUN 2007-2014
FLUKTUASI FISHING GROUND BULANAN DARI TAHUN 2007-2014

jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec
IMAJINASI ALOKASI RUANG DI PERAIRAN LAUT

CATATAN :
1. Pola Ruang dan Struktur Ruamg
Daratan Pesisir mengikuti RTRW
yang berlaku.
2. Sempadan pantai diatur di Perda
RTRW (Perpres 51/2016)
3. Pola Ruang dan Struktur Ruang
daratan pesisir tidak perlu
digambarkan di RZWP-3-K
Subandono
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai