OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
judul “Pengolahan Pangan Setengah Jadi Pada Kacang-Kacangan” dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun, pedoman bagi pembaca makalah ini.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II PEMBAHASAN
Kacang adalah istilah non-botani yang biasa dipakai untuk menyebut biji
sejumlah tumbuhan polong-polongan.Kacang biasanya mengandung protein
dan/atau lemak yang cukup tinggi, sehingga banyak yang dihargai sebagai bahan
pangan yang penting.Biji legum kering yang besar dan mengandung banyak
tepung biasanya tidak disebut "kacang", melainkan "kara" atau "koro".
Beberapa bahan makanan yang tergolong Kacang-kacangan antara lain :
Kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, Almond, dan
Hazelnut.
Kekayaan bahan pangan di Indonesia berlimpah ruah. Dari mulai buah, sayur-
mayur, kayu, akar, biji-bijian, dan umbi-umbian semua dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pangan.
Olahan pangan setengah jadi (produk pangan primer) adalah mengolah bahan
baku pangan dengan proses pengawetan, baik pengawetan secara kimia, fisik
ataupun mikrobiologi, menjadi aneka olahan pangan setengah jadi, yang
selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pangan.
Bahan pangan setengah jadi memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan
dengan bahan segar atau mentah maupun bahan pangan jadi, karena dapat
5
memiliki umur simpan yang lebih panjang. Untuk pangan setengah jadi
diperlukan teknologi pengolahan dan alat engolahan yang tepat.
Keuntungan bahan pangan yang diolah menjadi bahan pangan setengah jadi yaitu:
1. Kacang Kedelai
a. Tempe
6
- Air harus jernih, tidak berbau dan tidak mengandung kuman
penyakit;
- Cara pengerjaannya harus bersih;
- Bibit tempe (ragi tempe) harus dipilih yang masih aktif (bila
diremas membentuk butiran halus atau tidak menggumpal).
Pembuatan Tempe
1) Bahan
o Kedelai
o Ragi tempe
o Air
2) Alat
o Tampah besar
o Ember
o Keranjang
o Rak bambu
o Cetakan
o Pengaduk kayu
o Dandang
o Karung goni
o Tungku atau kompor
o Daun pisang atau plastik
3) Cara pembuatan
a) Bersihkan kedelai kemudian rendam satu malam supaya
kulitnya mudah lepas;
b) Kupas kulit arinya dengan cara diinjak-injak. Bila ada,
dapat menggunakan mesin pengupas kedelai;
c) Setelah dikupas dan dicuci bersih, kukus dalam
dandang selama 1 jam. Kemudian angkaat dan
dinginkan dalam tampah besar;
d) Setelah dingin, dicampur dengan ragi tempe sebanyak
20 gram;
7
e) Masukkan campuran tersebut dalam cetakan yang
dialasi plastik atau dibungkus dengan daun pisang.
Daun atau plastik dilubangi agar jamur tempe mendapat
udara dan dapat tumbuh dengan baik;
f) Tumpuk cetakan dan tutup dengan karung goni supaya
menjadi hangat. Setelah 1 malam jamur mulai tumbuh
dan keluar panas;
g) Ambil cetakan-cetakan tersebut dan letakkan diatas rak,
berjajar satu lapis dan biarkan selama 1 malam;
h) Keluarkan tempe dari cetakannya.
Catatan:
- Ruangan untuk membuat tempe harus bersih dan
tidak harus terbuat dari tembok. Ruangan untuk
pemeraman diberi jendela, agar udara dapat
diatur dengan membuka atau menutup jendela
tersebut. Di waktu musim hujan ruangan ini
perlu diberi lampu agar suhu ruangan tidak
terlalu dingin.
- Tempe mudah busuk setelah disimpan 2 ½ hari
dalam keadaan terbungkus, oleh karena itu perlu
diawetkan secara kering dengan cara sebagai
berikut :
Iris tempe dengan ketebalan ± ½ mm, keringkan
dalam oven pada suhu 75 0 C selama 55 menit.
Dengan cara pengawetan seperti ini produk
tempe awetan yang dihasilkan tahan disimpan
selama 3 sampai 5 minggu.
b. Tahu
Pembuatan Tahu
8
1. Bahan :
- Kedelai
- Air
- Asam Cuka : berfungsi untuk mengedapkan atau
memisahkan air dengan konsentrat tahu.
2. Cara Pembuatan :
a) Perendaman
Pada tahapan perendaman ini, kedelai direndam dalam
sebuah bak perendam. Langkah pertama adalah
memasukan kedelai ke dalam karung plastik kemudian
diikat dan direndam selama kurang lebih 3 jam (untuk
1 karung berisi 15 kg biji kedelai). Jumlah air yang
dibutuhkan tergantung dari jumlah kedelai, intinya
kedelai harus terendam semua. Tujuan dari tahapan
perendaman ini adalah untuk mempermudah proses
penggilingan sehingga dihasilkan bubur kedelai yang
kental. Selain itu, perendaman juga dapat membantu
mengurangi jumlah zat antigizi (Antitripsin) yang ada
pada kedelai. Zat antigizi yang ada dalam kedelai ini
dapat mengurangi daya cerna protein pada produk tahu
sehingga perlu diturunkan kadarnya.
b) Pencucian kedelai
Proses pencucian merupakan proses lanjutan setelah
perendaman. Sebelum dilakukan proses pencucian,
kedelai yang di dalam karung dikeluarkan dari bak
pencucian, dibuka, dan dimasukan ke dalam ember-
ember plastik untuk kemudian dicuci dengan air
mengalir. Tujuan dari tahapan pencucian ini adalah
membersihkan biji-biji kedelai dari kotoran-kotoran
supaya tidak mengganggu proses penggilingan dan
agar kotoran-kotoran tidak tercampur ke dalam adonan
9
tahu. Setelah selesai proses pencucian, kedelai
ditiriskan dalam saringan bambu berukuran besar.
c) Penggilingan
Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan
mesin penggiling biji kedelai dengan tenaga penggerak
dari motor lisrik. Tujuan penggilingan yaitu untuk
memperoleh bubur kedelai yang kemudian dimasak
sampai mendidih. Saat proses penggilingan sebaiknya
dialiri air untuk didapatkan kekentalan bubur yang
diinginkan.
d) Perebusan/Pemasakan
Proses perebusan ini dilakukan di sebuah bak
berbentuk bundar yang dibuat dari semen yang di
bagian bawahnya terdapat pemanas uap. Uap panas
berasal dari ketel uap yang ada di bagian belakang
lokasi proses pembuatan tahu yang dialirkan melalui
pipa besi. Tujuan perebusan adalah untuk
mendenaturasi protein dari kedelai sehingga protein
mudah terkoagulasi saat penambahan asam. Titik akhir
perebusan ditandai dengan timbulnya gelembung-
gelembung panas dan mengentalnya larutan/bubur
kedelai. Kapasitas bak perebusan adalah sekitar 7.5 kg
kedelai.
e) Penyaringan
Setelah bubur kedelai direbus dan mengental,
dilakukan proses penyaringan dengan menggunakan
kain saring. Tujuan dari proses penyaringan ini adalah
memisahkan antara ampas atau limbah padat dari
bubur kedelai dengan filtrat yang diinginkan. Pada
proses penyaringan ini bubur kedelai yang telah
mendidih dan sedikit mengental, selanjutnya dialirkan
melalui kran yang ada di bagian bawah bak pemanas.
10
Bubur tersebut dialirkan melewati kain saring yang
ada diatas bak penampung.
Setelah seluruh bubur yang ada di bak pemanas habis
lalu dimulai proses penyaringan. Saat penyaringan
secara terus-menerus dilakukan penambahan air
dengan cara menuangkan pada bagian tepi saringan
agar tidak ada padatan yang tersisa di saringan.
Penuangan air diakhiri ketika filtrat yang dihasilkan
sudah mencukupi. Kemudian saringan yang berisi
ampas diperas sampai benar-benar kering. Ampas
hasil penyaringan disebut ampas yang kering, ampas
tersebut dipindahkan ke dalam karung. Ampas tersebut
dimanfaatkan untuk makanan ternak ataupun dijual
untuk bahan dasar pembuatan tempe
gembus/bongkrek.
f) Pengendapan dan Penambahan Asam Cuka
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti
susu yang kemudian akan diproses lebih lanjut. Filtrat
yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka dalam
jumlah tertentu. Fungsi penambahan asam cuka adalah
mengendapkan dan menggumpalkan protein tahu
sehingga terjadi pemisahan antara whey dengan
gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka
terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas (whey) dan
lapisan bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan tersebut
terjadi karena adanya koagulasi protein yang
disebabkan adanya reaksi antara protein dan asam
yang ditambahkan. Endapan tersebut yang merupakan
bahan utama yang akan dicetak menjadi tahu. Lapisan
atas (whey) yang berupa limbah cair merupakan bahan
dasar yang akan diolah menjadi Nata De Soya.
g) Pencetakan dan Pengepresan
11
Proses pencetakan dan pengepresan merupakan tahap
akhir pembuatan tahu. Cetakan yang digunakan adalah
terbuat dari kayu berukuran 70x70cm yang diberi
lubang berukuran kecil di sekelilingnya. Lubang
tersebut bertujuan untuk memudahkan air keluar saat
proses pengepresan. Sebelum proses pencetakan yang
harus dilakukan adalah memasang kain saring tipis di
permukaan cetakan. Setelah itu, endapan yang telah
dihasilkan pada tahap sebelumnya dipindahkan dengan
menggunakan alat semacam wajan secara pelan-pelan.
Selanjutnya kain saring ditutup rapat dan kemudian
diletakkan kayu yang berukuran hampir sama dengan
cetakan di bagian atasnya. Setelah itu, bagian atas
cetakan diberi beban untuk membantu mempercepat
proses pengepresan tahu. Waktu untuk proses
pengepresan ini tidak ditentukan secara tepat, tahu siap
dikeluarkan dari cetakan apabila tahu tersebut sudah
cukup keras dan tidak hancur bila digoyang.
h) Pemotongan tahu
Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah
jadi dikeluarkan dari cetakan dengan cara membalik
cetakan dan kemudian membuka kain saring yang
melapisi tahu. Setelah itu tahu dipindahkan ke dalam
bak yang berisi air agar tahu tidak hancur. Sebelum
siap dipasarkan tahu terlebih dahulu dipotong sesuai
ukuran. Pemotongan dilakukan di dalam air dan
dilakukan secara cepat agar tahu tidak hancur.
c. Kembang Tahu
Kembang tahu atau dikenal dengan nama yuba dibuat dari susu
kedelai yang dipanaskan pada suhu 80 - 90 decel sehingga
12
membentuk suatu lapisan tipis (film) secara berlahan-lahan pada
permukaan susu kedelai.
Kembang tahu bisa dibuat dengan menggunakan cara tradisional
dan cara modern. Di Indonesia, umumnya pembuatan kembang tahu
masih dilakukan dengan cara tradisional. HongKong dan taiwan
adalah 2 negara yang memproduksi kembang tahu secara besar-
besaran dengan pabrik yang menggunakan mesin-mesin modern.
Syarat susu kedelai yang baik untuk pembuatan kembang tahu ialah
kandungan total padatan terlarut 5,2 - 5,6%, protein 2,4 - 2,8%, dan
pH 7,0 - 8,0. Karena pH susu kedelai secara normal adalah 6,5 - 6,7
maka saat membuat susu kedelai pH nya harus dinaikkan terlebih
dahulu sebelum dibuat kembang tahu. Peningkatan pH dapat
dilakukan dengan penambahan larutan NaOH setetes demi setetes.
13
d) Pemanasan
Panaskan susu kedelai pada suhu 80 - 90 decel samapi
terbentuk lapisan tipis di permukaannya.
e) Pengangkatan
Angkat lapisan tipis tersebut dengan hati-hati kemudian
tiriskan sebentar lalu keringkan
f) Ulangi langkah pada nomer d) dan e) sampai sekitar 8x
hingga tidak terbentuk lapisan tipis pada permukaan susu
kedelai.
1. Bersihkan kedelai;
15
5. Angkat dan pindahkan ke dalam tampah untuk
didinginkan dalam keadaan terbuka selama 15
menit;
Catatan :
Bubuk kedelai harus disimpan dalam tempat
yang tertutup rapat karena mudah menyerap air
dari udara bebas, dan juga untuk mencegah
tumbuhnya jamur (kapang) yang dapat merubah
bau, rasa, dan warna.
2. Kacang Hijau
a. Tepung hunkwe
17
Daftar Pustaka
18