Anda di halaman 1dari 18

ILMU PANGAN LANJUT

PENGOLAHAN PANGAN SETENGAH


JADI PADA KACANG-KACANGAN

OLEH :

1. A.A Istri Ratih Ambala Dewi P07131215047


2. Ni Kadek Winta Andriani P07131215048
3. Anggita Paulina Ina Munde P07131215070

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


PRODI DIV GIZI DENPASAR (B)
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
judul “Pengolahan Pangan Setengah Jadi Pada Kacang-Kacangan” dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun, pedoman bagi pembaca makalah ini.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehinngga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.

Denpasar, Februari 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1.2.1 Pengertian pengolahan bahan setengah jadi ...........................................

1.2.2 Pengolahan bahan setengah jadi pada kacang-kacangan ........................

1.2.3 Dasar-dasar pengolahan bahan setengah jadi pada kacang-kacangan ...

BAB III PENUTUP

2.1 Kesimpulan ................................................................................................

2.2 Saran . .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan makanan adalah segala sesuatu yang berasal dari hayati dan air, yang
diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman manusia termasuk bahan baku pangan dan bahan yang lain yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pemanfaatan makanan dan
minuman. Jenis bahan pangan sangat banyak seperti serealia, umbi-umbian,
kacang-kacangan, daging, unggas, sayur, buah dan lainnya
Salah satu bahan pangan adalah kacang. Kacang adalah istilah non-botani
yang biasa dipakai untuk menyebut biji sejumlah tumbuhan polong-
polongan.Kacang biasanya mengandung protein dan/atau lemak yang cukup
tinggi, sehingga banyak yang dihargai sebagai bahan pangan yang penting.Biji
legum kering yang besar dan mengandung banyak tepung biasanya tidak disebut
"kacang", melainkan "kara" atau "koro".
Beberapa bahan makanan yang tergolong Kacang-kacangan antara lain :
Kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, Almond, dan
Hazelnut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian dan Tujuan Pengolahan Bahan Setengah Jadi?
1.2.2 Bagaimana Dasar-dasar Pengolahan Bahan Setengah Jadi pada
Kacang-kacangan
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian dan Tujuan Pengolahan Bahan
Setengah Jadi.
1.3.2 Untuk Mengetahui Dasar-dasar Pengolahan Bahan Setengah Jadi
pada Kacang-kacangan.

4
BAB II PEMBAHASAN

Kacang adalah istilah non-botani yang biasa dipakai untuk menyebut biji
sejumlah tumbuhan polong-polongan.Kacang biasanya mengandung protein
dan/atau lemak yang cukup tinggi, sehingga banyak yang dihargai sebagai bahan
pangan yang penting.Biji legum kering yang besar dan mengandung banyak
tepung biasanya tidak disebut "kacang", melainkan "kara" atau "koro".
Beberapa bahan makanan yang tergolong Kacang-kacangan antara lain :
Kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, Almond, dan
Hazelnut.

1.2.1 Pengertian dan Tujuan Pengolahan Bahan Setengah Jadi.

A. Pengertian Bahan Setengah Jadi.

Kekayaan bahan pangan di Indonesia berlimpah ruah. Dari mulai buah, sayur-
mayur, kayu, akar, biji-bijian, dan umbi-umbian semua dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pangan.

Berbagai macam serealia, umbi-umbian dan biji-bijian mudah didapat


diberbagai daerah di Indonesia. Keanekaragaman sumber pangan yang sangat
potensial tersebut, meliputi pangan sumber karbohidrat, vitamin dan mineral yang
merupakan sumber pangan local. Produksi serealia, umbi-umbian dan biji-bijian
cukup tinggi. Begitu pula dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan
serealia dan umbi-umbian sebagi sumber energy pun terus meningkat. Oleh
karena itu, untuk mempertahankan mutu dan persediaan bahan pangan tersebut
sampai masa panen berikutnya diperlukan teknik pengolahan pangan serealia dan
umbi yang benar.

Olahan pangan setengah jadi (produk pangan primer) adalah mengolah bahan
baku pangan dengan proses pengawetan, baik pengawetan secara kimia, fisik
ataupun mikrobiologi, menjadi aneka olahan pangan setengah jadi, yang
selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pangan.

Bahan pangan setengah jadi memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan
dengan bahan segar atau mentah maupun bahan pangan jadi, karena dapat
5
memiliki umur simpan yang lebih panjang. Untuk pangan setengah jadi
diperlukan teknologi pengolahan dan alat engolahan yang tepat.

Keuntungan bahan pangan yang diolah menjadi bahan pangan setengah jadi yaitu:

1. Menjadi bahan baku yang fleksibel untuk industry pengolahan lanjutan.


2. Dapat diperjual-belikan antar daerah dan sebagai komoditas ekspor.
3. Dapat dikemas lebih ringkas dan mudah dalam distribusi dari satu tempat
ke tempat lainnya.
4. Menghemat ruangan dan mengurangi biaya dalam penyimpanan.
5. Tahan lama dan lebih kuat dari cuaca dingin atau panas.

B. Tujuan Pengolahan Bahan Pangan Setengah Jadi


Tujuan Pengolahan bahan pangan adalah untuk meningkatkan kualitas dan
memperpajang masa simpan bahan pangan. Pengolahan bahan pangan
identik dengan proses pengawetan. Baik pengawetan secara kimia, fisik
ataupun mikrobiologi. Dalam pengolahan bahan pangan, perubahan-
perubahan yang terjadi pada bahan pangan yang bersifat menguntungkan
dengan sengaja diadakan, digiatkan, dibantu, dipercepat dan diatur.
Sedangkan perubahan-perubahan yang bersifat merugikan dihambat,
dicegah, dihindarkan dan di hentikan. Segala sesuatu yeng menyangkut
perlakuan yang terjadi dalam langkah mengolah bahan pangan dikenal
dengan istilah Teknologi makanan.

1.2.2 Dasar-dasar Pengolahan Bahan Setengah Jadi pada Kacang-kacangan

1. Kacang Kedelai
a. Tempe

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proses pengolahan


tempe agar diperoleh hasil yang baik ialah:
- Kedelai harus dipilih yang baik (tidak busuk) dan tidak
kotor;

6
- Air harus jernih, tidak berbau dan tidak mengandung kuman
penyakit;
- Cara pengerjaannya harus bersih;
- Bibit tempe (ragi tempe) harus dipilih yang masih aktif (bila
diremas membentuk butiran halus atau tidak menggumpal).
 Pembuatan Tempe
1) Bahan
o Kedelai
o Ragi tempe
o Air
2) Alat
o Tampah besar
o Ember
o Keranjang
o Rak bambu
o Cetakan
o Pengaduk kayu
o Dandang
o Karung goni
o Tungku atau kompor
o Daun pisang atau plastik
3) Cara pembuatan
a) Bersihkan kedelai kemudian rendam satu malam supaya
kulitnya mudah lepas;
b) Kupas kulit arinya dengan cara diinjak-injak. Bila ada,
dapat menggunakan mesin pengupas kedelai;
c) Setelah dikupas dan dicuci bersih, kukus dalam
dandang selama 1 jam. Kemudian angkaat dan
dinginkan dalam tampah besar;
d) Setelah dingin, dicampur dengan ragi tempe sebanyak
20 gram;

7
e) Masukkan campuran tersebut dalam cetakan yang
dialasi plastik atau dibungkus dengan daun pisang.
Daun atau plastik dilubangi agar jamur tempe mendapat
udara dan dapat tumbuh dengan baik;
f) Tumpuk cetakan dan tutup dengan karung goni supaya
menjadi hangat. Setelah 1 malam jamur mulai tumbuh
dan keluar panas;
g) Ambil cetakan-cetakan tersebut dan letakkan diatas rak,
berjajar satu lapis dan biarkan selama 1 malam;
h) Keluarkan tempe dari cetakannya.

Catatan:
- Ruangan untuk membuat tempe harus bersih dan
tidak harus terbuat dari tembok. Ruangan untuk
pemeraman diberi jendela, agar udara dapat
diatur dengan membuka atau menutup jendela
tersebut. Di waktu musim hujan ruangan ini
perlu diberi lampu agar suhu ruangan tidak
terlalu dingin.
- Tempe mudah busuk setelah disimpan 2 ½ hari
dalam keadaan terbungkus, oleh karena itu perlu
diawetkan secara kering dengan cara sebagai
berikut :
Iris tempe dengan ketebalan ± ½ mm, keringkan
dalam oven pada suhu 75 0 C selama 55 menit.
Dengan cara pengawetan seperti ini produk
tempe awetan yang dihasilkan tahan disimpan
selama 3 sampai 5 minggu.

b. Tahu

 Pembuatan Tahu

8
1. Bahan :
- Kedelai
- Air
- Asam Cuka : berfungsi untuk mengedapkan atau
memisahkan air dengan konsentrat tahu.
2. Cara Pembuatan :
a) Perendaman
Pada tahapan perendaman ini, kedelai direndam dalam
sebuah bak perendam. Langkah pertama adalah
memasukan kedelai ke dalam karung plastik kemudian
diikat dan direndam selama kurang lebih 3 jam (untuk
1 karung berisi 15 kg biji kedelai). Jumlah air yang
dibutuhkan tergantung dari jumlah kedelai, intinya
kedelai harus terendam semua. Tujuan dari tahapan
perendaman ini adalah untuk mempermudah proses
penggilingan sehingga dihasilkan bubur kedelai yang
kental. Selain itu, perendaman juga dapat membantu
mengurangi jumlah zat antigizi (Antitripsin) yang ada
pada kedelai. Zat antigizi yang ada dalam kedelai ini
dapat mengurangi daya cerna protein pada produk tahu
sehingga perlu diturunkan kadarnya.
b) Pencucian kedelai
Proses pencucian merupakan proses lanjutan setelah
perendaman. Sebelum dilakukan proses pencucian,
kedelai yang di dalam karung dikeluarkan dari bak
pencucian, dibuka, dan dimasukan ke dalam ember-
ember plastik untuk kemudian dicuci dengan air
mengalir. Tujuan dari tahapan pencucian ini adalah
membersihkan biji-biji kedelai dari kotoran-kotoran
supaya tidak mengganggu proses penggilingan dan
agar kotoran-kotoran tidak tercampur ke dalam adonan

9
tahu. Setelah selesai proses pencucian, kedelai
ditiriskan dalam saringan bambu berukuran besar.
c) Penggilingan
Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan
mesin penggiling biji kedelai dengan tenaga penggerak
dari motor lisrik. Tujuan penggilingan yaitu untuk
memperoleh bubur kedelai yang kemudian dimasak
sampai mendidih. Saat proses penggilingan sebaiknya
dialiri air untuk didapatkan kekentalan bubur yang
diinginkan.
d) Perebusan/Pemasakan
Proses perebusan ini dilakukan di sebuah bak
berbentuk bundar yang dibuat dari semen yang di
bagian bawahnya terdapat pemanas uap. Uap panas
berasal dari ketel uap yang ada di bagian belakang
lokasi proses pembuatan tahu yang dialirkan melalui
pipa besi. Tujuan perebusan adalah untuk
mendenaturasi protein dari kedelai sehingga protein
mudah terkoagulasi saat penambahan asam. Titik akhir
perebusan ditandai dengan timbulnya gelembung-
gelembung panas dan mengentalnya larutan/bubur
kedelai. Kapasitas bak perebusan adalah sekitar 7.5 kg
kedelai.
e) Penyaringan
Setelah bubur kedelai direbus dan mengental,
dilakukan proses penyaringan dengan menggunakan
kain saring. Tujuan dari proses penyaringan ini adalah
memisahkan antara ampas atau limbah padat dari
bubur kedelai dengan filtrat yang diinginkan. Pada
proses penyaringan ini bubur kedelai yang telah
mendidih dan sedikit mengental, selanjutnya dialirkan
melalui kran yang ada di bagian bawah bak pemanas.

10
Bubur tersebut dialirkan melewati kain saring yang
ada diatas bak penampung.
Setelah seluruh bubur yang ada di bak pemanas habis
lalu dimulai proses penyaringan. Saat penyaringan
secara terus-menerus dilakukan penambahan air
dengan cara menuangkan pada bagian tepi saringan
agar tidak ada padatan yang tersisa di saringan.
Penuangan air diakhiri ketika filtrat yang dihasilkan
sudah mencukupi. Kemudian saringan yang berisi
ampas diperas sampai benar-benar kering. Ampas
hasil penyaringan disebut ampas yang kering, ampas
tersebut dipindahkan ke dalam karung. Ampas tersebut
dimanfaatkan untuk makanan ternak ataupun dijual
untuk bahan dasar pembuatan tempe
gembus/bongkrek.
f) Pengendapan dan Penambahan Asam Cuka
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti
susu yang kemudian akan diproses lebih lanjut. Filtrat
yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka dalam
jumlah tertentu. Fungsi penambahan asam cuka adalah
mengendapkan dan menggumpalkan protein tahu
sehingga terjadi pemisahan antara whey dengan
gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka
terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas (whey) dan
lapisan bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan tersebut
terjadi karena adanya koagulasi protein yang
disebabkan adanya reaksi antara protein dan asam
yang ditambahkan. Endapan tersebut yang merupakan
bahan utama yang akan dicetak menjadi tahu. Lapisan
atas (whey) yang berupa limbah cair merupakan bahan
dasar yang akan diolah menjadi Nata De Soya.
g) Pencetakan dan Pengepresan

11
Proses pencetakan dan pengepresan merupakan tahap
akhir pembuatan tahu. Cetakan yang digunakan adalah
terbuat dari kayu berukuran 70x70cm yang diberi
lubang berukuran kecil di sekelilingnya. Lubang
tersebut bertujuan untuk memudahkan air keluar saat
proses pengepresan. Sebelum proses pencetakan yang
harus dilakukan adalah memasang kain saring tipis di
permukaan cetakan. Setelah itu, endapan yang telah
dihasilkan pada tahap sebelumnya dipindahkan dengan
menggunakan alat semacam wajan secara pelan-pelan.
Selanjutnya kain saring ditutup rapat dan kemudian
diletakkan kayu yang berukuran hampir sama dengan
cetakan di bagian atasnya. Setelah itu, bagian atas
cetakan diberi beban untuk membantu mempercepat
proses pengepresan tahu. Waktu untuk proses
pengepresan ini tidak ditentukan secara tepat, tahu siap
dikeluarkan dari cetakan apabila tahu tersebut sudah
cukup keras dan tidak hancur bila digoyang.
h) Pemotongan tahu
Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah
jadi dikeluarkan dari cetakan dengan cara membalik
cetakan dan kemudian membuka kain saring yang
melapisi tahu. Setelah itu tahu dipindahkan ke dalam
bak yang berisi air agar tahu tidak hancur. Sebelum
siap dipasarkan tahu terlebih dahulu dipotong sesuai
ukuran. Pemotongan dilakukan di dalam air dan
dilakukan secara cepat agar tahu tidak hancur.

c. Kembang Tahu

Kembang tahu atau dikenal dengan nama yuba dibuat dari susu
kedelai yang dipanaskan pada suhu 80 - 90 decel sehingga

12
membentuk suatu lapisan tipis (film) secara berlahan-lahan pada
permukaan susu kedelai.
Kembang tahu bisa dibuat dengan menggunakan cara tradisional
dan cara modern. Di Indonesia, umumnya pembuatan kembang tahu
masih dilakukan dengan cara tradisional. HongKong dan taiwan
adalah 2 negara yang memproduksi kembang tahu secara besar-
besaran dengan pabrik yang menggunakan mesin-mesin modern.
Syarat susu kedelai yang baik untuk pembuatan kembang tahu ialah
kandungan total padatan terlarut 5,2 - 5,6%, protein 2,4 - 2,8%, dan
pH 7,0 - 8,0. Karena pH susu kedelai secara normal adalah 6,5 - 6,7
maka saat membuat susu kedelai pH nya harus dinaikkan terlebih
dahulu sebelum dibuat kembang tahu. Peningkatan pH dapat
dilakukan dengan penambahan larutan NaOH setetes demi setetes.

 Pembuatan Kembang Tahu


a) Perendaman
Rendam kacang kedelai selama semalaman. Kacang kedelai
harus menyerap air sebanyak 100% dari berat kedelai itu
sendiri sehingga akan menghasilkan rendemen susu kedelai
yang maksimum dan mudah menghilangkan kulit serta
senyawa penyebab bau langu
b) Penggilingan dan penambahan air.
Penggilingan kacang kedelai sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan air mendidih agar menghasilkan susu kedelai
yang bebas bau langu dan menghasilkan rendemen susu
kedelai yang tinggi. Perbandingan air dan kedelai mencapai
8:1
c) Penyaringan
Penyaringan ini bertujuan untuk mendapatkan susu kedelai.
Tempatkan susu kedelai kedalam wadah yang
permukaannya luas dan dangkal

13
d) Pemanasan
Panaskan susu kedelai pada suhu 80 - 90 decel samapi
terbentuk lapisan tipis di permukaannya.
e) Pengangkatan
Angkat lapisan tipis tersebut dengan hati-hati kemudian
tiriskan sebentar lalu keringkan
f) Ulangi langkah pada nomer d) dan e) sampai sekitar 8x
hingga tidak terbentuk lapisan tipis pada permukaan susu
kedelai.

d. Tepung Kedelai atau Bubuk Kedelai

Bubuk kedelai digunakan sebagai minuman segar, karena


mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi. Kadar protein bubuk
kedelai lebih tinggi daripada whole milk maupun skimmed milk.
Apabila ditinjau dari kadar protein saja, maka bubuk kedelai dapat
digunakan untuk mengganti susu (milk). Dibuat dengan cara
menggoreng kedelai tanpa minyak (sangrai), kemudian dihalus
sampai menjadi bubuk.

 Pembuatan Tepung Kedelai atau Bubuk Kedelai


1) Bahan : Kedelai
2) Alat :
 Alat penumbuk
 Tampah (nyiru)
 Ember plastik
 Ayakan halus
 Kompor
 Alat penggorengan (wajan tanah)
 Stoples
3) Cara Pembuatan
Ada dua macam cara pembuatan yaitu :
14
A. Penggorengan Sangrai Langsung (tanpa minyak)

1. Bersihkan kedelai;

2. Panaskan wajan tanah selama 15 menit untuk


mendapatkan panas yang merata. Kemudian
goreng kedelai tersebut di atas wajan tanah
sambil diaduk terus-menerus. Lakukan selama
15 menit (sampai pecah kulitnya);

3. Angkat dan dinginkan selama 5~10 menit lalu


tampi untuk menghilangkan abu dan kulit yang
telah terpisah dari biji;

4. Tumbuk kasar untuk memisahkan kulit dan biji,


lalu tampi lagi sampai tidak ada kulitnya;

5. Kemudian tumbuk sampai halus, lalu ayak;

6. Simpan bubuk kedelai dalam stoples.

B. Penggorengan Sangrai dengan Perendaman

1. Bersihkan kedelai, rendam selama 4 jam sampai


kulitnya pecah sehingga getah yang terdapat
antara kulit dan bijinya keluar;
2. Remas-remas dengan tangan untuk memisahkan
kulitnya, kemudian cuci kedelai yang telah
terkupas dengan air, setelah itu tiriskan selama
15 menit;

3. Jemur di bawah sinar matahari selama 1 hari


sampai kering betul di atas tampah;

4. Setelah kering goreng di atas wajan tanah yang


telah dipanaskan dulu selama 15 menit;

15
5. Angkat dan pindahkan ke dalam tampah untuk
didinginkan dalam keadaan terbuka selama 15
menit;

6. Kemudian tampi untuk memisahkan kulit yang


masih ada. Pisahkan lembaga-lembaga yang
hangus, karena akan mempengaruhi warna dan
rasa bubuk kedelai yang dihasilkan;

7. Selanjutnya tumbuk sampai halus dalam lesung


kayu dan ayak;

8. Simpan bubuk kedelai dalam stoples atau kaleng


yang dapat ditutup rapat.

Catatan :
Bubuk kedelai harus disimpan dalam tempat
yang tertutup rapat karena mudah menyerap air
dari udara bebas, dan juga untuk mencegah
tumbuhnya jamur (kapang) yang dapat merubah
bau, rasa, dan warna.

2. Kacang Hijau
a. Tepung hunkwe

 Pembuatan Tepung Hunkwe:


a) Pilihlah kacang hijau yang baik sebagai bahan baku.
Setelah mendapat bahan baku, biji kacang hijau
dimasukkan ke dalam mesin pemecah. Hasil pecahan biji
kacang hijau tersebut kemudian disaring untuk dipisahkan
antara biji yang halus dengan yang kasar.
b) Biji kacang hijau yang halus tersebut kemudian direndam
ke dalam air. Pada keesokan paginya, biji kacang hijau
16
tersebut diangkat dari air lalu dicuci dengan air bersih dan
dibuang kulitnya.
c) Kacang yang sudah bersih kemudian digiling dengan alat
penggilingan yang berbatu amaril. Hasil dari gilingan lalu
disaring dengan saringan halus yang berputar sambil
disemprot dengan air sehingga ampas dari biji kacang hijau
terpisah dengan sarinya dan sari kacang hijau diambil untuk
diproses lebih lanjut.
d) Sari kacang hijau yang diambil kemudian direndam di
dalam bak selama kurang lebih dua jam. Setelah endapan
kacang hijau dengan cairan terpisah, cairan tersebut
dibuang dan endapannya dicuci dengan air bersih.
Kemudian endapan tersebut disaring dengan kain yang
berpori-pori besar lalu direndam kembali selama kurang
lebih dua jam.
e) Setelah kurang lebih dua jam, endapan tersebut dicuci
kembali dengan air bersih dan cairan yang di atasnya
dibuang. Endapan yang telah dicuci lalu disaring dengan
kain yang berpori-pori setengah rapat lalu direndam
kembali selama kurang lebih dua jam. Jika endapan yang
telah disaring dengan kain yang berpori-pori setengah rapat
telah direndam selama kurang lebih dua jam, maka endapan
tersebut dicuci kembali dengan air bersih kemudian
disaring dengan menggunakan kain yang berpori-pori
sangat rapat kemudian direndam kembali sampai keesokan
hari.
f) Keesokan harinya, endapan dicuci dengan air bersih.
Setelah dicuci, endapan tersebut siap dijemur. Apabila
cuaca mendung, maka pengeringannya menggunakan oven.
Setelah dijemur, tepung hunkwe sudah siap untuk
dibungkus.

17
Daftar Pustaka

Anonim, 2014. Apa Pengertian pengolahan bahan pangan setengah jadidan


keuntungan bahan pangan setengah yang diolahmenjadi bahan pangan yang
setengah jadi. www.updatetugassekolah.blogspot.co.id akses Februari 2016

Anonim. Serealia dan Kacang-Kacangan. Dokumen.tips.html akses Februari


2016

18

Anda mungkin juga menyukai