Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Kegiatan


Tempe kedelai adalah bahan makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh
kapang yang berupa padatan yang berbau khas yang berwarna putih keabu-
abuan. Seiring perkembangan pengetahuan dan kemajuan teknologi, maka
kini tempe tidak hanya dibuat dari kedelai, tetapi juga dari bahan-bahan lain.
Adapun bahan-bahan lain yaitu seperti kecipir maka dikenal tempe kecipir,
kemudian lamtoro (tempe lamtoro), kara benguk (tempe kara benguk), ampas
kacang tanah (tempe bungkil), ampas tahu (tempe gembus), turi (tempe turi)
dan sebagainya. Dengan demikian diperkirakan posisi tempe kedelai
adalah tempe tertua di antara sederajat pertempean tadi. Sehingga penyebutan
kata “tempe” saja memberikan kesan tempe yang berbahan baku dari kedelai.
Dengan kandungan gizi tinggi pada tempe, yang dulunya tempe hanya
dijadikan konsumsi kelas rakyat, namun sekarang sudah dinikmati segala
lapisan-bahkan di restoran elit dan hotel berbintang pun tak luput menyajikan
tempe dalam ragam penyajian yang lebih canggih.
Peluang pasar tempe yang prospektif ini, kiranya dapat mendorong dan
memacu perajin tempe untuk lebih dapat memanfaatkan peluang tersebut.
Tidak menutup kemungkinan kesempatan berusaha tempe ini mengundang
orang-orang lain yang selama ini belum memahami dunia pertempean.
Memang bagaimanapun, usaha tempe kedelai ini menjajikan keuntungan.
Dan kesempatan bagi kami untuk membuat usaha makanan kecil dengan
banyak orang yang suka makanan tempe kami yakin usaha kami akan berhasil
dan menguntungkan. Jadi kami akan membuat kegiatan usaha ‘TEMPE’.
1.2 Rasional Kegiatan
Namun apa jadinya jika makanan yang seharusnya menyehatkan ini di
olah dengan cara yang tidak benar.
Maksudnya? Adalah, Ya. Jika kita menonton tayangan berita Investigasi
yang dinyatakan oleh salah satu TV swasta Nasional di Indonesia beberapa
waktu yang lalu. Maka kita akan mulai menyadari akan hal ini. Dalam
tayangan tersebut sangat jelas dikishkan dan terbukti ada beberapa pengusaha
tempe yang secara terang-terangan mengaku menggunakan pengawet dalam
proses pembuatan tempe. Menurutnya adalah suatu hal yang biasa dalam
industri pembuatan tempe menggunakan bahan pengawet.
Maka dari itu selain memilih usaha ini karena bahan baku yang
dipergunakan mudah diperoleh dan harga terjangkau oleh masyarakat dan
usaha tempe ini juga mudah dibuat, bergizi tinggi dan peminatnya juga
banyak.

1.3 Tujuan Kegiatan


Tujuan kegiatan yang ingin kami capai :
1. Ingin mengembangkan usaha dan keahlian yang kami punya
2. Ingin membuat tempe tradisional yang higienis
3. Berharap menambah penghasilan untuk kami
4. Ingin membuka lapangan pekerjaan
BAB II
TARGET LUARAN

2.1 Target Produk


Telah diakui dunia bahwa, tempe itu makanan asli Indonesia yang
kandungan gizinya patut diperhitungkan. Entah sejak kapan tempe mulai
dibuat dan dinikmati orang, tapi ternyata dalam Serat Centini yang diterbitkan
tahun 1815 di Keraton Solo telah menyebutkan bahwa, orang Jawa memiliki
budaya makan tempe. Kemudian dewasa ini, para ahli di Jepang dan Amerika
Serikat tertarik melakukan penelitian tempe, terutama berkaitan dengan
teknologi fermentasi.
Cara pemanfaatan tempe cukup luwes. Hanya digoreng saja, sudah dapat
dinikmati rasanya yang gurih. Selain digoreng untuk lauk, tempe dapat
dijadikan untuk makanan lain seperti disayur lodeh, oseng-oseng,
kering tempe, ataupun dimasak lebih modern untuk dijadikan tempe burger,
rol lade tempe, perkedil tempe pedas, pepes tempe pedas, stick tempe dan
sebagainya.
Tempe semakin digemari orang bukan hanya rasanya yang gurih dan
lezat, juga memang sarat dengan gizi. Kadar protein dalam tempe 18,3 gram
per 100 gram tempe merupakan alternatif sumber protein nabati, yang kini
semakin populer dalam gaya hidup manusia modern. Kecuali
itu, tempe mengandung beberapa asam amino yang dibutuhkan tubuh
manusia.
Karena di zaman sekarang banyaknya pengolah tempe menggunakan
bungkus pelastik dan meninggalkan cara pembuatan tempe dengan
bungkusan daun, dengan cara yang alami maka kami akan memproduksi
tempe dengan cara yang alami dan higienis.
2.2 Target Konsumen
Di sini kita menargetkan konsumen penjualan pada Supermarket dan
Pasar tradisional. Dan kami juga bertujuan ingin memasarkan tempe pada
media sosial. Tujuannya agar semua kalangan bisa menikmati tempe yang
higienis.

2.3 Target Pendapatan


Dalam produksi ini , dengan menggunakan bahan baku kacang kedelai
sebanyak 68kg bisa menghasilakan sebanyak 820 bungkus (yang biasa
terjual habis) dengan rincian:
- Bungkus besar = 252 bungkus
- Bungkus kecil = 568 bungkus
Dengan harga jual bungkus kecil Rp. 1000 dan bungkus besar Rp.1500
(pedagang pasar biasa memotongnya kembali dalam bentuk yang lebih kecil,
dengan tujuan margin menjadi lebih tinggi).

Dengan harga tersebut maka nilai penjualan akan menjadi :


Bungkus besar = 252 x 1500 = Rp. 378.000,-
Bungkus kecil = 568 x 1000 = Rp. 568.000,-
Total penjualan Rp.946.000,-

Perhitungan total penjualan bulanan menjadi :


26 (hari) x Rp.946.000 =Rp.24.596.000,-
Jadi penjualan total dalam satu bulan adalah Rp.24.596.000,-

Barang dihitung habis karena memang pada kenyataanya produk yang


terbungkus selalu terjual habis, jikapun tersisa tidak mencapai 5% dan jika
ada sisa dari jumlah tersebut tempe akan diolah menjadi bahan pembuat ragi
tempe dan akan menjadikan pembelian ragi tempe tertutupi. Maka siklus
barang habis adalah perhitungan misti.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Produk
Keunikan Dalam keunikan produk ini yang kami tau hanya bentuk dalam
kemasan yang sering di minati pelanggan,untuk perdesaan ataupun perkotaan
tempe yang di bungkus dengan daun pasti banyak yang mencari/minat bukan
hanya soal harga yang murah tapi juga tentang rasa tempe itu sendiri dengan
harga yang sangat terjangkau dengan itu masyarakat banyak yang minat.

3.2 Bahan Baku


3.2.1 Alat dan Bahan
Baik untuk scenario pembelian ataupun sewa, daftar mesin dan
peralantan juga harus dirinci sedetail mungkin proyeksinya. Perenanaan
ini tetap selalu berkaitan dengan kapasitas dan kompetensi teknik
wirausahawan.

Nama bahan/alat
1. Kedelai
2. Ragi
3. Daun Pisang
4. Air
5. Mesin air
6. Mesin penggiling kedelai
7. Djarum
8. Gayung
9. Terpal
3.2.2 Saran Penunjang
Sarana penunjang juga menjadi salah satu faktor penting dalam
menjalankan suatu usaha. Berikut ini adalah sarana penunjang dalam
produksi usaha ini (salam bulan).

No. Jenis Biaya Jumlah Biaya


1 Listrik / 1 Bulan Rp. 250.000
2 Air / 1 Bulan Rp. 100.000
Total Biaya Sarana Penunjang Rp. 350.000

3.2.3 Bahan Baku dan Bahan Penolong


Perencanaan bahan baku dan bahan baku penolong merupakan
bagian utama untuk perhitungan kebutuhan modal kerja. Hal-hal yang
perlu diperhatikan suplier, kuantitas, harga beli, persyaratan pembelian,
ketersediaan, dan persediaan. Bahan baku yang digunakan adalah
(dihitung berdasarkan kebutuhan per hari).

Bahan Baku
 Kedelai
 Ragi

Bahan penolong

 Gas
 Daun pisang
 Plastik
 Kayu bakar
 Alat perekat
3.3 Proses Produksi
Adapun proses produksi dalam pembuatan tempe yaitu
1. Pemilihan dan pencucian kedelai
Biji kedelai yang dipilih untuk dijadikan sebagai bahan dasar tempe harus
bagus,bernas, dan padat berisi. Pemilihan tersebut digunakan agar dapat
menghasilkan tempe yang lebih baik dan berkualitas nantinya.
Cara cuci kedelai harus dilakukan berulang ulang agar pasir dan kotoran
tidak menempel pada kedelai dan siap untuk di olah

2. Perendaman awal
Kedelai direndam dalam air selama 12 jam, yang mana dalam proses ini
akan memudahkan pengupasan kulit pada biji kedelai. Pada saat direndam
berlangsung proses fermentasi oleh bakteri yang ada di air.

3. Pengupasan kulit
Pengupasan kulit kedelai, dahulu orang belum mengenal adanya mesin
untuk melakukan pengupasan kulit pada kedelai jadi pada zaman dahulu
orang melakukannya dengan cara diinjak injak sampai kulit kedelai
terpisah dari bijinya. Dan karna zaman sekarang sudah maju/modern jadi
sudah bias menggunakan mesin untuk pengelupasan kulit kedelai.

4. Perendaman lanjutan
Perendaman lanjutan dilakukann agar kedelai mencapai tingkat keasaman
yang baik, yaitu 3,5 hingga 6,2 Ph.

5. Pencucian kedelai yang telah direndam


Pencucian berfungsi untuk menghilangkan bakteri dan mikrioorganisme
yang tumbuh selama perendaman serta membuang kelebihan asam dan
lendir yang terproduksi.
6. Perebusan lanjutan
Proses perebusan lanjutan berfungsi sebagai proses steriilisasi untuk
mematikan mikroorganisme yang tumbuh selama perendaman.
Lama perebusan tergantung pada kondisi bahan. Umumnya memakan
waktu 60-110 menit.

7. Penirisan dan pendinginan


Biji yang telah direbus ditiriskan dengan ditebarkan diatas namppan yang
lebar dan besar agar mudah tiris dan dingin.

8. Penambahan ragi
Penambahan ragi padda kedelai dilakukan pada suhu sekitar 37 derajat
celcius. Setiap 1 kg biji kedelai takaran ragi yang digunakan adalah satu
sendok makan. Kemudian dii aduk dan dicampur ratta yang dilakukan
diatas nampan.

9. Pembungkusan bahan
Bahan untuk pembungkus bias menggunakan bahan alami seperti daun
jati, daun pisang dan daun coklat. Atau bahan buatan seperti plastic yang
dinilai lebih praktis dan efisien.

10. Fermentasi , pemecahan senyawa kompleks


Setelah dibungkus , calon tempe dfermentasikan pada suhu kamar 38-40
derajat celcius. Suhu dijaga agar tidak lebih dan tidak kurang dari suhu
yang telah ditentukan mengingatsuhu memiliki peranan penting apakah
proses fermentasi itiu berhasil atau tidak. Proses fermentasi didiamkann
hingga 1-2 hari untuk mendapatkan hasil tempe yang berkualitas baik.
SKEMA PEMBUATAN TEMPE
Skema cara tradisional skema cara baru
( kedelai kupas kering )
Kedelai kedelai

Disortasi, dicuci bersih dikupas kering

Direbus direbus, direndam

Di rendam dicuci

Dikuliti, dicuci direbus/dikukus

Direbus/dikukus ditiriskan dan didinginkan

Didinginkan/ditiriskan ditambah laru

( diinokulasi )

Diinokulasi

Diperam

Dibungkus dan diperam

Tempe

Tempe
3.4 Pemasaran
Sasaran utama yang kami targetkan konsumen penjualan pada
Supermarket dan Pasar tradisional. Kami juga akan melakukan pemasaran
secara online disosial media. Kami menentukan pasar sasaran dengan
karakteristik berikut :

Karakteristik Keterangan
Wilayah Geografis Kendari Sulawesi Tenggara
Pekerjaan Mahasiswa dan pekerja
Gender Wanita dan pria
Umur <17 Tahun

Dalam menjalankan usaha, kami juga memperlihatkan faktor lingkungan.


Faktor lingkungan yang dimaksud di sini adalah pertumbuhan ekonomi dan
daya beli konsumen yang mayoritas adalah mahasiswa dan pekerja. Oleh
karena itu, kami juga menentukan harga jual produk sesuai dengan daya beli
masyarakat sekitar. Namun pada intinya, semua lapisam pembeli akan dapat
membeli produk kami, karena kami menetapkan harga yang murah namun
tetap menjaga kualitas produk demi kepuasan konsumen dengan rasa tempe
yang berbeda.
Bidikan supermarket dan pasar diarea masyarakat tersebut telah
direncanakan secara cermat dan matang karena analisis pasar yang ada, area
tersebut merupakan tempat yang sangat strategis untuk membuka bisnis ini
khususnya dibidang makanan lauk pauk seperti ini yang akan kami jalankan.

3.5 Tempat Produksi


Untuk memproduksi tempe atau membuat usaha tempe bisa dilakukan
dalam bisnis rumahan, atau kita bisa membuat usaha tempe di tempat yang
strategis seperti pasar namun kita harus memperhatikan limbah pembuangan
tempe agar tidak mengganggu masyarakat sekitar.
BAB IV
JADWAL PELAKSANAAN

4.1 Jadwal Pelaksanaan


BAB V
RENCANA BIAYA

5.1 Rencana Biaya Usaha

Bahan baku:
- kacang kedelai 68kg @ Rp. 6.500,- = Rp.442.000,-
- ragi tempe 3 bungks @ Rp. 10.000 ,- = Rp. 30.000,-
Sub total Rp. 472.000,-

Bahan tambahan:
- 1/4 kg plastic = Rp. 7.500,-
- Obat nyamuk bakar (alat bantu rekat) = Rp. 1.500,-
- 3 ikat Daun pisang @ Rp. 1.200,- = Rp. 3.600,-
- Gas Rp. 16.000/3 (gas diisi ulang tiap 3 hari) = Rp. 5.400,-
Sub total Rp. 18.000,-

Gajih karyawan
- Ongkos harian 4 orang x @Rp. 20.000,- = Rp. 80.000,-
- Uang rokok 4x Rp.5.000 = Rp. 20.000,-
Sub total = Rp. 100.000,-

Transportasi = Rp. 40.000,-

Maka jumlah total biaya produksi harian adalah sebesar:


Bahan baku = Rp. 472.000,-
Bahan tambahan = Rp. 18.000,-
Gaji karyawan = Rp. 100.000,-
Trasnportasi = Rp. 40.000,-
Total biaya produksi = Rp. 662.000
Sarana Penunjang
- Biaya listrik / Bulan = Rp. 250.000,-
- Biaya air / Bulan = Rp. 100.000,-
Total biaya Sarana Penunjang = Rp. 350.000,-

Dengan hari libur satu hari dalam seminggu dan rata-rata 30 hari dalam
sebulan, maka hari efektip produksi menjadi 26 hari, dan hari jum’at adalah
hari dimana kegiatan produksi diliburkan.

Total biaya produksi dalam satu bulan menjadi:


26 (hari) x Rp. 622.000,- + Rp. 350.000,- = Rp.16.522.000
Jumlah total biaya produksi bulanan adalah Rp.16.522.000

5.2 Rancangan Pembangunan dan Investasi

Anda mungkin juga menyukai